0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
453 tayangan8 halaman
Laporan ini memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan untuk pasien dengan masalah ansietas. Terdapat beberapa poin penting yaitu: (1) penjelasan tentang pengertian dan penyebab ansietas, (2) gejala dan tanda klinis ansietas yang dapat dilihat secara subjektif maupun objektif, (3) masalah keperawatan utama yang terkait dengan ansietas seperti ansietas itu sendiri, isolasi sosial, dan koping yang tid
Laporan ini memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan untuk pasien dengan masalah ansietas. Terdapat beberapa poin penting yaitu: (1) penjelasan tentang pengertian dan penyebab ansietas, (2) gejala dan tanda klinis ansietas yang dapat dilihat secara subjektif maupun objektif, (3) masalah keperawatan utama yang terkait dengan ansietas seperti ansietas itu sendiri, isolasi sosial, dan koping yang tid
Laporan ini memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan untuk pasien dengan masalah ansietas. Terdapat beberapa poin penting yaitu: (1) penjelasan tentang pengertian dan penyebab ansietas, (2) gejala dan tanda klinis ansietas yang dapat dilihat secara subjektif maupun objektif, (3) masalah keperawatan utama yang terkait dengan ansietas seperti ansietas itu sendiri, isolasi sosial, dan koping yang tid
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Ansietas
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN ANSIETAS
A. Masalah Utama : ANSIETAS / KECEMASAN B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas sedang adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan. Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak sepesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasan yang was-was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menghadapi. Spielberger (1966) dalam Slameto (2003 : 185) membedakan kecemasan atas dua bagian; kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety), yaitu kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya, dan kecemasan sebagai suatu keadaan (State Anxiety), yaitu suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subyektif, dan meningginya sistem saraf otonom. Sebagai suatu keadaan, kecemasan biasanya berhubungan dengan situasi- situasi lingkungan yang khusus, misalnya situasi tes. Kecemasan/anxiety dan kegelisahan/restlessness merupakan salah satu masalah yang banyak mendapat perhatian dan penelitian para sufi maupun para ahli psikologi. Cemas dan gelisah adalah bentuk ketakutan diri terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan cemas biasanya muncul manakala seseorang berada dalam suatu keadaan yang ia duga akan merugikan dan mengancam diri, jabatan karier atau usaha bisnis nya, di mana ia merasa tidak berdaya menghadapinya. Sebenarnya apa yang dicemaskan itu belum tentu terjadi. Rasa cemas itu pada dasarnya adalah ketakutan yang kita bangun sendiri yang kemudian melahirkan prilaku gelisah. Duduk tak tenang, berdiri rasa mengambang, tidur seperti di awang-awang, makanan dan minuman terasa hambar. 2. Penyebab Cemas itu timbul akibat adanya respons terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik, baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri, itu akan menimbulkan respons dari sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh daerah maupun alat-alat gerak. Karena bentuk respon yanmg demikian, penderita biasanya tidak menyadari hal itu sebagai hubungan sebab akibat. a. Teori Biologis Biokimia Biokimia dan neurofisiologis berpengaruh pada etiologi dari kelainan-kelainan ini telah diselidiki; bagaimanapun, bukti empiris selanjutnya penting sebelum hubungan definitif dapat ditentukan (Tawnsend, 1993) Genetik Penyelidikan akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa kelainan ansietas paling sering ditemukan pada populasi umum. Hal ini telah memperlihatkan bahwa kelainan ini lebih umum antara hubungan kekerabatan seseorang dengan kelainan secara biologis generasi pertama dari populasi umum (DSM-III-R, 1987) b. Teori psikososial Psikodinamik Teori ini (Erikson, 1963) menganggap predisposisi untuk kelainan ansietas saat tugas- tugas yang diberikan untuk tahap perkembangan awal belum terpecahkan. Dalam berespon terhadap stres, prilaku dihubungkan dengan penampilan tahap dini ini, seperti regresi pada seseorang atau terfiksasi pada tahap perkembangan awal. Interpersonal Sullivan (1953) melengkapi respon ansietas untuk kesukaran dalam hubungan interpersonal yang berasal dari hubungan awal Ibu-anak. Anak tidak menerima mutlak kebutuhanya akan kasih sayang dan pemeliharaan. Sosiokultural Horney (1939) menyatakan kelainan ansietas dipengaruhi oleh suatu kontra diksi yang banyak terjadi dalam masyarakat yang mengkontribusi perasaan tidak aman atau ketidakberdayaan. Faktor predisposisi Berbagai teori yang dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas : Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua element kepribadian---id dan super ego. Id mewakili dororngan insting dan impuls primitif seseorang, sedang super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh noma-norma budaya seseorang Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma , seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan yang spesifik Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatau yang menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menggangap ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Penghambatan asam aminobutirik-gamma neroreulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas, sebagai mana halnya dengan endorfin. Faktor yang berhubungan Terpapar racun Konflik yang tidak disadari mengenai nilai hidup/tujuan hidup Berhubungan dengan herediter Kebutuhan yang tidak terpenuhi Transmisi inter personal Krisis situasional/maturasi Ancaman kematian Ancaman terhadap konsep diri Stress Substans abuse Perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi 3. Akibat Pola nafas inefektif Kerusakan komunikasi verbal Resiko terhadap cedera Perubahan nutrisi Ketidak berdayaan Ketakutan Perubahan proses fakir Isolasi sosial Gangguan pola tidur Gangguan harga diri Respon pasca trauma Kerusakan interaksi sosial 4. Janis Ansietas Ansietas ringan Berhubungan dengan ketengangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas Ansietas sedang Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatau yang lebih terarah. Ansietas berat Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatau yang terinci spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain. Tingkat panik dari Ansietas Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Karena panik melibatkan disorganisasi keperibadian. Dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunya lemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansieta ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. 5. Tanda dan gejala Perilaku: Subyektif : Klien mengatakan susah tidur Klien menyatakankan resah Klien mengatakan banyak pikiran Obyektif : Penurunan produktifitas Kewaspadaan dan menatap Kontak mata buruk Gelisah Pandangan sekilas Pergerakan yang tidak bermakna (jalan menyeret, geraktangan dan kaki) Ekspresi yang mendalam terhadap perubahan hidup Afektif : Subyektif : Klien menyatakan rasa penyesalan Klien mengatakan takut pada sesuatu Klien bengatakan tidak mempu melakukan sesuatu Obyektif : Iritabel Kesedihan yang mendalam Ketakutan Gugup Mudah tersinggung Nyeri hebat, persisten bertambah Rasa tidak menentu Kewaspadaan meningkat Fokus pada diri sendiri Perasaan tidak mampu Distress Khawatir Cemas Fisiologi: Subyektif : - Obyektif : Suara gemetar Gemetar, tangan tremor Goyah Peningkatan respirasi (simpatis) Keinginan berkemih (parasimpatis) Ganguan tidur (parasimpatis) Nyeri abdomen (parasimpatis) Peningkatan nadi (simpatis) Peningkatan reflek (simpatis) Dilatasi pupil (simpatis) Perasaan tingling pada ekstermitas (parasimpatis) Peningkatan aktivitas kardiovaskuler (simpatis) Peningkatan keringat Wajah tegang Anoreksia (simpatis) Jantung berdetak kuat (simpatis) Diare (parasimpatis) Keraguan dalam berkemih (parasimpatis) Kelelahan (parasimpatis) Mulut kering (simpatis) Kelemahan (simpatis) Pulsasi menurun (parasimpatis) Wajah memerah (simpatis) Vasokonstriksi superfisial (simpatis) Gugup (simpatis) Penurunan tekanan darah (parasimpatis) Mual (parasimpatis) Sering berkemih (parasimpatis) Pusing (parasimpatis) Kesulitan bernafas (simpatis) Peningkatan tekanan darah (simpatis) Kognitif: Subyektif : Klien menyatakan bingung Klien sering mengatak lupa Klien sering menanyakan pertanyaan yang sama Obyektif : Bloking Keasikan Merenung Kerusakan perhatian Penurunan lapang persepsi Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain Sulit berkonsentrasi Penurunan kemampuan belajar, menyelasaikan masalah Gejala kewaspadaan fisiologis 6. Masalah keperawatan menurut Stuart and Sunden (1998) a. Anxietas b. Isolasi sosial : menarik diri c. Koping individu tidak efektif d. Tidak efektifnya koping keluarga e. Harga diri rendah : Gangguan konsep diri. f. Perilaku kekerasan g. Tidak efektifnya pelaksanaana regimen terapeutik 7. Pohon masalah 8. Diagnosa keperawatan a. Anxietas berhubungan dengan Koping individu tidak efektif b. Anxietas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping keluarga c. Resiko gangguan pesepsi sensorik dan audiotori : Halusinasi berhubungan dengan Ansietas d. Resiko gangguan isi fikir : Waham berhubungan dengan Anxietas 9. Rencana keperawatan Diagnosa Perencanaan Intervensi
Keperawatan Tujuan (Umum dan Khusus)
Berhubungan dengan ansietas TUM : 1. jadilah pendengar yang hangat dan re sedang TUK 1 2. beri waktu yang cukup pada klien un Klien dapat menjalin dan membina 3. beri dukungan pada klien untuk meng hubungan saling percaya perasaannya 4. identifikasi pola prilaku klien atau pe dapat menimbulkan perasaan negatif 5. bersama klien mengenali perilaku dan sehingga cepat belajar dan berkembang TUK 2 1. bantu klien untuk mengidentifikasi da Klien dapat mengenal ansietasnya perasaannya 2. hubungkan perilaku dan perasaannya 3. validasi kesimpulan dan asumsi terha 4. gunakan pertanyaan terbuka untuk m topik yang mengancam ke hal yang berk konflik 5. gunakan konsultasi
TUK 3 1. bantu klien mernjelaskan situasi dan
Klien dapat memperluas dapat segera menimbulkan ansietas kesadarannya terhadap perkembangan 2. bersama klien meninjau kembali peni ansietas terhadap stressor yang dirasakan menga menimbulkan konflik 3. kaitkan pengalaman yang baru terjad pengalaman masa lalu yang relevan TUK 4 1. gali cara klien mengurangi ansietas d Klien dapat menggunakan mekanisme 2. tunjukkan akibat mal adaptif dan dest koping yang adaptif respons koping yang digunakan 3. dorong klien untuk menggunakan res adaptif yang dimilikinya 4. bantu klien untuk menyusun kembali memodifikasi tujuan, menggunakan sum menggunakan koping yang baru 5. latih klien dengan menggunakan ansi 6. beri aktivitas fisik untuk menyalurkan 7. libatkan pihak yang berkepentingan s dan dukungan sosial dalam membantu k menggunakan koping adaptif yang baru TUK 5 1. ajarkan klien teknik relaksasi un Klien dapat menggunakan teknik meningkatkan kontrol dan rasa p relaksasi 2. dorong klien untuk menggunaka dalam menurunkan tingkat ansie C. DAFTAR PUSTAKA Carpenito, L.J., !998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin Asih. Editor Monica Aster, Jakarta : EGC. Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC ------------------,2000. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta : EGC. Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Alih Bahas Novi Helena. Rditor Monica Ester, Jakarta : EGC. Rasmun, 2001, Kepwrawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Edisi Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto. Struart, G.W., S undeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, Jakarta