Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN TENTANG DEMENSIA

PADA LANSIA DI RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA

PUCANG GADING SEMARANG

OLEH :

NICKI ANSERA

G3A017209

PROGRAM STUDI PROFESI NERS S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018
LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA

A. PENGERTIAN

Demensia merupakan suatu sindrom penurunan kemampuan intelektual


progresif yang menyebabkan penurunan kualitas kognitif dan fungsional
sehingga mempengaruhi terjadinya gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan
aktivitas seharihari (Siahaan, Marlin M, 2008). Menurut Nancy L dan Peter V.
R (2006) juga menyatakan bahwa demensia adalah kondisi dimana seseorang
mengalami gejala penurunan fungsi intelektual, umumnya ditandai dengan
penurunan bahasa, memori, mengenal orang, dan emosional.

Pengklasifikasian demensia dibagi berdasarkan perjalanan penyakit atau


penyebab umur dan kerusakan otak. Berdasarkan perjalanan penyakit yaitu
dimensia irreversible diantaranya karena infeksi, atau sindrom demensia akibat
stres depresi, hidrosefalus komunikans serta subdural hematom dan reversibel
diantaranya defisiensi nutrisi (misalnya defisiensi vitamin B12 atau defisiensi
asam folat), efek samping obat, asupan alkohol akut dan tumor atau trauma,
penyakit cerebro kardiovaskuler, penyakit- penyakit metabolik, gangguan
nutrisi, akibat intoksikasi menahun (Hoffman & Constance, 2001).

Berdasarkan umur dibagi menjadi dimensia senilis yaitu demensia yang


terjadi pada usia > 65 tahun dan dimensia prasenilis yaitu dimensia yang terjadi
< 65 tahun.

Berdasarkan kerusakan otak, diantaranya tipe Alzheimer yang


disebabkan karena kondisi sel syaraf yang mati, demensia vaskuler yang
disebabkan karena gangguan sirkulasi darah di otak seperti hipertensi,
arteriosklerosis, dan ateroklerosis, penyakit Parkinson, dan penyakit pick.
Selain itu, berdasarkan kerusakan otak yaitu dimensia terkait HIV-AIDS yang
dapat menyerang system saraf pusat, menyebabkan ensefalopati HIV atau
komlek demensia AIDS, multiple sklerosis, serta neurosifilis dan penyakit
Huntington.
B. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Faktor risiko yang memiliki hubungan dengan penyakit demensia
Alzheimer yaitu agregasi familial dari sindrom down, usia individu yang sudah
lanjut, genetik riwayat depresi, trauma kepala, dan pendidikan rendah
(Alzheimer’s Association, 2013; Stanley & Beare, 2007). Faktor risiko lain
yang dikaitkan dengan demensia vaskuler adalah atrial fibrilasi (gangguan
irama jantung), diabetes mellitus (kencing manis), stroke, gangguan fungsi
kognitif sebelumnya (premorbid cognitive impairment).

C. PATOFISIOLOGI
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya
demensia. Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan
biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak
sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun.
Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-
kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri. Penyakit
degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta gangguan
nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung dapat
menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia,
infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun
dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal.
Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk
proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan
gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan
sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood.
Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena
(kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat
berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio
akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).

D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinik dari dEmensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat
secara umum tanda dan gejala demensia adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.

E. PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine ,
Memantine
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti
Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke
otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan
mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan
dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-
depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang
bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-
psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone).
2. Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding
dengan angka-angka.
3.Terapi Simtomatik Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi
simtomatik,meliputi :
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas
d. Penanganan terhadap masalah-masalah
4. Pencegahan dan perawatan demensia
Untukmenurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga
ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari.
c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif :
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
d. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
e. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks
dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada
demensia adalah:
1) Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
a. Ulkus diabetikus
b. Infeksi saluran kencing
c. Pneumonia
2) Thromboemboli, infarkmiokardium
3) Kejang
4) Kontraktur sendi
5) Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
6) Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan
peralatan.

G. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian focus
a. Identitas Klien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Status perkawinan
Agama
Suku
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Diagnose medis

a. Data focus
Data subyektif :
1. Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.
2. Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu .
Data obyektif :
1. Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan
objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya.
2. Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya.
3. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita
menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan katakata
yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat.
b. Diagnose keperawatan
1. Kerusakan Memori
2. Resiko Jatuh
3. Defisit Perawatan Diri
4. Hambatan Komunikasi Verbal
DAFTAR PUSTAKA

Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4,


United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-


2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States
Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai