Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alam perasaan atau mood (afek, perasaan dan emosi) adalah kondisi emosi yang
lama dan mempengaruhi kepribadian dan fungsi hidup. Fungsi adaptif emosi itu ada
empat yaitu komunikasi sosial, karena fisiologis, kesadaran subyektif dan pertahanan
psikodinamika. Komponen sosial komunikasi sosial seperti menangis, gerakan tubuh,
mimik wajah, sentuhan yang bisa mempererat hubungan antar manusia. Alam perasaan
merujuk pada perpanjangan keadaan emosional yang mempengaruhi seluruh kepribadian
dan fungsi kehidupan seseorang. Alam perasaan ini meliputi perlakuan dan penyerapan
emosi seseorang dan mempunyai arti yang sama dengan efek. Keadaan perasaan dan
emosi sama halnya dengan aspek lain. Dari kepribadian, emosi atau alam perasaan
memberikan suatu peran adaptif terhadap individu. Alam perasaan merupakan keadaan
emosional yang berkepanjangan dan mempengaruhi seluruh kehidupan dan fungsi
kehidupan seseorang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian gangguan alam perasaan?

2. Apa manifestasi klinik dari gangguan alam perasaan?

2. Asuhan keperawatan gangguan alam perasaan

1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat pembuatan makalah adalah untuk melatih dan
menambah pengetahuan tentang gangguan alam perasaan. Di sini diharapkan agar
mahasiswa-mahasiswi dapat membuat asuhan keperawatan gangguan alam perasaan. Di
samping itu juga sebagai syarat dari tugas mata kuliah keperawatan jiwa.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gangguan Alam Perasaan

Gangguan alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan dan


mempengaruhi seluruh kehidupan dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan afek
(suasana hati) dengan manifestasi gejala-gejala mania dan atau depresi. Klien dengan
gangguan alam perasaan biasanya akan didapat suatu keadaan sedih, ketakutan, putus asa,
gembira berlebihan dan khawatir. Keadaan emosional yang berkepanjangan dan
mempengaruhi seluruh kehidupan dan fungsi kehidupan seseorang.

2.2 Manifestasi klinis

Gangguan alam perasaan adalah gangguan aspek atau suasana hati dengan
manifestasi gejala mania atau depresi.

1. Gangguan mania

1) Gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat
atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang.

2) Dapat diiringi perilaku berupa peningkatan aktivitas flight of idea, euphoria,


penyimpangan sex.

Tanda gejala Perilaku yang berhubungan dengan mania :

a. Afektif

Gambaran berlebihan, peningkatan harga diri, tidak tahan kritik

b. Kognitif

Ambisi mudah terpengaruh, mudah beralih perhatian, waham kebosanan, flight of


idea.

c. Fisik

Gangguan tidur, nutrisi tidak adekuat, peningkatan aktivitas, dehidrasi.

d. Tingkah laku

Agresif, aktivitas motorik meningkat, kurang perawatan, seks berlebihan dan bicara
bertele-tele.

2. Depresi

Gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yang
berlebihan dan berkepanjangan. Tanda gejala dengan depresi (Stuart &
Sundeen,1995):
a. Afektif

Sedih, cemas, apatis, perasaan ditolak/bersalah, merasa tidak berdaya, putus asa,
merasa sendirian dan tidak berharga.

b. kognitif

Bingung, ragu, sulit berkonsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri
sendiri, pikiran merusak diri.

c. Fisik

Sakit perut, anoreksia, mual dan muntah, gangguan pencernaan, pusing.

d. Tingkah laku

Gangguan tingkat aktivitas, menarik diri, isolasi sosial, irritable (mudah marah).

2.3 Rentang Respon Emosional

1. Respon emosional

Termasuk dipengaruhi oleh dan berperan aktif dalam dunia internal dan eksternal
seseorang

2. Reaksi berduka tak terkomplikasi

Terjadi sebagai respon terhadap kehilangan dan tersirat bahwa seseorang sedang
menghadapi suatu kehilangan yang nyata serta terbenam dalam proses berdukanya.

3. Supresi emosi

Mungkin tampak sebagai penyangkalan terhadap perasaan sendiri, pelepasan dari


keterikatan dengan emosi, atau penularan terhadap semua aspek dari dunia afektif
seseorang.

4. Penundaan reaksi berduka

Adalah ketidakadaan yang persisten respons emosional terhadap kehilangan.

5. Mania/depresi
Respon emosional yang berat, pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial.

2.4 Faktor Penyebab

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor genetik

Dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga atau


keturunan

b. Teori agresi menyerang ke dalam

Menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditunjukkan kepada
diri sendiri.

c. Teori kehilangan objek

Merujuk kepada perpisahan traumatis individu dengan benda atau yang sangat
berarti.

d. Teori organisasi kepribadian, mengusulkan bagaimana konsep diri yang negatif dan
harga diri rendah mempengaruhi dalam keyakinan dan penilaian seseorang terhadap
stressor.

e. Model kognitif

Menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh


evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang dan masa depan
seseorang.

f. Model ketidakberdayaan yang dipelajari

Menunjukkan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi


keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting
dalam kehidupannya.

g. Model perilaku

Berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang mengasumsi penyebab depresi
terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan.

h. Model biologik

Menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa depresi,
termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi dan variasi
periodik dalam irama biologis.

2. Faktor Presipitasi

a. Kehilangan keterikatan yang nyata yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta


seseorang, kedudukan atau harga diri.
b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahuluan episode
depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang
dan kemampuan menyelesaikan masalah.

c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan


depresi, terutama pada wanita.

d. Perubahan fisiologik

Yang disebabkan oleh obat-obatan berbagai penyakit fisik.

2.5 Tahap-Tahap Gangguan Alam Perasaan

1. Berkabung (grief)

Merupakan emosi subyektif karena kehilangan. Berkabung merupakan kondisi


emosi yang paling kuat dirasakan individu dan mencakup semua aspek kehidupan
manusia. Pada kondisi ini kehidupan normal dihentikan, fokus pada kehilangan.
Kemampuan menghadapi kehilangan dipengaruhi tumbuh kembang, pengalaman, dan
dukungan keluarga dalam tumbuh kembang, makna aspek yang hilang Selama banyak
mengalami kehilangan, keluarga selalu mendukung, dia selalu menghadapi tantangan
kehilangan maka orang tersebut semakin kuat dalam menghadapi kehilangan dan
melewati masa berkabung dengan cepat dan selesai. Selama berkabung klien menarik
diri, merasa dirinya sendiri, fokus pada perasaan. Berkabung dianggap selesai bila
obyekyang hilang sudah dilupakan, ikatan dengan obyek yang hilang sudah tidak ada dan
ada hubungan baru.

2. Reaksi Berkabung yang Berkepanjangan

Ada dua jenis reaksi patologis dalam berkabung, yaitu berkabung yang
berkepanjangan dan reaksi berkabung yang distorsi. Reaksi berkabung yang
berkepanjangan bisa ditandai dengan tidak adanya emosi apapun pada saat berkabung.
Perasaan mengingkari ini bisa berlangsung bertahun-tahun. Reaksi berkabung yang
distorsi disebut depresi

3. Depresi / melankolis

Individu yang tidak murung dapat mengalami reaksi berkabung yang patologis yang
disebut depresi atau melankolis yaitu reaksi yang berlebihan terhadap kesedihan dan
berkabung. Faktor resiko orang mengalami depresi adalah riwayat keluarga alkoholik,
masa kecil dengan lingkungan yang bermusuhan, tidak kondusif, pengalaman negatif, ada
kematian / kehilangan, tidak ada hubungan intim, punya bayi kurang dari sebulan , punya
penyakit kronis, dan rasio wanita : pria : 2 : 1.

4. Mania

Tanda-tanda orang mengalami maniak adalah mood meningkat, meluas dan peka.
Hipomaniak adalah maniak menengah. Sering kali maniak dan depresi bergantian
datang. Sebenarnya maniak adalah bentuk depresi yang dicoba disangkal oleh klien
sendiri.
2.6 Terapi Depresi/Mania

1. Terapi Individual

1) Eksplorasi perasaan kehilangan, dan fasilitasi proses berduka.

2) Diskusikan perilaku mengalahkan diri, harapan yang tidak realistis,dan kemungkinan


distorsi dari realita.

3) Kaji bagaimana distorsi kognitif pada klien turut menyebabkan depresi.

4) Dorong pengungkapan rasa frustasi,marah,dan putus asa.

5) Upayakan untuk mengubah pola berpikir negatif otomatis tentang diri, orang lain,
lingkungan, dan masa depan.

6) Beri kesempatan kepada klien, seperti berdiskusi dan bermain peran untuk
menyelesaikan masalah interpersonal.

7) Monitor masalah-masalah fisiologis yang diinduksi atau diperburuk oleh depresi.

8) Dorong diskusi tentang seksualitas sehingga klien dapat menceritakan kekhawatiran,


mengetahui bagaimana depresi mempengaruhi libido, dan menyadari bahwa hasrat
seksual biasanya kembali muncul jika depresi menurun.

2. Terapi Keluarga

1) kaji fungsi keluarga, pola komunikasi, peran yang diharapkan, keterampilan


menyelesaikan masalah, dan stresor.

2) Dapatkan informasi dari masing-masing anggota keluarga tentang situasi keluarga saat
ini.

3) Tentukan bagaimana konflik atau krisis ditangani, dan evaluasi dukungan anggota
keluarga yang satu terhadap yang lain.

4) Kaji tingkat ketertutupan dan ketidakpedulian anggota keluarga.

5) Fokuskan pada mengidentifikasi dan mengintervensi distorsi kognitif yang


mengganggu fungsi keluarga yang sehat.

6) Ajarkan anggota keluarga tentang keterampilan komunikasi, penyelesaian masalah,


pengelolaan stres, dan ekspresi perasaan yang konstruktif.

7) Fasilitasi pengungkapan ansietas, rasa marah,rasa tidak berdaya dan rasa bermusuhan,
dan ajarkan cara-cara untuk mengatasi secara efektif aspek-aspek yang mengancam
pada situasi saat ini.

8) Kaji perasaan bersalah dan menyalahkan yang mungkin terjadi akibat pandangan yang
tidak realistis terhadap situasi krisis.

2.7 Pengobatan
1) Litium karbonat, sebuah obat antimatik, adalah obat pilihan untuk klien yang
menderita gangguan bipolar.

2) Pengobatan antipsikotik digunakan untuk klien yang menderita hiperaktivitas hebat


dan untuk menangani perilaku manik.

3) Antikonvulsan kadang-kadang diberikan karena keefektifannyadalam antimanik.

4) Pengobatan antiansietas, misalnya klonazepam (klonopin) dan lotazepam (Antivan),


kadang-kadangdigunakan untuk klien yang menderita episode manik akut dan untuk
klien yang sulit ditangani.

5) Kombinasi litium antikonvulsan sudah digunakan untuk gangguan bipolar siklus


cepat,
Tiga fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam panel Pedolaman
Depresi adalah fase akut, fase lanjut, dan fase pemeliharaan. Dalam fase akut
gejalanya ditangan, dosis obat dsisesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan,
dan klien diberikan penyuluhan.pada fase lanjut klien dimonitor pada dosis efektif
untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang klien yang
berisiko kambuh seringkali tetap diberi obat baahkan selama waktu remisi. Untuk
klien yang dianggap tidak berisikotinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.

a) Selsctive serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) terbukti sudah sangat berguna untuk
menangani depresi, terutama karena obat tersebut lebih sedikit memiliki efek
antikolinergik yang merugikan, lebih sedikit toksisitas jantung, dan reaksi lebih
cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin (MAO)

b) Trisiklik dan inhibitor MAO, generasi pertama antidepresan, jarang digunakan sejak
adanya SSRI dan SSRIs atipikal.

c) Antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk menangani gangguan tidur dan ansietas


sedang.

d) Dokter dapat memprogramkan, tetapi elektrokonvulsif(ECP) jika terdapat depsresi


hebat, klien sangat ingin mealkukan bunuh diri, atau jika klien tidak berespon
terhadap protokol pengobatan antidepresan
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

GANGGUAN ALAM PERASAAN

A. Pengkajian

1. Identitas

- Nama perawat, nama klien, tujuan, waktu, tempat

- Usia dan no. rekam medik

- Sumber daya yang diambil

2. Alasan Masuk

- Apa penyebab klien masuk RS saat ini.

- Tindakan yang dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.

- Bagaimana hasilnya ?

3. Faktor Predisposisi

- Apakah klien pernah menderita gangguan jiwa di masa lalu ?

- Bagaimana hasil pengobatan sebelumnya ?

- Apakah klien pernah melakukan/menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan


dari lingkungan dalam keluarga dan tindakan kriminal ?

- Apakah ada anggota keluarga yang lalu mengalami gangguan jiwa ?

- Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ?

4. TTV

TTV : tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan klien

TB dan BB

Keluhan pada sistem dan fungsi organ

5. Keadaan psikososial

a. Genogram : minimal 3 generasi masalah yang terkait


b. Pengkajian

Konsep diri meliputi :

a.. Citra tubuh : apersepsi klien terhadap tubuhnya ?

b. Identitas diri : status dan posisi sebelum dirawat ?

c. Peran : Kemampuan klien melakukan tugas ?

d. Ideal diri : harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas ?

e. Harga diri : hubungan dengan orang lain/

f. Hubungan sosial

Siapa yang terdekat dengan klien, tempat mengadu, tempat bicara/curhat.

Sejauh mana hubungan klien dan masyarakat.

g. Spiritual

Nilai dan kegiatan

Kegiatan ibadah

6. Status mental

a. Penampilan

a) Rapi/tidak

b) Penggunaan pakaian sesuai/tidak

c) Cara berpakaian.

b. Pembicaraan

a) Cepat, keras, gagap, apatis, membisu, dll

b) Kalimat berpindah-pindah

c. Aktivitas motorik

a) Lesu, tegang, gelisah

b) TIK/gerakan tidak terkontrol

c) Tremor

d) Kompulsif (kegiatan yang berulang-ulang)

d. Alam perasaan
a) Sedih, putus asa, gembira berlebihan

b) Ketakutan

c) Khawatir

e. Afek

a) Datar tidak ada perubahan

b) Tumpul (hanya bereaksi bila ada stimulus)

c) Labil (emosi berubah dengan cepat)

d) Tidak sesuai

e) Kontak mata kurang, curiga

f. Persepsi

a) Halusinasi sudah jelas

b) Isi halusinasi

c) Frekuensi halusinasi

g. Proses pikir

a) Sirkumtonsial (berbelit-belit tapi sampai tujuan)

b) Tangensial (berbelit-belit tidak sampai tujuan)

c) Kehilangan asosiasi

d) Flight of idea (pembicaraan yang meloncat-loncat)

e) Blocking (berhenti tiba-tiba)

f) Perseverasi (pengulangan)

h. Isi pikir

a) Obsesi (pikiran yang sering muncul)

b) Fobia (ketakutan)

c) Hipokondria (keyakinan adanya gangguan)

d) Depersonalisasi (perasaan asing pada diri sendiri)

e) Pikiran magis (keyakinan akan kemampuan hal-hal yang mustahil)

f) Waham
g) Sedasi

h) Stupor

i) Orientasi waktu, tempat

i. Memori

a) Gangguan daya ingat

b) Konfubulasi (pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan)

j. Tingkat konsentrasi dan berhitung

a) Mudah dialihkan

b) Tidak mampu berkonsentrasi lagi

k. Kemampuan penilaian

a) Penilaian ringan (dapat mengambil keputusan)

b) Penilaian bermakna (tidak mampu mengambil keputusan)

7. Kebutuhan persiapan pulang

a. Makan

Frekuensi, jumlah, variasi, macam

b. BAK dan BAB

c. Mandi

Frekuensi, cara mandi, dll.

d. Berpakaian

e. Istirahat

f. Penggunaan obat dan pemeliharaan kesehatan

g. Aktivitas di luar rumah

h. Aktivitas di dalam rumah

8. Mekanisme koping

9. masalah psikososial dan lingkungan

10. pengetahuan
B. Pohon Masalah

C . Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan alam perasaan : koping individu maladaptive

2. Risiko menciderai diri sendiri : depresi

D. Intervensi

No Dx Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Gangguan TUM : 1.1 Bina hubungan saling Hubungan
alam perasaan percaya saling percaya
: depresi Klien tidak sebagai dasar
terjadi a. Sapa klien dengan ramah, interaksi yang
berhubungan
gangguan alam ucapkan dengan sopan, terapeutik.
dengan
koping perasaan : ciptakan suasana tenang
individu depresi dan santai.
maladaptif TUK (1) : b. Terima klien apa adanya
Klien
Dapat membina c. Pertahankan kontak mata
menunjukkan
hubungan saat berhubungan
tanda-tanda
saling percaya percaya d. Tunjukkan sikap empati
kepada dan penuh perhatian pada
perawat klien

TUK (2) : Klien mampu e. Jujur dan menepati janji


menggunakan
Klien mampu
Klien dapat koping adaptif f. Perhatikan kebutuhan menggunakan
menggunakan yang baik. klien koping adaptif
koping adaptif
1.2 Tanyakan kepada klien
tentang perasaan saat ini

a. Beri dorongan untuk


mengungkapkan
perasaannya dan
mengatakan bahwa perawat
memahami apa yang
dirasakan

b. Tanyakan kepada pasien


cara yang bisa dilakukan
mengatasi perasaan sedih/
menyakitkan

c. Diskusikan dengan pasien


manfaat dari koping yang
biasa digunakan

d. Bersama klien mencari


berbagai alternatif koping

e. Beri dorongan kepada


pasien untuk memilih
koping yang paling tepat
dan dapat diterima

f. Beri dorongan kepada


pasien untuk mencoba
koping yang telah dipilih

g. Anjurkan pasien untuk


mencoba alternatif lain
dalam menyelesaikan
masalah

2.. Risiko TUM : Klien 1.1 Pantau dengan seksama Memantau


menciderai menunjukkan risiko bunuh diri/melukai secara seksama
diri Klien tidak tidak ada diri: dapat
berhubungan menciderai diri tanda-tanda mengetahui
dengan sendiri a. Jauhkan dan simpan alat-
depresi untuk lebih dini
menciderai alat yang digunakan oleh tanda-tanda
TUK (1) : pasien untuk menciderai
diri dengan ingin
tanda : tenang dirinya di tempat yang menciderai diri
Klien
aman dan terkunci
terlindung dari
Dapat
perilaku b. Jauhkan alat-alat yang menghindari
menciderai diri membahayakan pasien keinginan
pasien untuk
c. Awasi dan tempatkan melukai diri.
pasien di ruang yang
mudah dipantau oleh Mempermudah
petugas perawat
mengawasi
pasien
TUK (2) :
Klien minum
Klien dapat obat secara Minum obat
menggunakan benar dan secara benar
obat dengan tepat 1.2 Diskusikan tentang obat dapat
benar dan tepat (nama, dosis, frekuensi, membantu
efek samping minum obat)
penyembuhan
a. Bantu menggunakan obat
pasien
dengan prinsip 5 benar
(benar pasien, obat, dosis,
cara dan waktu)

b. Anjurkan membicarakan
efek samping yang
dihasilkan

c. Beri reinforcement (+) bila


menggunakan obat dengan
benar

E. Evaluasi

Klien tidak lagi berespon maladaptif dan mulai menjalankan hidup normal. Klien
sudah menerima kehilangannya dan mulai memulai hidup baru dan hubungan baru
dengan orang lain. Klien aktif iktu dalam kegiatan sosial dengan perasaan dan perilaku
yang benar.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan alam perasaan adalah gangguan afek ( suasana hati) dengan manifestasi gejala-
gejala mania dan depresi. seseorang dengan gangguan alam perasaan biasanya akan
didapat suatu keadaan sedih, ketakutan, putus asa, gembira berlebihan dan khawati.

B. Saran

1. Pada perawat diharapkan dapat :

a. Memenuhi kebutuhan dasar klien

b. Meningkatkan kemampuan komunikasi terapeutik terhadap klien sehingga asuhan


keperawatan dapat terlaksana secara optimal.

2. Pada klien dianjurkan untuk dapat :

a. Minum obat secara teratur

b. Dapat menggunakan koping adaptif bila ada masalah.


DAFTAR PUSTAKA

Keliat B.A. (1999). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa. Jakarta :
FIK-UI.

Keliat, B.A. (2005). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Marilynn E. Doenges. (2006). Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran : EGC.

Http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/03/gangguan-alam-perasaan.html?m=1.
Diakses pada tanggal 30 Mei 2020

Anda mungkin juga menyukai