Anda di halaman 1dari 13

Ansietas

A. Definisi

Ansietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak

tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan

suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi

seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung

berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar.

Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. (Harold I. LIEF) “Anenvous

condition of unrest” (Leland E. HINSIE dan Robert S Campbell).

Ansietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan

akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman,

keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya. (J.J

GROEN)

B. Gejala Umum Ansietas

1. Gejala psikologik

Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati, takut ”gila”, takut

kehilangan kontrol dan sebagainya.

2. Gejala fisik:

Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot,

mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-

lain. Keluhan yang dikemukakan pasien dengan ansietas kronik seperti: rasa sesak

nafas; rasa sakit dada; kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu

yang menekan dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa
kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus

menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret; kadang- kadang ada

gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan

yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan gangguan ansietas

kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan

saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejala ini oleh pasien yang bersangkutan

biasanya dirasakan cukup gawat.

C. Faktor Predisposisi

1. Teori Psikoanalitik

Menurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu “ID, EGO Dan

SUPER EGO”. Ego melambangkan dorongaqn insting dan impuls primitif. Super ego

mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya

seseorang, sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari ID dan

Super Ego.

2. Teori Interpersonal

Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga

dihubungkan akan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan

individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami

ansietas yang berat.

3. Teori Perilaku

Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.teori ini meyakini

bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang
berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa

dewasanya.

D. Penggolongan Ansietas

1. Ansietas ringan

Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan

membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu

memfokuskan perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan masalah, merasakan,

dan melindungi dirinya sendiri. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan

peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu

akan berhati-hati dan waspada.

a. Respon Fisiologis

1) Sesekali nafas pendek

2) Nadi dan tekanan darah naik

3) Gejala ringan pada lambung

4) Muka berkerut dan bibir bergetar

5) Ketegangan otot ringan

6) Rileks atau sedikit gelisah

b. Respon Kognitif

1) Mampu menerima rangsang yang kompleks

2) Konsentrasi pada masalah

3) Menyelesaikan masalah secara efektif

4) Perasaan gagal sedikit

5) Waspada dan memperhatikan banyak hal

6) Terlihat tenang dan percaya diri


7) Tingkat pembelajaran optimal

c. Respon Perilaku dan Emosi

1) Tidak dapat duduk tenang

2) Tremor halus pada tangan

3) Suara kadang-kadang meninggi

4) Sedikit tidak sabar

5) Aktivitas menyendiri

2. Ansietas Sedang

Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu

yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang

wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa

bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya

turun banyak tanpa ia berupaya menurunkannya. Pada tingkat ini lahan persepsi

terhadap lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan pada hal yang penting

saat itu dan mengesampingkan hal yang lain.

a. Respon fisiologis

1) Ketegangan otot sedang

2) Tanda-tanda vital meningkat

3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat

4) Sering mondar-mandir, memukulkan tangan

5) Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi

6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat

7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung

b. Respon kognitif

1) Lapang persepsi menurun


2) Tidak perhatian secara selektif

3) Fokus terhadap stimulus meningkat

4) Rentang perhatian menurun

5) Penyelesaian masalah menurun

6) Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan

c. Respon prilaku dan emosi

1) Tidak nyaman

2) Mudah tersinggung

3) Kepercayaan diri goyah

4) Tidak sadar

5) Gembira

3. Ansietas berat

Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda

dan ada ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan distres. Ketika individu

mencapai tingkat tertinggi ansietas, panik berat, semua pemikiran rasional berhenti

dan individu tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze-yakni, kebutuhan

untuk pergi secepatnya, tetap ditempat dan berjuang, atau menjadi beku atau tidak

dapat melakukan sesuatu.

a. Respon fisiologis

1) Ketegangan otot berat

2) Hiperventilasi

3) Kontak mata buruk

4) Pengeluaran keringat meningkat

5) Bicara cepat, nada suara tinggi

6) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan


7) Rahang menegang, menggetakkan gigi

8) Kebutuhan ruang gerak meningkat

9) Mondar-mandir, berteriak

10) Meremas tangan, genetar

b. Respon kognitif

1) Lapang persepsi terbatas

2) Proses berfikir terpecah-pecah

3) Sulit berfikir

4) Penyelesaian masalah buruk

5) Tidak mampu mempertimbangkan informasi

6) Hanya memerhatikan ancaman

7) Preokupasi dengan pikiran sendiri

8) Egosentris

c. Respon prilaku dan emosi

1) Sangat cemas

2) Agitasi

3) Takut

4) Bingung

5) Merasa tidak adekuat

6) Menarik diri

7) Penyangkalan

8) Ingin bebas

E. Bentuk Gangguan Ansietas

1. Gangguan Panik
Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan

meningkat, berlangsung 15-30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosional

yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis. Diagnosis gangguan panik ditegakkan

ketika individu mengalami serangan panik berulang dan tidak diharapkan yang diikuti

oleh rasa khawatir yang menetap sekurang-kurangnya satu bulan bahwa ia akan

mengalami serangan panik berikutnya atau khawatir tentang makna serangan panik,

atau perubahab prilaku yang signifikan terkait dengan serangan panik, saat gejala-

gejala tersebut bukan akibat penyalahgunaan zat atau gangguan jiwa lain. Sedikitnya

lebih dari 75% individu dengangangguan panik mengalami serangan awal spontan

tanpa ada pemicu dari lingkungan. Sisanya mengalami serangan panik yang

distimulasi oleh stimulus fobia atau karena berada di bawah pengaruh zat yang

mengubah sistem saraf pusat dan menstimulasi respon hormonal, organ, tanda vital

yang sama, yamg terjadi pada serangan panik. Setengah dari individu yang

mengalami serangan panik juga mengalami agorafobia.

Ada dua kriteria Gangguan panik: gangguan panik tanpa agorafobia dan

gangguan panik dengan agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan

panic

F. Gambaran Klinis

Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan panik,

walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan

fisik, aktivitas seksual atau trauma emosional. Klinisi harus berusaha untuk mengetahui

tiap kebiasaan atau situasi yang sering mendahului serangan panik. Serangan sering

dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala

mental utama adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat.
Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin

merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda fisik

adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat. Pasien seringkali mencoba untuk

mencari bantuan. Serangan biasanya berlangsung 20 sampai 30 menit.

Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia akan

sulit mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus ditemani

setiap kali mereka keluar rumah.

G. Gejala Penyerta

Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia, pada

beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan gangguan

panik. Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang

dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan

mental.

H. Diagnosa Banding

1. Penyakit kardiovaskuler : anemia, hipertensi, infark iniokardium, dsb.

2. Penyakit pulmonum : asma, hiperventilasi, emboli paru-paru.

3. Penyakit neurologis : penyakit serebrovaskular, epilepsi, inigrain, tumor, dsb.

4. Penyakit endokrin : diabetes, hipertroidisme, hipoglikemi, sindroma pramestruasi,

gangguan menopause, dsb. intoksikasi obat, putus obat.

5. Kondisi lain: anafilaksis, gangguan elektrolit, keracunan logam berat, uremia dsb

Pedoman Diagnosis Agrafobia

1. Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dimana kemungkinan sulit

meloloskan diri
2. Situasi dihindari, misal jarang bepergian

3. Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena gangguan mental lain, misal fobia

sosial

Pedoman Diagnostik Gangguan Panik

1. Serangan panik rekuren dan tidak diharapkan

2. Sekurangnya satu serangan, diikuti satu atau lebih : kekawatiran menetap akan

mengalami serangan tambahan, ketakutan tentang arti serangan, perubahan perilaku

bermakna berhubungan dengan serangan

3. Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung atau suatu kondisi medis umum

4. Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain. misal

gangguan obsesif - kompulsif.

5. Gangguan panik bisa dengan agorafobia atau tanpa agorafobia.

Terapi

1. Konseling dan medikasi.

Konseling: ajari pasien untuk diam di tempat sampai serangan panik berlalu,

konsentrasikan diri untuk mengatasi ansietas bukan pada gejala fisik, rileks, latihan

pernafasan. Identifikasikan rasa takut selama serangan. Diskusikan cara menghadapi

rasa takut saya tidak mengalami serangan jantung, hanya panik, akan berlalu.

Medikasi: banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak membutuhkan

medikasi. Bila serangan sering dan berat, atau secara bermakna dalam keadaan

depresi beri antidepresan (imipramin 25 mg malam hari, dosis bisa sampai 100 150

mg malam selama 2 minggu). Bila serangan jarang dan terbatas beri anti ansietas,

jangka pendek (lorazepam 0,5 1 mg 3 dd 1 atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1) hindari

pemberian jangka panjang dan pemberian medikasi yang tidak perlu.


I. Gangguan Fobik

Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat menemukan 5 10 persen populasi

menderita gangguan ini. FOBIA adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang

menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap obyek, aktivitas, atau situasi yang

ditakuti.

1. Fobia spesifik: takut terhadap binatang, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dsb.

2. Fobia sosial: takut terhadap rasa memalukan di dalam berbagai lingkungan sosial

seperti berbicara di depan umum, dsb.

Pedoman Diagnostik

1. Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan (obyek/ situasi)

2. Pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan kecemasan

3. Menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan

4. Situasi fobik dihindari

Terapi

Konseling dan medikasi: dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan, membuat

daftar situasi yang ditakuti atau dihindari, diskusikan cara-cara menghadapi rasa takut

tersebut. Dengan konseling banyak pasien tidak membutuhkan medikasi. Bila ada depresi

bisa diberi antidepresan lmipramin 50 150 mg/ hari. Bila ada ansietas beri antiansietas

dalam waktu singkat, karena bisa menimbulkan ketergantungan. Beta blokerdapat

mengurangi gejala fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap.

J. Gangguan Obsesif – Kompulsif

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum

diperkirakan adalah 2-3 persen.


1. OBSESIF adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan

tidak dikehendaki.

2. KOMPULSIF adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak

dikehendaki.

Pedoman Diagnosis

= Pikiran, impuls, yang berulang

= Perilaku yang berulang

= Menyadari bahwa obsesif-kompulsif adalah berlebihan atau tidak beralasan

= Obsesif-kompulsif menyebabkan penderitaan

= Tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum.

Terapi

Konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang

dapat mengurangi gejala obsesd, yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif.

Latihan pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan pasien untuk mengatasi situasi,

kenali dari perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi. Bila diperlukan bisa diberi

Klomipramin 100 - 150 mg, atau golongan Selected Serotonin Reuptake Inhibitors.

K. Ganguan Stres Pasca – Trauma

Pasien dapat diklasifikasikan mendenta gangguan stres pasca-trauma, bila mereka

mengalami suatu stres yang akan bersifat traumatik bagi hampir semua orang. Trauma

bisa berupa trauma peperangan, bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, kecelakaan.

Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman kembali trauma melalui

mimpi dan pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan

penumpulan responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan persisten.

Gejala penyerta yang sering dan gangguan stres pasca-trauma adalah depresi, kecemasan

dan kesulitan kognitif(contoh pemusatan perhatian yang buruk)


Prevalensi seumur hidup gangguan stres pasaca-trauma diperkirakan I sampai 3

persen populasi umum, 5 sampai 15 persen mengalami bentuk gangguan yang subklinis.

Walaupun gangguan stres pasca-trauma dapat terjadi pada setiap usia, namun gangguan

paling menonjol pada usia dewasa muda.

Pedoman Diagnostik

1. Telah terpapar dengan peristiwa traumatik, didapati:

2. Mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa ancaman

kematian, atau kematian yang sesungguhanya atau cedera yang serius, atau ancaman

integritas fisik diri sendiri atau orang lain

3. Respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya

4. Keadaan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih cara

berikut:

5. Rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadian

6. Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian

7. Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali

8. Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal

yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik

9. Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang

menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatik

10. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma

11. Gejala menetap, adanya peningkatan kesadaran, seperti dua atau lebih berikut:

kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan berlebihan, respon kejut

yang berlebihan.

12. Lama gangguan gejala B,C,D adalah lebih dari satu bulan.
13. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan

dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

L. Gangguan Stres Akut

Suatu gangguan sementara yang cukup parah yang terjadi pada seseorang tanpa

adanya gangguan jiwa lain yang nyata, sebagai respons terhadap stres fisik maupun

mental yang luar biasa dan biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari.

Stresornya dapat berupa pengalaman traumatik yang luar biasa . Kerentanan individu dan

kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan dalam terjadinya dan keparahannya

suatu reaksi stres akut.

Pedoman Diagnostik

Harus ada kaitan waktu yang langsung dan jelas antara terjadinya pengalaman

stresor luar biasa dengan onset dan gejala. Onset biasanya setelah beberapa menit atau

bahkan segera setelah kejadian. Selain itu ditemukan (a) terdapat gambaran gejala

campuran yang biasanya berubah-ubah; selain gejala permulaan berupa keadaan “

terpaku”, semua gejala berikut mungkin tampak: depresif, ansietas, kemarahan,

kekecewaan, overaktif dan penarikan diri, akan tetapi tidak satupun dan jenis gejala

tersebut yang mendominasi gambaran klinisnya untuk waktu lama. (b) pada kasus-kasus

yang dapat dialihkan dan stresomya, gejala-gejalanya dapat menghilang dengan cepat

(dalam beberapa jam); dalam hal dimana stres tidak dapat dialihkan, gejala-gejala

biasanya baru mulai mereda setelah 24 - 48 jam dan biasanya menghilang setelah 3 hari.

Anda mungkin juga menyukai