Anda di halaman 1dari 15

FRUSTASI, KONFLIK DAN PERTAHANAN

EGO
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Umum II

Dosen Pengampu Nurhida Rahmalia Wibowo, M.A.

Disusun Oleh :

Anisa Rizki Maulida (43040170078)

Yuni Miftahul Chasanah (43040170107)

Ihda Rifqia Annisa (43040170074)

Angelina Dasa Prilly Alnadia (43040170062)

FAKULTAS DAKWAH

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

0
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................2

A. Latar Belakang..........................................................................................................2

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Pengertian Frustasi...................................................................................................3

B. Pengertian Konflik.....................................................................................................8

BAB III PENUTUP.........................................................................................................13

A. Kesimpulan............................................................................................................13

BAB I

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepanjang masa perkembangan dari lahir hingga dewasa, kebutuhan-
kebutuhan seseorang tidak selalu dapat terpenuhi dengan lancar. Seringkali
terjadi hambatan dalam pemuasan suatu kebutuhan, motif dan
keinginan.Keadaan terhambat dalam mencapai tujuan dinamakan frustasi.
Frustasi adalah apabila rintangan atau hambatan itu sangat kuat sekali dan tidak
dapat diterobos sehingga gagalnya pemuasan yang wajar dari motif-motif
orang.
Seseorang dapat melakukan bermacam-macam cara penyesuaian diri
ataupun pertahanan ego untuk mengatasi berbagai macam frustasi. Tiap orang
mempunyai cara-cara penyesuaian diri yang khusus, yang tergantung dari
kemampuan-kemampuan yang dimilki, pengaruh-pengaruh lingkungan,
pendidikan dan bagaimana ia mengembangkan dirinya. Dalam menghadapi
frustasi seseorang dapat mengadakan penyesuaian diri secara efektif, yaitu
mengarahkan tindakannya pada sasaran tertentu untuk mengatasi sebab-sebab
frustasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan frustasi?
2. Apa yang dimaksud dengan konflik?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui maksud dari frustasi.
2. Untuk mengetahui maksud dari konflik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Frustasi

Frustrasi berasal dari bahasa Latin frustratio, yaitu perasaan kecewa


atau jengkel akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Frustasi dapat diartikan
juga sebagai keadaan terhambat dalam mencapai suatu tujuan (Markam,2003).
Atau dengan kata lain frustasi adalah suatu keadaan dalam diri individu yang
disebabkan oleh tidak tercapainya kepuasan atau suatu tujuan akibat adanya
halangan atau rintangan dalam usaha mencapai kepuasan atau tujuan tersebut.

Dalam struktur masyarakat yang rumit ini, ada beberapa hal yang
merupakan sumber frustasi. Berbagai sumber frustasi itu menimbulkan pula
berbagai jenis frustasi yang dapat digolongkan ke dalam 3 macam, yaitu :

1. Frustasi lingkungan, yaitu frustasi yang disebabkan oleh halangan atau


rintangan yang terdapat dalam lingkungan, misalnya seseorang ingin
segera bekerja setelah selesai mendapat gelar sarjana, tetapi tidak dapat
tercapai karena tidak ada lowongan pekerjaan untuknya. Frustasi yang
semacam itu disebabkan oleh hambatan faktor eksternal, yaitu faktor diri
individu sendiri.
2. Frustasi pribadi, yaitu yang tumbuh dari ketidakmampuan individu itu
sendiri dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain, frustasi pribadi ini
terjadi karena adanya perbedaan antara tingkatan aspirasi dengan tingkatan
kemampuannya. Jadi faktor penyebab frustasi ini disebut faktor internal.
Misalnya seorang pelajar SMA/SMU yang ingin masuk jurusan IPA pada
hal bakat dan kemampuannya tidak memungkinkan untuk memenuhi
keinginan itu.
3. Frustasi konflik, yaitu frustasi yang disebabkan oleh konflik dari berbagai
motif-motif yang saling bertentangan maka pemuasan dari salah satunya
akan menyebabkan frustasi bagi yang lain. Jadi faktor penyebab frustasi

3
ini juga faktor internal. Seorang gadis yang harus memilih antara
menemani ibunya ke pasar atau menerima ajakan kekasihnya ke Mall.

Beberapa akibat karena frustasi :

a. Bahwa tidak setiap rintangan menyebabkan individu mengalami


frustasi, bahkan tidak jarang rintangan itu mempunyai nilai yang
positif. Misalnya seorang mahasiswa yang gagal dalam menempuh
ujian dan ini menjadi cambuk sehingga pada ujian berikutnya ia dapat
memperoleh nilai yang terbaik.
b. Withdrawal (menarik diri). Walaupun hambatan kadang-kadang
menimbulkan motivasi atau dorongan, tetapi situasi itu adalah situasi
yang tidak memberikan kepuasan dan tidak dikehendaki. Kalau hal ini
berlarut-larut terjadi, maka akan menyebabkan individu menarik diri.
Misalnya menolak bermain dengan temannya atau menolak
berkompetisi. Tetapi menarik diri dari situasi yang menimbulkan
ketegangan tidak berarti jelek atau tidak sehat, misalnya anak
berambisi menjadi ahli ilmu pasti tetapi ia sadar akan
ketidakmampuannya sehingga ia mengalihkan ke bidang social.
c. Agresi
Frustasi menyebabkan kemarahan. Kemarahan yang tertimbun
menimbulkan tindakan agresif, sehingga setiap rintangan selalu ia
lawan. Agresi ini dapat dibedakan 2 bagaian, yaitu :
1) Agresi Verbal, yaitu agresi dalam bentuk kata-kata.
2) Agresi Pasif, yaitu agresi yang di manifestasikan dalam
tindakan yang bersifat non kooperatif atau tidak mau bekerja
sama dengan temannya.
d. Regresi
Dalam kondisi yang menimbukan frustasi,kadang-kadang individu
bertingkah laku tidak konstruktif dan bersifat primitive. Jadi pada
prinsipnya individu bertingkah laku mundur atau lebih muda dari usia
kronologisnya. Misalnya seorang mahasiswa yang sudah berumur
27tahun suatu ketika mengalami frustasi, entah berupa gagal ujian atau
kekasihnya yang diambil orang, dan sebagainya. Reaksi mahasiswa itu

4
adalah menangis meraung-raung atau mengamuk tak tentu tujuan.
Sikap demikian tentunya tidak sesuai lagi dengan usianya dan inilah
yang disebut dengan nama Regresi.
e. Anxiety ( Kecemasan )
Kecemasan dapattimbul karena adanya suatu frustasi. Misalnya gagal
ujian pertengahan semester dapat menimbulkan kecemasan dalam
menghadapi ujian akhir semester. Kecemasan selanjutnya dapat
berakibat psikomatis, yaitu timnbulnya gangguan kesehatan fisik yang
bersumber dari psikis individu, misalnya gangguan pencernaan,
gangguan darah, dan lain - lain. Dan kecemasan itu dapat pula
berakibat gangguan psikis individu, misalnya mudah tersinggung,
mudah merasa lelah, pemarah, dan sebagainya.

Cara-cara mengatasi frustasi :

Dalam menghadapi frustasi sering kali individu melakukan apa


yang disebut sebagai ‘mekanisme adjustment’ atau mekanisme
penyesuaian, yaitu suatu cara atau metode dalam penyesuaian diri terhadap
situasi frustasi. Dalam setiap penyesuaian itu individu mempunyai metode-
metode sendiri dan dapat berbeda-beda dengan individu lainnya. Adanya
perbedaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan pada struktur
psikis maupun fisik, serta perbedaan-perbedaan social kuklturil dimana
orang itu hidup. Untuk mengatasi keadaan frustasi ini individu dalam
ikhtiarnya dapat ditempuh beberapa cara, yaitu :

1. Bertindak secara eksplosif, yaitu semua energy yang terdapat dalam diri
individu diledakkan atau dihabiskan dengan jalan melakukan
perbuatan-perbuatan atau ucapan-ucapan yang biasanya individu
merasa keregangan dalam dirinya berkurang atau menghilang.
2. Melakukan pembelaan ( rationalisasi ), yaitu usaha yang dilakukan
untuk mencari alas an-alasan yang masuk akal bagi tindakan yang
sesungguhnya tidak masuk akal. Rationalisasi ini tidak dimaksudkan
agar tindakan yang tidak masuk akal itu dijadikan masuk akal. Dan

5
pembelaan ini tidak pula dimaksudkan untuk membujuk atau
membohongi orang lain, akan tetapi membujuk dirinya sendiri supaya
tindakan yang tidak dapat diterima itu masih tetap dalam batas-batas
yang diingini diri. Misalnya seorang pemuda yang berusaha
mendapatkan seorang gadis tertentu akan tetapi si gadis tidak
memperhatikannya. Untuk membela diri dari rasa frustasi, kekecewaan
dan kecil hati ia membujuk dirinya dengan mencari-cari kelemahan dan
keburukan si gadis, bahkan mencela gadis itu.
3. Dengan cara introversi, yaitu menempuh jalan dengan menarik diri dan
masuk dalam dunia khayal. Kalau individu tidak dapat mencapai
tujuannya dalam dunia realita, dalam dunia khayal ia membayangkan
dirinya seolah-olah sudah berhasil mencapai tujuannya yang semula.
Salah satu macam introversi ini adalah melamun. Jika individu
sungguh-sungguh percaya bahwa apa yang dikhayalkan itu merupakan
kenyataan, maka akibatnya dalam timbul ‘delusi’ yang sering kali di
ikuti oleh ‘halusinasi’. Dalam hal ini individu hidup dalam dunianya
sendiri terlepas dari kenyataan yang ada sehingga lama-kelamaan
introversi berumah menjadi ‘sutisme’ yaitu keadaan pasif dan diam
yang sangat ekstrim, sama sekali tidak mengacuhkan lingkungan.
4. Melakukan proyeksi, yaitu menimpakan sesuatu yang terasa dalam
dirinya kepada orang lain terutama tindakan, pikiran atau dorongan-
dorongan yang tidak masuk akal. Misalnya seseorang yang menghadapi
kegagalan dalam sekolah, kantor, usaha, dan sebagainya, tidak
mengetahui kelemahan dan kesalahannya dan akan mencari pada orang
lain atau sesuatu diluar dirinya untuk dipersalahkan supaya ia dapat
menghadirkan rasa gelisah dan rasa rendah diri.
5. Substituasi, yaitu cara pembelaan diri yang paling baik diantara cara-
cara yang tidak disadari dalam menghadapi kesukaran. Substituasi
orang melakukan sesuatu karena tujuan-tujuan yang baik yang berbeda
sama sekali dari tujuan asli yang mudah dapat diterima dan berusaha
mencapai sukses dalam hal itu. Subtituasi itu ada 2 macam, yaitu :

6
a. Sublimasi, yaitu pengungkapan dari dorongan yang tidak dapat
diterima dalam masyarakat dengan cara yang dapat diterima.
Misalnya orang yang tidak dapat memenuhi dorongan seksuilnya
dengan cara yang wajar, mencari cara pengganti(sublimasi) yang
memuaskan juga, misalnya membuat lukisan,menulis cerita dan
sebagainya.
b. Kompensasi, yaitu usaha untuk mencapai sukses dalam suatu
lapangan setelah gagal dalam lapangan lain, misalnya seorang anak
yang tidak dapat berolahraga, akan sungguh-sungguh sekali dalam
pelajaran sehingga ia menjadi murid yang terpandai dalam kelasnya
dan menjadi pusat perhatian guru dan kawan-kawannya, demikian
pula sebaliknya. Kompenasi yang berlebihan akan menimbulkan
tingkah laku yang tidak wajar dan dapat berakibat negative.
6. Reaksi ‘psikopatis’, yaitu golongan individu yang cenderung melanggar
aturan dalam mengatasi frustasinya disebut ‘individu-individu yang
bereaksi secara psikopatis’. Rintangan yang menghalangi tercapainya
suatu tujuan dapat terdiri dari beberapa hal yang bersifat fisik materil
(misalnya, pintu tertutup, biaya yang tidak mencukupi). Selain itu ada
juga rintangan yang terdiri dari larangan-larangan yang berdasarkan
sopan santun, adat istiadat, dan sebagainya. Ada segolongan individu
yang kurang memperhatikan atau sama sekali tidak menghiraukan
larangan-larangan itu, yang penting mereka dapat mencapai tujuannya,
karena itu mereka tidak segan melanggar aturan-aturan yang ada. Tentu
saja reaksi demikian tidak sehat dan tidak disenangi masyarakat.

Pada hakekatnya, dalam menghadapi keadaan frustasi, tidak semua


individu menghayati secara sama. Keterangan yang ditimbulkan dapat
berbeda tergantung kepada derajat toleransinya. Toleransi terhadap frustasi
menunjukkan kepada kemampuan individu untuk mengatasi ketegangan
dalam diri akibat penundaan pemuasan motif tertentu atau konflik pada
‘adaptif’ atau mengalami diorganisasi kepribadian. Seseorang yang
mempunyai toleransi tinggi terhadap frustasi adalah seseorang yang tabah,

7
dapat berfikir panjang dalam menghadapi kekecewaan dan kegagalan, dan
lain-lain. Orang yang demikian adalah orang yang percaya pada dirinya
dapat mengatasi segala faktor-faktor dan situasi frustasi, bahkan mungkin
frustasi-frustasi ringan tidak akan terasa sama sekali. Tetapi sebaliknya,
orang yang kurang percaya pada dirinya akan sangat peka terhadap
bermacam-macam situasi yang menekan. Setiap tekanan (stress)
kekecewaan, akan dirasakan sebagai ancaman terhadap dirinya, ia akan
merasa marah dan tindakan-tindakannya akan dipengaruhi oleh
tanggapannya terhadap situasi itu. Orang seperti ini kurang toleran
terhadap situasi frustasi, ia mudah kecewa dan mudah putus asa.

B. Pengertian Konflik
Istilah konflik ini secara etimologis berasal dari bahasa latin “con” yang
berarti bersama, dan “fligere” yang berarti aturan benturan atau tabrakan.

Secera sosiologis konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara


dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya (http://id.wikipedia.org/wiki/konflik, diakses pada 27 September 2018,
Pukul 12.30).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konflik adalah percekcokan,


perselisihan, pertentangan.

Menurut Soetandyo Wignjosoebroto konflik secara harfiyah adalah


perbenturan antara dua pihak yang tengah berjumpa dan bersilang jalan pada
suatu titik kejadian, yang berujung pada terjadinya benturan.

8
Sumber utama frustasi adalah konflik antara dua motif yang
bertentangan. Bila dua motif saling bertentangan, kepuasan motif yang satu
akan menimbulkan frustasimotif yang lain. Misalnya , seorang siswa mungkin
tidak berhasil memperoleh pengakuan sebagai atlet terkenal tetapi berhasil
mencapai nilai yang dibutuhkan untuk dapat diterima di fakultas hukum.
Bahkan meskipun hanya melibatkan satu macam motif, konflik bisa timbul jika
tujuan dapat dicapai melalui berbagai cara. Misalnya, anda dapat melanjutkan
pendidikan ke berbagai perguruan tinggi, tetapi pemilihan perguruan tinggi
mana yang akan dimasuki bisa menimbulkan situasi konflik. Meskipun
akhirnya tujuan ini dapat dicapai, gerak ke arah tujuan tersebut terganggu oleh
keharusan untuk menentukan pilihan.

Kadang- kadang konflik timbul antara motif dan norma internal


seseorang dan bukan antara dua tujuan eksternal. Hasrat seksual seorang bisa
bertentangan dengan normanya tentang perilaku sosial yang pantas.
Motifberprestasi bisa bertentangan dengan norma seseorang tentang perilaku
komprehensif dan suka menolong ; untuk mencapai keberhasilan dibutuhkan
persaingan dengan atau bahkan penghancuran rekan sekerja. Seringkali konflik
antara motif dan norma internal lebih sulit diselesaikan dibanding konflik
antara dua tujuan eksternal.

Kebanyakan konflik melibatkan tujuan yang menyenagkan sekaligus


tidak menyenangkan , baik positif maupun negatif. Permen adalah suatu yang
enak tapi menggemukkan. Mengisi akhir minggu dengan bermain ski memang
menyenangkan, tetapi hilangnya waktu belajar bisa mengakibatkan kecemasan.
Tujuan yang diharapkan sekaligus tidak diharapkan disukai sekaligus tidak di
sukai, menimbulkan sikap ambivealen. Sikap ambivalen merupakan hal yang
biasa. Remaja memiliki sikap ambivalen terhadap kemandirian, mereka ingin
mempertanggung jawabkan perbuatannya sendiri tetapi masih mengharapkan
bantuan orang tuannya untuk menyelesaikan masalah yang sukar.

9
Keadaan konflik dapat terjadi, apabila individu menghadapi kejadian
dua respon yang efektif dan keduanya mempunyai segi-segi yang positif pula.
Dalam hal yang demikian individu itu sukar membedakannya, mana yang
harus diikuti agar jangan tertarik atau menghadapi dua tujuan yang mempunyai
keadaan yang berlawanan. Hal ini tentu tidak mungkin keduanya akan di capai
bersama-sama dalam waktu yang sama pula.

Dalam suasana konflik ini individu tidak mampu untuk memberikan


respon yang efektif yang saat menembus rintangan dan juga frustasi dapat
muncul bila dalam suasana konflik itu individu tidak mampu membedakan
antara motif-motif atau tidak mampu melakukan seleksi terhadap respon-
respon tersebut. Berbagai macam konflik dapat terjadi dalam kehidupan sehari-
hari, seeperti tergambar dalam skema berikut.

Ada pula pendapat lain yang melihat macam-macam konflik dari sudut
pandang yang terjadi dalam jiwa orang itu sendiri, yaitu :

1. Konflik mendekat-dekat (approach conflicts), yaitu individu dalam hal ini


menghadapi dua masalah atau sasaran yang harus dipilih salah satunya, namun
keduanya sama-sama mempunyai nilai positif dan bobot yang sebanding,
sama-sama penting. Oleh karena itu terjdai kesulitan oleh karena itu terjadi
kesulitan karena tidak mungkin dihadapi, dilakukan, atau dilaksanakan
keduanya dalam waktu bersamaan, atau terjadi kesukaran untuk menolak salah

10
satunya. Misalnya seorang mahasiswa yang harus memilih antara
menyelesaikan tugas pekerjaan kantornyaatau belajar untuk menghadapi
ujiannya, keduanya penting namun waktu sangat terbatas.
2. Konflik jauh-menjauh (double avoidance), yaitu individu dihadapkan pada dua
pilihan yang sama-sama mempunyai nilai negatif dan sama-sama harus
dihindari. Misalnya seorang pelajar yang tidak mau belajar akan tetapi juga
tidak menghendaki gagal dalam ujian.
3. Konflik dekat-menjauh (approach avoidance), disini individu menghadapi dua
pilihan, yang satu bersifat positif dan yang satu bersifat negatif. Misalnya
seorang pemuda mencintai seorang wanita tetapi orang tua wanita itu terlalu
galak, sehingga pemuda itu ragu-ragu apakah akan mengunjungi rumah wanita
itu atau tidak. Hal ini dapat juga terjadi, bahwa individu ingin memenuhi
tuntutannya tetapi iapun takut karena hal ini dilarang oleh norma-norma
masyarakat.

Dalam masyarakat Amerika, konflik mendekat-menghindar yang paling


umum dan sulit diatasi adalah konflik yang timbul diantara motif-motif berikut
ini:

a. Kemandirian lawan ketergantungan. Ketika mengalami stress, mungkin kita


membutuhkan ketergantungan yang khas pada masa kanak-kanak, meminta
seseorang membimbing dan menyelesaikan masalah kita. Tetapi kita diajar
bahwa kemampuan mandiri dan memikul tanggung jawab merupakan tanda
kedewasaan.
b. Keakraban lawan keterasingan. Keinginan untuk menjalin hubungan akrab
dengan orang lain, dan mencurahkan pikiran serta perasaan yang paling
dalam, mungkin bertentangan dengan rasa takut disakiti atau ditolak bila
terlalu banyak mengungkapkan diri.
c. Kerjasama lawan persaingan. Masyarakat Amerika sangat menekankan
makna penting persaingan dan keberhasilan. Persaingan mulai timbul pada
masa kanak-kanak diantara saudara kandung, berlanjut ketika di sekolah,
dan memuncak dalam persaingan dagang dan jabatan. Pada saat yang sama
kita didorong untuk bekerjasama dan menolong orang lain. Konsep

11
“semangat kelompok” merupakan ciri khas kisah keberhasilan Amerika.
Harapan yang saling bertentangan ini dapat menimbulkan konflik.
d. Ekspresi impuls lawan standar moral. Dalam setiap masyarakat, impuls
harus dikendalikan. Sebagian besar proses belajar pada masa kanak-kanak
melibatkan internalisasi batasan budaya terhadap impuls bawaan. Seks dan
agresi merupakan impuls yang paling sering bertentangan dengan standar
moral, dan pelanggaran terhadap norma-norma ini akan menimbulkan rasa
salah yang kuat.
4. Konflik mendekat-menjauh berganda (multiple approach avoidance), yaitu
individu dalam hal ini menghadapi lebih dari dua objek atau situasi yang
mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus. Misalnya individu ingin kuliah
pada Universitas Negeri atau Universitas Swasta sama-sama mempunyai nilai
positif dan negatif. Jika kuliah pada universitas negeri, uang kuliah lebih ringan
akan tetapi sulit mengikuti kuliah jika sambil bekerja. Sedangkan kuliah di
universitas swasta, uang kuliah lebih tinggi namun dapat sambil bekerja karena
kuliah dapat diambil pada sore atau malam hari. Pada umumnya konflik
semacam ini, selama konflik itu masih ada, maka sangat tidak mungkin untuk
memilih salah satu dari alternatif itu. Semakin dekat dengan alternatif positif,
semakin bertambahlah motivasi individu untuk mendekati sasaran. Dan
semakin dekat dengan alternatif negatif, semakin bertambah rasa penolakan
terhadap sasaran/situasi. Misalnya bila tinggal seminggu lagi akan libur terasa
semakin enak, tetapi seminggu lagi akan ujian maka akan semakin terasa
kacau. Bertambahnya derajat pendekatan atau penolakan adalah sama, tetapi
bila tidak identik, maksudnya bahwa kadar antara keduanya berbeda. Perasaan
menolak akan lebih cepat daripada perasaan akan menerima.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian Frustasi

Frustrasi berasal dari bahasa Latin frustratio, yaitu perasaan kecewa


atau jengkel akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Frustasi dapat
diartikan juga sebagai keadaan terhambat dalam mencapai suatu tujuan
(Markam,2003). Atau dengan kata lain frustasi adalah suatu keadaan dalam
diri individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya kepuasan atau suatu
tujuan akibat adanya halangan atau rintangan dalam usaha mencapai
kepuasan atau tujuan tersebut.

2. Pengertian Konflik
Istilah konflik ini secara etimologis berasal dari bahasa latin “con”
yang berarti bersama, dan “fligere” yang berarti aturan benturan atau
tabrakan.

Secera sosiologis konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara


dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya
tidak berdaya (http://id.wikipedia.org/wiki/konflik, diakses pada 27
September 2018, Pukul 12.30).

13
DAFTAR PUSTAKA

Khairani Makmun,2016.Psikologi Umuum.Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

Rita,Richard,Ernest,1991.Pengantar Psikologi.Jakarta : Erlangga.

14

Anda mungkin juga menyukai