ANSIETAS
Disusun Oleh:
NAMA : DARMAWANSAH
NIM : R014202003
A. Defenisi
Ansietas didefinisikan dalam arti seluas mungkin sebagai rangkaian fisik, kognitif, dan
Dr. Kevin Adrian dalam Halodokter Kemenkes bahwa gangguan kecemasan (anxiety
disorder) adalah perasaan cemas menetap atau memburuk hingga akhirnya mengganggu
Ansietas juga didefenisikan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respon otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan syarat
B. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (1998) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan
a) Faktor biologis.
b) Faktor psikologis
1) Pandangan psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara
dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas
kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah
c) Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor
2. Faktor Presipitasi
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri,
C. Jenis Ansietas
gejalanya(Kemenkes, n.d.):
khawatir secara berlebihan terhadap berbagai hal, mulai dari pekerjaan, kesehatan, hingga
hari dan menetap hingga lebih dari 6 bulan. Akibatnya, penderita gangguan kecemasan
umum juga dapat merasa cepat lelah, tegang, mual, sakit kepala, sulit berkonsentrasi,
sesak, dan insomnia.
2. Fobia
rasa takut yang berlebihan dan cenderung tidak rasional terhadap suatu benda, binatang,
atau situasi tertentu yang tidak menimbulkan rasa takut pada kebanyakan orang.
Orang yang memiliki fobia bisa mengalami serangan panik atau rasa takut yang hebat
ketika melihat suatu benda atau berada di tempat yang menjadi pemicu fobia, misalnya
laba-laba, darah, berada di tengah keramaian, tempat yang gelap, tempat tinggi, atau
ruangan tertutup.
Oleh karena itu, penderita fobia biasanya akan melakukan segala upaya untuk
kecemasan atau ketakutan yang luar biasa terhadap lingkungan sosial atau situasi di mana
Penderita fobia ini selalu merasa diawasi dan dinilai oleh orang lain, serta takut
atau merasa malu secara berlebihan saat berada di keramaian. Hal-hal tersebut membuat
Gangguan stres pascatrauma atau PTSD dapat muncul pada seseorang yang
pernah mengalami kejadian traumatis atau berada di situasi berbahaya yang mengancam
nyawa. Contohnya, tinggal di daerah konflik atau perang, terkena bencana alam, atau
korban kekerasan.
traumatisnya, baik terlintas dalam benak atau saat bermimpi, yang kemudian
membuatnya merasa bersalah, terisolasi, dan sulit bersosialisasi dengan orang lain.
Terkadang orang yang memiliki PTSD juga bisa mengalami insomnia dan bahkan
depresi.
5. Gangguan panik
Mungkin Anda pernah merasa panik saat mendapat berita mengejutkan, misalnya
saat ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang terkena musibah. Namun, hal tersebut
normal Anda alami. Berbeda dengan penderita gangguan panik yang bisa merasa takut
Anxiety dan serangan panik akibat gangguan ini dapat muncul kapan saja dan
terjadi secara tiba-tiba atau berulang. Ketika gejala panik muncul, penderita gangguan
panik biasanya dapat merasakan sejumlah gejala lain, seperti berdebar-debar, berkeringat
dingin, pusing, sesak napas, serta tubuh gemetar dan terasa lemas.
Orang dengan gangguan panik tidak dapat memprediksi kapan gangguan tersebut akan
muncul atau apa pemicunya. Oleh karena itu, tak sedikit penderita gangguan panik yang
menjauhkan diri dari lingkungan sosial karena takut serangan paniknya kambuh di tempat
umum.
sesuatu secara berulang-ulang untuk meringankan rasa cemas yang berasal dari
Gangguan ini sulit dikendalikan, bersifat menetap, dan dapat kambuh kapan saja
situasi yang dirasakan mengancam atau menakutkan, misalnya pindah sekolah, memulai
pekerjaan baru, akan menjalani operasi, memiliki teman atau anggota keluarga yang terkena
Munculnya rasa cemas karena harus berhadapan dengan situasi atau keadaan yang
dianggap dapat menimbulkan stres adalah hal yang normal. Orang yang cemas biasanya
Napas cepat
Gemetaran
Banyak berkeringat
Sulit konsentrasi
E. Pohon Masalah
Koping Tidakefektif
Ansietas
Stres
F. Diagnosis Keperawatan
G. Intervensi
a) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidak mampuan konsentrasi atau gejala lain
b) Periksa ketegangan oto, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah latihan.
e) Ciptakan lingkungan yang tenang dan tampa gangguan dengan pencahayaan yang
f) Berikan informasi tertulis mengenai tentang persiapan dan prosedur tehnik relaksasi
h) Jelaaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang tersedia (misalnya :
l) Demostrasikan dan latih tehnik relaksasi (misalnya; nafas dalam, peregangan atau
imajinasi terbimbing)
Daftar Pustaka
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. (I. Nurjannah & R. D.
Tumanggor, Eds.) (6th ed.). United kingdom: Mosby, an imprint of Elsevier Inc.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (Eds.). (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Defenisi dan
Klasifikasi 2018 - 2020 (11th ed.). Jakarta: EGC.
Kemenkes, A. (n.d.). Mengenal Anxiety yang mengganggu dan Berbagai Jenisnya. Retrieved
April 6, 2021, from https://www.alodokter.com/mengenal-anxiety-yang-mengganggu-dan-
berbagai-jenisnya
Powell, T. j, & Enright, S. j. (2017). Anxiety and stress management. New York: Routledge.
Ppni. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Defenisi dan Indikator Diagnostik edisi
1 cetakan III (1st ed.). JAKARTA.
Ppni. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
Yusuf, A. ., Fitryasari, R., & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. https://doi.org/ISBN
978-xxx-xxx-xx-x