Anda di halaman 1dari 5

Stress

Stress merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi
yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu. Stress adalah
sebagai persepsi dari kesenjangan antara tuntutan lingkungan dan kemampuan individu untuk
memenuhinya. Stres merupakan respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu
stres (stresor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya
(coping). Robbins (2001) menyatakan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu kesempatan di mana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Weinberg dan Gould (2003)
mendefinisikan stres sebagai “a substantial imbalance between demand (physical and
psychological) and response capability, under condition where failure to meet that demand has
importance concequences”. Artinya, ada ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan psikis)
dan kemampuan memenuhinya. Gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut akan berdampak
krusial.1

Stress merupakan fenomena yang pasti dialami oleh semua manusia. Dalam ilmu
psikologi, stress adalah perasaan tertekan dan ketegangan mental. Tingkat stress yang rendah
mungkin diinginkan, bermanfaat, dan bahkan sehat. Stress, dapat menimbulkan dampak positif,
yaitu dapat meningkatkan fasilitasi kinerja. Stress yang positif dianggap sebagai faktor penting
untuk motivasi, adaptasi, dan melakukan reaksi terhadap lingkungan sekitar. Namun, tingkat
stressnya tinggi dapat mengakibatkan masalah biologis, psikologis, dan sosial dan bahkan
bahaya serius bagi seseorang. Stress dapat berasal dari faktor eksternal yang bersumber pada
lingkungan, atau disebabkan oleh persepsi internal individu. Stres adalah respons individu
terhadap perubahan dalam situasi atau situasi yang mengancam. Ini dapat dilihat sebagai reaksi
pribadi terhadap peristiwa / permintaan eksternal seperti menulis ujian atau kondisi pikiran
internal seperti mengkhawatirkan ujian. Fakta yang menarik adalah bahwa stres cenderung
meningkat dengan saat tidak mampu mengatasi situasi yang tidak menyenangkan yang dihadapi
oleh seseorang. Bagi kebanyakan orang, stres dipandang sebagai konsep negatif. Namun, stres
dapat memacu kita untuk mencapai yang terbaik. Misalnya, atlet sering memecahkan rekor dunia
di bawah tekanan dan tekanan Olimpiade. Jumlah stres yangmoderat membantu memotivasi kita
untuk menulis makalah atau mempersiapkan ujian, dan dalam hal ini, stress merupakan hal yang
positif. Oleh karena itu, sejumlah stres diinginkan oleh orang, tetapi terlalu banyak stress juga
akan merugikan.2

Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa Stress adalah respons organisme untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan yang berlangsung. Tuntutan tersebut dapat berupa
hal-hal yang faktual terjadi, atau hal-hal baru yang mungkin akan terjadi, tetapi dipersepsi secara

1
Mufadhal Barseli, Ifdil Ifdil, dan Linda Fitria, “Stress akademik akibat Covid-19,” JPGI (Jurnal Penelitian Guru
Indonesia) 5, no. 2 (2020): 95.
2
Lina Nur dan Hidayati Mugi, “Tinjauan literatur mengenai stres dalam organisasi,” Jurnal Ilmu Manajemen 18, no.
1 (2021): 20–30, https://journal.uny.ac.id/index.php/jim/article/view/39339/15281.
aktual. Apabila kondisi tersebut tidak teratasi dengan baik maka terjadilah gangguan pada satu
atau lebih organ tubuh yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat menjalankan fungsi
pekerjaannya dengan baik.3

Depresi

Depresi bagi orang awam diartikan sebagai keadaan emosi atau perasaan sedih, susah,
murung, ataupun tidak bahagia dan kehilangan semangat untuk hidup. Dalam pengertian ilmiah,
depresi diartikan sebagai suatu keadaan emosi yang mempunyai karakteristik seperti perasaan
sedih, perasaan gagal dan tidak berharga, dan menarik diri dari orang lain ataupun lingkungan.
Depresi mengganggu suasana hati atau semangat, cara berfikir, fungsi tubuh dan mengganggu
perilaku. Davidson G Neale (2002) menjelaskan depresi sebagai suatu keadaan emosi yang
ditandai dengan kesedihan yang sangat, perasaan tidak berharga dan perasaan bersalah, menarik
diri dari orang lain, susah tidur, kehilangan nafsu makan, kehilangan keinginan terhadap seksual
dan kehilangan minat dan kesenangan terhadap aktivitas sehari-hari. Depresi merupakan
gangguan yang seringkali tidak disadari baik oleh penderita maupun orang-orang di sekitarnya,
mengutip dari Jaka Arya Pradana (2016) dikatakan depresi disebut juga sebagai gangguan yang
tak terlihat atau invisible disease. Berbeda dengan gangguan lain seprti flue, penderita pasti sadar
bahwa ia terkena flue, penderita depresi sering kali tidak sadar ada masalah. Bahkan banyak
orang yang sering menganggap gangguan depresi adalah masalah yang berkaitan dengan
keimanan seseorang saja dan tidak dianggap sebagai gangguan psikologis yang memerlukan
pertolongan profesional dalam bidang terssebut.4

Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang
amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah (menarik diri, tidak dapat tidur, kehilangan
selera, minat dalam aktivitas sehari-hari), dalam Gerald C. Davison 2004. Menurut Rice PL
(1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai
seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood
yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Menurut
Iyus Yosep (2007), depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif,
mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada
semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus
asa. 5

Ciri–ciri dan Gejala– gejala Depresi Pada umumnya, individu yang mengalami depresi
menunjukkan gejala psikis, fisik dan sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala
yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi dari waktu
ke waktu. Menurut Institut Kesehatan Jiwa Amerika Serikat (NIMH) dan Diagnostic and
3
Barseli, Ifdil, dan Fitria, “Stress akademik akibat Covid-19.”
4
Wandansari Sulistyorini dan Muslim Sabarisman, “Depresi : Suatu Tinjauan Psikologis,” Sosio Informa 3, no. 2
(2017): 153–164.
5
Aries Dirgayunita, “Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya,” Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi 1, no.
1 (2016): 1–14.
Statistical manual IV – Text Revision (DSM IV - TR) (American Psychiatric Association, 2000).
Kriteria depresi dapat ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan
dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari
sebelumnya. Gejala dan tanda umum depresi adalah sebagai berikut 6 :

Gejala Fisik

1. Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia)

2. Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas hobi atau
aktivitas yang sebelumnya disukai.

3. Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan)

4. Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah pencernaan (diare,
sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis

5. Terkadang merasa berat di tangan dan kaki

6. Energi lemah, kelelahan, menjadi lamban

7. Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan

Gejala Psikis

1. Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus.

2. Rasa putus asa dan pesimis

3. Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya/tidak berguna

4. Tidak tenang dan gampang tersinggung

5. Berpikir ingin mati atau bunuh diri

6. Sensitive

7. Kehilangan rasa percaya diri

Gejala Sosial

6
Ibid.
1. Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri, menyendiri, malas)

2. Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun

3. Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri

Penyebab Depresi

Depresi disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Jika seseorang di dalam riwayat
kesehatannya memiliki keluarga yang mengalami depresi, maka terdapat kecenderungan untuk
mengalami depresi juga. Menurut Kaplan (2002) dan Nolen – Hoeksema & Girgus (dalam
Krenke & Stremmler, 2002), faktor – faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi
atas : faktor biologi, faktor psikologis/kepribadian dan faktor sosial. Dimana ketiga faktor
tersebut dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. 7

Faktor Biologi

Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan system
limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus. Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan
serotonin merupakan dua neurotrasmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan
mood. Pada wanita, perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menoupose juga
dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi. Penyakit fisik yang berkepanjangan sehingga
menyebabkan stress dan juga dapat menyebabkan depresi.

Faktor Psikologis/Kepribadian

Individu yang dependent, memiliki harga diri yang rendah, tidak asertif, dan
menggunakan ruminative coping. Nolen – Hoeksema & Girgus juga mengatakan bahwa ketika
seseorang merasa tertekan akan cenderung fokuspada tekanan yang mereka rasa dan secara pasif
merenung daripada mengalihkannya atau melakukan aktivitas untuk merubah situasi. Pemikiran
irasional yaitu pemikiran yang salah dalam berpikir seperti menyalahkan diri sendiri atas ketidak
beruntungan. Sehingga individu yang mengalami depresi cenderung menganggap bahwa dirinya
tidak dapat mengendalikan lingkungan dan kondisi dirinya. Hal ini dapat menyebabkan
pesimisme dan apatis.

Faktor Sosial

1. Kejadian tragis seperti kehilangan seseorang atau kehilangan dan kegagalan pekerjaan

2. Paska bencana

3. Melahirkan

7
Ibid.
4. Masalah keuangan

5. Ketergantungan terhadap narkoba atau alkhohol

6. Trauma masa kecil

7. Terisolasi secara sosial

8. faktor usia dan gender

9. tuntutan dan peran sosial misalnya untuk tampil baik, menjadi juara di sekolah ataupun
tempat kerja

10. Maupun dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya

Anda mungkin juga menyukai