Disusun oleh :
A. Latar Belakang
Kecemasan atau ansietas merupakan salah satu bentuk emosi individu yang
berkaitan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang
begitu tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas nilai ancaman yang wajar dapat
dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya begitu kuat
dan bersifat negatif justru akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap
sedih dan kehilangan minat secara terus-menerus, biasanya sering dimulai ketika masa
remaja sehingga mengganggu fungsi seseorang dan sering terjadi secara berulang. Oleh
karena persepsi yang salah di masyarakat banyak penderita gangguan depresi tidak
mencari bantuan medis. Gangguan depresi ini sering dijumpai dan memiliki angka
Ansietas merupakan respon normal dari tubuh yang disebabkan oleh perasaan
khawatir, takut, dan stres tentang sesuatu yang akan datang. Semua orang dapat
mengalami ansietas baik usia muda maupun usia tua. Akan tetapi ketika ketakutan dan
distress seperti gemetar, sesak napas, sakit kepala, henti jantung, dan sindrom lainnya.
Gangguan mental tersebut memiliki dampak berupa perilaku bunuh diri. Secara global
singnifikan menjadi 26% dan depresi sebanyak sebanyak 28% .ganguan mental sebagai
ganguan secara klinis terkait fugsi kongnisi , regulasi emosi atau prilaku seseorang
seperti stress, depresi bipolar. Di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2018
sebanyak 6,2% pada kelompok usia 15-24 tahun mengalami depresi, sedangkan di jawa
barat 2,35% yang mengalami depresi. Begitu juga kasus bunuh diri Dari beberapa kasus
ini menunjukkan bahwasannya, di Indonesia sendiri angka kematian akibat bunuh diri
makin meningkat. Ini didukung dengan data dari WHO pada tahun 2021 yang
menyebutkan angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa.
Hampir 90% orang dewasa yang melakukan bunuh diri didiagnostik memiliki gangguan
Bunuh diri merupakan masalah kejiwaan yang kompleks yang dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti lingkungan, psikologis dan genetik. Peranan penyakit mental atau
fisik pada keluarga memiliki hubungan herediter. Penyakit mental sangat erat
yang lebih besar karena ketidakstabilan perasaan, pikiran dan perilaku. Peranan
penyakit fisik terhadap bunuh diri merupakan beban psikologis yang tiimbul dari
A. Definisi
Ansietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak
tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai
dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang
bagi seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak,
jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang
air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. (Harold I.
LIEF) “Anenvous condition of unrest” (Leland E. HINSIE dan Robert S Campbell).
Ansietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh
dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa
aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya.
(J.J GROEN)
D. Penggolongan Ansietas
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan
masalah, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri. Ansietas ringan
berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada
tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada.
a. Respon Fisiologis
1) Sesekali nafas pendek
2) Nadi dan tekanan darah naik
3) Gejala ringan pada lambung
4) Muka berkerut dan bibir bergetar
5) Ketegangan otot ringan
6) Rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kognitif
1) Mampu menerima rangsang yang kompleks
2) Konsentrasi pada masalah
3) Menyelesaikan masalah secara efektif
4) Perasaan gagal sedikit
5) Waspada dan memperhatikan banyak hal
6) Terlihat tenang dan percaya diri
7) Tingkat pembelajaran optimal
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Tidak dapat duduk tenang
2) Tremor halus pada tangan
3) Suara kadang-kadang meninggi
4) Sedikit tidak sabar
5) Aktivitas menyendiri
2. Ansietas Sedang
Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya,
seorang wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan
merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat
badannya turun banyak tanpa ia berupaya menurunkannya. Pada tingkat ini lahan
persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan pada hal
yang penting saat itu dan mengesampingkan hal yang lain.
a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot sedang
2) Tanda-tanda vital meningkat
3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
4) Sering mondar-mandir, memukulkan tangan
5) Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi menurun
2) Tidak perhatian secara selektif
3) Fokus terhadap stimulus meningkat
4) Rentang perhatian menurun
5) Penyelesaian masalah menurun
6) Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan
c. Respon prilaku dan emosi
1) Tidak nyaman
2) Mudah tersinggung
3) Kepercayaan diri goyah
4) Tidak sadar
5) Gembira
3. Ansietas berat
Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang
berbeda dan ada ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan distres. Ketika
individu mencapai tingkat tertinggi ansietas, panik berat, semua pemikiran
rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze-
yakni, kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap ditempat dan berjuang, atau
menjadi beku atau tidak dapat melakukan sesuatu.
a. Respon fisiologis
1) Ketegangan otot berat
2) Hiperventilasi
3) Kontak mata buruk
4) Pengeluaran keringat meningkat
5) Bicara cepat, nada suara tinggi
6) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
7) Rahang menegang, menggetakkan gigi
8) Kebutuhan ruang gerak meningkat
9) Mondar-mandir, berteriak
10) Meremas tangan, genetar
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi terbatas
2) Proses berfikir terpecah-pecah
3) Sulit berfikir
4) Penyelesaian masalah buruk
5) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
6) Hanya memerhatikan ancaman
7) Preokupasi dengan pikiran sendiri
8) Egosentris
c. Respon prilaku dan emosi
1) Sangat cemas
2) Agitasi
3) Takut
4) Bingung
5) Merasa tidak adekuat
6) Menarik diri
7) Penyangkalan
8) Ingin bebas
kelelahan fisik, aktivitas seksual atau trauma emosional. Klinisi harus berusaha untuk
mengetahui tiap kebiasaan atau situasi yang sering mendahului serangan panik.
Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama
10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman
memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan
B. DEPRESI
Berdasarkan penelitian di China, Pakistan, Amerika Serikat dan Korea Selatan
dengan meningkatnya potensi seorang remaja memiliki ide bunuh diri (L. Guo et
al., 2019; Yasien, 2016; Baiden & Tadeo, 2020b; Abbott et al., 2019; Im et al.,
2017). Depresi lebih banyak ditemukan pada remaja perempuan daripada laki laki
laki laki (Im et al., 2017), selain itu estrogen pada perempuan mempunyai
untuk bunuh diri atau percobaan bunuh diri memenuhi kriteria diagnostik untuk
episode depresi mayor, diagnosis depresi juga bisa menjadi indikasi seseorang
putus asa, dan merasa rendah diri sehingga meningkatkan risiko bunuh diri.
(Kusumayanti et al., 2020). Semakin tinggi tingkat depresi maka akan semakin
rendah efek perlindungan seorang remaja terhadap upaya bunuh diri (Mirkovic et
al., 2020).
Masa pencarian jati diri merupakan masa yang menimbulkan masalah yang
komplek tetapi remaja memiliki emosi yang tidak stabil sehingga muncul
pemikiran yang negatif dan depresi, jika hal ini dibiarkan berlanjut lanjut maka
dapatt menyebabkan ide bunuh diri. Remaja yang dapat memahami dirinya dan
mempunyai faktor protektif yang kuat akan dapat menyelasaikan masalah yang di
secara langsung dengan ide bunuh diri. Faktor yang menjadi penyebab kecemasan
remaja antara lain akademik, tekanan untuk berhasil dan rencana pasca kelulusan.
.
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3,
Jakarta : EGC.
Suliswati, dkk., 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.