Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

GANGGUAN KECEMASAN (PANIK)

Disusun Oleh:
Siti Fauzia Hadiyana
1130016003

Program Studi S1 Keperawatan


Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan dengan pasien gangguan


panik disahkan dan disetujui dengan laporan klinik keperawatan yang telah
diselenggarakan mulai tanggal 22 Juni 2020.

Surabaya, 22 Juni 2020


Mahasiswa

Siti Fauzia Hadiyana


1130016003

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Ratna Yunita Sari, S.Kep.,Ns., M.Tr.Kep


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia hidup tidak terlepas dari permasalahan yang dihadapi,
tidak terkecuali permasalahan yang berpengaruh pada kesehatan
psikologisnya. Respon manusia untuk bereaksi ketika menghadapi
permasalahan atau situasi yang tidak menyenangkan bermacam-
macam, dua yang sering dialami manusia yaitu stress dan cemas. Dua respon
ini yang paling banyak dialami dan bisa menganggu kehidupan sehari-
hari. Kecemasan banyak jenisnya, ada kecemasan sosial, kecemasan
menyeluruh, kecemasan secara umum, phobia, hingga panik.
Banyak ahli mendefinisikan mengenai ansietas. Berikut ini adalah salah
satu definisi dari ansietas seperti pengertian ansietas dari Stuart dan Laraia
(2005) yang mengatakan bahwa ansietas memiliki nilai yang positif.
Karenadengan ansisetas maka aspek positif individu berkembang karena
adanya sikap konfrontasi (pertentangan), antisipasi yang tinggi, penggunaan
pengetahuan serta sikap terhadap pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi
pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memahami dan mengetahui tentang salah satu gangguan kecemasan yaitu
panik.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari gangguan panik
2. Mengetahui ciri-ciri dari gangguan panik
3. Memahami rentang respon gangguan panik an
4. Mengetahui faktor predisposisi
5. Mengetahui faktor presipitasi
6. Memahamami faktor yang memengaruhi panik
7. Mengetahui dan memahami mekanisme koping
8. Mengetahui dan menerapkan terapi modalitas untuk gangguan panik
9. Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan dengan gangguan panik
BAB 2
TEORI
2.1 Laporan Pendahuluan
2.1.1. Definisi
Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi
gambaran penting tentang kecemasan yang berlebihan, disertai respons
perilaku, emosional, dan fisiologis. Individu yang mengalami gangguan
kecemasan dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti
panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau
kondisi kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa dapat
dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang traumatik, atau rasa
khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan. Pada kesempatan
yang jarang terjadi, banyak orang memperlihatkan salah satu dari
perilaku yang tidak lazim tersebut sebagai respons normal terhadap
kecemasan. Perbedaan antara respons kecemasan yang tidak lazim ini
dengan gangguan kecemasan ialah bahwa respons kecemasan cukup
berat sehingga bisa mengganggu kinerja individu, kehidupan keluarga,
dan gangguan sosial (Amir, (2013); Kaplan (2010) dalam Diferiansyah
(2016).
Panik merupakan tingkat ansietas yang ekstrim bahkan terjadi
gangguan penilaian realitas. Pada kondisi ansietas ini seseorang tidak
mampu diarahkan dan tidak mampu belajar, tidak mampu menjalin
komunikasi dengan orang lain dengan baik, bahkan kehilangan lapang
persepsi dan berpikir secara irasional. Peningkatan gerak motoric,
dilatasi pupil, sesak nafas, palpitasi, sulit tidur, diaphoresis, dan pucat,
geraka-gerakan involunter dan tidak bertujuan, tidak mampu untuk
mengungkapkan keinginan atau perasaan. Seseorang merasa akan
datang bahaya yang besar dan merasa terintimidasi. Perilakunya bizzare
seperti berteriak, berlari-lari tanpa arah, atau selalu menempel pada
seseorang yang dinilai oleh dirinya mampu memberikan rasa aman dan
nyaman. Seseorang pada kondisi panic terkadang menarik diri dari
orang lain. Individu dengan kondisi panic kadang-kadanng disertai
halusinasi dan delusi. Kedua gejala ini merupakan ciri dari respon
psikosis (Wuryaningsih, 2018)
Gangguan panik mencakup munculnya serangan panik yang
berulang dan tidak terduga. Serangan-serangan panic melibatkan reaksi
kecemasan yang intens disertai dengan simtom-simtom fisik, seperti
jantung yang berdebar-debar, nafas cepat, nafas tersengal atau kesulitan
bernafas, banyak mengeluarkan keringat, dan terdapat rasa lemas dan
pusing (Nevid, dkk, 2005 dalam Diferiansyah, 2016).
2.1.2. Ciri-Ciri Gangguan Panik
Menurut Diferiansya (2016) berikut ini dijelaskan ciri-ciri kecemasan
A. Ciri-ciri fisik
1. Kegelisahan, kegugupan
2. Tangan atau anggota tubuh bergetar
3. Banyak berkeringat
4. Telapak tangan berkeringat
5. Pening
6. Mulut atau kerongkongan terasa kering
7. Sulit berbicara
8. Sulit bernapas
9. Jantung berdebar keras atau berdetak kencang
10. Suara yang bergetar
11. Jari-jari atau anggota tubuh menjadi dingin
12. Leher atau punggung terasa kak
13. Sensasi seperti tercekik atau tertahan
14. Sakit perut atau mual
15. Sering buang air kecil
16. Wajah terasa memerah
17. Diare
B. Ciri-ciri behavioral (perilaku)
1. Perilaku menghindar
2. Perilaku melekat dan dependen
3. Perilaku terguncang
C. Ciri-ciri kognitif
1. Khawatir tentang sesuatu
2. Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap
sesuatu yang terjadi di masa depan
3. Keyakinan bahwa sesuatu yang buruk atau mengerikan akan
segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas
4. Terpaku pada sensasi tubuh
5. Sangat sensitive terhadap sensasi tubh
6. Merasa terancam oleh orang atau peristiwa
7. Ketakutan akan kehilangan kontrol
8. Ketakutan akan ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
9. Berpikir bahwa dunia akan runtuh
10. Berpkir bahwa semuanya sudah tidak bisa dikendalikan
11. Berpikir bahwa semuanya sangat membingungkan tanpa bisa
diatasi
12. Khawatir terhadap hal sepele
13. Berpikir tentang hal yang mengganggu yang sama secara
berulang-ulang
14. Pikiran terasa campur aduk
15. Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran negative
16. Berpikir aan segera mati
17. Khawatir akan ditinggalkan sendiri
18. Sulit berkonsentrasi atau memusatkan perhatian
2.1.3. Rentang Respon Tingkat Kecemasan
Menurut Nurhalimah (2016) rentang respon kecemasan dibagi sebagai
berikut.
A. Ansietas ringan
Ansietas ringan sering kali berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan memperluas pandangan persepsi. Ansietas ringan
memiliki aspek positif yaitu memotivasi individu untuk belajar dan
menghasilkan serta meningkatkan pertumbuhan dan kreativitas.
Respon dari ansietas ringan adalah
1. Respon fisiologis meliputi sesekali nafas pendek, mampu
menerima rangsang yang pendek, muka berkerut dan bibir
bergetar. Pasien mengalami ketegangan otot ringan
2. Respon kognitif meliputi koping persepsi luas, mampu
menerima rangsang yang kompleks, konsentrasi pada masalah,
dan menyelesaikan masalah.
3. Respon perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk tenang,
tremor halus pada lengan, dan suara kadang meninggi.
B. Ansietas sedang
Pada ansietas tingkat ini, memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang
lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun
dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.Manifestasi yang
muncul pada ansietas sedang antara lain:
1. Respon fisiologis Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, mulut kering, diare atau konstipasi, tidak nafsu makan,
mual, dan berkeringat setempat.
2. Respon kognitif Respon pandang menyempit, rangsangan luas
mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian
dan bingung.
3. Respon perilaku dan emosi Bicara banyak, lebih cepat, susah
tidur dan tidak aman.
C. Ansietas berat
Pada ansietas berat pasien lapangan persepsi pasien menyempit.
Seseorang cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci,
spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku
pasien hanya ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Pasien
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada suatu area lain. Manifestasi yang muncul pada ansietas berat
antara lain:
1. Respon fisiologis
Napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan
sakit kepala, penglihatan kabur, dan ketegangan.
2. Respon kognitif
Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
3. Respon perilaku dan emosi
Perasaan terancam meningkat, verbalisasi cepat, dan menarik
diri dari hubungan interpersonal.
D. Tingkat panic
Perilaku yang tampak pada pasien dengan ansietas tingkat panik
adalah pasien tampakketakutan dan mengatakan mengalami teror,
tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan
serta disorganisasi kepribadian. Terjadi peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain,
persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran rasional. Manifestasi
yang muncul terdiri dari:
1. Respon fisiologis
Napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,
hipotensi, dan koordinasi motorik rendah.
2. Lapang kognitif
Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak dapat berfikir logis.
3. Respon perilaku dan emosi
Mengamuk- amuk dan marah- marah, ketakutan, berteriak-
teriak, menarik diri dari hubungan interpersonal, kehilangan
kendali atau kontrol diri dan persepsi kacau.
2.1.4. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (2005) dalam Nurhalimah (2016) terdapat
beberapa teori yang dapat menjelaskan terjadinya ansietas, diantaranya:
A. Faktor Biologis
Otak mengandung resptor khusus untuk benzodiazepine, yang
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan
utama dalam mekanisme biologis timbulnya ansietas sebagaimana
halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stressor.
B. Faktor Psikologis
1. Pandangan Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2
elemen kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan
hati nurani seseorang yang dikendalikan oleh norma-norma
budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa akan bahaya.
2. Pandangan Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap penerimaan dan
penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
kejadian trauma, seperti perpisahan dan kehilangan dari
lingkungan maupun orang yang berarti bagi pasien,. Individu
dengan harga diri rendah sangat mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
3. Pandangan Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yangdiinginkan. Pakar perilaku menganggap ansietas sebagai
dorongan belajar dari dalam diri unntuk menghindari
kepedihan. Individu yang sejak kecil terbiasa menghadapi
ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas
dalam kehidupan selanjutnya dibandingkan dengan individu
yang jarang menghadapi ketakutan dalam kehidupannya.
C. Sosial Budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga.. Faktor
ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap
terjadinya ansietas.
2.1.5. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ansietas dibedakan menjadi 2 yaitu:
A. Ancaman terhadap integritas seseorang seperti ketidakmampuan
atau penurunan fungsi fisiologis akibat sakit sehingga menganggu
individu untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari
B. Ancaman terhadap sistem diri seseorang. Ancaman ini akan
menimbulkan gangguan terhadap identitas diiri, harga diri, dan
fungsi sosial individu.
2.1.6. Faktor Yang Memengaruhi Gangguan Panik
Awal mula gangguan panik disebabkan oleh ansietas, sehingga
dapat disimpulkan munculnya ansietas disebabkan karena individu
terpapar zat bebahaya/racun (toksin), konflik tidak disadari tentang
tujuan hidup, hambatan hubungan dengan kekeluargaan/keturunan,
adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi, gangguan dalam hubungan
interpersonal, krisis situasional/ maturasi, ancaman kematian, ancaman
terhadap konsep diri, stress, penyalahgunaan zat, perubahan dalam
status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, perubahan
lingkungan dan perubahan status ekonomi. (NANDA, 2005 dalam
Diferiansyah, 2016)
2.1.7. Mekanisme Koping
Menurut Nurhalimah (2016) ada pasien yang mengalami ansietas
sedang dan berat mekanisme koping yang digunakan terbagi atas dua
jenis mekanisme koping yaitu :
A. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan realistik yang bertujuan untuk
menurunkan situasi stres, misalnya
1. Perilaku menyerang (agresif). Digunakan individu untuk
mengatasi rintangan agar terpenuhinya kebutuhan.
2. Perilaku menarik diri. Dipergunakan untuk menghilangkan
sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis.
3. Perilaku kompromi. Dipergunakan untuk mengubah tujuan-
tujuan yang akan dilakukan atau mengorbankan kebutuhan
personal untuk mencapai tujuan.
B. Mekanisme pertahanan ego. bertujuan untuk membantu mengatasi
ansietas ringan dan sedang. Mekanisme ini berlangsung secara
tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi realitas dan bersifat
maladaptif. Mekanisme pertahanan Ego yang digunakan adalah:
1. Kompensasi, proses dimana seseorang memperbaiki penurunan
citra diri dengan secara tegas menonjolkan
keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2. Penyangkalan (Denial), menyatakan ketidaksetujuan terhadap
realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme
pertahanan ini paling sederhana dan primitive
3. Pemindahan (Displacemen), pengalihan emosi yag semula
ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral
atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4. Disosiasi, pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku
dari kesadaran atau identitasnya.
5. Identifikasi (Identification), proses dimana seseorang mencoba
menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan
pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
6. Intelektualisasi (Intelektualization), penggunaan logika dan
alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.
7. Introjeksi (Intrijection), mengikuti norma-norma dari luar
sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar
(pembentukan superego)
8. Fiksasi.Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek
tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran)s ehingga
perkembangan selanjutnya terhalang.
9. Proyeksi.Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan
motivasi tidak dapat ditoleransi.
10. Rasionalisasi.Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah
lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional,sehingga
tidak menjatuhkan harga diri.
11. Reaksi formasi.Bertingkah laku yang berlebihan yang
langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan
yang sebenarnya.
12. Regressi.Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah
laku yang primitif), contoh; bila keinginan terhambat menjadi
marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13. Represi.Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls,
atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan
pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh
mekanisme ego yang lainnya.
14. Acting Out.Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya
terhalang.
15. Sublimasi.Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia
artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang
mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16. Supresi.Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme
pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang
disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan
dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada
represif berikutnya.
17. Undoing.Tindakan/perilaku atau komunikasi yang
menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau
komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme
pertahanan primitif.
2.1.8. Jenis Gangguan Panik
DSM-IV membagi kecemasan menjadi:
1) Gangguan panik dengan atau tanpa agoraphobia
Gangguan panik ditandai dengan adanya serangan panik yang
tidak diduga dan spontan yang terdiri atas periode takut intens yang
hati-hati dan bervariasi dari sejumlah serangan sepanjang hari
sampai hanya sedikit serangan selama satu tahun. Gangguan panik
disertai dengan agorafobia, yaitu rasa takut sendirian di tempat
umum (seperti supermarket), terutama tempat yang sulit untuk
keluar dengan cepat saat serangan panik Gangguan panik
ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya
gangguan kecemasan fobik.
2) Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik
Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik didasarkan pada
rasa takut akan ketidakmampuan mendadak atau gejala yang
memalukan serta penghindaran situasi yang didasarkan pada
kekhawatiran terkait gangguan medis (rasa takut menderita infark
miokardium pada pasien dengan penyakit jantung parah)
2.1.9. Pohon Masalah

Harga Diri Rendah

Gangguan Citra Tubuh

Ansietas (Core Problem)

Koping Individu Tidak Efektif

Kurang pengetahuan Perubahan fisik/operasi/stressor fisik


2.1.10. Penegakkan Diagnosis
Suatu diagnosis gangguan panik didasarkan pada kriteria sebagai
berikut:
A. Mengalami serangan panik secara berulang dan tidak terduga
sedikitnya dua kali (Diferiansyah, 2016).
B. Sedikitnya satu dari serangan tersebut diikuti oleh setidaknya satu
bulan rasa takut yang persisten dengan adanya serangan berikutnya
atau merasa cemas akan implikasi atau konsekuensi dari serangan
(misalnya, takut kehilangan akal “menjadi gila‟ atau serangan
jantung) atau perubahan tingkah laku yang signifikan. Gangguan
panik biasanya dimulai pada akhir masa remaja sampai pertengahan
usia 30-an tahun. Perempuan mempunyai kemungkinan dua kali
lebih besar untuk mengembangkan gangguan panik (Nevid, dkk,
2005 dalam Diferiansyah, 2016)
2.2 Terapi Modalitas
2.2.1 Terapi Psikofarmaka
Menurut Yusuf (2015) terapi gangguan kecemasan dijabarkan sebagai
berikut:
A. Antiansietas (Anxiolytic Sedative)
Obat golongan ini dipakai untuk mengurangi ansietas/kecemasan
yang patologis tanpa banyak berpengaruh pada fungsi kognitif. Secara
umum, obat-obat ini berefek sedative dan berpotensi menimbulkan
toleransi/ketergantungan terutama pada golongan Benzodiazepin.
Klasifikasinya sebagai berikut:
1. Derivat benzodiazepine
a. Klordiazopoksid (Librium)
b. Diazepam (Valium)
c. Bromzepam (Lexotan)
d. Lorazepam (Aktivan)
e. Clobazam (Frisium)
f. Alprazolam (Xanax)
g. Buspiron (Buspar)
2. Derivat gliserol : Meprobamat (Deparon)
3. Derivat barbitrat : Fenobarbital (Luminal)
Obat-obat golongan Benzodiazepam paling banyak disalah
gunakan karena efek hipnotiknya dan terjaminnya keamanan dalam
pemakaian dosis yang berlebih. Obat-obat golongan ini tidak berefek
fatal pada overdosis kecuali bila dipakai dalam kombinasi dengan
antisiolitik jenis lain atau dicampur alcohol. Efek samping yang sering
dikeluhkan adalah sebagai berikut:
1. Rasa mengantuk yang berat
2. Sakit kepala
3. Disartria
4. Nafsu makan bertambah
5. Ketergantungan
6. Gejala putus zat (gelisah, tremor, bila berat bisa sampai terjadi
kejang-kejang) (Yusuf, 2015)
B. Antipanik
Obat antipanik merupakan persamaan dari drugs used in panic
disorders. Sediaan obat antipanik di Indonesia adalah imipramine,
clomipramine, alprazolam, moclobemide, sertraline, fluoxetine,
parocetine, fluvoxamine. Penggolongan obat antipanik adalah obat
antipanik trisiklik (imipramine, clomipramine), obat antipanik
benzodiazepine (alprazolam) dan obat antipanik RIMA/reversible
inhibitors of monoamine oxidase-A (moclobmide) serta obat anti panic
SSRI (sertraline, fluoxetine, paroxetine, fluvoxamine). Indikasi
penggunaan obat ini adalah sindrom panic. Diagnostik sindrom panic
dapat ditegakkan paling sedikit satu bulan individuu mengalami
beberapa kali seerangan ansietas berat, gejala tersebut dapat terjadi
dengan atau tanpa agoraphobia. Panik merupakan gejala yang
merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas
sehari-hari (phobic avoidance) (Yusuf, 2015).
2.2.2 Terapi Somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatic (fisik) itu dapat diberikan obat-
obatan yang ditujukan pada organ pada tubuh yang bersangkutan
(Diferiansyah, 2016).
2.2.3 Psikoterapi
A. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberika keyakinan serta percaya diri (Wuryaningsih, 2016).
B. Psikoterapi reedukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi diri
bila diulang bahwa ketdak mampuan mengatasi kecemasan
(Wuryaningsih, 2016).
C. Psikoterapi rekontruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekontruksi) kepribadian yang teah menglami goncangan akibat
stressor (Wuryaningsih, 2016).
D. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berfikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingkat
(Wuryaningsih, 2016).
E. Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stresor psikososial sehingga mengalami
kecemasan (Wuryaningsih, 2016).
F. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor krluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung (Wuryaningsih, 2016).
2.3 Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Kecemasan
2.3.1. Pengkajian
Pengkajian pasien ansietas dapat dilakukan melalui wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga. Tanda dan gejala ansietas dapat
ditemukan dengan wawancara, melalui bentuk pertanyaan sebagai
berikut:
A. Coba ibu/bapak ceritakan masalah yang menghantui fikiran ibu saat
ini
B. Coba ibu/bapak ceritakan apa yang dirasakan pada saat memikirkan
masalah yang dialami saat ini?
C. Apakah ada keluhan lain yang dirasakan
D. Apaah keluhan tersebut mengganggu akktivitas atau kegiatan sehari-
hari
Tanda dan gejala ansietas yang dapat ditemukan melalui observasi
adalah sebagai berikut: ekspresi wajah terlihat tegang, rentang perhatian
menyempit, perubahan tandatanda vital (nadi dan tekanan darah naik),
tampak sering nafas pendek, gerakan tersentak–sentak, meremas-remas
tangan dan tampak bicara banyak dan lebih cepat (Nurhalimah, 2016).
2.3.2. Diagnosa Keperawatan
SDKI menyebutkan ansietas merupakan kondisi emosi dan pengalam
subyektif individu terhadap obyek yang tidak jelas dan spesifik akibta
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancama (PPNI, 2016). Manifestasi klinis ansietas
tergantung pada tingkat ansietas yang dialami oleh individu. Menurut
Wuryaningsih (2016) gejala mayor ansietas sebagai berikut:
Tabel 2.1 Gejala Fisiologis
1. Peningkatan frekuensi nadi 10. peningkatan tekanan darah
dan pernafasan 11. dilatasi pupil
2. Diaphoresis 12. gemetar, kedutan
3. Suara bergetar 13. mual atau muntah
4. Palpitasi 14. diare
5. Sering BAK 15. merasa lelah dan lemah
6. Insomnia 16. mulut kering
7. Wajah tampak pucat 17. gelisah
8. Badan terasa sakit atau nyeri 18. merasa mau pingsan atau
terutama bagian dada, leher, pusing
dan punggung 19. merasa panas dan dingin
9. parestese 20. anoreksia
Tabel 2.2 Gejala Emosional
1. merasa takut 5. merasa tida berdaya
2. merasa bingung 6. merasa tidakk percaya diri
3. merasa tidak mampu 7. merasa tegang atau terkunci
mengendalikan diri 8. merasa akan bernasib malang
4. merasa tidak bisa rileks
Individu menunjukkan : 6. marah
1. mudah tersinggung dan 7. cenderung menyalahkan
cenderung tidak mampu sabar orang lain
2. menangis 8. mengkritik diri sendiri dan
3. ekspresi terkejut orang lain
4. menarik diri 9. kurang inisiatif
5. melukai diri sendiri 10. kontak mata kurang baik
Tabel 2.3 Gejala Kognitif
1. sulit konsentrasi 7. tidak peka terhadap
2. pelupa lingkungan sekitarnya
3. berorientasi pada masa lalu 8. melamun
4. berpikir negative 9. Blocking
5. kemampuan belajar berkurang 10. preokupasi
6. bingung
2.3.3. Rencana Tindakan Keperawatan
A. Tujuan Tindakan Keperawatan
1. Klien dapat mengenal ansietas
2. Klien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi
3. Klien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi
untuk mengatasi ansietas.
4. Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun
B. Tindakan Keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya
2. Membantu klien mengenal ansietas
3. Mengajarkan tenik nafas dalam
4. Mengajarkan relaksasi otot
5. Melatih pasien prosedur hypnosis 5 jari
6. Memasukkan ke jadwal kegiatan harian klien
Tabel 2.4 Rencana Tindakan Keperawatan untuk
Penatalaksanaan Klien Dengan Ansietas (Wuryaningsih, 2018)
Level Ansietas Rencana Tindakan
Ansietas berat dan Lindungi klien dari bahaya
Panik - Upayakan penerimaan dan dukungan pada
klien
- Jangan bertanya “mengapa gejala tersebut
bisa muncul?”
- Identifikasi bahwa respon fisiologis dari
panic disebabkan oleh mekanisme koping
maladaptive klien saat ini
- Berikan umpan balik terhadap perilaku,
stressor, tanda dan gekala yang dialami,
juga sumber-sumber koping yang dimiliki
- Berikan edukasi dan dukungan positif
tentang keterkaitan kesehatan fisik dengan
kesehatan emosional
Ciptakan lingkungan yang kondusif
- Bersikap tenang ketika kberinteraksi
dengan klien
- Minimalkan stimulus dari lingkungan
sekitar
- Batasi interaksi dengan orang lain atau
pasien lainnya yang dapat meningkatkan
gejala ansietas klien
- Identifikasi dan modifiasi lingkungan
yang dapat memicu kondisi panic klien
- Berikan tindakan untuk menurunkan
ansietas klien seperti: mandi air hangat,
rilesasi pijatan
Kolaborasi pemberian medikasi, jika
diperlukan:
- Bantu kepatuhan pengobatan dengan
prinsip 8 benar obat
- Monitor efek samping dari pengobatan
PEMBAHASAN JURNAL

Judul : Terapi Kognitif Perilaku Untuk Mengatasi Gangguan


Kecemasan Sosial
Nama Penulis: Adib Asrori
Tahun : 2015
Pembahasan :

Terapi Kognitif Perilaku berhasil menurunkan tingkat kecemasan kedua


subjek pada penelitian penulis dengan mengubah pemikiran negatif menjadi
alternatif pemikiran yang lebih positif dan rasional. Pemikiran positif dan rasional
dapat membuat subjek merasa lebih nyaman dan tidak cemas, akibatnya tidak lagi
melakukan perilaku negatif atau perilaku aman. Subjek menjadi lebih berani dan
percaya diri ketika menghadapi berbagai situasi sosial yang selama ini mereka
cemaskan. Beberapa teknik terapi yang telah diterapkan seperti restrukturisasi
kogntif, exposure dan relaksasi, dirasakan subjek sebagai hal yang sangat
membantu mereka mengatasi kecemasannya. Relaksasi sebagai teknik yang
kurang diminati, namun dapat membantu subjek dalam mengurangi sensasi fisik
yang dirasakan. Restrukturisasi kognitif dan exposure merupakan hal yang dirasa
subjek sangat membantu mereka berpikir positif agar tidak muncul kecemasannya
dan berani menghadapi situasi sosial yang sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Adib. 2015. Jurnla Ilmiah Psikologi Terapan. Terapi Kognitif Perilaku
Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Sosial. Vol.3 No.1. Malang:
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Diferiansyah, Okta, dkk. 2016. Gangguan Cemas Menyeluruh. Jurnal Medula


Unila. Volume 5. No.2. 63-68.

Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta: KEMENKES RI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Wuryaningsih, Emi Wuri, dkk. 2018. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa I.
Jember: UPT Percetakan dan Penerbitan.

Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
KAMPUS A JL. SMEA NO. 57 SURABAYA (031) 8291920, 8284508, FAX (031) 8298582
KAMPUS B RS. ISLAM JEMURSARI JL. JEMURSARI NO. 51-57 SURABAYA
Website : www.unusa.ac.id Email : info@unusa.ac.id

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Nama Mahasiswa : Siti Fauzia Hadiyana Tanggal Pengkajian : 21 Juni 2020


NIM : 1130016003 Jam pengkajian : 11.30
Tempat Praktik :

A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Nn.O
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 6574xxxx
Informan : Ibu pasien

B. ALASAN MASUK
Pasien mengatakan ada yang aneh dengan dirinya. Pasien merasa mengidap suatu
penyakit, pasien sudah memeriksakan diri ke dokter dan seluruh hasil pemeriksaan
normal, namun pasien tidak puas. Beberapa bulan pasien sering mengalami jantung
berdebar dan perasaan takut dan kacau yang terus berulang dan mereda dengan
sendirinya. Pasien mengatakan serangan panik bisa muncul 3x selama 1 bulan. Pasien
pernah pergi ke dokter spesialis jiwa dan menolak terapi obat karena pasien tidak suka
meminum obat dan hanya diberikan terapi kognitif. Keluarga pasien mengatakan hingga
saat ini penyakit yang dirasakan anaknya masih ada, namun sedikit berkurang.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?  Ya √ Tidak
2. Pengobatan sebelumnya  Berhasil √ Kurang berhasil  Tidak berhasil
3. Pengalaman klien
Pelaku Usia Korban Usia Saksi Usia
Aniaya fisik - - - - - -
Aniaya seksual - - - - - -
Penolakan - - √ 16 - -
Kekerasan dalam rumah tangga - - - - - -
Tindakan kriminal - - - - - -

Jelaskan nomor 1, 2, 3 :
Nn. D tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, dan pernah berkonsultasi
ke dokter spesialis kesehatan jiwa dan hanya mendapat terapi kognitif karena pasien
menolak pengobatan dengan obat. Pasien tidak memiliki pengalaman aniaya fisik
maupun seksual, kdrt, maupun tindakan criminal, namun pasien pernah mengalami
penolakan seluruh teman satu kelas saat usia 16 tahun di bangku sekolah menengah
atas.
Masalah keperawatan : Sindrom pasca trauma
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?  Ya √ Tidak
Hubungan dengan keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa sebelumnya
Gejala :
Tidak dikaji karena tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Riwayat pengobatan :
Tidak dikaji karena tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pertengkaran orang tua Nn.O yang sempat membuat salah satu orang tua Nn.O
meninggalkan rumah namun telah kembali saat ini. Nn.O juga pernah mengalami
penolakan oleh teman satu kelasnya saat dibangku SMA.
Masalah keperawatan : Sindrom pasca trauma
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
TD = 121/76mmHg N = 98x/menit S = 36,5C RR = 16x/menit
2. Antopometri
TB = 154cm BB = 45,4 IMT = 19,1
3. Keluhan fisik : √ Ya  Tidak
Jelaskan :
Pasien merasa punggung pasien terasa nyeri sekilas hilang. Dan nyeri berpindah pada
anggota tubuh lain seperti lutut, pergelangan kaki, terkadang berpindah pada perut.
Masalah keperawatan : gangguan rasa nyaman
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

22

Jelaskan :
Nn.O adalah anak pertama dari 2 bersaudara dan berusia 22 tahun. Nn.O tinggal
bersama kedua orang tua dan adiknya.
Masalah keperawatan :
- Tidak ada masalah keperawatan
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien merasa dirinya pemalu
b. Identitas
Pasien adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Usia pasien 22 tahun. Berjenis
kelamin perempuan. Pasien merasa puas dan bersyukur bisa menempuh
pendidikan hingga perguruan tinggi.
c. Peran
Dirumah pasien sebagain anak yang pendiam dan penurut. Pasien jarang bergaul
dengan tetangga jika tidak karna halnya penting. Keseharian pasien dirumah
sangat dekat dengan adiknya. Kedua orang tua pasien tidak pernah memaksa
pasien melakukan hal yang tidak disukai oleh pasien. Pasien saling berbagi tugas
kegiatan rumah dengan seluruh anggota keluarga. Pasien mendapat bagian
menyetrika baju dan menyapu rumah.
d. Ideal diri
Pasien ingin menjadi orang yang percaya diri dan mudah bergaul dengan orang
lain tanpa rasa malu dan ingin hidup normal seperti orang lain tanpa memikirkan
apapun
e. Harga diri
Pasien mengatakan merasa minder dengan kondisinya saat ini yang sakit karena
gangguan jiwa. Pasien takut jika suatu saat ingin keluar bersama temannya
penyakitnya akan kambuh.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah situasional
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti adalah kedua orang tua, adik kandung, dan
juga salah satu temannya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Pasien tidak pernah mengikuti aktivitas kelompok di masyarakat. Namun pasien
mengikuti kegiatan mahasiswa seperti ektrakurikuler sendratasik.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien tidak dapat memulai interaksi lebih dulu dengan orang lain
Masalah keperawatan : Koping tidak efektif

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Menurut keyakinan dan agama yang dianut oleh pasien, gangguan jiwa adalah
suatu ujian hidup untuknya.
b. Kegiatan ibadah
Pasien selalu mengerjakan sholat 5 waktu, namun jarang mengaji
Masalah keperawatan :
- Tidak ada masalah keperawatan
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
√ Rapi
 Penggunaan pakaian tidak sesuai
 Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Penampilan pasien dari ujung rambut hingga pangkal kaki rapi dengan rambut
dikuncir satu dan memakai kaos dan rok pendek.
Masalah keperawatan :
- Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
 Cepat  Keras  Gagap √ Inkoheren
 Apatis  Lambat  Membisu  Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
- Tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas motorik
 Lesu √ Tegang  Gelisah  Agitasi
 Tik  Grimasing  Tremor  Kompulsif
Jelaskan :
Pasien merasa tegang dapat dirasakan dari telapak tangan pasien yang berkeringat,
dan wajah yang tegang
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Alam perasaan
 Sedih  Ketakutan √ Putus asa  Khawatir  Gembira berlebihan
Jelaskan :
Pasien merasa kesulitan dengan apa yang dirasakannya bahwa jika dirinya akan
mengalami hal hal yang mengejutkan seperti penyakit jantung.
Masalah keperawatan : Ansietas
5. Afek
√ Datar  Tumpul  Labil  Tidak sesuai
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
- Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi selama wawancara
 Bermusuhan  Tidak kooperatif  Mudah tersinggung
 Kontak mata kurang  Defensif  Curiga
Jelaskan :
Selama interaksi pasien kooperatif dan mampu menjawab seluruh pertanyaan perawat.
Masalah keperawatan :
- Tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi halusinasi
 Pendengaran  Penglihatan  Perabaan
 Pengecapan  Pembauan
Jelaskan :
Pasien tidak mengalami persepsi halusinasi.
Masalah keperawatan :
- Tidak ada masalah keperawatan

8. Proses pikir
 Sirkumtansial  Tangensial  Kehilangan asosiasi
 Flight of ideas  Blocking  Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan :
Pasien tidak mengalami proses pikir saat ditanyai oleh perawat. Proses pikir pasien
berjalan normal.
Masalah keperawatan :
- Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi pikir
√ Obsesi  Fobia  Hipokodria
 Depersonalisasi  Ide yang terkait  Pikiran magis
Waham
 Agama  Somatik  Kebesaran  Curiga
 Nihilistik  Sisip pikir  Siap pikir  Kontrol pikir
Jelaskan :
Pasien selalu memikirkan akan kematian dan penyakit jantung.
Masalah keperawatan : penyangkalan tidak efektif
10. Tingkat kesadaran
 Bingung  Sedasi  Stupor
Disorientasi
 Waktu  Tempat  Orang
Jelaskan :
Pasien memiliki tingkat kesadaran penuh. Tidak mengalami disorientasi waktu,
tempat, maupun orang.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang  Gangguan daya ingat
√ Gangguan daya ingat jangka pendek  Konfabulasi
Jelaskan :
Pasien sering lupa dengan apa yang sudah dilakukannya. Seperti meletakkan barang,
dan aktivitas yang sudah dilakukan dalam beberapa hari terakhir.
Masalah keperawatan : Gangguan memori
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
√ Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
 Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
Pasien merasa konsentrasi berantakan jika melakukannya terlalu fokus karena pikiran
yang mengganggunya saat ini akan muncul kembali, sehinggga pasien melakukannya
dengan diimbangi oleh musik
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
√ Gangguan ringan  Gangguan bermakna
Jelaskan :
Kemampuan pasien dalam menilai suatu hal terkadang dibantu oleh orang lain.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya tilik diri
 Mengingkari penyakit yang diderita
√ Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan :
Pasien ingin cek kesehatan seluruh tubuh namun tidak ada biaya untuk melakukan hal
tersebut sehingga pasien menyalahkan kehidupannya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

G. KEBUTUHAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan
Makanan : √ Ya  Tidak
Pakaian : √ Ya  Tidak
Transportasi : √ Ya  Tidak
Keamanan : √ Ya  Tidak
Uang :  Ya √ Tidak
Tempat tinggal :  Ya √ Tidak
Perawatan kesehatan : √ Ya  Tidak
Jelaskan :
Pasien masih mahasiswa, pasien masih tinggal dengan kedua orang tua dan belum
bekerja sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan finansial.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Aktivitas hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Mandi :  Bantuan minimal  Bantuan total
Eliminasi uri/alvi :  Bantuan minimal  Bantuan total
Kebersihan :  Bantuan minimal  Bantuan total
Ganti pakaian :  Bantuan minimal  Bantuan total
Makan :  Bantuan minimal  Bantuan total
Jelaskan :
Pasien dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri mandi, eliminasi urin/alvi,
kebersihan, mengganti pakaian, dan makan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
b. Nutrisi
Apakah puas dengan pola makan? √ Ya  Tidak
Apakah memisahkan diri saat makan?  Ya √Tidak
Jika ya, jelaskan :

Frekuensi makan/hari : 4x/hari


Frekuensi kudapan/hari : 2x/hari
Nafsu makan  Meningkat  Menurun  Berlebih √ Sedikit-sedikit
BB tertinggi = 46 kg
BB terendah = 43 kg
Diet khusus :-
Jelaskan :
Pasien tidak pernah melakukan diet khusus. Berat badan pasien terkadang
menurun hingga 43kg ketika serangan panik datang yang membuat pasien lupa
untuk makan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Istirahat tidur
Apakah ada masalah? √ Ya  Tidak
Apakah merasa segar setelah bangun tidur? √ Ya  Tidak
Apakah kebiasaan tidur siang?  Ya √ Tidak
Apa yang menolong untuk tidur? √ Ya  Tidak
Waktu tidur malam : Pukul 21.00
Waktu bangun : 04.45
 Sulit untuk tidur √ Terbangun saat tidur
 Bangun terlalu pagi  Gelisah saat tidur
 Semnabolisme  Berbicara saat tidur
Jelaskan :
Pasien sering terbangun saat pukul 1 dini hari dan pukul 3 pagi.
Masalah keperawatan : gangguan pola tidur
3. Kemampuan klien
Mengantisipasi kebutuhan sendiri √ Ya  Tidak
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri  Ya √ Tidak
Mengatur penggunaan obat √ Ya  Tidak
Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up) √ Ya  Tidak
Jelaskan :
Jika pasien merasa sakit, maka pasien mencari obat atau kebutuhan yang dibutuhkan,
dan sering memeriksakan diri pada pelayanan kesehatan online, dan sering mencari
informasi mengenai penyakit yang dideritanya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Sistem pendukung klien
Keluarga : √ Ya  Tidak
Teman sejawat : √ Ya  Tidak
Kelompok sosial :  Ya √ Tidak
Profesional/terapis : √ Ya  Tidak
Jelaskan :
Pasien memiliki support sistem yang baik, seperti support keluarga, teman. Namun
pasien tidak memiliki support sistem kelompok sosial karena pasien tidak terlibat
dalam hal sosial. Dan hanya menceritakan keluhannya pada keluarga dan teman
sejawat. Pasien juga memiliki support sistem dari dokter spesialis saat masa
pengobatan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Apakah klien menikmati saat bekerja atau melakukan hobi? √ Ya  Tidak
Jelaskan :
Pasien hobi menonton drama korea. Sehingga ketika menonton pasien akan berfokus
pada drama dan tidak memikirkan hal yang mengganggunya saat ini.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
H. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain  Minum alkohol
√ Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebih
√ Teknik relokasi  Bekerja berlebihan
√ Aktivitas konstruktif  Menghindar
√ Olahraga  Mencederai diri
 Lainnya, __________________  Lainnya, __________________
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
I. MASALAH PSIKOSOSIAL & LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
- Pasien tidak memiliki kelompok masyarakat dan jarang memiliki hubungan kelompok
diluar.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
- Pasien tidak memiliki masalah dengan lingkungan.
Masalah dengan pendidikan, spesifik
- Saat ini pasien berada pada semester 8 dan sedang menyelesaikan tugas akhir.
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
- Pasien tidak memiliki masalah pekerjaan, karena pasien belum bekerja.
Masalah dengan perumahan, spesifik
- Pasien merasa terganggu dengan tetangga yang selalu usil membicarakan keadaan
keluarga pasien.
Masalah dengan ekonomi, spesifik
- Keluarga pasien memiliki masalah ekonomi, karena pasien dan adiknya masih harus
menempuh pendidikan, dan hanya 1 anggota keluarga yang bekerja. Sehingga hanya
mengandalkan 1 orang saja.
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
- Pasien merasa fasilitas layanan kesehatan tingkat pertama yang digunakan oleh
jaminan kesehatan kurang puas karena pasien merasa dokter yang menanganinya
kurang professional. Sehingga sering berpindah dokter di rumah sakit lain.
Masalah lainnya, spesifik : -
Masalah keperawatan : koping tidak efektif
J. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
 Penyakit jiwa  Sistem pendukung
 Faktor presipitasi √ Penyakit fisik
 Koping  Obat-obatan
 Lainnya, ___________________________________________________________
Masalah keperawatan : Defisit Pengetahuan
K. DATA LAIN-LAIN : -
L. ASPEK MEDIK
Diagnosa medis : Kecemasan
Terapi medis : terapi kognitif
M. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Sindrom pasca trauma
2. gangguan rasa nyaman
3. Harga diri rendah situasional
4. Koping tidak efektif
5. Ansietas
6. penyangkalan tidak efektif
7. Gangguan memori
8. gangguan pola tidur
9. Defisit Pengetahuan
10. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
ANALISA DATA

Nama Pasien : Nn.O Ruangan :


Umur : 22 tahun No. Register : 6574xxxx

No. Data Fokus Etiologi Masalah


1 DS : Ancaman terhadap Ansietas
- Pasien mengatakan takut jika kematian
sendirian ditempat sepi
- Pasien mengatakan sering
bermimpi buruk
- Pasien mengatakan dirinya
akan mati
- Pasien merasa tubuhnya
sedang tidak berada dalam
dirinya

DO :
- Pasien tampak tegang
- Pasien tampak bingung
- Pasien tampak sulit
berkonsentrasi dan mudah
teralihkan dengan hal lain
- N : 98x/menit
TD = 121/76mmHg
S = 36,5C
RR = 16x/menit
2 DS : Kecemasan Penyangkalan tidak
- Pasien mengatakan dirinya efektif
akan mati
- Pasien merasa tubuhnya
sedang tidak berada dalam
dirinya
- Pasien mengatakan tiba-tiba
merasa jantungnya berdebar,
dan berkeringat ditelapak
tangan, dan merasa seperti
orang linglung
- Pasien merasa seperti
mengalami serangan jantung
DO :
- Pasien tampak bingung
- Pasien tampak kesulitan
mengatakan masalah yang
dialami
- N : 98x/menit
TD = 121/76mmHg
S = 36,5C
RR = 16x/menit
3 DS : Kurangnya kontrol Gangguan pola tidur
- Pasien mengatakan sering tidur
bermimpi buruk
- Pasien mengatakan sering
terbangun pada pukul 1dan 3
pagi
DO :
- Pasien tampak bingung atau
linglung
- N : 98x/menit
TD = 121/76mmHg
S = 36,5C
RR = 16x/menit
POHON MASALAH

Nama Pasien : Nn.O Ruangan :


Umur : 22 tahun No. Register : 6574xxxx

Isolasi
sosial

Penyangkalan Harga diri Gangguan rasa Gangguan


tidak efektif rendah situsional nyaman pola tidur

Gangguan memori
Core Problem
Ansietas

Koping tidak efektif

Sindrom pasca Defisit pengetahuan


trauma
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Nn.O Ruangan :


Umur : 22 Tahun No. Register : 6574xxxx

No. Daftar Diagnosa Keperawatan


1 Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian

2 Penyangkalan tidak efektif berhubungan dengan kecemasan

3 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur


INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Nn.O Ruangan :


Umur : 22 Tahun No. Register : 6574xxxx

Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan Paraf


Tujuan Umum: D
- Cemas berkurang atau hilang
TUK 1: 1. Mengucapkan salam terapeutik
- Pasien dapat membina hubungan 2. Berjabat tangan
saling percaya dengan menunjukkan 3. Menjelasan tujuan interaksi
tanda percaya kepada perawat 4. Membuat kontrak topik, waktu, dan
melalui: tempat setiap kali bertemu pasien
1. Ekspresi wajah cerah, tersenyum
2. Mau berkenalan
3. Ada kontak mata
4. Bersedia menceritakan
perasaannya
5. Bersedia mengungkapkan masalah
TUK 2: 1. Bantu pasien untuk D
- Bantu pasien mengenal ansietas mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya
2. Bantu pasien menjelaskan situasi
yang menimbulkan ansietas
3. Bantu pasien mengenal penyebab
ansietas
4. Bantu pasien menyadari perilaku
akibat ansietas
TUK 3: 1. Pengalihan situasi D
- Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk 2. Latihan relaksasi denagn tarik nafas
meningkatkan kontrol dan rasa dalam, mengerutkan, dan
percaya diri menendurkan otot-otot
3. Hipnotis diri sendiri (latihan lima
jari)
TUK 4: 1. Gali cara pasien mengurangi D
- Pasien dapat menggunakan ansietas di masa lalu
mekanisme koping yang adaptif 2. Bantu pasien untuk menyusun
kembali tujuan hidup memodifikasi
tujuan, menggunakan sumber dan
menggunakan sumber dan
menggunakan koping yang baru
3. Beri aktivitas fisik untuk
menyalurkan energinya
TUK 5: 1. Ajarkan pasien teknik relaksasi D
- Pasien mampu memeragakan dan untuk mengontrol dan menurunkan
menggunakan teknik relaksasi untuk ansietas
mengatasi ansietas
TUK 6: 1. Diskusikan masalah yang dirasakan D
- Meningkatkan pengetahuan dan keluarga dalam merawat pasien
kesiapan keluarga dalam merawat 2. Diskusikan tentang tanda dan gejala
pasien dengan ansietas serangan panik
3. Diskusikan tentang penyebab dan
akibat dari ansietas maupun panik
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ruangan :


Umur : No. Register :

Diagnosa keperawatan : Gangguan Panik

Tanggal/Ja Implementasi Evaluasi Paraf


m
22 Juni 2020 TUK 1: S : Pasien mengatakan kepada perawat bahwa ia mau D
10.30 Membina hubungan saling percaya menceritakan masalahnya
O:
- Pasien terlihat sedikit senyum
- Pasien terlihat tenang
- Pasien terlihat berbicara sedikit gagap saat
menceritakan masalahnya
A : BHSP belum terjalin
P : intervensi dilanjutkan
22 Juni 2020 TUK 2: S : Pasien mengatakan mengetahui pemicu D
10.30 1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan permasalahannya
menguraikan perasaannya O:
2. Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan - Pasien tersenyum saat disapa
ansietas - pasien terlihat tenang
3. Bantu pasien mengenal penyebab ansietas - tidak tampak tremor
4. Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas - RR : 17x/menit
- N : 88x/menit
A : BHSP belum terjalin
P : intervensi dilanjutkan
22 Juni 2020 TUK 3: S: D
10.30 1. Pengalihan situasi - Pasien mengatakan sudah dapat berkonsentrasi
2. Latihan relaksasi denan Tarik nafas dalam, O :
mengerutkan, dan menendurkan otot-otot - Pasien tampak tenang
3. Hipnotis diri sendiri (latihan lima jari) - Pasien tampak nyaman
- Tidak tampak tremor
- RR : 17x/menit
- N : 86x/menit
- Pasien didampingi oleh ibu
A : BHSP sedikit terjalin
P : intervensi dilanjutkan
24 Juni 2020 TUK 4: S: D
10.30 1. Menggali cara pasien mengurangi ansietas di masa - Pasien mengatakan mengurangi ansietas
lalu dengan mendengarkan musik atau menari, jika
2. Membantu pasien untuk menyusun kembali tujuan didalam rumah pasien akan keluar untuk
hidup memodifikasi tujuan, menggunakan sumber melihat hal-hal cerah
dan menggunakan sumber dan menggunakan koping - Pasien mengatakan memiliki tujuan yang
yang baru diinginkan ditulis dikertas dengan judul “50
3. Membuat aktivitas fisik baru untuk menyalurkan keinginan yang akan dicapai”
energinya - Pasien mengatakan berkeinginan untuk menari
lagi walaupun tidak di kelompok tarinya di
universitas sebagai hal untuk mengurangi
masalahnya.
O:
- Pasien terlihat tenang
- Pasien tampak rileks
- RR : 16x/menit
- N : 88x/menit
- Pasien nyaman dengan perawat saat
berinteraksi
- Tidak tampak tremor
- Pasien mau menunjukkan karya yang dibuatnya
- Pasien ditemani oleh ibu dan adiknya
A : BHSP mulai terjalin
P : intervensi dilanjutkan
24 Juni 2020 TUK 5: S : pasien mengatakan lebih memilih teknik relaksasi D
10.30 Mengajarkan pasien teknik relaksasi untuk mengontrol dengan teknik hipnotis 5 jari
dan menurunkan ansietas O:
- Pasien terlihat merasa nyaman
- Pasien terlihat tenang
- Pasien terlihat rileks
- RR : 16x/menit
- N : 86x/menit
- Pasien mempraktikkan teknik relaksasi yang
diinginkannya
- Tidak tampak tremor
A : BHSP masih terjalin
P : intervensi dilanjutkan
26 Juni 2020 TUK 6: S: D
10.30 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga - keluarga pasien mengatakan sangat ingin
dalam merawat pasien pasien sembuh dari masalahnya saat ini
2. Menjelaskan tentang tanda dan gejala serangan panic - keluarga pasien merasa tidak ingin
3. Menjelaskan tentang penyebab dan akibat dari meninggalkannya sendirian
ansietas maupun panik - keluarga pasien mengatakan paham dengan
hal-hal terkait panik dan ansietas yang
dijelaskan oleh perawat
O:
- Keluarga pasien tampak kooperatif dengan
perawatan pasien
A : BHSP terjalin
P : intervensi dihentikan
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)

Hari/tanggal : Senin/22 Juni 2020


Waktu pelaksanaan : 10.30
Pertemuan ke :1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif :
 Pasien mengatakan takut jika sendirian ditempat sepi
 Pasien mengatakan sering bermimpi buruk
 Pasien mengatakan tiba-tiba merasa jantungnya berdebar, dan berkeringat
ditelapak tangan, dan merasa seperti orang linglung
 Pasien merasa dirinya tubuhnya sedang tidak berada dalam dirinya
b. Data Obektif :
Pasien terlihat tegang dan seperti orang bingung
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Tujuan Umum : Kepanikan atau kecemasan pasien berkurang atau hilang
b. Tujuan Khusus :
1) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2) Pasien mampu mengenal serangan panik
3) Pasien mampu mengatasi serangan panik dengan teknik relaksasi
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelasan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien
b. Membantu pasien mengenal ansietas
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
3) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
4) Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas
c. Mengajarkan pasien teknik relaksasi
1) Pengalihan situasi
2) Latihan relaksasi dengan hipnotis diri sendiri (latihan lima jari)
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi mbak. Perkenalkan saya perawat Diyana. Saya
adalah mahasiswi dari UNUSA. Nama mbak siapa?”
“Mbak O senang dipanggil apa?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mbak O hari ini? Semalam tidurnya nyenyak?”
c. Kontrak
“Mbak O, bagaimana jika sekarang kita berbincang-bincang tentang kepanikan
dan kecemasan, juga latihan cara mengontrolnya dengan latihan relaksasi?”
“Baik, berapa lama mbak O punya waktu untuk berbincang dengan saya?”
“Bagaimana kalau 15 menit saja?”
“Mbak O berbincangnya nyaman disini atau ditempat lain?”
“Baik, kita berbincang di halaman belakang saja kalau begitu.”
“Tujuan dari perbincangan hari ini agar mbak O dapat mengetahui kepanikan dan
kecemasan yang dirasakan serta cara mengatasinya”
2. Fase Kerja
“sekarang coba mbak vceritakan apa yang mbak rasakan saat ini?”
“Coba mbak ceritakan pada saya,”
“Oo.. jadi mbak merasa mbak takut mati dan berpikir bahwa mbak memiliki penyakit
jantung?. Jika boleh saya tau mbak, bagaimana cara mbak mengatasinya?”
“Baik, saya mengerti bagaimana perasaan mbak. Setiap orang akan memiliki
perasaan yang sama seperti itu. Tapi saya sangat kagum dengan mbak, karena mbak
mampu menahan semua cobaan ini. Mbak adalah orang yang luar biasa. Yang perlu
mbak ketahui adalah mbak saat ini berada pada tingkat panic. Untuk itu, mbak perlu
melakukan terapi disaat mbak O merasakan perasaan panic muncul kembali. Terapi
ini akan membantu menurunkan tingkat kepanikan mbak O.”
“Bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasinya dengan latihan relaksasi hipnotis
5 jari?”
“Bagaimana kalau kita latihan sekarang, saya akan lakukan, kemudian mbak
perhatikan saya dan mbak bisa mengikuti cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai
ya mbak. Mbak O silahkan duduk dengan posisi seperti saya.”
“Pertama, focus pandangan dan pikiran ke lima jari, tarik nafas dalam, lalu pejamkan
mata dan kosongkan pikiran. Kedua, angkat tangan kanan pertemukan ibu jari
dengan telunjuk dan bayangkan saat tubuh sangat segar pada masa muda. Ketiga,
pertemukan ibu jari dengan jari tengah dan bayangkan semua orang memberikan
perhatian dan peduli pada mbak O. Keempat, pertemukan ibu arid an jari manis dan
bayangkan pujian yang didapat dari pasangan, keluarga, atau teman mbak O atas
prestasi yang pernah diraih saat sekolah. Kelima, pertemukan ibu jari dan kelingking
dan bayangkan tempat indah yang pernah mbak O kunjungi. Terakhir, tarik nafas
dalam dan buka mata.”
“Baik, sekarang giliran mbak O mempraktikkan.”
“Bagus sekali mbak. Mbak O sudah mampu melakukannya. Nah, mbak o bisa
melakukan latihan ini selama 3-4 kali sampai mbak O merasa rileks atau santai.
Selain cara tersebut, mbak O juga bisa melakukan dengan metode pengalihan yaitu
dengan melakukan berbagai kesibukan dengan tertawa, olahraga, atau melakukan
hobi yang mbak O sukai, bisa pula dengan berjalan-jalan bersama keluarga.”
“Boleh saya tau mbak O suka melakukan apa?”
“Baik, mbak O bisa melakukan pengalihan dengan mendengarkan musik atau
menari.”
3. Fasek Terminasi
a. Evaluasi
1) Subyektif
“Bagaimana perasaan mbak O setelah kita mengobrol tentang masalah yang
mbak rasakan dan latihan relaksasi?”
2) Obyektif
“Coba mbak O ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari tadi”
“Wah.. Bagus sekali mbak O”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baik, jam berapa mbak O akan berlatih lagi melakukan cara ini?”
“Mari, kita masukkan dalam jadwal harian mbak O. Jadi, setiap mbak O
merasakan serangan panic, mbak O bisa langsung mempraktikkan cara ini ya.”
c. Kontrak Yang Akan Datang
1) Topik
“Cara yang kita pratikkan tadi baru mengurangi sedikit kepanikan dan
kecemasan yang mbak rasakan, bagaimana jika kita latihan kembali besok?”
2) Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok? Dengan jam yang
sama seperti hari ini..”
“Baik, kita bertemu 2 hari lagi, hari kamis.”
Berapa lama besok mbak O punya waktu untuk berbincang dengan saya
besok? Bagaimana kalau 20 menit saja?”
3) Tempat
“Mbak O, mau dimana besok untuk berbincang?”
“Baik, tetap di halaman belakang rumah, ya mbak.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)

Hari/tanggal : Rabu/24 Juni 2020


Waktu pelaksanaan : 10.30
Pertemuan ke :2

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif :
1) Pasieng mengatakan takut jika sendirian ditempat sepi
2) Pasien mengatakan sering bermimpi buruk
3) Pasien mengatakan tiba-tiba merasa jantungnya berdebar, dan berkeringat
ditelapak tangan, dan merasa seperti orang linglung
4) Pasien merasa dirinya tubuhnya sedang tidak berada dalam dirinya
b. Data Obektif :
1) Pasien terlihat tegang dan seperti orang bingung
2) Pasien tampak sulit berkonsentrasi atau mudah teralihkan dengan hal lain
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Tujuan Umum : Kepanikan atau kecemasan pasien berkurang atau hilang
b. Tujuan Khusus
1) Pasien mampu menggunakan koping adaptif
2) Pasien mampu memperagakan teknik relaksasi
4. Tindakan Keperawatan
a. Ajarkan pasien menggunakan mekanisme koping yang adaptif
1) Menonton drama
2) Mendengarkan music
3) Menari
4) Menulis tujuan 50 tujuan masa depan
b. Membantu memeragakan dan menggunakan teknik relaksasi
1) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk mengontrol dan menurunkan ansietas
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi mbak. Perkenalkan saya perawat Diyana. Saya
adalah mahasiswi dari UNUSA. Nama mbak siapa?”
“Mbak O senang dipanggil apa?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mbak O hari ini? Semalam tidurnya nyenyak?”
“Apakah mbak O sudah melatih cara mengalihkan situasi untuk menghilangkan
serangan panik mbak O?”
c. Kontrak
“Baiklah, Mbak O, sesuai janji kita kemarin, hari ini saya datang kembali untuk
mendiskusikan tentang latihan dengan teknik pengalihan.”
“Berapa lama kita akan berlatih mbak?”
“Baik, sesuai kesepakatan kemarin kalau begitu, 20 menit ya mbak,”
“Dimana kita akan berdiskusi? Baik, seperti kemarin ya mbak, di halaman
belakang rumah.”
“Tujuan dari latihan hari ini agar mbak O dapat meningkatkan kontrol pada diri
mbak O dan dapat mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari”
2. Fase Kerja
“Mbak O, kemarin waktu kita berdiskusi, Mbak O mengatakan bahwa saat serangan
panik datang merasa seluruh badan mbak O, lemas, dan gemetar, pikiran kacau, dan
jantung berdebar, telapak tangan berkeringat. Nah, latihan hari ini bermanfaat untuk
mengalihkan pemikiran itu sehingga membuat pikiran dan fisik mbak O menjadi
positif dan rileks. Dalam teknik ini mbak O harus melakukan hal-hal yang dapat
membuat mbak O rileks, misalnya dengan menonton televisi, mendengarkan musik,
atau seperti hobi mbak O menari. Nah, sekarang mbak O sudah tau kan hal apa saa
yang dapat mbak O lakukan untuk menguranginya. Nanti apabila mbak merasa
serangan panik muncul kembali, mbak O bisa melakukan salah sat teknik pengalihan
yang saya beritau tadi.”
3. Fasek Terminasi
a. Evaluasi
3) Subyektif
“Bagaimana apa ada yang ingin mbak tanyakan dari penjelasan saya tadi?”
4) Obyektif
“Coba mbak O ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari tadi”
“Wah.. Bagus sekali mbak O. Nanti jika mbak O merasa cemas atau serangan
panic kembali muncul dapat melakukan teknik pengalihan yang tadi saya
jelaskan ya.”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Kapan mbak O akan mulai mencoba melakukan cara ini? Baik, setiap mbak O
merasa serangan panic kembali dapat langsung mempraktikkan cara ini.”
c. Kontrak Yang Akan Datang
1) Topik
“Nah, mbak O. masih ad acara yang bisa digunakan untuk mengatasi
serangan pani, dengan melibatkan anggota keluarga. Bagaimana jika kita
melibatkan salah satu keluarga mbak O?”
2) Waktu
“Bagaimana kalau kita melakukan cara yang ketiga ini besok dengan jam
yang sama seperti hari ini?”
3) Tempat
“Mbak O, mau dimana besok untuk berbincang? Bagaimana jika disini lagi?”
“Apa masih ada yang mau ditanyaka lagi mbak?”
“Baik, jika tidak ada, saya pamit dulu. Selamat siang.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)

Hari/tanggal : Jumat/26 Juni 2020


Waktu pelaksanaan : 10.30
Pertemuan ke :3

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif :
1) Pasieng mengatakan takut jika sendirian ditempat sepi
2) Pasien mengatakan sering bermimpi buruk dan sering terbangun di jam 1 dan
3 pagi
3) Pasien mengatakan tiba-tiba merasa jantungnya berdebar, dan berkeringat
ditelapak tangan, dan merasa seperti orang linglung
b. Data Obektif :
1) Pasien terlihat tegang dan seperti orang bingung
2) Pasien tampak sulit berkonsentrasi atau mudah teralihkan dengan hal lain
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Tujuan Umum : Kepanikan atau kecemasan pasien berkurang atau hilang
b. Tujuan Khusus
1) Kesiapan keluarga merawat pasien dengan serangan panik
4. Tindakan Keperawatan
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesiapan keluarga dalam merawat pasien
dengan serangan panik
1) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan tentang tanda dan gejala serangan panic
3) Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas maupun panik
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi mbak. Bertemu lagi dengan saya, ibu mbak O
boleh tau biasa dipanggil siapa? Baik, saya panggil ibu K ya,”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mbak O hari ini? Semalam tidurnya nyenyak?”
“Apaah masih merasa gelisah?”
“Lalu, apakah yang kemarin saya ajarkan sudah dipraktekkan dalam jadwal
harian mbak? Nah kalau sudah coba di praktikka kembali ya mbak”
c. Kontrak
“Baiklah, Mbak O, sesuai janji kita kemarin, hari ini saya datang kembali untuk
mendiskusikan tentang masalah yang dirasakan mbak O dengan keluarga”
“Berapa lama kita akan berbincang mbak O?”
“Baik, sesuai kesepakatan kemarin kalau begitu, 20 menit ya mbak,”
“Baik mbak O, saya dan keluarga akan berbincang di halaman belakang rumah
saja kalau begitu.”
“Tujuan dari latihan hari ini agar mbak O dan keluarga lebih memahami kembali
dan mengetahui cara merawat mengenai apa yang dirasakan mbak O yaitu
serangan panic.”
2. Fase Kerja
“Baik, ibu K, kepanikan yang dirasakan oleh mbak O merupakan suatu pikiran yang
didapat dari pola pikir mbak O sendiri. Saat mengalami serangan panik, mbak O akan
merasa jantung berdebar, keringat membasahi telapak tangan, dan badan akan terasa
panas dingin, juga gemetar. Ketika mbak O merasakan serangan panik muncul, maka
sangat disarankan untuk salah satu anggota keluarga menemani mbak O, dan
mencoba memberikan dukungan atau pengalihan untuk mengontrol serangan panik
tersebut. Yang bisa ibu K lakukan bisa dengan meminta menarik nafas dalam, dan
bisa juga untuk memberikan air hangat agar tubuhnya tidak merasa kedinginan.
Keluarga juga dapat melibatkan mbak O untuk aktivitas sehari-hari agar tidak merasa
sendirian.”
“Wah.. bagus kalau begitu, mbak O sering menyibukkan diri. Kalau begitu, ibu K
atau mbak O dapat memasukkan pada jadwal harian mbak O.”
3. Fasek Terminasi
a. Evaluasi
1) Subyektif
“Bagaimana perasaan mbak O dan ibu K setelah kita berbincang mengenai
masalah yang dirasakan mbak O?”
2) Obyektif
“Coba mbak O dan ibu K ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari tadi”
“Wah.. Bagus sekali mbak O dan ibu K memiliki support sistem yang baik.
Nanti jika mbak O merasa cemas atau serangan panik kembali muncul dapat
meminta bantuan ibu K untuk memberikan air minum hangat atau melakukan
teknik pengalihan yang tadi saya jelaskan ya.”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Saya hara papa yang tadi saya ajarkan kepada ibu K dan mbak O dapat
dipraktekkan kembali dan jangan lupa untuk memasukkannya dalam jadwal
kegiatan harian yaitu sekitar 2-3 kali dalam sehari ya mbak O.”
c. Kontrak Yang Akan Datang
“Baik, ibu K dan mbak O tidak terasa sudah 20 menit kita berbincang. Latihan
dan diskusi hari ini adalah cara yang bisa digunakan untuk mengatasi serangan
panik atau kecemasan mbak O. Ibu K juga dapat melakukan cara ini jika
mengalami cemas atau tegang. Apakaha masih ada yang ingin ditanyakan mbak
O atau ibu K mungkin? Baik, jika tidak ada saya akan mengakhiri diskusi hari ini.
Saya pamit dulu.”

Anda mungkin juga menyukai