Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

1. Laparotomy

Laparatomi adalah operasi yang dilakukan untuk membuka abdomen

(bagian perut). Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah

abdomen. Laparatomi yaitu insisi pembedahan melalui pinggang (kurang begitu

tepat), tapi lebih umum pembedahan perut (Harjono, 1996). Ramali Ahmad

(2000) mengatakan bahwa laparatomi yaitu pembedahan perut, membuka

selaput perut dengan operasi. Sedangkan menurut Arif Mansjoer (2000),

laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya

perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus.

2. Hernia

Hernia adalah penyakit yang terjadi ketika ada organ dalam tubuh yang

menekan dan mencuat melalui jaringan otot atau jaringan di sekitarnya yang

lemah. Otot kita biasanya cukup kuat untuk menahan organ-organ tubuh

sehingga tetap di lokasinya masing-masing. Melemahnya otot tersebut hingga

tidak dapat menahan organ di dekatnya akan mengakibatkan hernia.

3. Kecemasan

Menurut Canisti (2007) dampak psikologis yang dirasakan pasien

adalah kecemasan. Dampak psikologis yang dirasakan pasien seringkali kurang

menjadi perhatian bagi para dokter atau pun perawat. Pada umumnya,

pengobatan di rumah sakit difokuskan pada pemulihan kondisi fisik tanpa

memperhatikan kondisi psikologis pasien seperti kecemasan dan depresi.


Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan

perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak

mengalami gangguan dalam menilai realitas , kepribadian utuh, perilaku dapat

terganggu tapi masih dalam batas normal (Hawari, 2006). Tindakan

keperawatan untuk penanganan masalah kecemasan pasien yaitu dapat berupa

tindakan mandiri oleh perawat, contoh seperti tehnik relaksasi dan distraksi

(Potter, 2006). Salah satu teknik distraksi yang digunakan untuk mengatasi

kecemasan pada pasien adalah dengan terapi murottal Al-Quran, karena tehnik

distraksi merupakan tindakan untuk mengalihkan perhatian.Hasil penelitian

yang dilakukan oleh (Qadiy, 1984) tentang pengaruh Al-Qur’an bagi organ

tubuh, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-

Qur’an, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan,

dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar. Penurunan depresi,

kecemasan, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai

macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang

menjadi objek penelitiannya (Al-Kaheel, 2011).

Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang

samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak

diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi yang

berbahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan

individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak

menghadapi ancaman (Nanda, 2010 : 281).

Respons yang timbul ansietas (cemas) yaitu khawatir, gelisah, tidak

tenang dan dapat disertai dengan keluhan fisik. Kondisi dialami secara subjektif

dan di komunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan


rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang

berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut yang

penyebabnya tidak diketahui. Sedangkan rasa takut mempunyai penyebab yang

jelas dan dapat dipahami. Kapasitas kecemasan diperlukan untuk bertahan

hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan kehidupan.

Kecemasan merupakan keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek

negative dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang

mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan dimasa yang

akan dating dengan perasaan khawatir. Kecemasan mungkin melibatkan

perasaan, perilaku, dan respon-respon fisiologis. Kecemasan merupakan suatu

penyerta yang normal dari pertumbuhan, perubahan,, pengalaman sesuatu yang

baru dan belum dicoba, dan dari identitasnya sendiri serta arti hidup. Kecemasan

adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan

dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan,

kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebabnya yang tidak

jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.

Stuart dan Sunden (1998) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan, yaitu :

- Kecemasan ringan : Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan

akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi

melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong

untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

a. Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah

naik, gejala ringan pada lambung, mika berkerut dan bibir bergetar.
b. Respon kognitif : Lapang persegi meluas, mampu menerima

ransangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan

masalah secara efektif.

c. Respon perilaku dan emosi : Tidak dapat duduk tenang, tremor halus

pada tangan, suara kadang-kadang meninggi

- Kecemasan sedang : Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan

menurun/individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan

mengesampingkan hal lain.

a. Respon fisiologis : Sering nafas pendek, nadi ekstra systole dan

tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, diare/konstipasi, gelisah

b. Respon kognitif : Lapang persepsi menyempit, rangsang Luar tidak

mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya

c. Respon perilaku dan emosi : Gerakan tersentak-sentak (meremas

tangan), bicara banyak dan lebih cepat, perasaan tidak nyaman

- Kecemasan berat : Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit.

Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-

hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan

banyak pengarahan/tuntutan.

a. Respon fisiologis : Sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur

b. Respon kognitif : Lapang persepsi sangat menyempit, tidak mampu

menyelesaikan masalah

c. Respon perilaku dan emosi : Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi

cepat, blocking
- Panik : Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah

tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa

walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan.

a. Respon fisiologis : Nafas pendek, rasa tercekik dan berdebar, sakit

dada, pucat, hipotensi

b. Respon kognitif : Lapang persepsi menyempit, tidak dapat berfikir lagi

c. Respon perilaku dan emosi : Agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan,

berteriak-teriak, blocking, persepsi kacau.

Skala kecemasan

Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Pertama kali digunakan

pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang

telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada

penelitian trial clinic. Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat

kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton

Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan

yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami

kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada

individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5

tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe). Penilaian

kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi :

1. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tensinggung.

2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan

lesu.
3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan takut pada binatang besar.

4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur

tidak pulas dan mimpi buruk.

5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7. Gejala somatik: nyeri patah otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara

tidak stabil dan kedutan otot.

8. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat serta merasa lemah.

9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras

dan detak jantung hilang sekejap.

10. Gejala pemapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,

mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan

panas di perut.

12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan keneing,

aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu
roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan
dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek
dan cepat.
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dan

kategori:

Nilai Kategori
0 Tidak ada gejala sama sekali
1 Satu dari gejala yang ada
2 Sedang/separuh dari gejala yang ada
3 Berat/lebih dari setengah gejala yang ada
4 Sangat berat /semua gejala ada.

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah skor dan item 1-


14 dengan hasil :

Skor Hasil
<6 Tidak ada kecemasan
7-14 Kecemasan ringan
15-27 Kecemasan sedang
>27 Kecemasan berat

(Nursalam, 2003)

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

- Meyakini bahwa tindakan terapi MUROTAL yang diberikan mampu

mengatasi rasa kecemasan

- Mampu meminimalisir rasa cemas

- Dapat terfokus dengan terapi yang akan diberikan

2. Tujuan khusus

a. Mampu menurunkan/mengatasi tingkat kecemasan

b. Agar dapat mengevaluasi pengaruh terapi murotal sebagai tindakan Non-

farmakologis dalam penurunan tingkat kecemasan pada pasien laparotomy.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari
berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot
yang mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut
(Griffith, 1994).
Hernia adalah : Tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dincling rongga
dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari
organ melalui lubang pada struktur disekitarnya.
Pengertian Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan
tempatnya yang normal malalui sebuah defek konsenital atau yang didapat. (Long,
1996 : 246).
Herniaa adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, 2000 : 216). Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau
struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-
bagian tersebut(Nettina, 2001 : 253)
2. Klasifikasi
Macam-macam hernia ini di dasarkan menurut letaknya,seperti :
a. Inguinalis. Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
- Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati
korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria
dari pada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini
dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya pasien
mengatakan turun berok, burut atau kelingsir atau mengatakan adanya
benjolan di selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau
menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau
mengangkat benda berate tau bila posisi pasien berdiri dapat timbul
kembali.
- Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan
otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis
indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap
terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini
disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga
meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau
mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum,
maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan
funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Padapasien
terlihat adanya massa bundar pada annulus inguinalis eksterna yang mudah
mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior
maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.
b. Femoralis : Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoraldan lebih umum
pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir
tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Ada insiden
yang tinggi dari inkarseratadan strangulasi dengan tipe hernia ini.
c. Umbilikal : Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita
dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien
gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah
sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca
operasi seperti infeksi,nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
d. Incisional : batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang
lemah.
3. Etiologi
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh
melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut .
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi.
Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan
karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik.
Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga
menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau
pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi
kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih
pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang
lemah.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan
lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya
hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang
berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada
otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran premature
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada
bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna,
sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui
kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar
kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2009).
4. Tanda-dan gejala
a. Hernia hiatal
Kondisi di mana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun, melewati diafragma
melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke dada
(toraks).
b. Hernia epigastrik
Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah perut.
Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi
usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini sering
menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut
ketika pertama kali ditemukan.
c. Hernia umbilikal
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan bukaan
pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak menutup
sepenuhnya.
d. Hernia inguinalis
Merupakan hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di
selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen
berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah. Hernia tipe ini
lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
e. Hernia femoralis
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
f. Hernia insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak
menutup sepenuhnya.
5. Phatofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan
tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang
air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ– organ selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau
mengalami kelemahan.
6. Phatway
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat pekerjaan
yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
b. Eliminasi
Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia
atau retensi urin.
c. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia,
nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda tajam,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
f. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi yang dapat dilakukan
adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi
b. Cemas berhubungan dengan keadaan penyakit yang di alami
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh dan ADL dibantu.
3. Rencana keperawatan/Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1 Nyeri Nyeri dapat berkurang - Atur posisi - Posisi yang nyaman
akut berhubung setelah diberikan senyaman dapat mengurangi
an dengan luka tindakan selama 3 hari mungkin nyeri yang dirasakan
post operasi. dengan criteria : - Observasi TTV - Peningkatan TTV
- Menyatakan nyeri - Kaji tingkat mengidentifikasi
hilang/ terkontrol nyeri pasien adanya peningkatan
- Tampak rileks dan - Ajarkan teknik nyeri
mampu relaksasi nafas - Mengetahui
tidur/istirahat cukup dalam seberapa jauh nyeri
- Kolaborasi yang dirasakan dan
dengan Dokter juga intensitas,
untuk pemberian durasi, sifat dan
terapi / lokasi nyeri
pengobatan - Dapat mengurangi
nyeri yang dirasakan
untuk
menghilangkan
nyeri

2 Cemas Kecemasan pasien - Mengkaji - Dengan mengkaji


berhubungan berkurang setelah tingkat tingkat kecemasan
dengan keadaan diberikan penjelasan kecemasan pasien
penyakit yang menyangkut keadaan pasien - Dengan memberikan
dialami. penyakit yang di alami - Memberikan penjelasan dan
dengan kriteria hasil : penjelasan diharapkan pasien
DS : pasien tidak mengenai bisa memahami dan
merasa takut lagi penyakit yang mengerti
DO : pasien tidak dialami. - Dengan melibatkan
bertanya-tanya lagi - Menganjurkan keluarga dapat
keluarga untuk mengurangi
memberikan kecemasan pasien
support atau
dukungan pada
pasien.
- Memberikan
dorongan
spiritual
terhadap pasien
3 Intoleransi Dapat beraktivitas - Evaluasi respons - Menetapkan
aktifitas normal dengan criteria pasien terhadap kemampuan pasien
berhubungan hasil : aktivitas dan memudahkan
dengan - Melaporkan/ - Berikan pilihan intervensi
kelemahan menunjukkan lingkungan - Menurunkan stress
tubuh dan ADL peningkatan tenang dan dan rangsangan
dibantu. toleransi terhadap batasi berlebihan,
aktivitas. pengunjung meningkatkan
selama fase akut berlebihan.
sesuai indikasi. - Pasien mungkin
- Bantu pasien nyaman dengan
memilih posisi kepala tinggi, tidur
nyaman untuk dikursi.
istirahat/tidur. - Meminimalkan
- Bantu aktivitas kelelahan dan
perawatan diri membantu
yang diperlukan. keseimbangan
suplai dan
kebutuhan O2.
BAB III
TELAAH JURNAL

A. JUDUL
“Terapi Murottal (Al-Qur’an) Mampu Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Pre Operasi Laparatomi”
B. PENELITI
Virgianti Nur Faridah
C. TEMPAT PENELITIAN
Di Ruang Bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan
D. METODE PENELITIAN
Desain penelitian dalam penelitian ini adalah Pra Eksperimen dengan
menggunakan desain One Group Pretest-Postest. Dalam rancangan ini, tidak ada
kelompok pembanding (kontrol) tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama
(pretes) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan perubahan yang terjadi
setelah terjadi adanya eksperimen (Soekidjo
Notoatmojo, 2005).
E. HASIL DAN KESIMPULAN
1. Hasil
- Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien pre operasi mengalami
cemas sedang yaitu 18 orang atau 56,2% dan sebagian pasien pre operasi
mengalami cemas berat yaitu 14 orang atau 43,8% . Menurut Subandi (2000),
ketakutan akan kematian muncul bisa juga dikarenakan ketidakmampuannya
menempatkan kematian kedalam suatu perspektif makna dan nilai yang lebih
luas. Selain itu cemas menghadapi kematian bisa juga dikarenakan terlalu
banyak memanjakan diri dengan kehidupan duniawi.
- Setelah Diberikan Intervensi Terapi
Setelah diberikan intervensi terapi murottal (al-qur’an), 21 pasien
(56,5%) mengalami tingkat kecemasan ringan dan 8 pasien (25%) mengalami
tingkat kecemasan sedang.
- Analisis Pengaruh Terapi Murottal (Al-Qur’an) Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Laparatomi
Dari hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test, menunjukkan nilai
signifikansi (p-value = 0,000) dimana hal ini berarti p value < 0,05 sehingga
H1 diterima artinya ada pengaruh tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
pemberian terapi murottal (Al-Qur ’an) terhadap penurunan tingkat kecemasan
pada pasien pre operasi laparatomi.
2. KESIMPULAN
Sebagian besar pasien pre operasi laparatomi mengalami cemas sedang
sebelum dilakukan terapi mendengarkan ayat-ayat Alqur’an. Sebagian pasien pre
operasi laparatomi mengalami cemas ringan sesudah dilakukan terapi
mendengarkan ayat-ayat Alqur’an. Terdapat pengaruh pemberian terapi Murottal
(Al-qur’an) terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
laparatomi di Ruang Bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan dengan hasil uji
statistic Wilcoxon Sign Rank Test, menunjukkan nilai signifikansi (p-value =
0,000) .

F. LANDASAN TEORI TERKAIT PENERAPAN EVIDENCE BASED NURSING


Pembedahan merupakan peristiwa komplek yang menegangkan, dilakukan
diruang operasi rumah sakit, terutama pembedahan mayor dilakukan dengan
persiapan, prosedur dan perawatan pasca pembedahan membutuhkan waktu yang lebih
lama serta pemantuan yang lebih intensif (Brunner and Suddarth, 2002). Laparotomy
merupakan merupakan salah satu pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan
pada lapisanlapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang
mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi
dilakukan pada kasus-kasus: apendisitis perforasi, hernia inguinalis, kanker lambung,
kanker colon dan rektum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis dan
peritonitis (Sjamsuhidajat, 2005). Tindakan pembedahan juga merupakan pengalaman
yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi
yang akan bisa membahayakan bagi pasien. Maka tidak heran jika seringkali pasien
dan keluarganya menunjukan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang
mereka alami. Beberapa orang kadang tidak mampu mengontrol kecemasan yang
dihadapi, sehingga terjadi disharmoni dalam tubuh. Hal ini akan berakibat buruk,
karena apabila tidak segera diatasi akan meningkatkan tekanan darah dan pernafasan
yang dapat menyebabkan pendarahan baik pada saat pembedahan ataupun pasca
operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien
baik secara fisik maupun psikis sebelum dilakukan operasi (Efendy, 2005).
Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya yang menimpa hamper
setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Pada pasien yang telah
menjalani tindakan pembedahan, sering mengalami kecemasan Menunjukkan bahwa
mereka hanya dapat tidur kurang lebih 5 – 6 jam/hari diakibatkan cemas dan rasa nyeri
dan lain-lain termasuk sesak nafas, berkeringat, perut kembung, udara panas atau
dingin dan tidak nyaman. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masih banyak
pasien yang mengalami kecemasan sebelum menjalani operasi laparatomi.

G. JUSTIFIKASI/ALASAN PENERAPAN EVIDENCE BASED NURSING


Analisa sintesa : Alasan penerapan evidence based nursing practice

Factor mekanik

Trauma abdomen

Rencana pembedahan

Pembedahan
(laparotomy)

Respon fisiologis

Dilakukannya
terapi MUROTAL Ansietas (cemas)
BAB IV
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN FOKUS
1. Identitas
Nama : Tn. S
No. RM : 00241833
Umur : 61 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Sumbarsari RT 01 RW 02 Ngampel
2. Keluhan utama
Tn. S mengatakan ada seperti benjolan di lipatan paha kanan dan terasa sangat
nyeri.
3. Riwayata Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS pada tanggal 10/07/2018, pukul 07.00 WIB dengan
keluhan adanya benjolan di bagian lipatan paha sebelah kanan. Kemudian
pasien di transfer ke ruang IBS pada pukul 16.00 WIB dan akan dilakukannya
tindakan laparotomy.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tn. S tidak memiliki riwayat penyakit yang menular, hannya pernah
mengalami gejala demam biasa.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk kepala mesochopal, kulit kepala bersih, rambut mulai memutih, dan
tidak terdapat udem
b. Mata
Keadaan mata simetris dan konjungtiva tidak anemis
c. Telinga
Bentuk simetris dan keadaan bersih
d. Hidung
Keadaan bersih, dan tidak terdapat adanya pergerakan cuping hidung

e. Mulut
Mukosa lembab, rongga mulut dalam keadaan bersih, gigi sedikit

menguning, gusi tidak berdarah, lidah bersih dan tidak adanya

peradanagan.

f. Dada

- Inspeksi : keadaan simetris, dan tidak terdapat jejas

- Auskultasi : suara nafas normal dan tidak terdengar suara bunyi tambahan

- Palapasi : tidak adanya benjolan atau fraktur

- Perkusi : suara nampak normal

g. Abdomen

Inspeksi : Tidak luka, dan bentuknya simetris

Auskultasi : Terdengar peristaltik usus 15 x/menit

Palpasi : Teraba adanya benjolan dibagian kuadran kanan bawah

Perkusi : Normal, pada kuadran kanan kanan atas nampak terdengar suara

tympani

h. Tanda-tanda vital

- TD : 160/90 mmHg

- Nadi : 110 x/m

- RR : 22 x/m

- SPO² : 100 %

B. ANALISA DATA

NO WAKTU DATA SUBYEKTIF (S) & MASALAH ETIOLOGI (E)


(HARI/TGL) OBYEKTIF (O) (P)
1. Selasa, 10 Ds :
- Pasien mengatakan
Juli 2018 Ansietas Rencana
dirinya merasa khawatir
(16.15) operasi
dengan akibat dari
kondisinya yang dihadapi

Do :
- Pasien tampak tegang
- Tekanan darah
meningkat 160/90 mmHg
x/menit
- Frekuensi nadi
meningkat 110 x/menit
- Selalu mengutarakan
pertanyaan tentang
kondisi dirinya

2. Selasa, 10 Ds :
- Pasien mengeluh nyeri
Juli 2018 Nyeri akut Trauma
P : rasa nyeri timbul
(16.20) abdomenalis
karna adanya
benjolan di lipatan
paha kanan
Q : rasa nyeri seperti di
tusuk-tusuk
R : lokasi nyeri yakni di
bagian perut kanan
bawah
S : skala nyeri 4 yakni
dalam kategori
nyerin sedang
T : rasa nyeri yang
dirasakan siang dan
malam dan
lamanya ± 2-3
menitan
Do :
- Tampak meringis
kesakitan
- Bersikap waspada
dalam menghindari rasa
nyeri
- Nadi meningkat 110
x/menit
- TD : 160/90 mmHg
- Nampak gelisah

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas b/d Rencana Operasi
2. Nyeri Akut b/d Trauma Abdomenalis

D. INTERVENSI

NO TUJUAN &
WAKTU KRITERIA HASIL RENCANA (NIC)
(TGL/JAM) (NOC)
1. - Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan
- Anxiety level kecemasan)
- Coping
1. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Setelah dilakukannya
2. Nyatakan dengan jelas harapan
tindakan keperawatan
terhadap pelaku pasien
diharapakan ansietas
3. Jelaskan semua prosedur dan apa
dapat teratasi, dengan
yang dirasakan selama prosedur
kriteria hasil :
4. Pahami prespektif pasien
terhadap situasi stres
1. Klien mampu
5. Temani pasien untuk memberikan
mengidentifikasi dan keamanan dan mengurangi takut
mengungkapkan 6. Dorong keluarga untuk
gejala cemas. menemani anak
2. Mengidentifikasi, 7. Lakukan terapi distraksi
mengungkapkan dan (murottal)
menunjukkan tehnik 8. Dengarkan dengan penuh
untuk mengontol perhatian
cemas. 9. Identifikasi tingkat kecemasan
3. Vital sign dalam batas 10. Bantu pasien mengenal situasi
normal. yang menimbulkan kecemasan
4. Postur tubuh, ekspresi 11. Dorong pasien untuk
wajah, bahasa tubuh mengungkapkan perasaan,
dan tingkat aktivfitas ketakutan, persepsi
menunjukkan 12. Instruksikan pasien menggunakan
berkurangnya teknik relaksasi
kecemasan. 13. Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan

2. - Pain Level 1. Lakukan pengkajian nyeri secara


- Pain control komprehensif termasuk lokasi,
- Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
Setelah dilakukan
2. Observasi reaksi nonverbal dari
tindakan keperawatan
ketidaknyamanan
diharapkan Pasien tidak
3. Bantu pasien dan keluarga untuk
mengalami nyeri, dengan
mencari dan menemukan
kriteria hasil:
dukungan
1. Mampu mengontrol
4. Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri (tahu penyebab
mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri, mampu
ruangan, pencahayaan dan
menggunakan tehnik
kebisingan
nonfarmakologi
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
untuk mengurangi
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
nyeri, mencari
menentukan intervensi
bantuan)
7. Ajarkan tentang teknik non
2. Melaporkan bahwa
farmakologi: napas dala,
nyeri berkurang
relaksasi, distraksi, kompres
dengan menggunakan
hangat/ dingin
manajemen nyeri
8. Berikan analgetik untuk
3. Mampu mengenali
mengurangi nyeri
nyeri (skala,
9. Tingkatkan istirahat
intensitas, frekuensi
10. Berikan informasi tentang nyeri
dan tanda nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa
4. Menyatakan rasa
lama nyeri akan berkurang dan
nyaman setelah nyeri
antisipasi ketidaknyamanan dari
berkurang
prosedur
5. Tanda vital dalam
11. Monitor vital sign sebelum dan
rentang normal
sesudah pemberian analgesik
6. Tidak mengalami
pertama kali
gangguan tidur
BAB V
APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING

A. IDENTITAS
Nama : Tn. S
No. RM : 00241833
Umur : 61 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Sumbarsari RT 01 RW 02 Ngampel

B. DATA FOKUS

Pasien berinisial Tn. S usia 61 Tahun, di diagnose yakni dengan hernia

ingiunalis dextra. Sehingga akan dilakukan tindakan laparotomy, Tn. S masuk

di ruang bedah pada tanggal 10 Juli 2018 pukul 16.00 WIB. Tn. S mengatakan

bahwa merasa tegang dan takut saat tiba diruang bedah, karna baru pertama

kalinya beliau di operasi. Pasien juga mengatakan perutnya di bagian kanan

bawah terasa nyeri seperti ditusuk- tusuk.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN


JURNAL EBN YANG DI APLIKASIKAN

Masalah keperawatan yang muncul yakni “Ansietas b/d Rencana Operasi”

D. MEKANISME PENERAPAN APLIKASI EBN


Disini penulis akan menerapkan Evidenvice Based Nursing yakni “TERAPI
MUROTTAL (AL-QUR’AN) MAMPU MENURUNKAN TINGKAT
KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI LAPARATOMI”.
Sebelum melakukan tindakan terapi MUROTTAL, terlebih dahulu
mempersiapkan alat yang akan dibutuhkan yakni:
1. Persiapan alat
- Heandphone
- Heandseat
- Alat ukur skala kecemasan
2. Kontrak waktu dengan pasien
 Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

PROSEDUR
Pre interaksi :
1. Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2. Siapkan alat-alat
3. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
4. Cuci tangan

Tahap orientasi :
1. Beri salam dan panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga

Tahap kerja :
- Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
- Menanyakan keluhan utama klien
- Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
- Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan
seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
- Menetapkan ketertarikan klien terhadap surah yang di berikan
- Identifikasi pilihan surah/ayat yang diberikan
- Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam
mendengarkan ayat al-qur’an
- Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman.
- Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan
telepon selama mendengarkan MUROTAL
- Mulai pakaikan heandseat ke dua lubang telinga pasien dengan benar
- Pastikan hendseat dan perlengkapan dalam kondisi baik.
- Mulai putar/nyalakan dan lakukan terapi MUROTAL
- Pastikan volume yang sesuai dan tidak terlalu keras

Terminasi :

Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)


BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

Instrumen 14 Item HARS :


Pertanyaan 0 1 2 3 4
1. Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2. Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3. Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4. Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5. Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6. Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada
Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah
Sepanjang Hari
7. Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8. Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9. Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti
Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang
(Berhenti Sekejap)
10. Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di
Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11. Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah
Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar
(Konstipasi)
12. Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13. Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14. Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Skor Total

Keterangan :
Skor : 0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali
Total Skor : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali.

A. HASIL
SEBELUM DIBERIKAN SESUDAH DIBERIKAN
TERAPI TERAPI

3 1
Ket :

Dari tabel diatas yakni sebelum diberikannya terapi murotal tingkat kecemasan berada

pada skala 3 yaitu dalam kategori kecemasan berat. Dan setelah dibeikannya terapi,

maka skala turun menjadi 1 yakni dalam kategori kecemasan ringan.

B. PEMBAHASAN

Dari hasil diatas dalam pemberian terapi MUROTAL yakni sangat signifikan

dan mampu membuat keadaan lebih nyaman. Adapun pengaruh terapi mendengarkan

ayat-ayat Al-Quran berupa, adanya perubahan perubahan arus listrik di otot,

perubahan sirkulasi darah,perubahan detak jantung dan kadar darah pada kulit.

Perubahan tersebut menunjukan adanya relaksasi atau penurunan ketegangan urat

saraf reflektif yang mengakibatkan terjadinya pelonggaran pembuluh nadi dan

penambahan kadar darah dalam kulit, diiringi dengan penurunan frekuensi detak

jantung. Terapi murotal bekerja pada otak, dimana ketika didorong oleh rangsangan

dari luar (terapi Al- Qur’an), maka otak maka memproduksi zat kimia yang disebut

neuropeptide. Molekul ini akan menangkutkan kedalam reseptor – reseptor mereka

yang ada di dalam tubuh dan akan memberikan umpan balik berupa kenikmatan atau

kenyamanan (Yusri, 2006; Faradisi, 2009; Mottaghi, Esmaili, & Rohani, 2011).
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

1. Kelebihan

Di dapatkan hasil yang menunjukan bahwa terapi ini sangat mudah dilakukan dan

tidak mengeluarkan biaya, serta dapat dilakukan pada setiap kalangan. Dalam

penerapan terapi ini, tim medis yang lain juga sangat membantu dengan waktu

yang sudah berikan kepada penulis.

2. Kekurangan

Di sini penulis tidak begitu paham akan bahasa jawa inggil (halus)

3. Hambatan

Penulis tidak menuai hambatan apapun


BAB VII
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada pasien pre operasi laparatomi ini mengalami cemas sedang sebelum dilakukan

terapi mendengarkan ayat-ayat Alqur’an dan setelah di berikan terapi murotal rasa

cemas yang dialami turun, sehingga pasien lebih rileks dalam lantunan ayat al-qur’an.

B. SARAN

1. Bagi pelayanan keperawatan

Terapi murotal diharapkan dapat menjadi sebagai salah satu intervensi

keperawatan dalam menurunkan skala kecemasan pada pasien yang akan

dilakukan tindakan laparotomy

2. Bagi pendidikan

Diharapkan dapat diperkenalkan kepada peserta didik mengenai pentingnya terapi

murotal dan sebagai salah satu terapi nonfarmakologis yang dapat menurunkan

tingkat kecemasan serta membuat jiwa menjadi lebih rileks.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini direkomendasikan untuk penelitian lebih lanjut tentang

penerapan terapi murotal dalam menurunkan tingkat kecemasan yakni agar

menggunakan ayat-ayat al-qu’an yanag lain serta frekuensi terapinya ditambakan.


DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, AAA. (2006). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:Salemba

Faradisi, F. (2009). Perbedaan efektifitas pemberian terapi murotal dengan terapi musik
klasik terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi fraktur
ekstremitas di RS Dr. Moewardi Surakarta.

Notoatmodjo, S. (2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rieneka Cipta Nursalam


(2008).

Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Potter dan Perry. (2006).

Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4.Vol 1. Jakarta: EGC

Sjamsuhidayat, (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta: EGC.

Universitas Gajah Mada Yusri M A, (2006). Meditasi dengan Al-Qur’an.


http://psikologi2.tripod.com/ meditasiqur’an.htm. Diakses pada 25 November 2013.

Herdman, T. Heather. 2013. Nanda International. Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Buku Kedokteran. EGC.

Jitowiyono, Sugeng dan Weni Kristiyanasari . 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi
pendekatan Nanda, Nic-Noc. Yogyakarta: Yuha Medika

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & nanda Nic-noc. Jilid 2. Yogyakarta. EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic-noc. Jilid 2. Yogyakarta. Mediaction.
Priharjo, Robert. 2006. Buku Pengkajian Fisik Keperawatan . Edisi 2. Jakarta: EGC.

Ruhl, CE, Everhart, JE. 2007. Risk Factors for Inguinal Hernia among Aduls in the US
Population. Am J Epidemiol.

Smeltzet, Suzanne C, dan Branda G. 2009. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.


Jakarta:EGC

Suratan dan Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Gatrointestinal. Jakarta: Trans Info Media

William & Wilkins, L. 2011. Buku Ajar Fatofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Anda mungkin juga menyukai