3
Putri, A, P, L., Roesdiyanto., Nurmaningsih, H, U. / Hubungan Kebutuhan Kesehatan/ JPPKMI 1 (2)
(2020)
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sub Variabel Persepsi Kebutuhan
Tanggapan Responden
Indikator SS S SS+S TS STS TS+STS Total
f % f % f % f % f % f % N %
Penilaian klinis
terhadap tingkat
penyakit berupa
tidak pernah
melakukan 6 6,1 9 9,1 15 15 41 41,4 43 43,4 84 84,8 99 100
Pemeriksaan kondisi
penyakit ke dokter
untuk mengetahui
keparahan penyakit
yang diderita 56 56,6 41 41 97 98 2 2 0 0 2 2 99 100
Adanya hasil
pemeriksaan
kesehatan yang
selalu diperoleh 55 55,6 41 41 96 97 3 3 0 0 3 3 99 100
4
Putri, A, P, L., Roesdiyanto., Nurmaningsih, H, U. / Hubungan Kebutuhan Kesehatan/ JPPKMI 1 (2)
(2020)
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Setiap Sub Variabel Akses Pelayanan
Kesehatan
Tanggapan Responden
Indikator SS S SS+S TS STS TS+STS Total
f % f % f % f % f % f % N %
Seorang perlu
menjadi peserta
BPJS Kesehatan
untuk memperoleh
pelayanan 63 63,6 35 35,4 98 99 1 1 0 0 1 1 99 100
kesehatan BPJS
Kesehatan sesuai
dengan kebutuhan
kesehatan
Kesulitan mencari
fasilitas kesehatan
yang bekerjasama
dengan BPJS
Kesehatan untuk 3 3 6 6,1 9 9,1 56 56,6 34 34,3 90 90,9 99 100
memperoleh
pelayanan
kesehatan BPJS
Kesehatan
Kepemilikan
transportasi pribadi
atau adanya
angkutan umum
untuk menuju
fasilitas kesehatan
yang bekerjasama 50 50,5 44 44,4 94 94,9 2 2 3 3 5 5 99 100
dengan BPJS
Kesehatan untuk
memperoleh
pelayanan
kesehatan BPJS
Kesehatan
Adanya dukungan
keluarga untuk
menjadi peserta
BPJS Kesehatan
45 45,5 41 41,3 86 86,9 10 10,1 3 3 13 13,1 99 100
dan menggunakan
pelayanan
kesehatan BPJS
Kesehatan
Memiliki
penghasilan yang
cukup untuk
50 50,5 43 43,4 93 93,5 5 5,1 1 1,9 6 6,1 99 100
pembayar iuran
premi BPJS
Kesehatan
Tidak pernah
mentaati ketentuan
BPJS Kesehatan
untuk memperoleh 0 0 9 9,1 9 9,1 57 57,6 33 33,3 90 90,9 99 100
pelayanan
kesehatan BPJS
Kesehatan
Selalu melakukan
pemeriksaan
kesehatan dengan 63 63,6 34 34,3 97 97,9 1 1 1 1 2 2 99 100
kartu BPJS
Kesehatan
5
Putri, A, P, L., Roesdiyanto., Nurmaningsih, H, U. / Hubungan Kebutuhan Kesehatan/ JPPKMI 1 (2)
(2020)
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Setiap Sub Variabel Kepesertaan BPJS
Kesehatan
Tanggapan Responden
Indikator Ya Tidak Total
f % f % N %
Keputusan menjadi peserta BPJS Kesehatan karena kebutuhan 9 90, 9, 9 10
kesehatan 0 9 9 1 9 0
9 91, 8, 9 10
Tindakan proses pendaftaran peserta BPJS Kesehatan secara mandiri 1 9 8 1 9 0
Kepemilikan kartu identitas peserta sebagai bukti kepesertaan BPJS 9 9 10
Kesehatan 7 98 2 2 9 0
9 9 10
Pembayaran iuran BPJS Kesehatan sesuai dengan kelas premi 7 98 2 2 9 0
1 14, 8 9 10
Jarang membayar iuran premi BPJS Kesehatan secara berkala 4 1 5 85 9 0
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Logistik Biner
Kategori Akses Pelayanan Kesehatan Sederhana antara Kebutuhan Kesehatan dengan
Jumlah Total Kepesertaan BPJS Kesehatan
Kategori
F % N %
Mudah 77 77,8 99 100,0 Exp R2
Cukup Mudah 20 20,2 99 100,0 Variabel B Sig. (Nagelker
(B)
Sulit 2 2,0 99 100,0 ke)
Kebutuh
Tabel 11. Kategori Responden Berdasarkan an 2,91 0,00 18,44
Kategori Kepesertaan BPJS Kesehatan Kesehata 5 0 5
Jumlah Total n 0,469
Kategori
f % N % -
Aktif 92 92,9 99 100,0 0,02
Constant 3,36 0,034
Pasif 7 7,1 99 100,0 1
9
Tabel 12. Hasil Analisis Korelasi Cramer’s V
antara Kebutuhan Kesehatan dengan kebutuhan kesehatan dengan kepesertaan BPJS
Kepesertaan BPJS Kesehatan Kesehatan. Besar koefisien korelasi Cramer’s V
Approximate menyatakan kekuatan hubungan sebesar 0,693
Value
Significance (0,693 > 0,5) yang menunjukkan bahwa
Nominal Phi terdapat hubungan yang kuat antara kebutuhan
0,693 0,000
by Charmer’s kesehatan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan.
0,693 0,000
Nominal V
Tanda koefisien korelasi Cramer’s V
N of Valid Cases 99
menyatakan arah hubungan memiliki nilai yang
berdasarkan variabel kebutuhan kesehatan. bertanda positif, hal ini menunjukkan bahwa
Hasil analisis korelasi Cramer’s V antara terdapat hubungan yang searah antara
kebutuhan kesehatan dengan kepesertaan BPJS kebutuhan kesehatan dengan kepesertaan BPJS
Kesehatan dapat dilihat pada Tabel 12. Kesehatan.
Berdasarkan hasil analisis korelasi Hasil analisis regresi logistik biner sederhana
Cramer’s V pada Tabel 12 dapat diketahui antara kebutuhan kesehatan dengan kepesertaan
bahwa nilai probabilitas signifikansi BPJS Kesehatan dapat dilihat pada Tabel 13.
(approximate significance) menyatakan hubungan Berdasarkan hasil analisis regresi logistik
sebesar 0,000 (0,000 < 0,05) yang biner sederhana pada Tabel 13 dapat diperoleh
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang persamaan regresi sebagai berikut:
signifikan antara Y= a + b1X1
6
Putri, A, P, L., Roesdiyanto., Nurmaningsih, H, U. / Hubungan Kebutuhan Kesehatan/ JPPKMI 1 (2)
(2020)
Y = -3,369 + 2,915X1
Tabel 14. Hasil Analisis Korelasi Cramer’s V
Pada persamaan hasil analisis regresi
antara Akses Pelayanan Kesehatan dengan
logistik biner sederhana dapat diketahui bahwa
Kepesertaan BPJS Kesehatan
nilai konstanta (a) sebesar -3,369. Hal ini
Approximate
menunjukkan bahwa apabila masyarakat tidak Value
Significance
memiliki kebutuhan kesehatan (bernilai 0),
Nominal Phi
maka kepesertaan BPJS Kesehatan di 0,597 0,000
by Charmer’s
Kecamatan Klojen Kota Malang akan 0,597 0,000
Nominal V
menurun sebesar 3,369.
N of Valid Cases 99
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik
biner sederhana pada Tabel 13 dapat diketahui
Sehingga dapat diketahui bahwa apabila
bahwa nilai Exp (B) menyatakan besar
masyarakat memiliki kebutuhan kesehatan yang
peningkatan kepesertaan BPJS Kesehatan
tinggi, maka kemungkinan masyarakat
sebesar 18,445. Hal ini menunjukkan bahwa
di Kecamatan Klojen Kota Malang
masyarakat yang memiliki kebutuhan kesehatan
untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan adalah
tinggi dapat meningkatkan kepesertaan BPJS
sebesar 38,8%. Hubungan Akses Pelayanan
Kesehatan 18,445 kali lebih besar daripada
Kesehatan dengan Kepesertaan BPJS
masyarakat yang memiliki kebutuhan kesehatan
Kesehatan
rendah.
Nilai R2 (Nagelkerke) menyatakan Hubungan antara akses pelayanan
seberapa besar kemampuan variabel kebutuhan kesehatan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan
kesehatan dalam mempengaruhi variabel diuji menggunakan uji korelasi Cramer’s V
kepesertaan BPJS Kesehatan sebesar 0,469. Hal untuk menguji hubungan, mengukur kekuatan
ini menunjukkan bahwa kebutuhan kesehatan hubungan, dan mengetahui arah hubungan,
memiliki kontribusi sebesar 46,9% terhadap serta uji regresi logistik biner sederhana untuk
kepesertaan BPJS Kesehatan. memodelkan hubungan dan memprediksi
Berdasarkan persamaan regresi logistik variabel kepesertaan BPJS Kesehatan
biner sederhana yang dihasilkan, dapat berdasarkan variabel akses pelayanan
diketahui probabilitas kepesertaan BPJS kesehatan. Hasil analisis korelasi Cramer’s V
Kesehatan berdasarkan kebutuhan kesehatan. antara akses pelayanan kesehatan dengan
Apabila masyarakat memiliki kebutuhan Kepesertaan BPJS Kesehatan dapat dilihat pada
kesehatan yang tinggi, maka probabilitas Tabel 14.
kepesertaan BPJS Kesehatan di Kecamatan Berdasarkan hasil analisis korelasi
Klojen Kota Malang dapat dihitung dengan Cramer’s V pada Tabel 14 dapat diketahui
rumus berikut : bahwa nilai probabilitas signifikansi
Y = -3,369 + 2,915X1 (approximate significance) menyatakan
Y = -3,369 + 2,915(1) hubungan sebesar 0,000 (0,000 < 0,05) yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
Y=-
signifikan antara akses pelayanan kesehatan
0,454 P = dengan kepesertaan BPJS Kesehatan. Besar
koefisien Korelasi Cramer’s V menyatakan
kekuatan hubungan sebesar 0,597 (0,597 > 0,5)
P= yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang kuat antara akses pelayanan kesehatan
dengan kepesertaan BPJS Kesehatan. Tanda
P=
koefisien korelasi Cramer’s V menyatakan arah
hubungan memiliki nilai yang bertanda positif,
P = 0,388
hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
P = 38,8%
yang searah antara akses pelayanan kesehatan
dengan kepesertaan BPJS Kesehatan.
7
Putri, A, P, L., Roesdiyanto., Nurmaningsih, H, U. / Hubungan Kebutuhan Kesehatan/ JPPKMI 1 (2)
(2020)
Tabel 15. Hasil Analisis Regresi Logistik Biner kontribusi sebesar 44,3% terhadap kepesertaan
Sederhana antara Akses Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan.
dengan Kepesertaan BPJS Kesehatan Berdasarkan persamaan regresi logistik
R2 biner sederhana yang dihasilkan, dapat
Exp
Variabel B Sig. (Nagelkerk diketahui probabilitas kepesertaan BPJS
(B)
e) Kesehatan berdasarkan akses pelayanan
Akses kesehatan. Apabila masyarakat memiliki akses
Pelayana pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan yang
3,33 0,00 28,00
n
2 2 0 mudah, maka probabilitas kepesertaan BPJS
Kesehata
n 0,443 Kesehatan di Kecamatan Klojen Kota Malang
- dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
0,01
Constant 5,41 0,004 Y = -5,412 + 3,332X2
2 9
Y = -5,412 + 3,332(1)
Hasil analisis regresi logistik biner Y = -2,08
sederhana antara akses pelayanan kesehatan
dengan kepesertaan BPJS Kesehatan dapat P=
dilihat pada Tabel 15.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik
P=
biner sederhana pada Tabel 15 dapat diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut
Y = a + b1X1 P=
Y = -5,412 + 3,332X2
Pada persamaan hasil analisis regresi P = 0,111
logistik biner sederhana dapat diketahui bahwa P = 11,1%
nilai konstanta (a) sebesar -5,412. Hal ini Sehingga dapat diketahui bahwa apabila
menunjukkan bahwa apabila masyarakat tidak masyarakat memiliki akses pelayanan kesehatan
memiliki akses pelayanan kesehatan BPJS BPJS Kesehatan yang mudah, maka
Kesehatan (bernilai 0), maka kepesertaan BPJS kemungkinan masyarakat di Kecamatan Klojen
Kesehatan di Pada persamaan hasil analisis Kota Malang untuk menjadi peserta BPJS
regresi Kecamatan Klojen Kota Malang akan Kesehatan adalah sebesar 11,1%.
menurun sebesar 5,412. Hubungan Kebutuhan Kesehatan dan Akses
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik Pelayanan Kesehatan dengan Kepesertaan
biner sederhana pada Tabel 15 dapat diketahui BPJS Kesehatan secara Bersama-sama
bahwa nilai Exp (B) menyatakan besar Hubungan antara kebutuhan kesehatan
peningkatan kepesertaan BPJS Kesehatan dan akses pelayanan kesehatan dengan
sebesar 28,000. Hal ini menunjukkan bahwa kepesertaan BPJS Kesehatan secara bersama-
masyarakat yang memiliki akses pelayanan sama diuji menggunakan uji regresi logistik
kesehatan BPJS Kesehatan yang mudah dapat biner berganda untuk menguji hubungan,
meningkatkan kepesertaan BPJS Kesehatan memodelkan hubungan, dan memprediksi
28,000 kali lebih besar daripada masyarakat variabel kepesertaan BPJS Kesehatan
yang memiliki akses pelayanan kesehatan BPJS berdasarkan variabel kebutuhan kesehatan dan
Kesehatan yang sulit. Nilai R2 (Nagelkerke) variabel akses pelayanan kesehatan. Hasil
menyatakan seberapa besar kemampuan analisis regresi logistik biner berganda antara
variabel akses pelayanan kesehatan dalam kebutuhan kesehatan dan akses pelayanan
mempengaruhi variabel kepesertaan BPJS kesehatan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan
Kesehatan sebesar 0,443. Hal ini menunjukkan secara bersama-sama dapat dilihat pada Tabel
bahwa akses pelayanan kesehatan memiliki 16.
8
Putri, A, P, L., Roesdiyanto., Nurmaningsih, H, U. / Hubungan Kebutuhan Kesehatan/ JPPKMI 1 (2)
(2020)
Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Logistik Biner Berganda antara Kebutuhan Kesehatan dan Akses
Pelayanan Kesehatan dengan Kepesertaan BPJS Kesehatan secara Bersama-sama
R2 Chi Square Chi Square
Variabel B Sig. OR (Nagelkerke) (X 2
) Hitung (X 2
) Tabel
Simultan (a=0,05 df=2)
Kebutuhan 3,059 0,005 21,305
Akses 3,757 0,009 42,803 0,737 34,569 5,991
Constant -12,961 0,006 0,000
9
Putri, A, P, L., Roesdiyanto., Nurmaningsih, H, U. / Hubungan Kebutuhan Kesehatan/ JPPKMI 1 (2)
(2020)
tidak akan mengambil keputusan untuk
mendapatkan diagnosis penyakit dari dokter
bertindak terhadap penyakitnya yang berupa
mengenai penyakit yang dideritanya. Menurut
suatu bentuk perilaku dan usaha agar penyakit
Ilyas (2006 :37), evaluasi kebutuhan berupa
dan masalah kesehatannya dapat diatasi
penilaian klinik terhadap tingkat penyakit dapat
(Sadiah, 2012: 29).
dilihat dari diagnosis tenaga medis. Diagnosis
Ditinjau berdasarkan sub variabel penyakit dari tenaga medis dapat diwujudkan
persepsi kebutuhan (perceived need) terhadap dalam suatu hasil pemeriksaan kesehatan
kesehatan, hasil penelitian menunjukkan beserta status kesehatan seseorang dan
sebesar 95,0% responden menyatakan bahwa kebutuhan kesehatannya terhadap pengobatan.
kontrol penyakit yang dilakukan dengan Keadaan status kesehatan seseorang akan
pengobatan kesehatan menggunakan BPJS menimbulkan suatu kebutuhan kesehatan dan
Kesehatan dapat menyembuhkan penyakit yang membuat seseorang mengambil keputusan
dideritanya. untuk mencari pertolongan atau tidak (Astuti,
Treatment control (kontrol penyakit) 2008:30). Namun, pada sub variabel evaluasi
merupakan pendapat seseorang terhadap kebutuhan (evaluated need) terhadap kesehatan
penilaian manfaat pengobatan yang telah pada penelitian ini, sebesar 15,2% responden
dilakukan dalam menunjukkan perbaikan menyatakan tidak pernah melakukan penilaian
kesehatan yang langsung dirasakan oleh klinis terhadap tingkat penyakit yang berupa
individu yang bersangkutan (Lorensia, dkk., tindakan pemeriksaan kondisi penyakit ke
2016:97). Pengobatan merupakan salah satu dokter untuk mengetahui keparahan penyakit
usaha untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Seseorang yang mengalami
(Setyoningsih & Artaria, 2016:48). Menurut kondisi sakit atau menderita suatu penyakit
hasil penelitian Sadiah (2012) menyatakan namun perilaku yang dilakukan justru tidak
bahwa seseorang yang sudah merasakan sakit bertindak apapun terhadap penyakitnya, hal ini
dari penyakit yang dideritanya maka akan disebabkan karena kondisi tersebut tidak
muncul proses pengambilan keputusan untuk mengganggu kehidupan sehari-harinya dan
bertindak guna mengatasi masalah mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak
kesehatannya. Tingkat keparahan penyakit yang apapun, gejala penyakit yang dideritanya akan
dirasakan oleh seseorang akan menimbulkan lenyap dengan sendirinya (Zaluchu & Arma,
kesadaran akan gejala penyakitnya, sehingga 2010:22).
mereka akan mencari pengobatan untuk Deskripsi Akses Pelayanan Kesehatan
mengatasi masalah kesehatannya (Astuti, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
2008:29). sebesar 77,8% responden memiliki akses
Namun, pada sub variabel persepsi pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan yang
kebutuhan (perceived need) terhadap kesehatan mudah. Akses pelayanan kesehatan yang
pada penelitian ini, sebesar 33,3% responden mudah akan mendukung seseorang untuk
menyatakan tidak merasakan kecemasan menggunakan pelayanan kesehatan tersebut
terhadap penyakit yang dideritanya. Sesuai (Levesque, dkk., 2013:2).
dengan hasil penelitian Bestari & Wati Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(2016:51), menyatakan bahwa lansia yang sebesar 99,0% responden menyatakan perlu
menderita penyakit kronis tidak merasakan menjadi peserta BPJS Kesehatan untuk
kecemasan. Hal ini disebabkan karena memperoleh pelayanan kesehatan dari BPJS
kecemasan merupakan perasaan khawatir yang Kesehatan sesuai dengan kebutuhan
disebabkan oleh berbagai peristiwa yang kesehatannya. Menurut Glendenning-Napoli A,
bersifat subjektif (Bestari & Wati, 2016:1). dkk. (2012:269), menjelaskan bahwa
Ditinjau berdasarkan sub variabel kemampuan menerima dalam akses pelayanan
evaluasi kebutuhan (evaluated need) terhadap kesehatan dapat dilihat dari penilaian individu
kesehatan, hasil penelitian menunjukkan bahwa terhadap kesehatannya dan kemampuan mereka
sebesar 98,0% responden menyatakan selalu
10
Putri, A, P, L., Roesdiyanto., Nurmaningsih, H, U. / Hubungan Kebutuhan Kesehatan/ JPPKMI 1 (2)
(2020)
untuk menjaga kondisi kesehatannya dengan
berhak mendapatkan identitas peserta yang
tindakan intervensi kesehatan. Intervensi
merupakan identitas tunggal peserta BPJS
kesehatan dapat diperoleh dari manfaat
Kesehatan (Putri, 2014:51). Kartu identitas
pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan. BPJS
peserta BPJS Kesehatan mencantumkan nomor
Kesehatan ada dan hadir dengan program-
identitas tunggal peserta BPJS Kesehatan yang
program bagi masyarakat yang menunjukkan
diperoleh sebagai hak peserta dari BPJS
betapa pentingnya memiliki asuransi BPJS
Kesehatan (Permenkes RI Nomor 28 Tahun
Kesehatan (Anjelica, 2017:15). Hal ini akan
2014).
menjadi alasan yang mendorong pemikiran dan
Hasil penelitian juga menunjukkan
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
bahwa sebesar 98,0% responden menyatakan
penggunaan BPJS Kesehatan dan menjadi
melakukan pembayaran iuran BPJS Kesehatan
peserta BPJS Kesehatan (Anjelica, 2017:15).
sesuai dengan kelas premi BPJS Kesehatan.
Namun, sebesar 13,1% responden
Pembayaran iuran BPJS Kesehatan merupakan
menyatakan tidak mendapatkan dukungan
salah satu kewajiban peserta BPJS Kesehatan
keluarga untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan
(Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2014). Setiap
dan menggunakan pelayanan kesehatan dari
peserta BPJS Kesehatan wajib membayar iuran
BPJS Kesehatan. Dukungan keluarga
sesuai dengan kelas premi BPJS Kesehatan.
merupakan faktor pendorong atau penguat
Namun, sebesar 14,1% responden
terhadap timbulnya sikap dan niat seseorang
menyatakan jarang membayar iuran premi
untuk ikut serta dalam program BPJS
BPJS Kesehatan secara berkala. Banyak peserta
Kesehatan (Pangestika, dkk., 2017:47). Sesuai
Non PBI Mandiri BPJS Kesehatan terutama
dengan hasil penelitian Pangestika, dkk.
peserta PBPU (Pekerja Bukan Penerima Upah)
(2017:47), menyatakan bahwa masyarakat yang
yang tidak konsisten dalam melakukan
memiliki dukungan keluarga kemungkinan
pembayaran iuran premi BPJS Kesehatan
besar mengikuti BPJS Kesehatan secara mandiri
(Bappenas, 2015:41). Hal ini dapat disebabkan
dan masyarakat yang tidak memiliki dukungan
karena rendahnya pengetahuan masyarakat
keluarga cenderung tidak mengikuti BPJS
mengenai pentingnya pembayaran iuran premi
Kesehatan secara mandiri. Adanya dukungan
BPJS Kesehatan secara berkala (Bappenas,
baik secara moril dan materil menunjukkan
2015:41). Kepesertaan BPJS Kesehatan bersifat
bahwa keluarga responden sangat peduli dan
wajib dan mengikat dengan membayar iuran
memperhatikan kondisi kesehatan anggota
secara berkala selama seumur hidup (UU RI No
keluarganya sehingga cenderung untuk
40 Tahun 2004). Kepesertaan BPJS Kesehatan
mendukung keikutsertaan dalam program BPJS
berlaku selama peserta membayar iuran premi
Kesehatan (Panges tika, dkk., 2017:47).
BPJS Kesehatan (Rosmanely, 2018:22). Apabila
Deskripsi Kepesertaan BPJS peserta tidak membayar iuran, maka status
Kesehatan kepesertaannya akan hilang (Rosmanely,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2018:22). Peserta yang memiliki tunggakan
sebesar 92,9% responden memiliki kepesertaan iuran premi BPJS Kesehatan, pemulihan status
Non PBI Mandiri BPJS Kesehatan secara kepesertaan dapat dilakukan dengan membayar
aktif. Kepesertaan masyarakat dalam program iuran bulan berjalan disertai seluruh tunggakan
JKN BPJS Kesehatan didefinisikan sebagai hasil iuran beserta seluruh denda.
dari bentuk adanya perubahan perilaku Hubungan Kebutuhan Kesehatan dengan
masyarakat terhadap kesehatan (Widhiastuti, Kepesertaan BPJS Kesehatan
2015:11).
Berdasarkan hasil analisis data penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dapat diketahui bahwa kebutuhan kesehatan
sebesar 98,0% responden menyatakan memiliki
memiliki hubungan yang signifikan dengan
kartu identitas peserta BPJS Kesehatan sebagai
kepesertaan BPJS Kesehatan dengan nilai
bukti kepesertaan BPJS Kesehatan. Setiap
signifikansi sebesar 0,000 (0,000 < 0,05).
peserta yang telah terdaftar di BPJS Kesehatan
11
Putri, A, P, L., Roesdiyanto., Nurmaningsih, H, U. / Hubungan Kebutuhan Kesehatan/ JPPKMI 1 (2)
(2020)
Sesuai dengan hasil penelitian Ariska,
dari penyakit yang dideritanya (Rumengan,
dkk. (2016:1) menunjukkan bahwa terdapat
dkk., 2015:95). Berdasarkan hasil penelitian
hubungan yang signifikan antara kebutuhan
Prasetyo (2016:85) menjelaskan bahwa semakin
dengan permintaan masyarakat terhadap
banyak individu yang terserang penyakit, maka
kepesertaan pada Jaminan Kesehatan Nasional.
semakin tinggi pula tindakan individu untuk
Kesadaran dari dalam diri seseorang untuk
mendaftarkan dirinya menjadi peserta BPJS
berasuransi kesehatan dipengaruhi oleh faktor
Kesehatan. Didukung dengan hasil penelitian di
kebutuhan (Sakinah, dkk., 2014:244). Dimana
Ghana oleh Sekyere & Chiaraah (2014:32)
masyarakat yang membutuhkan Jaminan
menunjukkan bahwa kondisi sakit memiliki
Kesehatan Nasional didasari dengan adanya
hubungan yang positif dengan permintaan
kebutuhan akan kesehatan sehingga dapat
asuransi kesehatan.
digunakan untuk berobat ketika sakit karena
Status kesehatan merupakan suatu
adanya anggota keluarga yang memiliki risiko
konsep sehat dan sakit yang dapat
sakit (Ariska, dkk., 2016:7).
mempengaruhi seseorang dalam mewujudkan
Risiko sakit merupakan suatu peristiwa
pentingnya asuransi kesehatan (Surya & Yunita,
yang tidak pasti (Sakinah, dkk., 2014:243).
2017:5). Status kesehatan merupakan faktor
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
yang paling dominan terkait dengan partisipasi
Sakinah, dkk. (2014:252) menjelaskan bahwa
masyarakat untuk menjadi peserta program
risiko sakit akan mempengaruhi kesadaran
JKN BPJS Kesehatan secara mandiri (Surya &
seseorang dalam berasuransi kesehatan. Sejalan
Yunita, 2017:5). Berdasarkan hasil penelitian
dengan hasil penelitian di Malaysia oleh Bakar,
Surya & Yunita (2017:5) menyatakan bahwa
dkk. (2012:1) menjelaskan bahwa terdapat
status kesehatan yang buruk memiliki pengaruh
hubungan antara risiko kesehatan dengan
positif terhadap kepesertaan dalam program
permintaan asuransi kesehatan secara mandiri.
JKN BPJS Kesehatan. Dimana masyarakat
Menurut hasil penelitian Rismawati, dkk.
dengan status kesehatan yang buruk memiliki
(2017:7) menjelaskan bahwa persepsi atas risiko
kemungkinan 173 kali lebih besar untuk
penyakit membuat masyarakat memiliki
berpartisipasi dalam kepesertaan JKN BPJS
kebutuhan kesehatan yang mendorong tindakan
Kesehatan secara mandiri dibandingkan dengan
untuk ikut serta dalam program BPJS
masyarakat yang memiliki status kesehatan
Kesehatan dengan mendaftarkan diri menjadi
yang baik. Didukung dengan hasil penelitian
peserta BPJS Kesehatan dan membayar iuran
yang telah dilakukan oleh Kotoh, dkk.
BPJS Kesehatan secara mandiri. Seseorang
(2018:447) menyatakan bahwa masyarakat yang
yang memiliki sikap penghindar risiko (risk memiliki status kesehatan yang buruk akan
averter) akan berusaha untuk menghindari atau melakukan pendaftaran dan pembaharuan
mengurangi risiko yang mungkin terjadi pada terhadap status kepesertaan asuransi kesehatan
dirinya. Apabila seluruh masyarakat memiliki nasional.
sikap penghindar risiko, maka permintaan Hubungan Akses Pelayanan Kesehatan dengan
terhadap asuransi kesehatan akan meningkat Kepesertaan BPJS Kesehatan
(Rismawati, dkk., 2017:8). Sesuai dengan hasil Berdasarkan hasil analisis data penelitian
penelitian Tiaraningrum (2014:15) menjelaskan dapat diketahui bahwa akses pelayanan
bahwa masyarakat yang ikut serta dalam kesehatan memiliki hubungan yang signifikan
program JKN BPJS Kesehatan bertujuan untuk dengan kepesertaan BPJS Kesehatan dengan
mengantisipasi terjadinya kondisi sakit atau nilai signifikansi sebesar 0,000 (0,000 < 0,05).
penyakit pada dirinya. Sesuai dengan hasil penelitian Rismawati, dkk.
Adanya tingkat atau derajat penyakit (2017:6) menjelaskan bahwa akses pelayanan
yang dirasakan seseorang semakin berat, maka kesehatan memiliki hubungan yang signifikan
kebutuhan kesehatan seseorang juga akan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan secara
meningkat karena membutuhkan kesembuhan mandiri. Sejalan dengan hasil penelitian Susilo
12
Putri, A, P, L., Roesdiyanto., Nurmaningsih, H, U. / Hubungan Kebutuhan Kesehatan/ JPPKMI 1 (2)
(2020)
13
Putri, A, P, L., Roesdiyanto., Nurmaningsih, H, U. / Hubungan Kebutuhan Kesehatan/ JPPKMI 1 (2)
(2020)
(2015:1) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara akses pelayanan kesehatan
dengan Kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri. Didukung dengan hasil penelitian Ariska, dkk.
(2016:5) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara akses pelayanan kesehatan
dengan permintaan masyarakat terhadap kepesertaan pada Jaminan Kesehatan Nasional. Menurut
Laksono, dkk. (2016: 18), akses pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi cakupan kepemilikan
jaminan kesehatan. Akses pelayanan kesehatan merupakan prasyarat keberhasilan implementasi
kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia, yaitu dalam hal perluasan masyarakat untuk
menjadi peserta BPJS Kesehatan (Laksono, dkk., 2016:5). Oleh karena itu, program JKN BPJS
Kesehatan meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan. Dengan adanya kemudahan
akses pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan akan mendukung masyarakat untuk menjadi peserta
BPJS Kesehatan. Sesuai dengan hasil penelitian Jehu Appiah, dkk. (2012:226) di Ghana, menjelaskan
bahwa keikutsertaan masyarakat dalam asuransi kesehatan dan tetap mempertahankan
keputusannya untuk menjadi peserta secara sukarela dipengaruhi oleh kemudahan akses pelayanan
kesehatan.
Hubungan Kebutuhan Kesehatan dan Akses Pelayanan Kesehatan dengan Kepesertaan BPJS
Kesehatan secara Bersama-sama
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat diketahui bahwa kebutuhan kesehatan dan
akses pelayanan kesehatan memiliki hubungan yang signifikan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan
secara bersama-sama dengan nilai X2 hitung simultan sebesar 34,569 (34,569
= 5,991).
Sesuai dengan hasil penelitian Ariska, dkk. (2016:1) menyatakan bahwa kebutuhan
kesehatan dan akses pelayanan kesehatan memiliki hubungan yang signifikan dengan demand
(permintaan) masyarakat terhadap kepesertaan pada Jaminan Kesehatan Nasional. Kepesertaan
masyarakat dalam program JKN BPJS Kesehatan didefinisikan sebagai hasil dari bentuk adanya
perubahan perilaku masyarakat
14
Putri, A, P, L., Roesdiyanto., Nurmaningsih, H, U. / Hubungan Kebutuhan Kesehatan/ JPPKMI 1 (2)
(2020)
terhadap kesehatan (Widhiastuti, 2015:11). Selain itu, teori Andersen & Newman (1973:14)
menjelaskan bahwa faktor kebutuhan merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya
perilaku kesehatan dan akses pelayanan kesehatan merupakan faktor yang mendukung
terjadinya perilaku kesehatan pada diri seseorang.
15