Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Amalan-Amalan Hati Dan Penenang Jiwa Dan Penyehat Mental

Dosen Pengampu : Diana Anggraini, S.Pd, M.si, M.Pd. Kep. S.kom.S.krim

Disusun Oleh :

Didin Tohar Udiiin wkwk (gurau je)

Dkk.

PRODI PENDIDIKAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS TARBIAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Makalah yang berjudul
“Amalan-Amalan Hati Dan Penenang Jiwa Dan Penyehat Mental” ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu, kami dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya di masa mendatang. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kami selaku penyusun khususnya dan umumnya
bagi para pembaca dan pengguna makalah ini. Aamiin.

Bandar Lampung, 3 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam mengajarkan untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan


kehidupan akhirat. Dalam artian bahwa dunia dan akhirat harus sama sama seimbang.
Untuk mencapai keseimbangan dalam hidup yang harus diperhatikan bukan hanya
kebutuhan lahiriyah saja melainkan juga kebutuhan rohaniah (spiritual). Untuk
memenuhi kebutuhan rohaniah banyak melalui beberapa cara beribadah diantaranya
adalah dzikir. Karena dzikir merupakan salah satu cara agar melatih jiwa untuk
menjauhkan diri dari segala gangguan lahir maupun batin yang mengganggu pikiran.
Oleh karena itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala menganjurkan untuk selalu berdzikir.

Salah satu peran penting dalam agama adalah memberi suatu kenyamanan dalam
hidup dan peran tersebut dalam ajaran agama islam di implementasikan dalam bentuk
dzikir. Dzikir adalah sebagai salah satu cara yang dilakukan untuk terapi terhadap
situasi dalam kehidupan yang sering mengalami kegoyahan dalam kehidupanya
misalkan cemas, gelisah, frustasi dan yang lainnya. Diantaranya manfaat yang di
dapatkan dari melaksanakan dzikir adalah terdapatnya rasa ketenangan dan
ketentraman bagi yang melakukannya.

Dijelaskan oleh Moh.Soleh bahwa islam sangat menganjurkan agar setiap


manusia selalu melakukan dzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena dengan
berdzikir, hati akan menjadi terasa lebih tenang dan damai (Tathmainnul Qulb).
Karena dengan melakukan dzikir semua permasalahan dunia diserahkan kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala yaitu maha kuasa yang mengatur segalanya. Dalam peran
islam tidak ada satupun permasalahan yang terlewat dalam Al-Qur’an sehingga

1
urusan dengan jiwa adalah aspek-aspek kehidupan yang semuanya tersusun dalam
kesatuan yang komplek.1

Islam telah memberikan solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi oleh manusia
termasuk kondisi psikologi yang tidak tenang, dan agar manusia merasakan
ketenangan dan kedamaian dalam hati maka diperintahkan untuk berzikir kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dengan zikir dan doa, akan menumbuhkan sifat optimis
dan percaya diri dan itulah yang dapat mengusir kegelisahan jiwa, karena itu, dewasa
ini banyak pakar dan ilmuan yang berdasarkan hasil penelitian mereka telah
membuktikan hal itu.2

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Amalan-amalan hati, penenang jiwa dan penyehat mental?
2. Apa saja yang memengaruhi faktor penenang jiwa dan penyehat mental?
3. Tujuan amalan-amalan hati
4. Sasaran
5. Indikator keberhasilan terapi
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui
2. Untuk mengetahui
3. Untuk mengetahui
4. Untuk mengetahui
5. Untuk mengetahui

1
Moh.Sholeh, Tahajud Manfaat Praktis Ditinjau Dari Ilmu Kedokteran Terapi Religius,
(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005) hlm.27
2
Burhanuddin, B. (2020). Zikir Dan Ketenangan Jiwa (Solusi Islam Mengatasi Kegelisahan dan
Kegalauan Jiwa). hlm.1-15

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian amalan hati, penenang jiwa dan penyehat mental


2.1.1 Pengertian amalan hati

Hati adalah standar kebaikan amalan badan. Ia ibarat pemimpin bagi badan.
Baiknya hati akan berpengaruh pada baiknya amalan badan. Dan buruknya hati akan
berpengaruh pada buruknya amalan badan. Rasulullah shallahu’alaihi
wasallam bersabda:

ُ‫َت فَ َس َد ْال َج َس ُد ُكلُّهُ أَاَل َو ِه َي ْالقَ ْلب‬


ْ ‫صلَ َح ْال َج َس ُد ُكلُّهُ َوإِ َذا فَ َسد‬ َ ‫أَاَل َوإِ َّن فِي ْال َج َس ِد ُمضْ َغةً إِ َذا‬
ْ ‫صلَ َح‬
َ ‫ت‬

“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika


ia baik, seluruh tubuh baik. Jika ia rusak, seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah
(segumpal daging) itu ialah hati..” (HR. Muslim).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menegaskan:

‫إذا خبث‬f‫ ف‬،‫وده‬f‫اء جن‬f‫ك واﻷعض‬f‫إن القلب مل‬f‫ ف‬،‫ال القلب‬f‫ط أعم‬f‫األعمال الظاهرة التكون صالحة مقبولة إال بواس‬
‫الملك خبثت جنوده‬

“Amalan badan tidak akan diterima tanpa perantara amalan hati. Karena hati adalah
raja, sedangkan anggota badan ibarat prajuritnya. Bila Sang Raja buruk, maka akan
buruk pula seluruh prajuritnya. ” (Majmu’ Al Fatawa, 11/208).

Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad –hafizhohullah– (ahli hadits dari kota Madinah)
menerangkan saat membahas hadis di atas,

‫ل من‬f‫ة أكم‬f‫ل درج‬f‫وك‬.‫ان‬f‫ة اإلحس‬f‫ا درج‬f‫ ثم تليه‬،‫ان‬f‫ة اإليم‬f‫ا درج‬f‫ ثم تليه‬،‫ درجة اإلسالم‬:‫ أولها‬:‫فالدرجات ثالث‬
‫ة‬ff‫لم؛ ألن درج‬f‫ؤمن ومس‬ff‫ن م‬ff‫ل محس‬ff‫ وك‬،‫لم‬ff‫ؤمن مس‬ff‫ل م‬ff‫ فك‬،‫ا‬ff‫ وكل درجة داخلة في التي قبله‬،‫الدرجة التي قبلها‬
‫ وأقل منهما درجة اإلسالم‬،‫ وأقل منها درجة اإليمان‬،‫اإلحسان هي درجة كمال‬

3
” Tingkatan agama ini ada tiga: pertama Islam, kemudian kedua iman, lalu ihsan.
Setiap tingkatan lebih sempurna dari tingkatan sebelumnya. Dan setiap tingkatan
masuk dalam cakupan tingkatan sebelumnya. Maka setiap mukmin adalah muslim.
Setiap muhsin adalah mukmin dan juga muslim. Karena tingkatan ihsan adalah
tingkatan paling sempurna. Kemudian di bawah nya ada iman, di bawahnya lagi ada
islam.”3

Dua tingkatan diantaranya; yaitu iman dan ihsan, adalah berkaitan dengan amalan
hati. Yang mana dua hal ini berada di atas derajat Islam yang pengertiannya adalah
amalan badan. Karena Islam bila disebutkan bersamaan dengan Iman, maka masing-
masing memiliki pengertian berbeda. Yaitu Islam adalah amalan badan, sedang Iman
adalah amalan hati.

Kemudian bukti selanjutnya bahwa amalan hati lebih besar nilainya daripada amalan
badan adalah, pokok-pokok atau pondasi agama ini ada pada amalan hati. Seperti
cinta kepada Allah dan RasulNya, tawakkal, rojaa‘ (rasa harap), khosyah (rasa takut
disertai ilmu), ikhlas, sabar, syukur. (Lihat: Majmu’ Al Fatawa: 5/10)

Dalam hadits Qudsi disebutkan, dimana Rasulullah shallallahu’alaihi


wasallam meriwayatkan dari Robb-nya, Allah ta’ala berfirman,

‫ فمن عمل عمال أشرك فيه معي غيري تركته و شركه‬,‫أنا أغني الشركاء عن الشرك‬

“Aku paling tidak butuh pada sekutu. Barangsiapa mengerjakan suatu amalan dalam
keadaan menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan dia bersam
dengan sekutunya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadis di atas sebagai dalil bahwa amalan hati lebih besar kedudukannya daripada
amalan badan. Karena amalan badan tidak akan berguna bila seorang berlaku syirik,
sebanyak apapun amalannya. Baik syirik kecil apalagi syirik besar.

3
http://audio.islamweb.net/audio/Fulltxt.php?audioid=170547

4
Seperti seorang sedekah karena riya’ (dan riya ini letaknya di hati), maka akan sia-
sialah pahala. Sebesar apapun nominal sedekah yang ia keluarkan. Atau membaca Al
Qur’an supaya dipuji suaranya oleh orang-orang (sum’ah). Ini juga akan sia-sia
pahalanya. Meski sebagus apapun lantunan suaranya.

Para ulama juga menjelaskan, bahwa besar kecilnya pahala, berkaitan erat dengan
keadaan niat dalam hati seseorang. Ini juga bukti bahwa amalan hati memiliki
kedudukan yang tinggi. Bisa jadi amalan kecil menjadi besar nilai pahalanya
disebabkan oleh niat. Bisa jadi pula amalan besar menjdi kecil pahalanya disebabkan
oleh niat. Sebagaimana dijelaskan oleh Abdullah bin Mubaarak:

‫ ورب عمل كبير تصغره النية‬،‫رب عمل صغير تعظمه النية‬

“Boleh jadi amalan kecil, namun pahalanya menjadi besar karena faktor niat
(keikhlasan). Dan bisa jadi amalan besar menjadi kecil nilai pahalanya disebabkan
oleh niat.4

2.1.2 Pengertian penenang jiwa

Ketenangan secara etimologi berarti maantap, tidak gusar, yaitu: suasana jiwa yang
berada dalam keseimbangan sehingga menyebabkan seseorang tidak terburu-burua
atau gelisah. Dalam bahasa arab, kata tenang ditunjukkan dengan kata ath-
thuma‟ninah yang artinya ketentraman hati kepada sesuatu dan tidak terguncang atau
resah.5

Dalam psikologi, jiwa lebih dihubungkan dengan tingkah laku sehingga yang
diselidiki oleh para psikolog adalah perbuatan-perbuatan yang dipandang sebagai
gejala-gejala dalam jiwa. Sedangkan kalau dalam bahasa arab jiwa berasal dari kata
“An-Nafs”. imam Al-Ghozali menyatakan bahwa jiwa adalah jisim yang sangat halus

4
https://muslim.or.id/26163-agungnya-kedudukan-amalan-hati-dalam-islam.html
5
Umi Kulsum, jurnal dengan judul ketenangan jiwa dalam keberhasilan proses pendidikan remaja.
2015

5
yang mengetahui dan merasa yakni manusia-manusia dengan hakikat kejiwaannya. 6
Jiwa inilah yang merupakan hakikat dari kemanusiaan.

Jadi jiwa adalah seluruh aspek ruhani yang dimiliki oleh manusia yang menjadi
hakikat dari manusia yang mendorong menjadi sebuah tingkah laku, diantaranya
yakni hati, akal pikiran, emosi, dan perasaan.

Ketenangan jiwa merupakan juga kesehatan jiwa, kesejahteraan jiwa, atau kesehatan
mental. Karena orang yang jiwanya tenang dan tenteram berarti orang tersebut
mengalami keseimbangan di dalam fungsi-fungsi jiwanya sehingga dapat berfikir
positif, bijak dalam menyikapi masalah, mampu menyesuaikan diri dengan situasi
yang dihadapi serta mampu merasakan kebahagiaan hidup.

Hal tersebut sesuai dengan pandangan Zakiah Daradjat bahwa kesehatan mental
adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara faktor jiwa, serta
mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan
merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.7

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa orang yang sehat mentalnya atau tenang
jiwanya adalah orang yang memiliki keseimbangan dan keharmonisan di dalam
fungsi-fungsi jiwanya, memiliki kepribadian yang terintegrasi dengan baik, dapat
menerima sekaligus menghadapi realita yang ada, mampu memecahkan segala
kesulitan hidup dengan kepercayaan diri dan keberanian serta dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.

2.1.3 Pengertian penyehat mental

Dalam mendefinisikan kesehatan mental, sangat dipengaruhi oleh kulturdimana


seseorang tersebut tinggal. Apa yang boleh dilakukan dalam suatu budayatertentu,
bisa saja menjadi hal yang aneh dan tidak normal dalam budaya lain,
6
imam Ghazali. Keajaiban Hati. (terj.) Nur Hichmah, dari Ajaib Al-Qolb, (Jakarta: Tirta Mas. 1984)
hlm. 3
7
Zakiyah daradjat. Kesehatan Mental. (Jakarta: GunungAgung.1982) hlm. 13

6
dandemikianpula sebaliknya. Sehat mental karena tidak mengalami gangguan mental
Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang tahan terhadap sakit jiwa atau
terbebas dari sakit dan gangguan jiwa.

Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental Health) merumuskan
pengertian kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya
perkembangan yang optimal baik secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang
hal itu sesuai dengan keadaan orang lain. Sebuah masyarakat yang sehat secara
mental adalah masyarakat yang membolehkan anggota masyarakatnya berkembang
sesuai kemampuannya. Dalam konteks Federasi Kesehatan Mental Dunia ini jelas
bahwa kesehatan mental itu tidak cukup dalam pandangan individual tetapi sekaligus
mendapatkan dukungan dari masyarakatnya untukberekembang secara optimal.

2.2 Faktor yang memengaruhi ketenangan jiwa dan kesehatan mental

2.2.1 Faktor yang mempengaruhi Ketenangan Jiwa

Menurut Zakiah Daradjat dan Kartini Kartono ada beberapa faktor yang
mempengaruhi ketenangan jiwa di mana orang yang ingin mencapai ketenangan jiwa
harus memenuhi beberapa faktor tersebut antara lain:

a. Faktor agama

Agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan mengatur dan
mengendalikan sikap, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah.8 Dengan
demikian, di dalam agama ada larangan yang harus dijauhi, karena di dalam nya
terdapat dampak negatif dari kehidupan manusia. Dan juga ada perintah yang harus
ditaati karena di dalamnya ada kebaikan bagi orang yang melakukan. Orang yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT secara benar, di dalam hatinya tidak akan
diliputi rasa takut dan gelisah. Ia merasa yakin bahwa keimanan dan ketaqwaannya
itu akan membawa kelegaan dan ketenangan batinnya.
8
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental. cet. IV, (Jakarta: Bulan Bintang,
1982), hlm. 52

7
b. Terpenuhinya Kebutuhan Manusia

Ketenangan dalam hati dapat dirasakan apabila kebutuhan-kebutuhan manusia baik


yang bersifat fisik maupun psikis terpenuhi. Menurut Kartini Kartono kebutuhan-
kebutuhan yang harus terpenuhi oleh manusia adalah:9

a) Terpenuhinya kebutuhan pokok, hal ini karena setiap manusia pasti memiliki
dorongan-dorongan akan kebutuhan pokok. Dorongan-dorongan akan kebutuhan
pokok tersebut menuntut pemenuhan, sehingga jiwa menjadi tenang dan akan
menurunkan keteganganketegangan jiwa jika kebutuhan tersebut terpenuhi.

b) Tercapainya kepuasan, setiap orang pasti menginginkan kepuasan, baik yang


berupa jasmaniah maupun yang bersifat psikis, seperti kenyang, aman terlindungi,
ingin puas dalam hubungan seksnya, ingin mendapat simpati dan diakui harkatnya.
Pendeknya ingin puas di segala bidang.

c) Posisi status sosial, setiap individu selalu berusaha mencari posisi sosial dalam
lingkungannya. Tiap manusia membutuhkan cinta kasih dan simpati. Sebab cinta
kasih dan simpati menumbuhkan rasa diri aman, berani optimis, percaya diri.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental

Kesehatan mental dipengaruhi oleh beberapa faktor baik eksternal maupun


internal. Yang termasuk faktor internal adalah faktor biologis dan psikologis.
Beberapa faktor biologis yang secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan
mental, di antaranya: otak, sistem endokrin, genetika, sensori, dan kondisi ibu selama
kehamilan. Faktor psikologi yang berpengaruh terhadap kesehatan mental, yaitu:
pengalaman awal, proses pembelajaran,dan kebutuhan.

2.3 Tujuan amalan-amalan hati

Sesungguhnya amalan-amalan hati memiliki nilai dan kedudukan yang sangat


tinggi, memperhatikan dan berilmu dengannya adalah termasuk al-maqashid (tujuan)
9
Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam, (Bandung:
Mandar Maju, 1989), hlm. 29-30

8
bukan sekedar wasa`il (sarana dan perantara). Karenanya termasuk perkara yang
terpenting adalah menjelaskan urgensi dan kedudukannya dalam nash-nash Al-
Qur`an dan As-Sunah, serta menjelaskan berbagai maslahat yang lahir dari baiknya
hati serta semua mafsadat yang lahir dari jeleknya hati. Karenanya Allah  
mengingatkan, “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)

2.4 ...
2.5 ...
2.6 ...

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna,
masih banyak kekurangan baik berupa isi materi, rujukan, dan juga kesalahan-
kesalahan yang tidak kami sadari untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.

10
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, B. (2020). Zikir Dan Ketenangan Jiwa (Solusi Islam Mengatasi


Kegelisahan dan Kegalauan Jiwa). Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim Dan
Bimbingan Rohani, 6(1), 1-25. https://doi.org/10.47435/mimbar.v6i1.371.

Ahmad Anshori (2015). Agungnya kedudukan amalan hati dalam islam.


https://muslim.or.id/26163-agungnya-kedudukan-amalan-hati-dalam-islam.html
diakses 4 november 2021 20:59

http://audio.islamweb.net/audio/Fulltxt.php?audioid=170547 diakses 5 november 21:00

Moh.Sholeh, 2005. Tahajud Manfaat Praktis Ditinjau Dari Ilmu Kedokteran Terapi Religius.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1983

11

Anda mungkin juga menyukai