Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH UPAYA PEMAHAMAN TINGKAH LAKU

DOSEN PENGAMPU: Drs. Muhammad Anas, M.si

OLEH:

Kelompok 1

PUPUT ARMYCHA (210404500011)

A.AS’AD FATAN (210404501022)

AGUSTINA SYAM (210404501015)

Nabila (210404501024)

Syaripa Nabila (21040502029)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
yang berjudul "Sejarah Upaya pemahaman tingkah laku" dapat tersusun sampai selesai. Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah "Dasar-dasar
pemahaman tingkah laku" dengan ini Bapak Drs. Muhammad Anas, M,si atas bimbingan yang
diberikan.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa kami praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 14 Februari 2022


DAFTAR ISI

Daftar Isi.......................................................................................................................................

Kata Pengantar..............................................................................................................................

BAB I

A. .Latar Belakang.................................................................................................................
B. .Rumusan Masalah............................................................................................................
C. .Tujuan..............................................................................................................................

BAB 11.........................................................................................................................................

PEMBAHASAN...........................................................................................................................

A. Pengertian Tingkah Laku .................................................................................................


B. Arti Penting Pemahaman Tingkah Laku ..........................................................................
C. Psikologi Kepribadian Sebagai Bidang Kajian dalam Pemahaman Tingkah Masa Filsuf
Yunani Kuno.....................................................................................................................
D. Kriteria-Kriteria Teori Kepribadian untuk Memahami Tingkah Laku.............................
...........................................................................................................................................
E. Manfaat Pemahaman Tingkah Laku Bagi Profesi Bimbingan Konseling........................
F. Masa Filsuf Yunani Kuno.................................................................................................
G. Renaisans..........................................................................................................................
H. Pasca Renainsans..............................................................................................................
I. Era Moderen......................................................................................................................
J. Hubungan Psikologi Dengan Ilmu-Ilmu Lainnya.............................................................
K. Aliran-Aliran Dalam Psikologi.........................................................................................
L. Cabang-Cabang psikologi.................................................................................................

BAB III.........................................................................................................................................

Penutup..........................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang kompleks, kekompleksitasan manusia itu tiada taranya di
muka bumi ini. Manusia lebih rumit dari makhluk apapun yang bisa dijumpai dan jauh lebih
rumit dari mesin apapun yang bisa dibuat. Manusia juga sulit dipahami karena keunikannya.
Dengan keunikannya, manusia adalah makhluk tersendiri dan berbeda dengan makhluk apapun.
Juga dengan sesamanya. Tetapi, bagaimanapun sulitnya atau apapun hambatannya, manusia
ternyata tidak pernah berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya itu. Dan barang kali
sudah menjadi ciri atau sifat manusia juga untuk selalu mencari tahu dan tidak pernah puas
dengan pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya, termasuk pengetahuan tentang dirinya
sendiri dan sesamanya.

Sekian banyak upaya yang telah diarahkan untuk memahami manusia. Tetapi tidak semua
upaya tersebut membawa hasil, namun upaya pemahaman tentang manusia tetap memiliki arti
penting dan tetap harus dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa kualitas hidup manusia, tergantung
kepada peningkatan pemahaman kita tentang manusia. Dan psikologi, baik secara terpisah
maupun sama-sama dengan ilmu-ilmu lain, sangat berperan secara mendalam dalam
penganganan masalah kemanusiaan ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Upaya pemahaman tingkah laku?

2. Bagaimana hubungan psikologi pendidikan dengan ilmu-ilmu lainnya?

3. Apa saja cabang-cabang psikologi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah upaya pemahaman tingkah laku.

2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan psikologi pendidikan dengan ilmu-ilmu lainnya.

3. Untuk mengetahui apa saja cabang-cabang psikologi.


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tingkah Laku

Tingkah laku adalah  suatu  ciri khas /  bentuk karakter individu atau manusia


sendiri. Tingkah laku ialah apa yang seseorang itu lakukan dan katakan. Ciri-ciri tingkah laku:-
apa yang orang kata dan lakukan (Actions)- mempunyai satu atau lebih dimensi (Dimensios)
yang boleh diukur (Kekerapan, tempoh masa, intensiti, latensi)- boleh diperhatikan, diurai dan
direkod (Observable and Measurable)- Mempunyai impact kepada persekitaran- Menurut hukum
(lawful) – (hubungan antara tingkah laku dengan peristiwa dipersekitaran)- dalam bentuk overt
or covert. Tingkah laku juga merupakan respon dari rangsangan, rangsangan itu muncul baik dari
dalam maupun dari luar dengan cara merasa, berpikir dan kebutuhan sehingga muncul sikap dari
diri seseorang.

B.     Arti Penting Pemahaman Tingkah Laku

Usaha-usaha untuk menyusun teori maupun konsep yang utuh dalam rangka menjelaskan
perilaku manusia sudah sejak lama dilakukan orang. Meskipun berbagai usaha yang dilakukan
untuk menyusun teori maupun konsep tersebut sudah secara terus menerus dilakukan, akan tetapi
teka-teki tentang tingkah laku manusia belum sepenuhnya terjawab.

Ditinjau dari jumlah manusia di muka bumi yang tidak terhitung, kenyataan menunjukkan
bahwa tidak ada satupun yang memiliki karakteristik yang sama, bahkan pada individu yang
lahir dalam keadaan kembar yang yang identik sekalipun.

Meskipun terdapat berbagai hambatan maupun kesulitan dalam memahami tingkah laku
manusia, manusia ternyata tidak pernah berhenti berusaha untuk mencari jawaban tentang segala
hal yang berkaitan dengan tingkah laku manusia melalui berbagai kajian ilmu antara lain, dari
tinjauan astrologi, teologi, filsafat, antropologi, sosiologi, dan psikologi.

Upaya pemahaman tingkah laku manusia melalui berbagai bidang kajian memiliki arti yang
sangat penting karena berbagai masalah berdimensi luas yng ada dalam kehidupan manusia
misalnya ledakan penduduk, pencemaran lingkungan, perang, ketegangan global, prasangka
rasial, kriminalitas,kelaparan dan kemiskinan baru dapat diatasi salah satunya dengan terlebih
dahulu memahami perilaku manusia dalam berbagai dimensi.

Dalam cakupan yang lebih kecil, khususnya berkaitan dengan profesi bimbingan dan
konseling yang bertugas memberikan layanan bimbingan dan konseling terhadap individu yang
memerlukan bantuan, pemahaman tingkah laku menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa
ditinggalkan, karena pemahaman tingkah laku menjadi modal utama dalam upaya pemberian
bantuan. Dengan demikian, upaya untuk mendapatkan pemahaman atas tingkah laku manusia
tidak sekedar upaya untuk melampiaskan rasa ingin tahu manusia saja, akan tetapi bahkan
menjadi suatu kewajiban bagi manusia itu sendiri untuk mempertahankan kelangsungan  hidup
dan meningkatkan kualitas kehidupannya dimasa-masa selanjutnya.

C.    Psikologi Kepribadian Sebagai Bidang Kajian dalam Pemahaman Tingkah

Upaya pemahaman tingkah laku dalam profesi Bimbingan dan Konseling dikaji dalam
kerangka psikologi kepribadian. Kata kepribadian yang berasal dari kata personality (inggris)
yang berasal dari kata pesona  (latin) yang berarti topeng. Topeng  merupakan tutup muka yang
sering dipergunakan oleh pemain-pemain panggung. Maksud dari penggunaan istilah tersebut
adalah untuk menggambarkan prilaku, watak atau pribadi seseorang yang dalam  manifestasinya
kehidupan sehari-hari tidak selalu membawakan dirinya sebagaimana adanya, melainkan selalu
menggunakan tutup muka dengan tujuan untuk menutupi kelemahannya.

Psikologi kepribadian menurut Korwara, 1983. Menjelaskan bahwa kepribadian  merupakan


salah satu bidang dalam psikologi yang mempelajari perilaku manusia secara total dan
menyeluruh.

Sedangkan menurut  Atkinson, 1998. Kepribadian merupakan segala bentuk pola pikiran,


emosi, dan perilaku yang berbeda dan merupakan karakteristik yang menentukan gaya personal
individu dan mempengaruhi interaksinya dengan lingkungan. Whiterington (dalam rumini, 1988)
menggambarkan bahwa kepribadian sebagai keseluruhan tingkah laku seseorang yang
diintegrasiakan, sebagaimana yang tampak pada orang lain.

Kepribadian  bukan hanya yang melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil
dari suatu pertubuhan yang lama dalam suatu lingkungan kultural. Selanjutnya Whitherington
(dalam Rumini, 1988) membedakan cara pemakaian perkataan kepribadian sebagai berikut :

1. Secara populer kepribadian adalah kesan yang ditimbulkan oleh sifat-sifat lahiriah seseorang,
misalnya cara berpakaian, sifat jasmaniah, daya pikat dan sebagainya.

2. Para serjana psikologi lebih memperhatikan arti yang lebih dalam dan luas, yang meliputi pula
sifat-sifat yang khas, unik, yang selamanya ada pada orang yang bersangkutan, tetapi tidak selalu
tampak pada observasi sepintas lalu yang dilakukan pertama kalinya.

Dari defenisi-defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi kepribadian merupakan


salah satu bidang dalam psikologi yang mempelajari perilaku manusia dalam bentuk
karakteristik personal individu yang khas dan terintegrasi baik berupa pola pikiran, emosi, dan
perilaku, bersifat berbeda antara satu individu dengan yang lainnya serta mempengaruhi interaksi
individu dengan lingkungannya.
Psikologi kepribadian seperti halnya dengan bidang-bidang psikologi yang lain seperti
psikologi perkembangan, psikologi umum, psikologi sosial, psikologi industri, dan psikologi
pendidikan memberi sumbangan berharga dalam pemahaman tingkah laku melalui kerangka
kerja psikolgi yang ilmiah, yaitu dengan menggunakan konsep-konsep yang mengarah langsung
dan terbuka bagi pengujian empiris serta menggunakan metode-metode yang sedapat mungkin
dapat dipercaya (valid) dan memiliki ketepatan.

Yang membedakan psikologi kepribadian dengan psikologi yang lain adalah usahanya untuk
mensintesisikan dan menintegrasikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam berbagai bidang
psikologi lain. Dengan demikian, cakupan bidang kajian psikologi kepribadian bersifat sangat
luas karena semua faktor yang menentukan atau mempengaruhi tingkah laku manusia menjadi
objek penelitian dan pemahaman para ahli psikologi kepribadian. Berdasarkan uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa psikologi kepribadian dalam kajiannya berusaha menjelaskan perilaku
manusia dalam bentuk  :

1. Penggambaran dan penjelasan perbedaan individual dengan berbagai cara.

2. Sintesis berbagai proses yang mempengaruhi interaksi individu dengan lingkungannya


kedalam satuan terintegrasi manusia secara total.

D.    Kriteria-Kriteria Teori Kepribadian untuk Memahami Tingkah Laku

         Menurut Hall dan Lindzey (1993) sebuah teori kepribadian diharapkan mampu meberikan
jawaban atas pertanyaan sekitar apa, bagaimana, dan mengapa tentang tingkah laku manusia.
Untuk itu menurut Pervin (dalam Hall dan Lindzey) sebuah teori kepribadian yang lengkap
biasanya memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut :

1. Pembahasan tentang struktur, yaitu aspek-aspek kepribadian yang bersifat   relatif stabil dan


menetap, dan merupakan unsur-unsur pembentuk sosok kepribadian.

2. Pembahasan tentang proses, yaitu konsep-konsep tentang motivasi untuk menjelaskan


dinamika tingkah laku atau kepribadian.

3. Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan, yaitu aneka perubahan pada struktur


sejak masa bayi sampai mencapai kematangan,  perubahan-perubahan yang menyertainya,
serta berbagai faktor yang menentukannya.

4. Pembahasan tentang psikopatologi, yaitu hakekat gangguan kepribadian dan tingkah laku


beserta asal usul dan proses berkembangnya.

5. Pembahasan tentang perubahan tingkah laku, yaitu konsepsi bagaimana tingkah laku bisa
dimodifikasi atau diubah.
Koswara, 1991. Menjelaskan bahwa suatu teori kepribadian memiliki fungsi yang sama.
Ditinjau dari fungsinya suatu teori kepribadian hendaknya memilki fungsi:

a.       Fungsi Deskriptif  (menguraiakan atau menerangkan). Fungsi deskriptif ini menjadikan


suatu teori kepribadian yang dapat mengorganisir dan menerangkan tingkah laku atau kejadian-
kejadian yang dialami oleh individu secara sistematis dan konsisten.

b.      Fungsi Peramalan (prediktif). Dengan demikian suatu teori  kepribadian harus dapat


menerangkan tingkah laku atau kejadian-kejadian serta akibat-akibat yang belum muncul pada
diri individu. Hal ini ditunjukan agar konsep-konsep teori dapat diuji secara empiris dengan
kemungkinan diterima atau ditolak.

  Ditinjau dari kriteria-kriterianya, menurut Korwara (1991) suatu teori kepribadian yang lengkap
diharapkan agar  memiliki enam kriteria, yaitu ;

1. Veriabilitas. Kriteria ini menekankan bahwa teori kepribadian haruskah bertumpu pada
konsep-konsep yang jelas, didefenisikan secara ekspilit, dan memilki kaitan yang logis satu
sama yang lain sehingga memungkinkan teori kepribadian ini dapat diferivikasikan atau
diperiksa oleh para peneliti lain.

2. Nilai Heuristik. Kriteria ini mengevaluasi sampai sejauh mana suatu teori kepribadian dapat
secara langsung mengundang penelitian. suatu teori kepribadian yang baik hendaknya dapat
mengundang diadakannya penelitian dengan bertumpu pada teori kepribadian tersebut. Hal ini
dilakukan antara lain dengan mendefenisikan konsep-konsep secara operasional.

3. Konsistensi internal. Kriteria ini menekankan bahwa teori kepribadian hendaknya tidak
mengundang pertentangan yang selanjutnya dapat menimbulkan keraguan atau
ketidakpercayaan .

4. Kehematan. Kriteria ini menekanakan bahwa teori kepribadian haruslah disusun berdasarkan
konsep yang sedikit-dikitnya. jadi, apabila suatu teori kepribadian disusun berdsarkan
sejumlah konsep yang berbeda, yang untuk menerangkan setiap tingkah laku membutuhkan
suatu konsep, maka teori kepribadian ini bisa dikatakan tidak memenuhi kriteria kehematan.

5. Keluasan (Comprehensiveness). Kriteria ini menunjuk kepada bentangan dan keanekaragaman


fenomena yang dapat diinput oleh suatu teori kepribadian. Semakin luas suatu teori
kepribadian, maka akan semakin banyak pula fenomena atau dasar-dasar tingkah laku  yang
bisa diungkapkannya.

6. Signifikasi Fungsi. Kriteria ini menyaratkan bahwa suatu teori kepribadian yang kuat harus
benar-benar bermanfaat dalam memahami tingkah laku manusia sehari-hari melalui
penjelasan-penjelasan yang diberikannya.
E. Manfaat Pemahaman Tingkah Laku Bagi Profesi Bimbingan Konseling

Dalam profesi Bimbingan dan Konseling  khususnya bimbingan dan  konseling di sekolah,


pemahaman tingkah laku dapat memberi sumbangan dalam layanan profesi berupa :

1. Kemudahan untuk mengenal sifat-sifat dari individu atau anak didik yang diberi layanan
bimbingan dan konseling sehingga pada akhirnya pelayanan profesi dapat dengan mudah
diberikan.

2. Pemahaman yang utuh dan menyeluruh terhadap tingkah laku masing-masing anak didik yang
dibimbing sehingga pada akhirnya guru atau petugas bimbingan dan konseling di sekolah
dapat memberikan pembinaan yang lebih jauh dan mendalam terhadap bakat, hobi, dan
kegemaran anak didik.

3. Pengenalan sifat anak didik yang dibimbing secara mendalam sehingga pada akhirnya guru
pembimbing dapat mencegah kemungkinan timbulnya frustasi bagi anak dan hingga akhirnya
pembelajaran yang berlangsung di sekolah dapat berjalan dengan  baik dan lancar.

4. Diperolehnya pemahaman yang utuh terhadap pribadi anak didik sehingga guru pembimbing
dapat dengan tepat memperlakukan dan menolong anak didik, untuk mencapai kedewasaan
dan tanggung jawabnya sendiri dengan baik.

5. Pengenalan yang mendalam terhadap anak didik sehingga guru dapat menghindarkan diri dari
kemungkinan timbulnya konflik dengan anak didik yang dapat menimbulkan hilangnya
kewibawaan guru pembimbing di mata anak didiknya.

F. Masa Filsuf Yunani Kuno

Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani: Psyche = Jiwa dan Logos =
Ilmu. Jadi secara harfiah, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Namun,
psikologi itu tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak,
tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut, yakni berupa
tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga kemudian dapat diartikan bahwa psikologi
adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental.

Sebelum psikologi berdiri sendiri sebagai ilmu pengetahuan pada tahun 1879, psikologi (atau
tepatnya gejala-gejala kejiwaan) dipelajari oleh filsafat dan ilmu faal. Filsafat sudah mempelajari
gejala-gejala kejiwaan sejak 500-600 tahun SM, yaitu melalui filsuf-filsuf Yunani kuno. Di
antara para filsuf itu adalah Thales (624-548 SM) yang dianggap sebagai Bapak Filsafat.

1. Thales (624-548 SM) mengartikan jiwa sebagai sesuatu yang supernatural. Menurutnya
jiwa itu tidak ada karena yang ada di alam hanyalah gejala alam dan gejala alam berasal
dari air.
2. Anaximander (611-546 SM) mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari apeiron, yang
artinya tak terbatas, tak terbentuk, tak bisa mati, yaitu seperti konsep tentang Tuhan di
zaman kita sekarang. Maka, kemudian Anaximander berpendapat bahwa jiwa itu ada.
3. Anaximenes (490-430 SM) mendukung pendapat Anaximander bahwa jiwa itu ada karena
segala sesuatu berasal dari udara.

Berdasarkan pendapat para filsuf di atas, jiwa dan badan berasal dari unsur-unsur yang sama
dan tunduk pada hukum-hukum yang sama. Pandangan ini disebut dengan monoism. Di samping
pandangan yang monoism ini, kemudian tumbuh pula pandangan dualism, dimana jiwa tidak
sama dengan badan dan masing-masing tunduk pada peraturan atau hukum-hukum yang terpisah.

Tokoh yang paling berperan penting dalam terhadap perkembangan psikologi ratusan tahun
ke depan adalah tiga serangkai: Sokrates (469-399 SM), Plato (427-327 SM), dan Aristoteles
(384-322 SM). Plato adalah murid Sokrates, dan Aristoteles adalah murid Plato. Ketiga tokoh
tersebut adalah penganut paham dualism.

1. Sokrates (469-399 SM) memperkenalkan teknik maeutics, yaitu wawancara untuk


menggali keluar pikiran-pikiran dari seseorang. Ia percaya bahwa pikiran-pikiran itu
mencerminkan keberadaan jiwa di balik tubuh manusia.
2. Plato (427-327 SM) mengatakan bahwa dunia kejiwaan berisi ide-ide yang berdiri sendiri
dan terlepas dari pengalaman hidup sehari-hari. Jiwa yang berisi ide-ide diberi nama
psyche. Plato mengatakan bahwa psyche terdiri dari tiga bagian, yaitu Logisticon(akal)
yang berpusat di kepala, Thumeticon (rasa) yang berpusat di dada, dan
Abdomen(kehendak) yang berpusat di perut. Pembagian tersebut disebut dengan
trichotomi dari Plato. Bagi Plato, fungsi berpikir (Logisticon) yang paling penting dalam
jiwa manusia. Keadaan jiwa seseorang dan arah perkembangan jiwa orang itu terutama
dipengaruhi oleh fungsi berpikir dari seseorang. Pendapat Plato tersebut membuatnya
disebut sebagai rasionalis atau penganut paham rasionalisme, yaitu paham yang
mementingkan rasio (akal) di atas fungsi-fungsi kejiwaan yang lain.
3. Aristoteles (384-322 SM) memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu yang berbentuk
kejiwaan (form) harus menempati suatu wujud tertentu (matter). Wujud ini hakikatnya
merupakan pernyataan atau ekspresi dari jiwa. Hanya Tuhan satu-satunya yang tanpa
wujud. Tuhan adalah “form” saja tanpa “matter”. Pandangannya tersebut membuat
Aristoteles disebut sebagai penganut paham empirisme. Kaum empirisme meyakini
bahwa segala sesuatu harus bertitik tolak dari realita, yaitu dari “matter” itu. Matter yang
dapat diketahui melalui pengamatan atau pengalaman empiris merupakan sumber utama
pengetahuan. Dengan pendapatnya ini, Aristoteles sering disebut sebagai “Bapak
Psikologi”. Aristoteles juga menyumbangkan pikiran yang sangat penting dalam
tulisannya yang berjudul “The Anima”. Dia mengatakan bahwa makhluk hidup terbagi
dalam tiga golongan, yaitu: (1) Anima Vegetativa (Tumbuhan), Anima
Sensitiva(Hewan), dan Anima Intelektiva (Manusia); manusia memiliki kemampuan
mengingat (mneme) yang menunjukkan bahwa manusia memiliki kecerdasan (intelek).
G. Renaisans

Pemikiran para filsuf Yunani Kuno terus berkembang sampai pada masa Renaisans, yaitu
masa revolusi ilmu pengetahuan di Eropa.

1. Rene Descartes (1596-1650), seorang filsuf dari Perancis mencetuskan definisi bahwa
ilmu jiwa (psikologi) adalah ilmu tentang kesadaran (rasio). Ia mengemukakan mottonya
yang terkenal “cognito ergo sum” (saya berpikir maka saya ada), karena menurutnya
segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang dapat dipastikannya, kecuali pikirannya
sendiri.
2. George Berkeley (1658-1753) seorang filsuf Inggris, mengemukakan bahwa yang
terpenting adalah penginderaan, bukan kesadaran atau rasio. Menurutnya, segala sesuatu
berasal dari penginderaan, rasio hanya mengikuti apa yang diserap oleh penginderaan.
Oleh karena itu, dalam pandangan Berkeley, psikologi adalah ilmu tentang penginderaan
(persepsi).

H. Pasca Renainsans

Era ilmu Faal dimulai pasca-renaisans. Para ahli ilmu Faal (Fisiologi), khususnya para dokter
mulai tertarik pada masalah-masalah kejiwaan. Pada saat itu, dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan di negara-negara Eropa, khususnya di bidang Fisika (ilmu alam) dan Biologi, para
ahli ilmu Faal berpendapat bahwa jiwa erat sekali kaitannya dengan susunan syaraf dan refleks-
refleks.

1. Sir Charles Bell (1774-1842) seorang ahli bedah, ahli anatomi dan ilmu faal dari Inggris
dan Francois Megendie (1783-1885) seorang ilmuwan Perancis, menemukan syaraf-
syaraf sensorik (penginderaan) dan syaraf-syaraf motorik (yang mempengaruhi gerak
dan kelenjar-kelenjar).
2. Paul Broca (1824-1880) seorang dokter Jerman, menemukan pusat bicara di otak yang
kemudian diberi nama Pusat Broca. Apabila terjadi gangguan di Pusat Broca ini, maka
orang tidak bisa berbicara, dan disebut menderita aphasia.
3. Marshal Hall (1790-1857) seorang dokter dari Inggris, menemukan mekanisme dari
refleks (gerak refleks).
4. Ivan Pavlov (1849-1936) seorang ilmuwan Faal dari Rusia, mendefinisikan psikologi
sebagai ilmu tentang refleks dan karena itu psikologi tidak berbeda dengan ilmu Faal.
Setelah penemuan-penemuan dari para ahli di atas, maka muncullah definisi-definisi
tentang psikologi yang mengaitkan psikologi dengan tingkah laku dan selanjutnya
mengaitkan tingkah laku dengan refleks.
I. Era Modern

Perkembangan definisi-definisi psikologi masih berlanjut hingga sekarang. Di antara para


sarjana psikologi modern yang mengemukakan definisi psikologi antara lain:

1. Gardner Murphy (1929) mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari
respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
2. Boring, Edwin G, Herbert S, Langfeld, Harry P. Weld (1948) mengemukakan bahwa
psikologi adalah ilmu tentang hakikat manusia.
3. Clifford T. Morgan (1966) mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia dan hewan.

Berdasarkan pemaparan mengenai beberapa definisi psikologi di atas, ada beberapa unsur
dalam psikologi yaitu:

1. Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan
mempunyai metode-metode tertentu. Selain sebagai ilmu pengetahuan, psikologi merupakan
seni karena dalam mengaplikasikannya ke berbagai aspek kehidupan manusia, memerlukan
keterampilan dan kreativitas sendiri.

2. Perilaku

Perilaku mempunyai arti yang lebih konkrit (nyata) daripada jiwa, sehingga perilaku akan
lebih mudah untuk dipelajari daripada jiwa dan melalui perilaku kita tetap akan dapat
mempelajari jiwa. Perbuatan-perbuatan overt (terbuka) dan covert (tertutup) termasuk dalam
perilaku. Perilaku overt adalah perilaku yang dapat diamati langsung melalui panca indera dan
kasat mata. Perilaku covert adalah perilaku yang hanya dapat diketahui secara tidak langsung,
melalui alat-alat atau metode khusus, misalnya sedih, takut, bahagia, dan lain-lain.

3. Manusia

Objek materiil psikologi adalah manusia karena manusia yang paling membutuhkan ilmu
psikologi dalam berbagai aspek kehidupannya. Hewan menjadi objek studi psikologi, tetapi
hanya sebagai perbandingan saja atau untuk mencari fungsi-fungsi psikologis yang paling
sederhana yang sulit dipelajari pada manusia karena struktur psikologis manusia yang rumit.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah tempat manusia hidup, beradaptasi, dan mengembangkan dirinya.


Manusia diciptakan dengan memiliki akal budi, yang membuat manusia mampu mengatasi
persoalan, hambatan dan tantangan dalam hidupnya sehingga manusia mampu bertahan hidup
(survive).

J. Hubungan Psikologi Dengan Ilmu-Ilmu Lainnya

Berdasarkan sejarahnya, psikologi berhubungan dengan ilmu-ilmu yang lainnya. Psikologi


sangat berguna dan dapat membantu ilmu-ilmu lainnya, terutama yang secara langsung
menyangkut kehidupan manusia.

1. Sosiologi

Konflik antar kelompok, urbanisasi, tawuran, memerlukan penjelasan psikologi, sehingga


timbul cabang psikologi yang khusus mempelajari masalah-masalah sosial, yang dinamakan
Psikologi Sosial.

2. Ilmu Ekonomi

Kurs Valuta Asing, berhasil tidaknya strategi marketing tidak hanya tergantung pada hukum
supply and demand dalam ilmu ekonomi, tetapi juga dalam proses pembuatan keputusan yang
dilakukan oleh manusia-manusia yang terlibat dalam proses ekonomi (penjual, pembeli,
produsen, distributor, bank, pasar modal, pemerintah, dan lain-lain).

3. Ilmu Hukum

Ilmu yang mempelajari bagaimana mencapai kebenaran dan keadilan ini terkait dengan
psikologi, karena kebenaran dan keadilan itu sendiri sangat subjektif dan karenanya bersifat
psikologis.

4. Ilmu Kedokteran dan Keperawatan

Psikologi membantu para dokter dan perawat untuk mengadakan pendekatan yang sebaik-
baiknya terhadap pasien. Bagi dokter, psikologi membantu menemukan penyebab-penyebab
non-medis dari gejala penyakit yang tidak ditemukan faktor penyebabnya secara medis, dalam
rangka mengatasi penyakit. Bagi perawat, psikologi membantu cara pendekatan yang sebaik-
baiknya dalam merawat kondisi fisik dan psikis pasien untuk menjadi lebih sehat dari
sebelumnya.
K.Aliran-Aliran Dalam Psikologi

Psikologi adalah ilmu yang masih muda. Ia terpisah menjadi ilmu yang berdiri sendiri sejak
tahun 1879, yaitu pada waktu didirikannya laboratorium psikologi yang pertama oleh Wilhelm
Wundt (1832-1920) di Leipzig, Jerman. Dua pendekatan pertama Sebelum sampai pada
psikologi eksperimental oleh Wilhelm Wundt, terdapat dua teori yang mulai mengarahkan
beridirinya psikologi sebagai ilmu, yaitu:

1. Psikologi Pembawaan atau Psikologi Nativistik

Teori dalam pendekatan ini mengatakan bahwa jiwa terdiri dari beberapa faktor yang dibawa
sejak lahir, yang disebut pembawaan atau bakat. Pembawaan terpenting adalah pikiran, perasaan,
dan kehendak, yang masing-masing terbagi lagi kedalam beberapa jenis pembawaan yang lebih
kecil. Perilaku jiwa ditentukan oleh pembawaan ini. Tokoh terkenal dari aliran ini adalah Franz
Joseph Gall (1785-1828) yang mencoba menemukan lokasi pembawaan-pembawaan itu di otak.
Gall mengajukan suatu metode untuk mengenal seseorang dengan memeriksa tengkorak
kepalanya dan metode ini dikenal dengan nama phrenology. Metode ini tidak bertahan lama
karena dianggap tidak akurat.

2. Psikologi Asosiasi atau Psikologi Empirik

Menurut pendekatan ini, jiwa berisi ide-ide yang didapatkan melalui panca indera,
dimemorikan dan saling diasosiasikan satu sama lain melalui prinsip-prinsip persamaan,
kekontrasan, dan kelangsungan. Perilaku diterangkan oleh teori ini melalui prinsip asosiasi ide-
ide, misalnya: Seorang bayi yang lapar diberi makan oleh ibunya. Melalui panca inderanya, bayi
itu mengetahui bahwa rasa lapar selalu diikuti oleh makanan (prinsip kelangsungan) dan
makanan itu akan menghilangkan rasa laparnya. Lama kelamaan, rasa lapar diasosiasikan dengan
makanan dan tiap kali lapar, ia akan mencari makanan.

L. Cabang-abang Psikologi

1. Psikologi Kepribadian

Cabang psikologi yang ketiga adalah mengenai kepribadian. Psikologi kepribadian, sesuai
dengan namanya mempelajari yaitu mengenai kepribadian manusia. Lebih jelasnya, psikologi
kepribadian mempelajari tingkah laku manusia sesuai dengan lingkungannya. Psikologi
kepribadian telah lama diuraikan oleh beberapa pakar namun kurang memiliki nilai ilmiah.

2. Psikologi pendidikan

Psikologi pendidikan berfokus pada tingkah laku individu dalam dunia pendidikan.
Psikologi pendidikan juga mempelajari mengenai sistem pendidikan dan pengaruhnya bagi
individu. Proses individu belajar dan berkembang dan efektivitas intervensi pendidikan juga
dibahas dalam psikologi pendidikan.

3. Psikologi kriminal

Psikologi kriminal berfokus untuk mempelajari masalah yang berhubungan dengan


kejahatan. Psikologi kriminal lebih populer disebut sebagai psikologi forensik. Menurut
Wrightsman, psikologi forensik merupakan salah satu bidang kajian psikologi yang bertujuan
dalam membantu proses peradilan hukum.

4. Psikologi Konseling

Menurut Division of Counseling Psychology, konseling merupakan suatu proses dalam


membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya dan mencapai
perkembangan kemampuan pribadi yang dimilikinya secara optimal, dimana proses ini dapat
terjadi setiap waktu. Proses konseling melibatkan interaksi dua arah dari konselor dan klien.
Konseling dengan kata lain merupakan proses interaksi untuk membantu individu yang
mengalami masalah dengan pendekatan psikologi.

5. Psikologi klinis

Menurut American Psychological Association, psikologi klinis merupakan salah satu


psikologi terapan. Tujuannya untuk menentukan kapasitas serta karakteristik tingkah laku
individu. Kemudian, terdapat metode pengukuran seperti asesmen, analisa dan observasi. Pada
umumnya ada beberapa dari profesi yang menekuni bidang ini bekerja atau membuka praktek di
rumah sakit.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Tingkah laku ialah apa yang seseorang itu lakukan dan katakan. Ciri-ciri tingkah laku apa yang
orang kata dan lakukan mempunyai satu atau lebih dimensi yang boleh diukur boleh
diperhatikan, diurai mempunyai impact kepada persekitaran. Menurut hukum dalam bentuk overt
or covert. Tingkah laku juga merupakan respon dari rangsangan, rangsangan itu muncul baik dari
dalam maupun dari luar dengan cara merasa, berpikir dan kebutuhan sehingga muncul sikap dari
diri seseorang. Ditinjau dari jumlah manusia di muka bumi yang tidak terhitung, kenyataan
menunjukkan bahwa tidak ada satupun yang memiliki karakteristik yang sama, bahkan pada
individu yang lahir dalam keadaan kembar yang yang identik sekalipun.

Meskipun terdapat berbagai hambatan maupun kesulitan dalam memahami tingkah laku
manusia, manusia ternyata tidak pernah berhenti berusaha untuk mencari jawaban tentang segala
hal yang berkaitan dengan tingkah laku manusia melalui berbagai kajian ilmu antara lain, dari
tinjauan astrologi, teologi, filsafat, antropologi, sosiologi, dan psikologi. Dalam cakupan yang
lebih kecil, khususnya berkaitan dengan profesi bimbingan dan konseling yang bertugas
memberikan layanan bimbingan dan konseling terhadap individu yang memerlukan bantuan,
pemahaman tingkah laku menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan, karena
pemahaman tingkah laku menjadi modal utama dalam upaya pemberian bantuan.

Anda mungkin juga menyukai