PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP PGRI) BANDAR LAMPUNG 2016
Menurut Drs. Dewa Ketut Sukardi Bidang Bimbingan Pribadi-Sosial Dapat
Dirinci Menjadi Pokok-Pokok Berikut: Rincian Materi Pokok Bimbingan Pribadi
; ; ; ; ; ; ;
Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan. Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha penanggulangannya. Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya. Pemantapan dalam perencanaan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara jasmaniah maupun rohaniah. Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri.
Rincian Materi Pokok Bimbingan Sosial
; ; ;
; ;
Pemantapan kemampuan berkomunikasi baik melaui lisan maupun tulisan
secara efektif. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta beragumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan social baik dirumah, disekolah maupun dimasyarakat luas dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai agama. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan teman sebaya baik disekolah, luar sekolah maupun dimasyarakat umumnya. Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab. Orientasi tentang hidup berkeluarga.
Fungsi Bimbingan Pribadi-Sosial
Fungsi dalam bimbingan pribadi-sosial yang diungkapkan oleh Totok (Rima Puspita, 2007:47-49), yaitu : 1; Berubah menuju pertumbuhan. Pada bimbingan pribadi-sosial, konselor secara berkesinambungan memfasilitasi individu agar mampu menjadi agen perubahan (agent of change) bagi dirinya dan lingkungannya. Konselor juga berusaha membantu individu sedemikian rupa sehingga individu mampu menggunakan segala sumber daya yang dimilikinya untuk berubah. 2; Pemahaman diri secara penuh dan utuh. Individu memahami kelemahan dan kekuatan yang ada dalam dirinya, serta kesempatan dan tantangan yang ada diluar dirinya. Pada dasarnya melalui bimbingan pribadi sosial diharapkan
individu
mampu
mencapai
tingkat
kedewasaan
dan
kepribadian yang utuh dan penuh seperti yang diharapkan, sehingga
individu tidak memiliki kepribadian yang terpecah lagi dan mampu mengintegrasi diri dalam segala aspek kehidupan secara utuh, selaras, serasi dan seimbang. 3; Belajar berkomunikasi yang lebih sehat. Bimbingan pribadi sosial dapat berfungsi sebagai media pelatihan bagi individu untuk berkomunikasi secara lebih sehat dengan lingkungannya. 4; Berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat. Bimbingan pribadi-sosial digunakan sebagai media untuk menciptakan dan berlatih perilaku baru yang lebih sehat. 5; Belajar untuk mengungkapkan diri secara penuh dan utuh. Melalui bimbingan pribadi-sosial diharapkan individu dapat dengan spontan, kreatif, dan efektif dalam mengungkapkan perasaan, keinginan, dan inspirasinya. 6; Individu mampu bertahan. Melalui bimbingan pribadi-sosial diharapkan individu dapat bertahan dengan keadaan masa kini, dapat menerima keadaan dengan lapang dada, dan mengatur kembali kehidupannya dengan kondisi yang baru.
7; Menghilangkan gejala-gejala yang disfungsional. Konselor membantu
individu dalam menghilangkan atau menyembuhkan gejala yang menggangu sebagai akibat dari krisis.
Daftar Pustaka Surya, M. (1988). Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling). Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK Jakarta.
Winkel, W. S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:
Gramedia. Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Prayitno. (1987). Profesional Konseling dan Pendidikan Konselor. Padang: FIP IKIP. Nayak, A. (1997). Guidance and Counseling. New Delhi: Aph Publishing Corporation. Nurihsan, J. (2003). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara. Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Muqodas, I. (2011). Efektivitas Model Service Quality Untuk Meningkatkan Kualitas Layanan Bimbingan dan Konseling. Tesis pada Program Studi Bimbingan dan Konseling UPI Bandung. Tidak diterbitkan. Sudjana, N & Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Ketut, D dan Made, D. (1990). Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Nicole A. Healy, Tammy H. Scheidegger, Amy L. Ridley Meyers, and Karen Friedlen. (2009). The Relationship Between Psychological Birth Order and Romantic Relationships. American Counseling Association Annual Conference and Exposition, March 19-23, Charlotte, North Carolina. [online]. Tersedia: http://.sagepub.com/cgi/relationship/ /2009/3/19-23. Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart & Winston. http://bkkonselor.weebly.com/bimbingan-pribadi-sosial.html http://mooduto.blogspot.co.id/2013/01/bidang-sosial-dan-bidang-pribadi.html