Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS FOOT SELF CARE DAN PREVALENSI

PERIPHERAL ARTERIAL DISEASE (PAD) PADA PASIEN DM

(Di wilayah kerja Puskesmas Modung Kabupaten Bangkalan)

Oleh:

KURNIAWATI
20142010083

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2021

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan

merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Pada saat

diagnosis, banyak pasien dengan diabetes tipe 2 memiliki satu atau dua risiko faktor

untuk penyakit kaki diabetik, seperti neuropati perifer diabetik (DPN) dan ulkus kaki

diabetik (DFU). Pasien dapat mengatasi komplikasi tersebut melalui pengetahuan dan

praktik perawatan kaki yang baik. Komplikasi dari DM salah satunya adalah Peripheral

Arterial Disease (PAD) yaitu terbentuknya aterosklerosis akibat penebalan membran

basal pembuluh darah besar dan kecil pada aliran daraharteri perifer di ektermitas

bawah (Alsaleh FM,dkk 2021)

Pravalensi dan insidensi penderita DM tipe 2 meningkat secara signifikan dari tahun

ke tahun,penyakit ini menjadi sebuah ancaman kesehatan global (PERKENI, 2015). Angka

kematian akibat dari DM yang dilaporkan adalah sebesar 4 juta jiwa, diprediksi jumlah

penderita DM Pada tahun 2045 mengalami peningkatan yang mencapai 629 juta jiwa (IDF,

2017). Indonesia menempati urutan ke 6 sebagai negara dengan jumlah penderita DM

terbanyak didunia setelah China, India, United States, Brazil dan Mexico. DM tipe 2 bisa

menyebabkan berbagai komplikasi pada penderitanya, baik akut maupun kronik. Salah satu

komplikasi kronik yang banyak terjadi adalah Peripheral Arterial Disease (PAD) dan neuropati

sensorik maupun motorik. Hampir 60% penderita mengalami komplikasi tersebut (Black &

Hawks, 2014). Di Jawa Timur prevalensi Diabetes Mellitus mencapai 10,7% (Riskesdes,

2013). Di Kabupaten Bangkalan 11,317 orang dengan DM (DinKes Jawa Timur, 2019).
Komplikasi Peripheral Arterial Disease (PAD) dan neuropati disebabkan oleh penurunan

sirkulasi darah perifer hingga ke serabut saraf, menyebabkan penderita DM mudah mengalami

luka gangren. Faktor resiko yang mudah terjadi pada Peripheral Arterial Disease (PAD) adalah

aterosklerosis yang meliputi: ras, jenis kelamin, bertambahnya usia, merokok, DM, hipertensi,

dyslipidemia, keadaan hiperkoagulitas dan hipervisikositas, hiperhomosistemia, kondisi

inflamasi sistemik dan insufisiensi ginjal kronis (Habibie, 2017). Intervensi yang bisa dilakukan

untuk mencegah atau memperlambat komplikasi tersebut dikembangkan melalui penelitian,

antara lain senam kaki dan massase kaki. Pada pasien DM, hiperglikemia kronis memicu

glikosilasi nonenzimatik dan peningkatan difusi glukosa pada jaringan yang tidak memerlukan

insulin seperti saraf, dan pembuluh darah. Glikosilasi nonenzimatik pada pembuluh darah

mengakibatkan terbentuknya irreversible advanced glycosylation end products (AGEs)

sehingga terjadi kelainan struktur dan fungsi kapiler (Subekti, 2014). Peripheral Arterial

Disease (PAD) merupakan faktor resiko terjadinya ulkus, gangren, dan penyembuhan

luka yang lambat akibat sirkulasi darah yang tidak lancar pada ekstermitas yang dapat

menyebabkan amputasi ektermitas bawah pada penderita DM

Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah dan mengontrol terjadinya komplikasi dalam

penatalaksanaan DM. Perawatan kaki adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai

ABI. foot spa diabeticmerupakan serangkaian kegiatan perawatan kaki yang di dalamnya

terdapat kegiatan senam kaki, pembersihan dengan air hangat, dan pemijatan (Purwanto,

2014). Kegiatan-kegiatan tersebut selain dapat melancarkan aliran darah, juga membuat

pasien merasa nyaman dan rileks. Beberapa penelitan menjelaskan bahwa ada dua
pandangan yang berbeda antara foot spa diabetic sebanyak 5 kali seminggu dan rendam kaki

dengan air hangat selama 3 kali dalam seminggu dapat meningkatkan nilai ABI dan juga ada

beberapa factor yang belum di teliti yaitu masalah confounding dari variabel dari tindakan

foot spa. Foot Self-Care yang merupakan salah satu intervensi keperawatan yang

bersifat preventif dalam bentuk kegiatan membersihkan dan menginspeksi daerah kaki,

mengeringkan dan memberi minyak pada kaki yang bertujuan untuk relaksasi,

kebersihan, dan kesehatan kulit (Bulechek et al., 2013; Smeltzer and Bare, 2013).

1.2 Identifikasi Masalah

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perawatan ulkus diabetikum:

Faktor-faktor yang mempengaruhi


perawatan ulkus diabetikum:
a. Usia Rendahnya penatalaksanaan pola
b. Jenis kelamin hidup Di wilayah kerja Puskesma
c. Lama menderita diabetes mellitus Modung Kabupaten Bangkalan
d. Pekerjaan
e. Penyuluhan tentang perawatan kaki
diabetes mellitus

1.2.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan ulkus diabetikum

a. Usia

Menurut Sihombing dan Prawesti (2012) Usia berhubungan dengan fungsi

kognitif seseorang. Kemampuan belajar dalam menerima keterampilan, informasi

baru, dan fungsi secara fisik akan menurun, penelitian lainnya dari menunjukkan
bahwa penderita diabetes mellitus dengan usia dibawah 55 tahun perawatan

kakinya baik.

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin tidak terlalu signifikan mempengaruhi perawatan kaki,

penelitian dari Sihombing dan Prawesti (2012) menunjukkan bahwa sebagian

besar responden wanita perawatan kaki diabetes mellitus buruk. Sedangkan untuk

responden laki – laki perawatan kaki diabetes mellitus baik dan buruk memiliki

frekuensi yang sama dengan responden wanita. Tidak ada perbedaan untuk baik

dan buruknya frekuensi dalam perawatan kaki antara responden wanita dan laki–

laki (Sihombing dan Prawesti, 2012)

c. Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan komponen penting dari perawatan kaki.

Pemeriksaan kaki setiap hari adalah Langkah pertama untuk menemukan cedera

awal untuk mendapatkan perawatan kaki yang tepat. Kaki harus dilihat setiap hari

setelah mandi, sebelum mandi atau pada saat mandi dan sebelum menggunakan

alas kaki atau kaos kaki. Pemeriksaan kaki harus dilakukan dengan pencahayaan

yang bagus, untuk mengetahui ada luka atau tidak. Meskipun sebagian besar klien

diabetes mellitus tahu bahwa mereka harus melakukan perawatan kaki setiap hari,

akan tetapi mereka belum tau cara melakukannya dengan benar atau apa yang

mereka koreksi (Heitzman, 2010).


d. Lama Menderita Diabetes Mellitus

Seseorang yang menderita diabetes mellitus lebih lama sudah dapat

beradaptasi terhadap perawatan diabetes mellitusnya dibandingkan dengan orang

dengan lama Diabetes Mellitus lebih pendek (Albikawi dan Abuadas, 2015).

e. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan klien

dalam melakukan perawatan kaki diabetes mellitus, umumnya dikarenakan sibuk

dengan pekerjaannya sehingga tidak ada waktu untuk melakukan perawatan kaki

secara teratur. (Ardi et al, 2014).

f. Perawatan Kaki Diabetes Mellitus

Responden yang pernah mendapat penyuluhan tentang perawatan kaki

diabetes mellitus memiliki peluang melakukan perawatan kaki 1 kali lebih baik

dibandingkan yang belum pernah mendapat penyuluhan (Diani, 2013).

Penyuluhan dan sosialisasi tentang perawatan kaki diabetes mellitus yaitu

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman responden diabetes mellitus untuk

melakukan perawatan kaki dengan teratur dan mencegah komplikasi yang banyak

salah satunya masalah neuropati sensoria tau sensitivitas pada kaki responden

yang menderita diabetes mellitus tipe II.


1.3 Batasan Masalah

Dilihat dari identifikasi masalah di atas maka penulisan dibatasi masalah pada

“hubungan foot celf-care dengan peripheral arterial disease (PAD) pada pasien DM di

Wilayah Kerja Puskesmas Modung Kabupaten Bangkalan”.

1.4 Rumusan masalah

Dari uraian Batasan masalah diatas maka penulis membuat rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran foot celf-care pada pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas

Modung Kabupaten Bangkalan.

2. Bagaimana gambaran peripheral arterial disease (PAD) pada pasien DM di

Wilayah Kerja Puskesmas Modung Kabupaten Bangkalan.

3. Apakah terdapat hubungan foot celf-care dengan peripheral arterial disease (PAD)

pada pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Modung Kabupaten Bangkalan.

1.5 Tujuan penelitian

1.5.1 Tujuan umum

Menganalisis hubungan foot celf-care dengan peripheral arterial disease (PAD)

pada pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Modung Kabupaten Bangkalan

1.5.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi foot celf-care pada pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas

Modung Kabupaten Bangkalan.


b. Mengidentifikasi peripheral arterial disease (PAD) pada pasien DM di Wilayah

Kerja Puskesmas Modung Kabupaten Bangkalan

c. Menganalisis hubungan foot celf-care dengan peripheral arterial disease (PAD)

pada pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Modung Kabupaten Bangkalan

1.6 Manfaat penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian dapat memberikan gambaran mengenai hubungan foot

celf-care dengan peripheral arterial disease (PAD) pada pasien DM dan dapat

memberikan informasi untuk peneliti selanjutnya.

1.6.2 Manfaat praktis

a. Manfaat Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi motivasi bagi klien diabetes mellitus

dalam mengontrol kadar gula darah, serta dijadikan sebagai informasi mengenai

salah satu cara yang bisa dilakukan dalam mengontol kadar gula darah

kesehariannya.

b. Manfaat Bagi instansi terkait

Hasil penelitian dapat memberikan masukan bagi tenaga Keperawatan untuk

melaksanakan Tindakan keperawatan pada klien DM di Wilayah Kerja

Puskesmas Modung Kabupaten Bangkalan, sehingga dapat digunakan untuk

meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang di berikan kepada klien yang

bersifat komprehensif.

c. Manfaat Bagi Peneliti Lain


Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan institusi pelayanan

asuhan keperawatan sebagai edukator sekaligus pembaharuan pelayanan kepada

penderita diabetes mellitus.

1.7 Penelitian Terdahulu

Tabel 1.1 Penelitian terdahulu

N Judul penelitian Penulis & Tahun Variabel penelitian Desain Hasil


o penelitian penelitian

1 FOOT SELF-CARE Ainur Muhti FOOT SELF-CARE, cross- Lebih banyak


PADA Ashari , Niken sectional penyandang DM
PENYANDANG Safitri Dyan PENYANDANG study masuk dalam
DIABETES Kusumaningrum DIABETES MELLITUS kategori baik pada
MELLITUS (DM): tingkat foot self-
PILOT STUDY DI care. Bagi
SEMARANG Puskesmas
2020
Terdapat perbedaan
2 EFEKTIFITAS Heri PRAKTIK cross status praktik
FOOT CARE Hermansyah, PERAWATAN KAKI, sectional dan perawatan kaki
EDUCATION Azis Setiawan, FOOT CARE quasi yang signifikan
TERHADAP Yana Hendriana EDUCATION, experimental antara kelompok
PRAKTIK intervensi dan
PERAWATAN kelompok kontrol
KAKI DALAM pada posttest
UPAYA 2018 dengan p-value
PENCEGAHAN 0,000 < α 0,05
RISIKO ULKUS
KAKI DIABETIK
PADA
PENDERITA
DIABETES DI
WILAYAH
KABUPATEN
KUNINGAN

3 Pengaruh Self- Syahrizal Self-care, observasiona self-care


care Terhadap Ramadhani, Arie l dengan berpengaruh
Kadar Glukosa Firdiawan , Tri Kadar Glukosa rancangan terhadap kadar
Darah Puasa Murti Andayani, Darah Puasa cross- glukosa puasa
Pasien Diabetes Dwi Endart sectional. (OR=3,349, P<0,05).
Melitus Tipe-2

4 Psychometric Hassan Psychometric This cross- In the exploratory


evaluation of the Mahmoodi , evaluation of the sectional factor analysis,
Persian version Kamel Abdi , Persian version, study three factors with
of the diabetic Emmanuel eigenvalues of 3.84,
foot self-care Navarro-Flores , diabetic foot self- 2.41, and 2.26 were
questionnaire in Zaniar Karimi , carec extracted that
Iranian patients Hamid Sharif together explained
with diabetes Nia and Reza 56.74% of the total
Ghanei variance of diabetic
Gheshlagh foot self-care. A
Cronbach’s alpha of
0.865 was found for
the total
2021 instrument.

5 Effectivity of Mahdalena, Effectivity of Foot This study Results showed


Foot Care Endang Sri Care Education, was quasi significant
Education Purwanti experimental differences on
Program in Ningsih Self-Efficacy and with prepost knowledge level (p
Improving Foot Care Behavior test value = 0.001), self-
Knowledge, Self- among efficacy (p value =
Efficacy and Foot 0.000) and foot care
Care Behavior 2016 behavior (p value =
among Diabetes 0.000) before and
Mellitus Patients after intervension
in Banjarbaru,
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai