PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepanjang masa perkembangan dari lahir hingga dewasa, kebutuhan-kebutuhan
seseorang tidak selalu dapat terpenuhi dengan lancar. Seringkali terjadi hambatan
dalam pemuasan suatu kebutuhan, motif dan keinginan.Keadaan terhambat dalam
mencapai tujuan dinamakan frustasi. Keadaan frustasi yang berlangsung terlalu lama
dan tidak dapat diatasi oleh seseorang akan menimbulkan stres. Stres adalah suatu
keadaan dimana beban yang dirasakan seseorang tidak sepadan dengan kemampuan
untuk mengatasi beban itu.
Seseorang dapat melakukan bermacam-macam cara penyesuaian diri untuk
mengatasi berbagai macam stres. Tiap orang mempunyai cara-cara penyesuaian diri
yang khusus, yang tergantung dari kemampuan-kemampuan yang dimilki, pengaruh-
pengaruh lingkungan, pendidikan dan bagaimana ia mengembangkan dirinya. Dalam
menghadapi stres, seseorang dapat mengadakan penyesuaian diri secara efektif, yaitu
mengarahkan tindakannya pada sasaran tertentu untuk mengatasi sebab-sebab stres.
Tindakan yang diambil orang yang mengalami stres kemungkinan hanya berfungsi
melindungi diri terhadap kemungkinan disorganisasi.Tindakan-tindakan ini
merupakan tingkah laku yang sifatnya defensif. Reaksi defensif tidak diarahkan pada
sumber stres sehingga menghabiskan energy secara tidak efisien. Reaksi defensif juga
tidak objektif tetapi subjektif dan emosional (tidak rasional).Reaksi defensif terjadi
secara otomatis atau tidak disadari.
B. Rumusan masalah
1. Apakah Pengertian Frustasi
2. Penyebab Frustasi
3. Reaksi Mengalami Frustasi
4. Akibat Mengalami Frustasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian frustasi
2. Untuk mengetahui penyebab Frustasi dan bagaimana gejala orang yang
mengalami frustasi.
3. Reaksi Mengalami Frustasi
4. Akibat Mengalami Frustasi
BAB II
PEMBAHASAN
6. Sublimasi
Yaitu usaha untuk mengganti keceYaitu usaha untuk mengganti
kecenderungan egoistic, nafsu seks animalistic, dorongan-dorongan biologis
primitive dan aspirasi sosial yang tidak sehat dalam bentuk tingkah laku terpuji
yang bisa diterima di masyarakat.
2. Regresi
Yaitu kembalinya individu pada pola-pola primitive dan kekanak-
kanakan.Tingkah laku tersebut didorong oleh adanya rasa dongkol, kecewa
ataupun tidak mampu memecahkan masalah.Tingkah laku di atas adalah
ekspresi rasa menyerah, kalah, putus asa dan mental yang lemah.
3. Fixatie
Merupakan suatu respon individu yang selalu melakukan sesuatu yang
bentuknya stereotype, yaitu selalu memakai cara yang sama. Semua itu
dilakukan sebagai alat pencapaian tujuan, menyalurkan kedongkolan ataupun
alat balas dendam.
5. Rasionalisme
Adalah cara untuk menolong diri secara tidak wajar atau taktik pembenaran
diri dengan jalan membuat sesuatu yang tidak rasionaldengan tidak
menyenangkan.
6. Proyeksi
Proyeksi adalah usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan sikap-
sikap diri yang negatif pada orang lain.
9. Identifikasi
Adalah usaha menyamakan diri sendiri dengan orang lain. Semua itu bertujuan
untuk memberikan keputusan semu pada dirinya.
10. Narsisme
Adalah perasaan superior, merasa dirinya penting dan disertai dengan cinta diti
yang patologis dan berlebih-lebihan.Orang ini sangat egoistis dan tidak pernah
peduli dengan dunia luar.
11. Autisme
Ialah gejala menutup diri secara total dari dunia nyata dan tidak mau
berkomunikasi lagi dengan dunia luar yang dianggap kotor dan jahat, penuh
kepalsuan dan mengandung bahaya yang mengerikan. Maka bila tingkah laku
yang demikian dijadikan pola kebiasaan akan mengakibatkan bertumpuknya
kesulitan hidup, makin bertambah konflik-konflik batin yang kronis lalu
terjadilah disintregasi kepribadian.
Fustasi timbul dikarenakan merasa gagal tidak dapat mencapai suatu yang
diinginkan. Setiap atlet menginginkan kepuasan yaitu itu menang; dan apabila itu
tidak terwujud, maka dapat menimbulkan frustasi. Frustasi dapat terjadi pada atlet
yang mempunyai sifat pesimis maupun pada atlet yang memiliki sifat optimis yang
sangat tinggi. Atlet yang mempunyai sifat pesimis dapat dikatakan “kalah sebelum
berperang” karena atlet yang memiliki sifat pesimis ini mudah terkena frustasi
sehingga mengalami kegagalan sedikit saja, diangapnya sebagai kegagalan yang
akan terjadi dialami seterusnya. Sedangkan apabila atlet memiliki sifat optimis
yang sangat tinggi (over confidence) maka akan sangat mudah mengalami frustasi.
Kegagalan yang dialaminya akan membuat atlet tersebut kecewa serta kehilangan
keseimbangan emosi.
Frustasi adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak
sesuai dengan yang diharapkan.Misalnya putus pacar, perceraian, masalah kantor,
masalah sekolah atau masalah yang tidak kunjung selesai. Frustasi inipun terjadi
juga bila tujuan yang dicapai mendapatkan rintangan.Frustasi memiliki dua sisi.
1. Frustasi adalah fakta tidak tercapainya harapan yang diinginkan.
2. Frustasi adalah perasaan dan emosi yang menyertai fakta tersebut.
Pada contoh diatas adalah fakta mendapatkan nilai jelek di sekolah dan mendapat
marah oleh bos dalam kesalahan di kantor. Perasaan dan emosi yang muncul
adalah kesal, marah dan perasaan-perasaan lainnya yang mungkin muncul.
Akibat dari frustasi bisa munculkan gejala-gejala ketubuhan yang disebut
psikosomatis.
Bayangkan anda mendapatkan nilai atau penghargaan yang tidak sesuai dengan
yang anda harapkan, padahal anda sudah berusaha dengan sebaik mungkin.
Seumpama anda mendapat nilai D pada ujian akhir. Ini tidak hanya terjadi sekali
saja, tetapi telah beberapa kali. Anda lalu menjadi kesal bahkan marah atau
muncul perasaan-perasaan lainnya. Pada malam harinya anda tidak bisa tidur.
Segudang pemikiran muncul, berputar-putar silih berganti, mulai mencari sebab-
sebab kegagalan, upaya mencari jalan lain supaya lebih berhasil sampai pada
pemikiran-pemikiran buruk. Sehingga nantinya akan terlintas jalan pintas dan lain
sebagainya. Anda mencoba untuk mengusir pemikiran-pemikiran tersebut tapi
tetap saja tidak bisa dan akhirnya anda jatuh tidur karena memang betul-betul
kecapaian. Pada pagi harinya anda bangun dengan tubuh yang kurang segar karena
susah tidur. Selama siang hari perasaan maupun tubuh anda akan terasa tidak enak.
Sekali-kali akan teringat mengenai kegagalan pada hari sebelumnya dan itu akan
muncul dan mengganggu.
Namun selain contoh diatas ada juga contoh frustasi yang berakibat agresi
karena frustasi yang dialami melahirkan reaksi kemarahan. Tindakan agresi
diambil apabila individu merasa lebih kuat dari lawannya. Sebalinya bila individu
merasa lemah, maka biasanya tindakan yang diambil ketika terjadi frustasi adalah
menghindar atau melarikan diri.
C. Cara penanggulan
Teknik-teknik untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi frustasi yaitu sebagai
berikut:
1. Teknik Intervensi
a) Konsentrasi (Pemusatan perhatian)
Cara ini pertama-tama menyingkirkan aneka ragam pikiran yang
mengganggu atlet dan hanya memusatkan seluruh perhatian dan pikiran
pada tugas yang sedang dihadapi. Memang ada atlet yang mampu dengan
cepat menghalau berbagai pikiran yang mengganggu perhatian dan
konsentrasinya pada pertandingan yang sedang dihadapinya, namun tidak
sedikit atlet yang begitu lama termakan oleh gangguan pikirannya.
b) Pengaturan pernapasan
Pada orang yang mengalami ketegangan atau kecemasan serta respirasi
akan meninggi. Keadaan seperti ini dapat diatasi dengan pernapasan yang
dalam dan pelan, sehingga irama pernapasan yang semula cepat atau
meninggi secara berangsur-angsur melambat atau menurun. Mengatur
pernapasan juga merupakan usaha penenangan diri.
3. Pembiasan/berlatih
Cara ini dimaksudkan untuk melatih atlet menghadapi situasi-situasi yang
bisa timbul dalam pertandingan. Bentuk pelatihan pembiasaan adalah dengan
simulasi. Yaitu dalam latihan sengaja diabut situasi yang dapat menimbulkan
ketengangan dalam batas-batas tertentu. Dengan cara ini atlet tidak lagi peka
(sensitif) terhadap pengaruh lingkungan.
4. Teknik-teknik khusus.
Penangan ketegangan dengan menggunakan teknik khusus itu lebih
menekankan pada pendekatan individual, misalnya;
Melalui musik yang menjadi kegemaran atlet yang sedang mengalami
ketegangan atau kecemasan.
Menanamkan dan memperkuat keyakinan atlet bahwa persiapan yang
mereka lakukan sudah mantap dan menyeluruh.
Menjauhkan atlet dari official yang pencemas.
Menjelaskan kepada atlet bahwa ketegangan/kecemasan dalam
pertandingan adalah wajar. Bahkan dalam batas-batas tertentu hal itu
memang diperlukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Frustasi adalah sebagai keadaan dimana seseorang sedang kalut, terlalu
banyaknya masalah, tekanan ataupun lainnya, sehingga tidak dapat
menyelesaikannya, yang hampir sama dengan stress, akan tetapi tidak bisa
disamakan oleh pengertian putus asa. Akan tetapi dapat juga diartikan sebagai
suatu keadaan yang dialami seseorang, ketika keinginanya tidak dapat tercapai
atau terganjal untuk dapat terealisasikan atau bisa juga cita-cita atau keinginanya
terhalang sehingga tidak dapat terwujud. Dalam hal ini halangan tersebut berasal
dari berbagai factor, seperti dari keterbatasan fisik atau psikis.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.artikelbagus.com/2012/04/gejala-dan-penyebab-stress.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Frustrasi
Nasution, Noehi dkk. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud..
Wargito, Bimo. 1989. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andy Yogyakarta
Atikison L. Rita, dkk (1983). Pengantar psikologi. Jakarta : Erlangga.
MAKALAH PSIKOLOGI
DEPRESI
Disusun Oleh:
RIDHO WAHYUDI
DESI AGUSNANI
INTAN KURNIASARI
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa, karena berkat
rahmat serta karunia-NYA lah Penyusun dapat menyelesaikan tugas membuat makalah
mengenai Depresi ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Yang mana tugas ini
adalah tugas pertama yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Psikologi
kepada Kami sebagai Penulis. Tidak lupa pula Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Flora Song Bong, selaku guru pembimbing mata kuliah Psikologi, yang
telah membimbing Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik.
Makalah ini disusun agar Pembaca serta Penulis sendiri dapat memperluas
pengetahuan dan pemahaman mengenai Depresi. Pengetahuan itu dapat berupa
mengenai apa itu depresi ?, apa saja penyebab depresi ?, bagaimana cara
penanggulangan depresi?, serta hal-hal penting lainnya yang menyangkut dan yang
menunjang peningkatan pemahaman kita mengenai Depresi dengan lebih baik.
Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
maupun dapat pula digunakan sebagai bahan belajar dan sebagai prasarana penunjang
tercapainya pemahaman yang baik mengenai depresi itu sendiri. Penulis juga
menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh sebab itu,
Penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran positif yang membangun, agar
makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang tentu akan menemukan kesulitan dan cobaan hidup. Mungkin dia tidak
merasa sedemikian berputus asa sehingga bunuh diri, tetapi dia mempunyai
pengalaman depresi sewaktu-waktu. Yang terkadang diaplikasikan atau dicurahkan
dalam beberapa bentuk, dan tak jarang membawa mereka kedalam pemikiran yang
menyulitkan, dan lain sebagainya.
Biasanya semua orang tidak mengakui bahwa mereka telah terpelosok ke dalam
kancah penderitaan. Banyak dari mereka berpikir tentang tingkat-tingkat depresi
yang mereka sebut ”perasaan sedih” atau seperti yang dilakukan oleh wanita dengan
menangis. Tapi mereka sadar bahwa sekali waktu kehidupan mereka tidak bahagia.
Jelaslah ada perbedaan antara ketidakbahagiaan dan penyakit mental.
Bagaimanapun juga, bentuk depresi yang paling ringan akan menumpulkan
ketajaman kehidupan yang paling keras. Sehingga beberapa orang yang terjebak
dalam kesedihan ataupun ketidakbahagiaan lainnya, mengambil langkah berbahaya
yang dapat merugikan dirinya, yaitu dengan tindakan bunuh diri dan sebagainya.
Untuk itu makalah ini disusun sedemikian rupa guna membantu pembaca agar
lebih mudah memahami maksud dari depresi. Selain itu, agar dapat memberikan
pengetahuan atau wawasan bagi para pembaca.
Pada zaman modern ini, banyak manusia yang mengalami stress, kecemasan,
dan kegelisahan. Sayangnya, masih saja ada orang yang berpikir bahwa stress dan
depresi bukan benar-benar suatu penyakit. Padahal, dibandingkan AIDS yang
menjadi momok saat ini, stres dan depresi jauh lebih bertanggung jawab terhadap
banyak kematian. Karena, kedua hal tersebut merupakan sumber dari berbagai
penyakit.
Stres dan depresi yang dibiarkan berlarut membebani pikiran dan dapat
mengganggu system kekebalan tubuh. Apabila kita berada dalam emosi yang
negative seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan, dan kurang bersyukur
dengan nikmat yang ada, maka system kekebalan kita menjadi lemah.
Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang
mendapat perhatian serius. Dinegara-negara berkembang, WHO memprediksikan
bahwa pada tahun 2020 nanti depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang
banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian
setelah serangan jantung. Berdasarkan data WHO tahun 1980, hampir 20%-30%
dari pasien rumah sakit di Negara berkembang mengalami gangguan mental
emosional seperti depresi.
B. Ruang Lingkup
Makalah ini membahas tentang depresi secara general atau universal. Namun,
sesuai dengan literatur yang kami miliki maka makalah ini dibatasi oleh ruang
lingkup bahasan yang meliputi pengertian depresi dan tanda gejalanya serta ciri-ciri
kepribadian penderita depresi.
C. Tujuan
Adapun tujuan yang inin dicapai dalam penulisan makalah ini antara lain:
1. Memahami tentang pengertian depresi;
2. Faktor penyebab depresi;
3. Memahami tentang gejala depresi;
4. Memahami tentang ciri-ciri kepribadian penderita depresi;
5. Membantu mengurangi timbulnya gejala depresi baik di lingkungan masyarakat
maupun pribadinya;
6. Cara menanggulangi depresi dalam diri;
7. Memperluas wawasan mengenai penyakit psikis, khusunya depresi, agar dapat
digunakan sebagai dasar pengetahuan untuk berpartisipasi dalam memberikan
informasi bagi masyarakat.
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Pengertian Depresi
Depresi adalah gangguan mood (kondisi emosional) berkepanjangan yang
mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang
dan kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain seolah ada penghalang yang
tampak atau timbul tanpa alasan yang jelas. Depresi dapat diartikan sebagai suatu
reaksi yang berlebihan terhadap suatu kejadian yang menjadi pemicunya. Depresi
juga dapat diartikan suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen
psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen
somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut
nadi sedikit menurun.
Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung
reda. Depresi yang dialami ini berkolerasi dengan kejadian dramatis yang baru saja
terjadi atau menimpa seseorang. Pada umumnya, mood yang secara dominan
muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
Depresi adalah kata yang memiliki banyak nuansa arti. Sebagian besar diantara
kita pernah merasa sedih atau jengkel, menjalani kehidupan yang penuh masalah,
merasa kecewa, kehilangan dan frustasi, yang dengan mudah menimbulkan
ketidakbahagiaan dan keputusasaan.
B. Penyebab depresi
1. Faktor genetik
Seseorang yang dalam keluarganya diketahui menderita depresi berat
memiliki resiko lebih besar menderita gangguan depresi daripada masyarakat
pada umumnya. Gen berpengaruh dalam terjadinya depresi, tetapi ada banyak
gen di dalam tubuh kita dan tidak ada seorangpun penelit i yang
mengetahui
secara pasti bagaimana gen bekerja. Dan tidak ada bukti langsung bahwa ada
penyakit depresi yang disebabkan oleh faktor keturunan.
2. Susunan kimia otak dan tubuh
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan yang
besar dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi ditemukan
adanya perubahan dalam jumlah bahan kimia tersebut. Hormon adenalin yang
memegang peranan utama dalam mengendalikan otak dan aktivitas tubuh,
tampaknya berkurang pada mereka yang mengalami depresi. Pada wanita,
perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menopause juga
dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi.
3. Faktor usia
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu
remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Hal ini dapat terjadi
karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan yang
penting, yaitu peralihan dari masa anak-anak kemasa remaja, remaja ke dewasa,
masa sekolah ke masa kuliah atau bekerja, serta masa pubertas hingga ke
pernikahan. Namun sekarang ini usia rata-rata penderita depresi semakin
menurun, yang menunjukkan bahwa remaja dan anak-anak semakin banyak
yang terkena depresi. Survei masyarakat terakhir melaporkan adanya prevalensi
yang tinggi dari gejala-gejala depresi pada golongan usia dewasa muda yaitu 18-
44 tahun.
4. Gender
Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi daripada pria. Bukan
berarti wanita lebih mudah terserang depresi, bisa saja karena wanita lebih
sering mengakui adanya depresi daripada pria. Dan dokter lebih dapat mengenali
depresi pada wanita. Bagaimanapun, tekanan pada wanita yang mengarahkan
pada depresi. Misalnya, seorang diri dirumah dengan anak-anak kecil lebih
jarang ditemui pada pria daripada wanita. Ada juga perubahan hormonal dalam
siklus menstruasi yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran dan juga
menopause yang membuat wanita lebih rentan menjadi depresi atau menjadi
pemicu penyakit depresi.
5. Gaya hidup
Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada penyakit
misalnya penyakit jantung juga dapat memicu kecemasan dan depresi.
Tingginya tingkat stress dan kecemasan digabung dengan makanan yang tidak
sehat dan kebiasaan tidur serta tidak olahraga untuk jangka waktu yang lama
dapat menjadi faktor beberapa orang yang mengalami depresi penelitian
menunjukkan bahwa kecemasan dan depresi berhubungan dengan gaya hidup
yang tidak sehat pada pasien berisiko penyakit jantung. Gaya hidup yang tidak
sehat misalnya tidur tidak teratur, makan tidak teratur, pengawet dan pewarna
buatan, kurang berolahraga, merokok, dan minum-minuman keras.
6. Penyakit fisik
Penyakit fisik dapat menyebabkan depresi. Perasaan terkejut karena mengetahui
kita memiliki penyakit serius dapat mengarahkan pada hilangnya kepercayaan
diri dan penghargaan diri, juga depresi. Alasan terjadinya depresi cukup
kompleks. Misalnya, depresi sering terjadi setelah serangan jantung, mungkin
karena seseorang merasa mereka baru saja mengalami kejadian yang dapat
menyebabkan kematian atau karena mereka tiba-tiba menjadi orang yang tidak
berdaya. Pada individu lanjut usia, penyakit fisik adalah penyebab yang paling
umum terjadinya depresi.
7. Obat-obatan
Beberapa obat-obatan untuk pengobatan dapat menyebabkan depresi. Namun
bukan berarti obat tersebut menyebabkan depresi, dan menghentikan pengobatan
dapat lebih berbahaya daripada depresi.
8. Obat-obatan terlarang
Marijuana/Ganja, Heroin/ Putauw, Kokain, Ekstasi dan Sabu-sabu.
9. Sinar matahari
Kebanyakan dari kita merasa lebih baik dibawah sinar matahari daripada
mendung, tetapi hal ini sangat berpengaruh pada beberapa individu. Mereka
baik-baik saja ketika musim panas tetapi menjadi depresi ketika musim dingin.
Mereka disebut menderita seasonal affective disorder (SAD).
10. Kepribadian
Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi rendahnya
depresi yang dialami serta kerentanan terhadap depresi. Ada individu-individu
yang lebih negative, pesimis, juga tipe kepribadian.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek depresi adalah gejala
depresi yang dapat dimanifestasikan secara emosional, kognitif, motivasional, fisik
dan pencernaan, raut wajah sedih, retardasi, dan agitasi. Gejala yang
dimanifestasikan secara emosional terdiri dari perasaan kesal atau patah hati,
perasaan negatif terhadap dirinya, hilangnya rasa puas, hilangnya keterlibatan
emosional,kecenderungan untuk menangis diluar kemauan, dan hilangnya respon
terhadap humor. Sedangkan gejala yang dimanifestasikan secara kognitif meliputi
sikap menyimpang penderita, baik terhadap diri, pengalaman, dan masa depannya.
Gejala yang dimanifestasikan secara motivasional meliputi pengalaman yang
disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan , sedangkan gejala
yang muncul sebagai gangguan fisik apabila terjadi gangguan saraf otonom dan
hipotalamus.
POHON MASALAH
Koping maladaptif
Penyebab
D. Gejala-Gejala Depresi
Sebelum mengenali gejala depresi, ada baiknya kita mengenal arti dari
gejala. Gejala adalah sekumpulan peristiwa, perilaku atau perasaan yang sering
(namun tidak selalu) muncul pada waktu yang bersamaan. Gejala depresi adalah
kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara spesifik dapat dikelompokkan
sebagai depresi.
Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala fisik,
gejala psikis, dan gejala sosial yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan,
sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat kerja, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnya konsentrasi, dan menurunnya daya tahan, seperti berikut ini.
1. Gejala Fisik
a. Kelakuan yang aneh pada waktu tidur
b. Kelesuan – apatis – omong kosong
c. Hilangnya nafsu makan
d. Kehilangan nafsu seks
e. Penyakit-penyakit fisik yang ringan
2. Gejala Psikis
a. Kehilangan rasa percaya diri
Orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala
sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Mereka senang
sekali membandingkan antara dirinya dengan orang lain. Orang lain
dinilai lebih sukses, pandai, beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih
berpengalaman, lebih diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negatif
lainnya.
b. Sensitif
Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala
sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering
peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda
oleh mereka, bahkan disalahartikan. Akibatnya, mereka mudah
tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain,
mudah sedih, murung, lebih suka menyendiri.
3. Gejala Sosial
Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya
mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan atau aktivitas rutin lainnya.
Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut
yang pada umumnya negatif. Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada
masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan, atau bawahan. Masalah ini tidak
hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder,
malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk
berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap
terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada
kesempatan.
1. Terbuka dan jangan suka memendam masalah. Di dunia ini tidak ada orang
yang luput dari masalah. Orang yang tidak mempunyai masalah cenderung
tidak mempunyai pegangan. Sedikit sekali ada orang yang selalu bisa
mengatasi masalahnya sendiri, jadi berbagilah kepada teman dekat.
2. Curhat dan Sharing. Kalau masalah tidak bisa dipecahkan secara sendiri lebih
baik mengajak temam untuk sharing, atau siapa pun orang yang kita percayai.
Karena dengan begitu siapa tahu kita bisa mendapat bantuan solusi untuk
memecahkan masalah. Kalaupun enggak, paling tidak dengan berbagi cerita,
perasan jadi lebih enteng dan pikiran tidak stres. Kalau beginim jadi bisa
mikirin solusinya lagi kan.
3. Kerjakan banyak hal. Saat waktu senggang dan masih muda, banyak cara
untuk menghilangkan beban perasaan. Selain olahraga, membaca buku,
menonton dan istirahat adalah pentung artinya dalam hidup.
4. Mencoba yang belum pernah. Bukan berarti coba-coba sesuatu yang
mengundang risiko, akan tetapi menguji nyali diri untuk melakukan tantangan
yang dapat men-supprt diri.
5. Banyak cara untuk meraih cita-cita, mewujudkan keyakinan dan harapan asal
dengan sungguh dan pantang menyerah. Cara berserah diri dan sabar adalah
pegangan supaya tidak terpeleset ke jurang kebimbangan.
2. CBT
Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien
yang berhubungan dengan kesulitan emosional dan psikologi klien.
Pendekatan ini akan berupaya membantu klien mengubah pikiran-pikiran atau
pernyataan diri negative dan keyakinan-keyakinan pasien yang tidak rasional.
Jadi fokus teori ini adalah mengganti cara-cara berfikir yang tidak logis
menjadi logis.
3. Terap i Interpersonal
Terapi Interpersonal adalah bantuan psikoterapi jangka pendek yang
berfokus kepada hubungan antara orang-orang dengan perkembangan simtom
penyakit kejiwaan.
4. Konseling kelompok dan dukungan sosial
Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara konseling
yang dilakukan antara seorang konselor professional dengan beberapa pasien
sekaligus dalam kelompok kecil
5. Berolahraga
Keadaan mood yang negative seperti depresi, kecemasan, dan
kebingungan disebabkan oleh pikiran dan perasaan yang negative pula. Salah
satu cara yang dapat dilakuakan untuk menghasilkan pikiran dan perasaan
positif yang dapat menghalangi munculnya mood negative adalah dengan
berolahraga.
6. Diet (mengatur pola makan)
Simtom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam
tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi yang dapat menyebabkan depresi semakin
parah yaitu:
Konsumsi kafein secara berkala .
Konsumsi sukrosa (gula )
Kekurangan biotin, asam folat dan vitamin B, C, kalsium, tembaga,
magnesium
Kelebihan magnesium
Ketidakseimbangan asam amino
Alergi makanan
7. Terapi Humor
Sudah lama professional medis mengakui bahwa pasien yang
mempertahankan sikap mental yang positif dan berbagai tawa, merespons
lebih baik terhadap pengobatan. Respons psiologis dari tertawa termasuk
meningkatkan pernapasan, sirkulasi, sekresi hormone dan enzim pencernaan
dan peningkatan tekanan darah.
8. Berdoa
Banyak orang mempunyai kecenderungan alami untuk berpaling pada
agama dalam memperoleh kekuatan dan hiburan. Bagi yang percaya,
keyakinan yang kuat dan menjadi anggota aliran agama tertentu serta tujuan
yang sama dapat menanggulangi penderitaan dan depresi.
Berdoa merupakan salah satu cara untuk mengatasi depresi. Mengambil
waktu untuk berdoa memberi kesempatan kepada kita menghentikan kegiatan
kita dan jalan arus hidup kita.
BAB III
PENUTU
P
A. Kesimpulan
Depresi adalah gangguan mood (kondisi emosional) berkepanjangan yang
mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan, dan berperilaku) seseorang
dan kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain seolah ada penghalang yang
tampak atau timbul tanpa alasan yang jelas.
Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala fisik,
gejala psikis, dan gejala sosial yang khas. Orang yang mudah sekali mengalami
depresi biasanya memiliki beberapa kepribadian tertentu.
Penderita depresi memiliki ciri kepribadian yang berbeda dengan orang
normal. Hal ini merupakan pengaruh pikiran dari orang yang mengalami depresi
tersebut terhadap situasi sulit yang sedang dialaminya.
B. Saran
Adapun saran dari kami untuk perkembangan profesi keperawatan sebagai berikut:
1. Sebaiknya perawat dapat memberikan motivasi bagi penderita depresi, baik
depresi ringan bahkan depresi berat, tidak menggunakan kata-kata yang
membuat penderita patah semangat.
2. Perawat diharapkan dapat mengontrol pasien/penderita depresi dari tindakan
yang atau hal-hal yang kecil hingga hal yang besar sekalipun untuk mencegah
terjadinya suatu tindakan fatal diluar dugaan.
3. Komunikasi secara kontinyu dengan penderita depresi, agar penderita tersebut
merasa dihargai, dibutuhkan dan dihibur.
Setelah lulus, Thorndike kembali ke minat awal, Educational Psychology. Pada tahun
1898 ia menyelesaikan PhD di Columbia University di bawah pengawasan James
McKeen Cattell, salah satu pendiri psikometri. Pada tahun 1899, setelah satu tahun tidak
bahagia, kerja awal di College for Women dari Case Western Reserve di Cleveland,
Ohio, ia menjadi instruktur psikologi di Teachers College di Columbia University,
dimana ia tinggal selama sisa kariernya, mempelajari manusia belajar, pendidikan, dan
mental,pengujian .
Karyanya pada perilaku binatang dan proses pembelajaran menuju teori connectionism
dan membantu meletakkan dasar ilmiah psikologi pendidikan modern. Dia juga bekerja
di industri pemecahan masalah, seperti karyawan ujian dan pengujian..Pada 29 Agustus
1900, ia menikah Elizabeth Moulton dan mereka punya lima anak. Dia adalah seorang
anggota dewan dari Psychological Corporation, dan menjabat sebagai presiden
American Psychological Association pada tahun 1912. Thorndike pada tahun 1937
menjadi Presiden kedua Psychometric Society, mengikuti jejak Leon Louis Thurstone
yang telah mendirikan masyarakat dan jurnal Psychometrika tahun sebelumnya. Edward
Lee Thorndike meninggal 9 Agustus 1949 .
Diantara Thorndike yang paling terkenal terlibat kontribusi penelitiannya pada kucing
belajar bagaimana melepaskan diri dari kotak-kotak teka-teki dan perumusan terkait
hukum efek. Undang-undang menyatakan bahwa akibat tanggapan yang diikuti oleh
konsekuensi yang memuaskan akan terhubung dengan situasi, dan lebih kemungkinan
akan berulang ketika situasi kemudian dijumpai. Jika tanggapan yang diikuti oleh
konsekuensi permusuhan, asosiasi dengan situasi menjadi lebih lemah. kotak teka-teki
Percobaan sebagian didorong oleh ketidaksukaan Thorndike untuk pernyataan bahwa
binatang memanfaatkan kemampuan luar biasa seperti wawasan dalam memecahkan
masalah mereka: "Di pertama-tama, sebagian besar buku tidak memberi kita psikologi,
melainkan pidato binatang. Mereka semua telah tentang kecerdasan hewan, tidak
pernah tentang hewan kebodohan. Dari hewan itu sendiri".
Thorndike dimaksudkan untuk membedakan dengan jelas apakah atau tidak kucing
melarikan diri dari kotak-kotak teka-teki yang menggunakan wawasan. Thorndike's
instrumen dalam menjawab pertanyaan ini sedang belajar terungkap dengan memplot
kurva waktu yang dibutuhkan untuk binatang untuk melarikan diri dari kotak setiap kali
itu berada di dalam kotak. Dia beralasan bahwa jika hewan-hewan itu menunjukkan
wawasan, maka waktu untuk melarikan diri mereka akan tiba-tiba jatuh ke sebuah
periode diabaikan, yang juga akan ditampilkan dalam kurva belajar tiba-tiba drop,
sedangkan binatang yang lebih biasa menggunakan metode trial and error akan
menunjukkan kurva bertahap. Menemukan-Nya adalah menunjukkan bahwa kucing
secara konsisten menunjukkan pembelajaran dan pemahaman secara bertahap .
Thorndike menafsirkan temuan-temuan dalam hal asosiasi. Ia menegaskan bahwa
hubungan antara kotak dan gerakan kucing digunakan untuk melarikan diri itu diperkuat
oleh masing-masing melarikan diri. Serupa, meskipun ide radikal diambil ulang oleh BF
Skinner dalam perumusan persyaratan instrumental. Analisis asosiatif melanjutkan
untuk mencari sebagian besar dalam perilaku bekerja melalui abad pertengahan, dan
sekarang jelas dalam beberapa pekerjaan dalam perilaku modern maupun modern.
Thorndike didukung Dewey fungsionalisme dan menambahkan komponen stimulus-
respon dan menamainya koneksionis. Teorinya menjadi kebutuhan pendidikan selama
50tahun .
Thorndike adalah salah satu pelopor pertama pembelajaran aktif, mengusulkan sebuah
teori yang membiarkan anak-anak belajar sendiri, daripada menerima instruksi dari
guru. Thorndike Teori Belajar :
DAFTAR PUSTAKA
Lumongga Namora. 2009 . Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana Pranada
http://artikelkesmas.blogspot.com/2013/01/makalah-psikologi-kesehatan-depresi.html
Gunarsa, Singgih D. & Gunarsa, Ny. Y Singgih. 1995. Psikologi Keperawatan. Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia ( hal 89)
Maramis. 2012. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press (hal
94, 131,339, 385)
Latipah, Eva. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pedagogia (hal 191)
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC (hal 70, 149)
Sadock, Benjamin J.. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC (hal 189, 630)
http://tokoh-ilmuwan-penemu.blogspot.com/2010/03/tokoh-psikologi-edward-lee-
thorndike.html. Diambil Tanggal 3 Oktober 2013