EGO
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Umum II
Disusun Oleh :
FAKULTAS DAKWAH
2018
0
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................2
A. Latar Belakang..........................................................................................................2
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pengertian Frustasi...................................................................................................3
B. Pengertian Konflik.....................................................................................................8
A. Kesimpulan............................................................................................................13
BAB I
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepanjang masa perkembangan dari lahir hingga dewasa, kebutuhan-
kebutuhan seseorang tidak selalu dapat terpenuhi dengan lancar. Seringkali
terjadi hambatan dalam pemuasan suatu kebutuhan, motif dan
keinginan.Keadaan terhambat dalam mencapai tujuan dinamakan frustasi.
Frustasi adalah apabila rintangan atau hambatan itu sangat kuat sekali dan tidak
dapat diterobos sehingga gagalnya pemuasan yang wajar dari motif-motif
orang.
Seseorang dapat melakukan bermacam-macam cara penyesuaian diri
ataupun pertahanan ego untuk mengatasi berbagai macam frustasi. Tiap orang
mempunyai cara-cara penyesuaian diri yang khusus, yang tergantung dari
kemampuan-kemampuan yang dimilki, pengaruh-pengaruh lingkungan,
pendidikan dan bagaimana ia mengembangkan dirinya. Dalam menghadapi
frustasi seseorang dapat mengadakan penyesuaian diri secara efektif, yaitu
mengarahkan tindakannya pada sasaran tertentu untuk mengatasi sebab-sebab
frustasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan frustasi?
2. Apa yang dimaksud dengan konflik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui maksud dari frustasi.
2. Untuk mengetahui maksud dari konflik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Frustasi
Dalam struktur masyarakat yang rumit ini, ada beberapa hal yang
merupakan sumber frustasi. Berbagai sumber frustasi itu menimbulkan pula
berbagai jenis frustasi yang dapat digolongkan ke dalam 3 macam, yaitu :
3
ini juga faktor internal. Seorang gadis yang harus memilih antara
menemani ibunya ke pasar atau menerima ajakan kekasihnya ke Mall.
4
adalah menangis meraung-raung atau mengamuk tak tentu tujuan.
Sikap demikian tentunya tidak sesuai lagi dengan usianya dan inilah
yang disebut dengan nama Regresi.
e. Anxiety ( Kecemasan )
Kecemasan dapattimbul karena adanya suatu frustasi. Misalnya gagal
ujian pertengahan semester dapat menimbulkan kecemasan dalam
menghadapi ujian akhir semester. Kecemasan selanjutnya dapat
berakibat psikomatis, yaitu timnbulnya gangguan kesehatan fisik yang
bersumber dari psikis individu, misalnya gangguan pencernaan,
gangguan darah, dan lain - lain. Dan kecemasan itu dapat pula
berakibat gangguan psikis individu, misalnya mudah tersinggung,
mudah merasa lelah, pemarah, dan sebagainya.
1. Bertindak secara eksplosif, yaitu semua energy yang terdapat dalam diri
individu diledakkan atau dihabiskan dengan jalan melakukan
perbuatan-perbuatan atau ucapan-ucapan yang biasanya individu
merasa keregangan dalam dirinya berkurang atau menghilang.
2. Melakukan pembelaan ( rationalisasi ), yaitu usaha yang dilakukan
untuk mencari alas an-alasan yang masuk akal bagi tindakan yang
sesungguhnya tidak masuk akal. Rationalisasi ini tidak dimaksudkan
agar tindakan yang tidak masuk akal itu dijadikan masuk akal. Dan
5
pembelaan ini tidak pula dimaksudkan untuk membujuk atau
membohongi orang lain, akan tetapi membujuk dirinya sendiri supaya
tindakan yang tidak dapat diterima itu masih tetap dalam batas-batas
yang diingini diri. Misalnya seorang pemuda yang berusaha
mendapatkan seorang gadis tertentu akan tetapi si gadis tidak
memperhatikannya. Untuk membela diri dari rasa frustasi, kekecewaan
dan kecil hati ia membujuk dirinya dengan mencari-cari kelemahan dan
keburukan si gadis, bahkan mencela gadis itu.
3. Dengan cara introversi, yaitu menempuh jalan dengan menarik diri dan
masuk dalam dunia khayal. Kalau individu tidak dapat mencapai
tujuannya dalam dunia realita, dalam dunia khayal ia membayangkan
dirinya seolah-olah sudah berhasil mencapai tujuannya yang semula.
Salah satu macam introversi ini adalah melamun. Jika individu
sungguh-sungguh percaya bahwa apa yang dikhayalkan itu merupakan
kenyataan, maka akibatnya dalam timbul ‘delusi’ yang sering kali di
ikuti oleh ‘halusinasi’. Dalam hal ini individu hidup dalam dunianya
sendiri terlepas dari kenyataan yang ada sehingga lama-kelamaan
introversi berumah menjadi ‘sutisme’ yaitu keadaan pasif dan diam
yang sangat ekstrim, sama sekali tidak mengacuhkan lingkungan.
4. Melakukan proyeksi, yaitu menimpakan sesuatu yang terasa dalam
dirinya kepada orang lain terutama tindakan, pikiran atau dorongan-
dorongan yang tidak masuk akal. Misalnya seseorang yang menghadapi
kegagalan dalam sekolah, kantor, usaha, dan sebagainya, tidak
mengetahui kelemahan dan kesalahannya dan akan mencari pada orang
lain atau sesuatu diluar dirinya untuk dipersalahkan supaya ia dapat
menghadirkan rasa gelisah dan rasa rendah diri.
5. Substituasi, yaitu cara pembelaan diri yang paling baik diantara cara-
cara yang tidak disadari dalam menghadapi kesukaran. Substituasi
orang melakukan sesuatu karena tujuan-tujuan yang baik yang berbeda
sama sekali dari tujuan asli yang mudah dapat diterima dan berusaha
mencapai sukses dalam hal itu. Subtituasi itu ada 2 macam, yaitu :
6
a. Sublimasi, yaitu pengungkapan dari dorongan yang tidak dapat
diterima dalam masyarakat dengan cara yang dapat diterima.
Misalnya orang yang tidak dapat memenuhi dorongan seksuilnya
dengan cara yang wajar, mencari cara pengganti(sublimasi) yang
memuaskan juga, misalnya membuat lukisan,menulis cerita dan
sebagainya.
b. Kompensasi, yaitu usaha untuk mencapai sukses dalam suatu
lapangan setelah gagal dalam lapangan lain, misalnya seorang anak
yang tidak dapat berolahraga, akan sungguh-sungguh sekali dalam
pelajaran sehingga ia menjadi murid yang terpandai dalam kelasnya
dan menjadi pusat perhatian guru dan kawan-kawannya, demikian
pula sebaliknya. Kompenasi yang berlebihan akan menimbulkan
tingkah laku yang tidak wajar dan dapat berakibat negative.
6. Reaksi ‘psikopatis’, yaitu golongan individu yang cenderung melanggar
aturan dalam mengatasi frustasinya disebut ‘individu-individu yang
bereaksi secara psikopatis’. Rintangan yang menghalangi tercapainya
suatu tujuan dapat terdiri dari beberapa hal yang bersifat fisik materil
(misalnya, pintu tertutup, biaya yang tidak mencukupi). Selain itu ada
juga rintangan yang terdiri dari larangan-larangan yang berdasarkan
sopan santun, adat istiadat, dan sebagainya. Ada segolongan individu
yang kurang memperhatikan atau sama sekali tidak menghiraukan
larangan-larangan itu, yang penting mereka dapat mencapai tujuannya,
karena itu mereka tidak segan melanggar aturan-aturan yang ada. Tentu
saja reaksi demikian tidak sehat dan tidak disenangi masyarakat.
7
dapat berfikir panjang dalam menghadapi kekecewaan dan kegagalan, dan
lain-lain. Orang yang demikian adalah orang yang percaya pada dirinya
dapat mengatasi segala faktor-faktor dan situasi frustasi, bahkan mungkin
frustasi-frustasi ringan tidak akan terasa sama sekali. Tetapi sebaliknya,
orang yang kurang percaya pada dirinya akan sangat peka terhadap
bermacam-macam situasi yang menekan. Setiap tekanan (stress)
kekecewaan, akan dirasakan sebagai ancaman terhadap dirinya, ia akan
merasa marah dan tindakan-tindakannya akan dipengaruhi oleh
tanggapannya terhadap situasi itu. Orang seperti ini kurang toleran
terhadap situasi frustasi, ia mudah kecewa dan mudah putus asa.
B. Pengertian Konflik
Istilah konflik ini secara etimologis berasal dari bahasa latin “con” yang
berarti bersama, dan “fligere” yang berarti aturan benturan atau tabrakan.
8
Sumber utama frustasi adalah konflik antara dua motif yang
bertentangan. Bila dua motif saling bertentangan, kepuasan motif yang satu
akan menimbulkan frustasimotif yang lain. Misalnya , seorang siswa mungkin
tidak berhasil memperoleh pengakuan sebagai atlet terkenal tetapi berhasil
mencapai nilai yang dibutuhkan untuk dapat diterima di fakultas hukum.
Bahkan meskipun hanya melibatkan satu macam motif, konflik bisa timbul jika
tujuan dapat dicapai melalui berbagai cara. Misalnya, anda dapat melanjutkan
pendidikan ke berbagai perguruan tinggi, tetapi pemilihan perguruan tinggi
mana yang akan dimasuki bisa menimbulkan situasi konflik. Meskipun
akhirnya tujuan ini dapat dicapai, gerak ke arah tujuan tersebut terganggu oleh
keharusan untuk menentukan pilihan.
9
Keadaan konflik dapat terjadi, apabila individu menghadapi kejadian
dua respon yang efektif dan keduanya mempunyai segi-segi yang positif pula.
Dalam hal yang demikian individu itu sukar membedakannya, mana yang
harus diikuti agar jangan tertarik atau menghadapi dua tujuan yang mempunyai
keadaan yang berlawanan. Hal ini tentu tidak mungkin keduanya akan di capai
bersama-sama dalam waktu yang sama pula.
Ada pula pendapat lain yang melihat macam-macam konflik dari sudut
pandang yang terjadi dalam jiwa orang itu sendiri, yaitu :
10
satunya. Misalnya seorang mahasiswa yang harus memilih antara
menyelesaikan tugas pekerjaan kantornyaatau belajar untuk menghadapi
ujiannya, keduanya penting namun waktu sangat terbatas.
2. Konflik jauh-menjauh (double avoidance), yaitu individu dihadapkan pada dua
pilihan yang sama-sama mempunyai nilai negatif dan sama-sama harus
dihindari. Misalnya seorang pelajar yang tidak mau belajar akan tetapi juga
tidak menghendaki gagal dalam ujian.
3. Konflik dekat-menjauh (approach avoidance), disini individu menghadapi dua
pilihan, yang satu bersifat positif dan yang satu bersifat negatif. Misalnya
seorang pemuda mencintai seorang wanita tetapi orang tua wanita itu terlalu
galak, sehingga pemuda itu ragu-ragu apakah akan mengunjungi rumah wanita
itu atau tidak. Hal ini dapat juga terjadi, bahwa individu ingin memenuhi
tuntutannya tetapi iapun takut karena hal ini dilarang oleh norma-norma
masyarakat.
11
“semangat kelompok” merupakan ciri khas kisah keberhasilan Amerika.
Harapan yang saling bertentangan ini dapat menimbulkan konflik.
d. Ekspresi impuls lawan standar moral. Dalam setiap masyarakat, impuls
harus dikendalikan. Sebagian besar proses belajar pada masa kanak-kanak
melibatkan internalisasi batasan budaya terhadap impuls bawaan. Seks dan
agresi merupakan impuls yang paling sering bertentangan dengan standar
moral, dan pelanggaran terhadap norma-norma ini akan menimbulkan rasa
salah yang kuat.
4. Konflik mendekat-menjauh berganda (multiple approach avoidance), yaitu
individu dalam hal ini menghadapi lebih dari dua objek atau situasi yang
mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus. Misalnya individu ingin kuliah
pada Universitas Negeri atau Universitas Swasta sama-sama mempunyai nilai
positif dan negatif. Jika kuliah pada universitas negeri, uang kuliah lebih ringan
akan tetapi sulit mengikuti kuliah jika sambil bekerja. Sedangkan kuliah di
universitas swasta, uang kuliah lebih tinggi namun dapat sambil bekerja karena
kuliah dapat diambil pada sore atau malam hari. Pada umumnya konflik
semacam ini, selama konflik itu masih ada, maka sangat tidak mungkin untuk
memilih salah satu dari alternatif itu. Semakin dekat dengan alternatif positif,
semakin bertambahlah motivasi individu untuk mendekati sasaran. Dan
semakin dekat dengan alternatif negatif, semakin bertambah rasa penolakan
terhadap sasaran/situasi. Misalnya bila tinggal seminggu lagi akan libur terasa
semakin enak, tetapi seminggu lagi akan ujian maka akan semakin terasa
kacau. Bertambahnya derajat pendekatan atau penolakan adalah sama, tetapi
bila tidak identik, maksudnya bahwa kadar antara keduanya berbeda. Perasaan
menolak akan lebih cepat daripada perasaan akan menerima.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Frustasi
2. Pengertian Konflik
Istilah konflik ini secara etimologis berasal dari bahasa latin “con”
yang berarti bersama, dan “fligere” yang berarti aturan benturan atau
tabrakan.
13
DAFTAR PUSTAKA
14