Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS

BULKIS WULANDARI
R014202056

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
A. Kasus (Masalah Utama)
Ansietas atau Kecemasan
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Definisi
Kecemasan adalah emosi, perasaan yang timbul sebagai respon awal
terhadap stress psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti bagi
individu. Kecemasan sering digambarkan sebagai perasaan yang tidak
pasti, ragu-ragu, tidak berdaya, kegelisahan, kekhawatiran, tidak tentram
yang disertai dengan keluhan fisik (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
2. Rentang Respon
Rentang respon ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif
seperti terlihat pada gambar berikut ini :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Respon adaptif adalah suatu keadaan dimana terjadi stresor dan individu
mampu untuk menghambat dan mengatur hal tersebut, maka akan
menghasilkan hal yang positif seperti dapat memecahkan masalah dan
konflik, adanya dorongan untuk bermotivasi dan terjadinya peningkatan
prestasi. Sedangkan respon maladaptif adalah suatu keadaan dimana
tidak terjadi pertahanan perilaku individu secara otomatis terhadap
ancaman kecemasan. Apabila terjadi ancaman terhadap individu,
kemudian individu tersebut menggunakan respon adaptif, maka ia dapat
beradaptasi terhadap ancaman tersebut dengan demikian maka
kecemasan tidak terjadi. Tetapi apabila menggunakan respon maladaptif,
maka yang akan terjadi adalah individu akan menggalami kecemasan
secara bertahap, mulai dari sedang, ke tingkat berat dan akhirnya menjadi
panik.
3. Tingkat Ansietas
Videbeck (2015) mengelompokan ansietas kedalam empat tingkat sesuai
dengan rentang respon ansietas yaitu :
a. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi
belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Adapun
batasan karakteristik kecemasan ringan, yaitu:
1) Agak tidak nyaman
2) Gelisah
3) Insomnia ringan
4) Perubahan nafsu makan
5) Perilaku mencari perhatian
6) Peningkatan kewaspadaan
7) Peningkatan persepsi dan pemecahan masalah
8) Mudah marah
9) Fokus pada masa dating
10) Gerakan tidak tenang.
b. Ansietas sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah. Adapun batasan karakteristik dari kecemasan sedang :
1) Perkembangan dari kecemasan ringan
2) Perhatian terpilih pada lingkungan
3) Konsentrasi hanya pada tugas-tugas individu
4) Ketidaknyamanan subjek sedang
5) Suara bergetar
6) Perubahan dalam nada suara
7) Takipnea
8) Takikardi
9) Peningkatan ketegangan otot
c. Ansietas berat
Pada ansietas berat, lapang persepsi menjadi sangat menurun.
Individu cenderumng memikirkan hal yang kecil saja dan
mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi
dan membutuhkan banyak pengarahan.
1) Perasaan terancam
2) Ketegangan otot berlebihan
3) Diaphoresis
4) Perubahan pernafasan ; nafas panjang, hyperfentilasi, dispnea
dan pusing
5) Perubahan gastro intestinal ; mual, muntah, rasa terbakar pada
ulu hati, sendawa, anoreksia, diare atau konstipasi
6) Perubahan kardiovaskuler ; tachycardia, palpitasi, rasa tidak
nyaman pada precordial, ketidakmampuan untuk belajar,
ketidakmampuan untuk konsentrasi
7) Rasa terisolasi
8) Kesulitan atau ketidaktepatn pengungkapan
9) Aktivitas yang tidak berguna
10) Bermusuhan
d. Tingkat panik dari ansietas
Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan
tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi
pengarahan.
1) Hyperaktifitas atau mobilitas berat
2) Rasa terisolasi yang ekstrim
3) Kehilangan identitas, desintegrasi kepribadian
4) Sangat goncang dan otot tegang
5) Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan kalimat yang
lengkap
6) Distorsi,persepsi penilaian yang tidak realitas terhadap
lingkungan dan ancaman
7) Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri
8) Menyerang.
4. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas
menurut Stuart (2013) adalah :
1) Teori psikoanalitik
Psikoanalitik adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.
Hal ini juga dihubungkan dengan trauma masa pertumbuhan
seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang
menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri
rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang
berat.
3) Teori perilaku
Perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain
menganggap ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan,
Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang
terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan
yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi 2 menurut Stuart (2013):
a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas , harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
C. Pohon Masalah

Effect Ketidakberdayaan

Core problem Ansietas

Causa Gangguan konsep diri : HDR

Koping individu inefektif

Perubahan status kesehatan


D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui
gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
Menurut Stuart (2013) data fokus yang perlu dikaji pada klien yang
mengalami ansietas adalah sebagai berikut :
1. Perilaku, Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui
perubahan fisiologis dan perilaku yang secara tidak langunsg melalui
timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan
ansietas.
a. Respon fisiologis terhadap ansietas
Sistem Tubuh Respon
Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah
Kardiovaskuler meninggi, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan
darah menurun, dan denyut nadi menurun
Napas cepat, pendek dan dangkal, tekanan
Pernapasan
pada dada, pembengkakan pada tenggorok
dan terengah-engah
Refleks meningkat, reaksi kejutan, mata
berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas,
Neuromuskular
gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki
goyah dan gerakan yang janggal
Kehilangan nafsu makan, menolak makanan,
Gastrointestinal rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa
terbakar pada jantung, dan diare
Tidak dapat menahan kencing dan sering
Traktus urinarius
berkemih
Wajah kemerahan, berkeringat seluruh tubuh
maubun hanya daerah tersentu seperti telapak
Kulit
tangan, gatal, rasa panas dan dingin pada
kulit, dan wajah pucat

b. Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap ansietas


Sistem Respon
Gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat,
kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera,
Perilaku menarik diri dari hubungan interpersonal,
menghalangi, melarikan diri dari masalah,
menghindar, dan hiperventilasi
Kognitif Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah
dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan
berpikir, bidang persepsi menurun, bingung, sangat
waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan
objektivitas, takut kehilangan control, takut pada
gambaran visual dan takut cedera atau kematian
Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus,
Afektif
ketakutan, ketakutan dan gugup
2. Faktor predisposisi
a. Konflik emosional
b. Peristiwa traumatik
c. Frustasi
d. Gangguan konsep diri
3. Faktor presipitasi
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas , harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
4. Sumber koping
Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggerakan sumber
koping di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan
budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5. Mekanisme koping
Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai kemampuan
mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Pola yang cenderung digunakan seseorang
untuk mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas
menghebat. Ansietas ringkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran
yang serius. Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis
mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan
situasi stres.
1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun
psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stres.
3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal seseorang.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan
dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan
melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini
dapat merupakan respon maladaptif terhadap stres.
6. Penanganan
Penanganaan pertama yang harus dilakukan pada pasien adalah edukasi
pasien untuk mengatasi panik dan ansietas. Pasien dicoba untuk dapat
menghilangkan gejala ansietas dengan berbagai cara. Cara yang mudah
adalah relaksasi, latihan nafas, hipnosis, desensitisasi, latihan fisik yang
sedang (jangan latihan berat), seperti jalan 3 – 4 km sehari. Selain itu
pasien harus ditingkatkan rasa percaya diri. Pengobatan ini merupakan
terapi tambahan dan bukan substitusi dari terapi farmakologik. Satu hal
yang penting adalah bahwa pengobatan non farmakologik sendiri, tanpa
pengobatan farmakologik kurang khasiatnya.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas
2. Ketidakefektifan koping individu
3. Resiko ketidakberdayaan

F. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Ansietas
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
b. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan klien.
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
d. Bantu klien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera
menimbulkan ansietas.
e. Gali cara klien mengurangi ansietas di masa lalu.
f. Dorong klien untuk menggunakan respons koping adaptif yang
dimilikinya.
g. Libatkan orang terdekat sebagai sumber dan dukungan sosial dalam
membantu klien mempelajari respons koping yang baru.
h. Ajarkan klien tekhnik relaksasi untuk menurunkan tingkat ansietas.
2. Ketidakefektifan koping individu
a. Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit.
b. Hargai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi.
c. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan.
d. Sediakan informasi actual tentang diagnosa, penanganan dan
prognosis.
e. Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini
f. Dukung penggunaan mekanisme defensive yang tepat.
g. Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat.
h. Bantu pasien untuk mengidentifikasi startegi postif untuk mengatasi
keterbatasan dan mengelola gaya hidup atau perubahan peran.
3. Risiko ketidakberdayaan
a. Beri kesempatan kepada klien untuk membuat pilihan tentang
situasinya saat ini.
b. Jangan mendebat atau menggunakan logika dengan klien yang
merasa tidak berdaya.
c. Terima ekspresi perasaan termasuk rasa marah dan putus asa.
d. Bantu klien mengidentifikasi kekuatan pribadi dan membuat tujuan
hidup yang realistis
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa:

Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Videbeck, S. L. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wilkinson J. M., Ahern, N. C. (2012) Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 9,

Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai