Anda di halaman 1dari 4

Nama : Berliana Mustika Nugraheni

NIM : F100190272
Kelas : 1-E

Mengapa Orang Menolong?


Tingkah laku menolong, atau dalam psikologi social dikenal dengan tingkah laku prososial,
adalah tindakan individu untuk menolong orang lain tanpa adanya keuntungan langsung bagi
si penolong (Baron, Byrne, dan Branscombe, 2006)
Tindakan menolong (helping behaviour) adalah setiap tindakan yang lebih memberikan
keuntungan bagi orang lain yang membutuhkan daripada terhadap diri sendiri (Wrightsman &
Deaux, 1981). Menurut Staub (1978) & Wispe (1972), tindakan menolong adalah tindakan
yang menguntungkan orang lain yang membutuhkan lebih daripada diri sendiri (dalam Hogg
& Vaugan 2002).
Menurut Dovidio & Penner (2001), menolong (helping) adalah suatu tindakan yang bertujuan
menghasilkan keuntungan terhadap pihak lain. Michener& Delamater (1999), mendefinisikan
menolong (helping) sebagai segala tindakan yang mendatangkan kebaikan atau meningkatan
kesejahteraan (well- being) bagi orang lain yang membutuhkan.
dapat disimpulkan bahwa tindakan menolong adalah segala tindakan yang lebih
menguntungkan dan meningkatan kesejahteraan (well-being) orang lain yang membutuhkan
daripada terhadap diri sendiri, bahkan kadang menimbulkan resiko terhadap si penolong.
Sebab Terjadinya Menolong Menurut Teori Psikologi Sosial
1. Teori Evolusi
Inti dari kehidupan adalah kelangsungan hidup gen. gen dalam diri manusia telah
mendorong manusia untuk memaksimalkan kesempatan berlangsungnya suatu gen agar
tetap lestari.
a. Perlindungan kerabat (Kin protection)
Orang akan menolong orang lain yang tergolong kerabat dan kerabat yang lebih jauh
di mana kedekatan gen-gen biologis membuat manusia terprogram se cara alami untuk
menolong orang yang masih tergolong kerabatnya.
b. Timbal-balik biologis (biological reciprocity)
Seseorang menolong karena ia mengantisipasi kelak orang yang ditolong akan
menolongnya kembali sebagai balasan, dan bila ia tidak menolong, maka kelak ia pun
tidak akan mendapatkan pertolongan.
Kelemahan dari teori ini adalah kurang dapat menjelaskan mengapa ada perbedaan
individual dalam tingkah laku menolong.
2. Teori belajar
a. Teori belajar social (social learning theory)
Dalam teori belajar sosial, tingkah laku manusia dijelaskan sebagai hasil proses
belajar terhadap lingkungan. Sesuai dengan prinsip belajar, suatu tingkah laku akan
diulang atau diperkuat bila ada konsekuensi positif dari tingkah laku tersebut.
Menurut teori belajar, apa yang tampak sebagai altruis (mengutamakan kepentingan
orang lain) sesungguhnya dapat mempunyai kepentingan pribadi yang terselubung.
Misalnya, orang dapat merasa lebih baik setelah memberikan pertolongan, atau
menolong untuk menghindari perasaan bersalah atau malu jika tidak menolong (Deaux,
Dane, dan Wrightsman, 1993).

b. Teori pertukaran social (social exchange theory)


Menurut teori pertukaran sosial, interaksi sosial bergantung pada untung dan rugi
yang terjadi. Teori ini melihat tingkah laku sosial sebagai hubungan pertukaran dengan
memberi dan menerima (take and give relationship). Teori ini mengatakan bahwa
interaksi manusia mengikuti prinsip ekonomi, yaitu memaksimalkan keuntungan dan
meminimalkan biaya (rugi).
Sesuai dengan teori pertukaran social, tingkah laku menolong juga bias semata-
mata hanya untuk menutupi kepentingan pribadi seseorang. Misalnya mendonor darah
untuk mendapatkan pujian, bukan niat untuk menolong orang yang membutuhkan.
Dengan demikian, keuntungan dari tingkah laku menolong dapat bersifat menolong
untuk memperoleh imbalan dari lingkungan (external slf-rewards) atau internal self
rewards (menolong untuk mendapatkan kepuasan batin) (Myers, 1996).
Teori pertukaran social, seperti juga teori belajar social menyatakan secara tidak
langsung bahwa dalam tingkah laku menolong tersirat adanya kepentingan pribadi
(self-interst) yang terselubung. Hal ini seolah-olah merendakan manusia yang
mempunyai niat tulus untuk menolong. Seperti para relawan yang rela mengorbankan
hidupnya untuk membantu para korban bencana.

3. Teori Empati
Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang dapat merasakan apa yang orang lain
rasakan dengan komponen kognitif seseorang mampu memahami apa yang
orang lain rasakan beserta alasannya. Daniel Baston 91995, 2008) menjelaskan adanya
hubungan antara empati dengan tingkah laku menolong serta menjelaskan bahwa
empati adalah sumber dari motivasi altruistik.
a. Hipotesis empati-altruisme (empathy-altruism hypothesis)
Perhatian yang empatik yang dirasakan seseorang terhadap penderitaan orang lain
akan menghasilkan motivasi untuk mengurangi penderitaan orang tersebut.
Motivasi seseorang untuk menolong adalah karena ada orang lain yang
membutuhkan bantuan dan rasanya menyenangkan bila dapat berbuat baik. Ini
merupakan penjelasan paling tidak egois tentang tingkah laku menolong.
b. Model mengurangi perasaan negative (negative-state-relief model)
Dikemukakan oleh Cialdini dan rekan-rekan penelitiannya (1981, dalam
Baron, Byrne, dan Branscombe,2006).
Mengemukakan bahwa tingkah laku menolong adalah untuk mengurangi atau
menghilangkan perasaan negatif yang timbul akibat melihat kesulitan orang lain.
Tingkah laku menolong dapat berperan sebagai self help agar seseorang
terbebas dari suasana hati yang tidak menyenangkan.
c. Hipotesisi kesenangan empatik (empatic joy hypothesis)
Tingkah laku menolong dapat dijelaskan berdasarkan hipotesis kesenangan
empatik (Smith, dkk., 1998, dalam Baron, Byrne, dan bronscombe, 2006)
Dalam hipotesis tersebut, di katakan bahwa seseorang akan menolong bila ia
memperkirakan dapat memberikan dampak positif pada orang lain dan dapat ikut
merasakan kebahagiaan orang yang akan ditolong karena pertolongan yang
diberikannya tersebut.
Dari tiga teori empati yang dijelaskan, terlihat bahwa kondisi afektif seseorang
merupakan elemen yang penting. Seseorang menolong karena tindakannnya akan
meningkatkan perasaan positif dan mengurangi perasaan negatif atas dirinya.

4. Teori perkembangan kognisi social


Teori ini memfokuskan pada pemahaman yang mendasari suatu tingkah laku
menolong. Perkembangan kognisi individu bergerak dari tahap yang bersifat tidak logis
(illogical), egosentrik, dan selfish-hedonistic, ke tahap yang lebih bersifat logis
(logical), empatik dan mempertimbangkan moral.

5. Teori norma social


Norma merupakan harapan-harapan masyarakat berkaitan dengan tingkah laku
yang seharusnya dilakukan oleh seseorang (Myers, 1996). Ada dua bentuk norma social
yang memotivasi seseorang untuk melakukan tingkah laku menolong, yaitu norma
timbal-balik (the reciprocity norm) dan norma tanggung jawab sosial (the social
responsibility norm).
a. Norma timbal balik
Sosiolog Alvin Gouldner dikutip dalam Myers (1996) dan Sarwono (2002)
mengemukakan salah satu norma yang bersifat universal adalah normal
timbal balik yaitu seseorang harus menolong orang yang pernah
menolongnya.Hal ini menyiratkan adanya prinsip balas budi dalam
kehidupan bermasyarakat.
b. Norma tanggung jawab sosial
norma tanggung jawab sosial (the social responsibility norm) menjelaskan
bahwa seseorang harus menolong orang yang membutuhkan pertolongan
tanpa mengharapkan balasan di masa datang (Schwartz, 1975 dalam Sarwono,
2002). Norma ini memotivasi seseorang untuk memberikan bantuannya
kepada orang-orang yang lebih lemah dari dirinya.
Kesimpulan
Tingkah laku menolong atau dalam merupakan bentuk dari tindakan sukarela untuk
menolong orang lain, sehingga dapat memberikan manfaat positif bagi si penerima
bantuan dan mungkin tidak akan memberikan manfaat langsung bagi si pemberi
pertolongan dan kadang-kadang dapat memberikan risiko di pihak yang memberikan
pertolongan. Tindakan ini merupakan tingkah laku social positif yang menguntungkan
untuk kesejahteraan orang lain sehingga menjadikan kondisi fisik dan psikis orang lain
menjadi baik.
Ada beberapa teori yang menjelaskan alasan seseorangmelakukan tingkah laku
menolong, antara lain:
 Teori evolusi menekankan peranan gen dalam memengaruhi tingkah laku
menolong yaitu membantu kelangsungan hidup gen dari suatu spesies.
 Teori belajar. Ada dua teori belajar tentang tingkah laku menolong yaitu, teori
belajar social di mana menolong merupakan hasil proses belajar social terhadap
lingkungan. Dan teori pertukaran sosial yang menekankan bahwa dalam suatu
interaksi social terdapat prinsip interaksi minimax (memaksimalkan untung dan
meminimalkan rugi).
 Teori empati di mana menjelaskan mengapa ada orang yang menolong tanpa
pamrih. Ada tiga teori empati, yaitu hipotesis empati altruisme yaitu menolong
adalah untuk membantu orang lain dan rasanya menyenangkan bila dapat
membantu orang lain. Model mengurangi rasa negatif mengemukakan bahwa
tingkah laku menolong adalah untuk mengurangi atau menghilangakan
perasaan negative yang timbul akibat melihat kesulitan orang lain.dan hipotesis
kesenangan epatik menjelaskan bahwa seseorang akan menolong bila ia
memperkiraan dapat memberikan dampak positif bagi yang ditolong dan dapat
merasakan kebahagiaan orang yang akan ditolong.
 Teori perkembangan kognisi social memfokuskan pemahaman yang mendasari
suatu tingkah laku menolong.
 Teori norma social. Di mana seseorang menlong karena ia merasa harsu
melakukannya. Ada dua norma yang memotivasi seseorang untuk menolong,
yaitu norma timbal-balik yang menegaskan bahwa seseorang harus menolong
orang yang pernah menolongnya, sementara norma tanggung jawab social
menjelaskan bahwa seseorang harus menolong orang yang membutuhkan
pertolongan.

Daftar Pustaka
https://dosenpsikologi.com/teori-menolong-dalam-psikologi-sosial
https://studylibid.com/doc/208207/makalah-psikologi-sosial-lailatuldewipurnaningsih
Meniarno, Eko A, dan Sarlito W. Sarwono.2018.Psikologi Sosial. Edisi ke 3. Jakarta:
Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai