Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS

Disusun Oleh:

NAMA : DARMAWANSAH

NIM : R014202003

PRECEPTOR : Hapsah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
ANSIETAS

A. Defenisi

Ansietas didefinisikan dalam arti seluas mungkin sebagai rangkaian fisik, kognitif, dan

respons perilaku terhadap stres (Powell & Enright, 2017).

Dr. Kevin Adrian dalam Halodokter Kemenkes bahwa gangguan kecemasan (anxiety

disorder) adalah perasaan cemas menetap atau memburuk hingga akhirnya mengganggu

aktivitas sehari-hari(Kemenkes, n.d.).

Ansietas juga didefenisikan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar

disertai respon otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui individu);

perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan syarat

kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan

individu untuk bertindak menghadapi ancaman(Herdman & Kamitsuru, 2018).

B. Penyebab

1. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart dan Laraia (1998) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan

ansietas, di antaranya sebagai berikut(Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015).

a) Faktor biologis.

Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini membantu

mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme

biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin.

Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan

kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.

b) Faktor psikologis
1) Pandangan psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara

antara dua elemen kepribadian—id dan superego. Id mewakili dorongan insting

dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang

dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi

menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas

adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2) Pandangan interpersonal. Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak

adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan

perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan

kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah

mengalami perkembangan ansietas yang berat.

3) Pandangan perilaku. Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu

yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan

keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa

dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering

menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.

c) Sosial budaya

Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih

dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor

ekonomi dan latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.

2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut.


a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang

akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri,

dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

C. Jenis Ansietas

Berikut ini adalah jenis-jenis anxiety disorder atau gangguan kecemasan beserta

gejalanya(Kemenkes, n.d.):

1. Gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder)

Seseorang yang menderita gangguan kecemasan umum bisa merasa cemas atau

khawatir secara berlebihan terhadap berbagai hal, mulai dari pekerjaan, kesehatan, hingga

hal-hal yang sederhana, seperti berinteraksi dengan orang lain.

Anxiety yang muncul akibat gangguan kecemasan umum bisa dirasakan setiap

hari dan menetap hingga lebih dari 6 bulan. Akibatnya, penderita gangguan kecemasan

ini akan menjadi sulit menjalani aktivitas dan pekerjaan sehari-hari.

Selain munculnya rasa cemas yang mengganggu, penderita gangguan kecemasan

umum juga dapat merasa cepat lelah, tegang, mual, sakit kepala, sulit berkonsentrasi,

sesak, dan insomnia.

2. Fobia

Fobia merupakan jenis gangguan anxiety yang membuat penderitanya memiliki

rasa takut yang berlebihan dan cenderung tidak rasional terhadap suatu benda, binatang,

atau situasi tertentu yang tidak menimbulkan rasa takut pada kebanyakan orang.

Orang yang memiliki fobia bisa mengalami serangan panik atau rasa takut yang hebat

ketika melihat suatu benda atau berada di tempat yang menjadi pemicu fobia, misalnya
laba-laba, darah, berada di tengah keramaian, tempat yang gelap, tempat tinggi, atau

ruangan tertutup.

Oleh karena itu, penderita fobia biasanya akan melakukan segala upaya untuk

menjauhkan dirinya dari hal atau situasi yang ia takuti.

3. Gangguan kecemasan sosial

Penderita gangguan kecemasan sosial atau dikenal juga fobia sosial memiliki

kecemasan atau ketakutan yang luar biasa terhadap lingkungan sosial atau situasi di mana

mereka harus berinteraksi dengan orang lain.

Penderita fobia ini selalu merasa diawasi dan dinilai oleh orang lain, serta takut

atau merasa malu secara berlebihan saat berada di keramaian. Hal-hal tersebut membuat

penderita selalu berusaha menghindari situasi yang mengharuskan ia bertemu atau

berinteraksi dengan banyak orang.

4. PTSD (post-traumatic stres disorder)

Gangguan stres pascatrauma atau PTSD dapat muncul pada seseorang yang

pernah mengalami kejadian traumatis atau berada di situasi berbahaya yang mengancam

nyawa. Contohnya, tinggal di daerah konflik atau perang, terkena bencana alam, atau

korban kekerasan.

Orang yang menderita PTSD sering kali susah untuk melupakan pengalaman

traumatisnya, baik terlintas dalam benak atau saat bermimpi, yang kemudian

membuatnya merasa bersalah, terisolasi, dan sulit bersosialisasi dengan orang lain.

Terkadang orang yang memiliki PTSD juga bisa mengalami insomnia dan bahkan

depresi.
5. Gangguan panik

Mungkin Anda pernah merasa panik saat mendapat berita mengejutkan, misalnya

saat ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang terkena musibah. Namun, hal tersebut

normal Anda alami. Berbeda dengan penderita gangguan panik yang bisa merasa takut

atau panik tanpa alasan yang jelas.

Anxiety dan serangan panik akibat gangguan ini dapat muncul kapan saja dan

terjadi secara tiba-tiba atau berulang. Ketika gejala panik muncul, penderita gangguan

panik biasanya dapat merasakan sejumlah gejala lain, seperti berdebar-debar, berkeringat

dingin, pusing, sesak napas, serta tubuh gemetar dan terasa lemas.

Orang dengan gangguan panik tidak dapat memprediksi kapan gangguan tersebut akan

muncul atau apa pemicunya. Oleh karena itu, tak sedikit penderita gangguan panik yang

menjauhkan diri dari lingkungan sosial karena takut serangan paniknya kambuh di tempat

umum.

6. Gangguan obsesif kompulsif (OCD)

Orang yang menderita gangguan OCD memiliki kecenderungan untuk melakukan

sesuatu secara berulang-ulang untuk meringankan rasa cemas yang berasal dari

pikirannya sendiri. Contohnya, mencuci tangan harus sebanyak 3 kali karena ia berpikir

tangannya masih kotor.

Gangguan ini sulit dikendalikan, bersifat menetap, dan dapat kambuh kapan saja

sehingga membuat penderitanya terganggu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

D. Tanda dan gejala


Setiap orang dapat merasa cemas ketika hendak menghadapi atau sedang berada dalam

situasi yang dirasakan mengancam atau menakutkan, misalnya pindah sekolah, memulai
pekerjaan baru, akan menjalani operasi, memiliki teman atau anggota keluarga yang terkena

musibah, atau menunggu istri yang akan melahirkan.

Munculnya rasa cemas karena harus berhadapan dengan situasi atau keadaan yang

dianggap dapat menimbulkan stres adalah hal yang normal. Orang yang cemas biasanya

akan merasakan gejala-gejala berikut ini(Kemenkes, n.d.):

 Gugup, gelisah, dan tegang

 Detak jantung cepat

 Napas cepat

 Gemetaran

 Sulit atau bahkan tidak bisa tidur

 Banyak berkeringat

 Tubuh terasa lemas

 Sulit konsentrasi

 Adanya perasaan seperti akan ditimpa bahaya

E. Pohon Masalah

Koping Tidakefektif

Ansietas

Stres
F. Diagnosis Keperawatan

Ketidakefektifan Koping (NANDA I 2018; SDKI 2017)

G. Intervensi

Adapun intervensi yang dapat dilakukan yaitu :

1. Pengurangan kecemasan (Ppni, 2018)

a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah

b) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

c) Monitor tanda – tanda ansitas

d) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan

e) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan

f) Pahami situasi yang membuat cemas

g) Dengarkan dengan penuh perhatian

h) Gunakan pendekan tenang dan meyakinkan

i) Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan

j) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

k) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang

l) Jelaskan prosedur termasuk sensai yang mungkin dialami

m) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

n) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan

o) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

p) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

q) Latih menggunakan pertahanan diri yang tepat

r) Latih tehnik relaksasi


s) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, bila perlu

2. Peningkatan Koping (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016)

a) Kenali latar belakang budaya/spiritual pasien

b) Bantu pasien menyelesaikan masalah dengan cara konstruktif

c) Bantu pasien dalam mengidentifikasi respon positif dari orang lain

d) Dukung pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan diri

e) Berikan keterampilan sosial yang tepat

f) Dukung pengguanaan sumber – sumber spiritual, jika diinginkan.

3. Terapi relaksasi(Ppni, 2018)

a) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidak mampuan konsentrasi atau gejala lain

yang mengganggu kemampuan kognitif.

b) Periksa ketegangan oto, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan

sesudah latihan.

c) Identifikasi tehnik relaksasi yang pernah efektif digunakan.

d) Monitor respon terhadap terapi relaksasi

e) Ciptakan lingkungan yang tenang dan tampa gangguan dengan pencahayaan yang

dan suhu ruangan yang nyaman jika memungkinkan

f) Berikan informasi tertulis mengenai tentang persiapan dan prosedur tehnik relaksasi

g) Gunakan pakaian longgar

h) Jelaaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang tersedia (misalnya :

musik, meditasi, nafas dalam, relaksasi otot progresif)

i) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih.

j) Anjurkan mengambil posisi nyaman.


k) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi.

l) Demostrasikan dan latih tehnik relaksasi (misalnya; nafas dalam, peregangan atau

imajinasi terbimbing)

m) Anjurkan sering mengulangi atau melatih tehnik yang dipilih

Daftar Pustaka

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. (I. Nurjannah & R. D.
Tumanggor, Eds.) (6th ed.). United kingdom: Mosby, an imprint of Elsevier Inc.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (Eds.). (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Defenisi dan
Klasifikasi 2018 - 2020 (11th ed.). Jakarta: EGC.
Kemenkes, A. (n.d.). Mengenal Anxiety yang mengganggu dan Berbagai Jenisnya. Retrieved
April 6, 2021, from https://www.alodokter.com/mengenal-anxiety-yang-mengganggu-dan-
berbagai-jenisnya
Powell, T. j, & Enright, S. j. (2017). Anxiety and stress management. New York: Routledge.
Ppni. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Defenisi dan Indikator Diagnostik edisi
1 cetakan III (1st ed.). JAKARTA.
Ppni. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
Yusuf, A. ., Fitryasari, R., & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. https://doi.org/ISBN
978-xxx-xxx-xx-x

Anda mungkin juga menyukai