Anda di halaman 1dari 42

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kecemasan

2.1.1 Definisi

Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sebenarnya

tidak diketahui, internal, samar atau konfliktual (Kaplan, 2010).

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,yang

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart,2007).

Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada

waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal

terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa

muncul sendiri atau bergabung dengan gejala lain dari berbagai gangguan

emosi (Ramaiah, 2007).

2.1.2 Stressor Pencetus

Menurut Stuart (2007), disebutkan bahwa stressor pencetus mungkin

berasal dari sumber internal atau eksternal, stressor pencetus dapat

dikelompokkan dalam dua kategori :

1) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis

yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas

hidup sehari.

2) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri

dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.

7
8

2.1.3 Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2007), tingkatan kecemasan dibagi menjadi :

1. Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan

manyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lapang

persepsinya.

2. Kecemasan sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian

yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

3. Kecemasan berat

Sangat mengurangi lapang persepsi individu, individu cenderung

untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat

berpikir tentang hal ini. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu area lain.

4. Kecemasan tingkat panik

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Hal yang

rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,

orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun

dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan

panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan

untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan

kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ini tidak sejalan dengan


9

kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat

terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

2.1.4 Gejala Klinis Kecemasan

Keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan

kecemasan adalah sebagai berikut:

1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah

tersinggung

2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut

3. Takit sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang

4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan

5. Gangguan konsentrasi daya ingat

6. Keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran

berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,

sakit kepala dan lain sebagainya.

Selain keluhan cemas secara umum diatas, ada lagi kelompok cemas yang

lebih berat yaitu gangguan cemas menyeluruh, gangguan panik, gangguan

phobik dan gangguan obsesif-kompulsif (Hawari, 2011).

2.1.5 Gangguan Cemas Menyeluruh

Secara klinis selain gejala cemas yang biasa, disertai dengan kecemasan

yang menyeluruh dan menetap (paling sedikit berlangsung selama 1 bulan)

dengan manifestasi 3 dari 4 kategori gejala berikut ini:

1. Ketegangan motorik/alat gerak

a. Gemetar

b. Tegang
10

c. Nyeri otot

d. Letih

e. Tidak dapat santai

f. Kelopak mata bergetar

g. Kening berkerut

h. Muka tegang

i. Gelisah

j. Tidak dapat diam

k. Mudah kaget

2. Hiperaktivitas saraf autonom (simpatis / parasimpatis)

a. Berkeringat berlebihan

b. Jantung berdebar-debar

c. Rasa dingin

d. Telapak tangan / kaki basah

e. Mulut kering

f. Pusing

g. Kepala terasa dingin

h. Kesemutan

i. Rasa mual

j. Rasa aliran panas atau dingin

k. Sering buang air seni

l. Diare

m. Rasa tidak enak di ulu hati

n. Kerongkongan tersumbat
11

o. Muka merah atau pucat

p. Denyut nadi dan napas yang cepat waktu istirahat

3. Rasa khawatir berlebihan tentang hal yang akan datang (appreensive

expectation)

a. Cemas, khawatir, takut

b. Berpikir berulang (rumination)

c. Membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya atau

orang lain

4. Kewaspadaan berlebihan

a. Mengamati lingkungan secara berlebihan sehingga mengakibatkan

perhatian mulai teralih

b. Sukar konsentrasi

c. Sukar tidur

d. Merasa ngeri

e. Mudah tersinggung

f. Tidak sabar

Gejala tersebut di atas baik yang bersifat psikis maupun fisik

(somatik) pada setiap orang tidak sama, dalam arti tidak seluruhnya gejala

itu harus ada (Hawari, 2011).

2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Stuart (2007), faktor yang memengaruhi kecemasan adalah:

1. Genetik

Pengaruh genetik adalah keadaan kehidupan seseorang yang

diperoleh dari keturunan. Sebagai contoh, termasuk riwayat kondisi


12

psikologis dan fisik keluarga (kekuatan dan kelemahannya serta

temperamen (karakteristik tingkah laku pada saat lahir dan masa

pertumbuhan).

2. Pengalaman

Seseorang dengan pengalaman masa lalunya cenderung dapat

mengantisipasi masalah yang dihadapi saat ini. Dengan

menginterpretasikan dan mengadopsi strategi pemecahan masalah

yang pernah dipakainya dan berhasil sehingga seseorang yang

mempunyai pengalaman masa lalu biasanya mengalami kecemasan

lebih ringan

3. Pendidikan

Pendidikan mempegaruhi status kesehatan mental seseorang.

Seseorang dengan tingkat pendidikan rendah memiliki faktor resiko

yang lebih tinggi terjadi gangguan psikiatri dibanding dengan yang

berpendidikann tinggi.

4. Pendapatan

Pendapatan yang rendah memiliki kecenderungan mengalami

gangguan psikiatri yang lebih besar dibandingkan dengan yang

memiliki pendapatan yang tebih tinggi.

5. Suku

Kebudayaan mempengaruhi terhadap gangguan psikis seseorang

karena setiap suku memiliki metode penyelesaian masalah yang beda.


13

6. Umur

Seseorang yang lebih tua cepat mengatasi masalah kejiwaan dan dapat

mengantisipasi bila masalah yang dihadapi timbul kembali. Oleh

karena itu orang yang lebih tua biasanya cenderung mernpunyai

kecemasan yang lebih ringan.

7. Perkembangan kedewasaan.

8. Dukungan

Dukungan dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada

individu dalam keluarga sehingga akan mempengaruhi kejadian dan

efek daripada stress.

2.1.7 Indikator kecemasan pada primigravida

Bagi ibu hamil kecemasan kerap kali datang menghampirinya,

kecemasan tersebut beraneka ragam, antara lain :

1. Perasaan Cemas

Pada primigravida mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi

dan kehidupannya sendiri yaitu terkait persalinan dan kelahiran (nyeri,

kehilangan kendali, dan hal-hal lain yang tidak diketahui), rasa tidak

nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan

banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek (Niknsifa),2012).

Seorang ibu yang akan bersalin untuk pertama kalinya biasanya

memiliki ketakutan yang berupa kebingungan dan mengembangkan

reaksi kecemasan terhadap cerita yang mengerikan (Wulandari,2006).


14

2. Ketegangan

Ketidaknyamanan pada trimester tiga meningkat, ibu merasa

dirinya aneh dan jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas dan mudah

tersinggung serta merasa menyulitkan. Disamping itu ibu merasa sedih

akan berpisah dari bayinya (Niknsifa,2012).

3. Ketakutan

Setiap ibu memang berharap anaknya lahir secara sempurna, pada

trimester III biasanya ibu merasa khawatir, takut akan kehidupan

dirinya, bayinya, kelainan pada bayinya, persalinan, nyeri persalinan,

dan ibu tidak akan pernah tahu kapan akan melahirkan. Ibu selalu

waspada untuk melindungi bayinya dari bahaya, cidera dan akan

menghindari orang, hal, benda yang dianggapnya membahayakan

bayinya (Niknsifa,2012).

4. Gangguan Tidur

Ibu primigravida mengalami gangguan tidur dikarenakan khawatir

bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang

mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya (Niknsifa, 2012).

Ketegangan saat memikirkan kondisi bayi juga menyebabkan rasa

sakit pada perut dan terkadang terjaga pada malam hari karena mimpi

tentang bayinya (Wulandari, 2006).

5. Gangguan kecerdasan

Permasalahan yang muncul cerita-cerita negatif seputar persalinan

merupakan hal yang sangat dicemaskan oleh ibu hamil di trimester


15

ketiga sehingga akan berpengaruh pada psikologis ibu yang ditandai

dengan sukar berkonsentrasi (Maimunah, 2011).

6. Perasaan Depresi

Depresi ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita dapat

menjadi lebih bergantung pada orang lain lebih lanjut dan lebih

menutup diri karena perasaan cemasnya (Niknsifa, 2012).

7. Gejala Somatik (fisik otot)

Ketakutan-ketakutan pada ibu hamil pertama yang belum memiliki

pengalaman bersalin. Adanya pikiran-pikiran seperti melahirkan yang

akan selalu diikuti dengan nyeri kemudian akan menyebabkan

peningkatan kerja sistem syaraf simpatik. Dalam situasi ini, sistem

endokrin, terdiri dari kelenjar-kelenjar, seperti adrenal, tiroid, dan

pituitry (pusat pengendalian kelenjar), melepaskan pengeluaran hormon

masing-masing ke aliran darah dalam rangka mempersiapkan badan

pada situasi darurat. Akibatnya, sistem syaraf otonom mengaktifkan

kelenjar adrenal yang mempengaruhi sistem pada hormon epinefrin

Hormon adrenalin ini memberi tenaga pada individu serta

mempersiapkan secara fisik dan psikis. Adanya peningkatan hormon

adrenalin dan nonadrenalin atau epinefrin dan norepinefrin

menimbulkan diregulasi biokimia tubuh, sehingga muncul ketegangan

fisik pada diri ibu hamil (Wulandari,2006).

8. Gejala Sensorik

Dengan semakin dekatnya jadwal persalinan, terutama pada

persalinan pertama, wajar timbul perasaan cemas ataupun takut. Untuk


16

persalinan pertama, timbulnya kecemasan ini sangat wajar karena

segala sesuatunya adalah pengalaman pertama (Wulandari,2006).

9. Gejala Kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)

Kecemasan yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan syaraf

simpatetik memacu kerja pernafasan paru-paru guna mengalirkan

oksigen ke jantung sehingga jantung dengan kuat memompa darah

guna dialirkan ke seluruh tubuh, termasuk yang dialirkan ke dalam

janin melalui plasenta dalam rahim ibu (Wulandari,2006).

10. Gejala respiratori (pernafasan)

Ekspansi diafragma dibatasi oleh pembesaran uterus, diafragma

naik 4 cm (1,5 inci), kondisi ini menyebabkan ibu bernafas pendek dan

sesak terjadi pada 60% wanita hamil (Niknsifa ; 2012).

Kecemasan yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan syaraf

simpatetik memacu kerja pernafasan paru-paru guna mengalirkan

oksigen ke jantung dengan kuat memompa darah guna dialirkan ke

seluruh tubuh, termasuk yang dialirkan ke dalam janin melalui plasenta

dalam rahim ibu. Rahim ibu berada 7 cm diatas pusar atau 27 cm diatas

tulang pubis atau tulang kemaluan. Karena Rahim semakin membesar

dan sudah dekat dengan paru sekarang, maka paru-paru Ibu tidak dapat

mengembang sempurna sehingga terkadang ibu merasakan sedikit sesak

nafas (Wulandari,2006).

11. Gejala Gastrointestinal (Pencernaan)

Pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang

dapat menyebabkan pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi),


17

daerah lambung terasa panas, morning sickness, dan mual muntah.

Pengaruh progresteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan

dapat menyebabkan obstipasi/sembelit (Krisnadi, 2012).

12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)

Pada akhir kehamilan, muncul keluhan sering berkemih karena

kepala janin mulai turun ke Pintu Atas Panggul (PAP). Desakan ini

menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh. Terjadinya

hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga

pembentukan urin pun makin bertambah (Krisnadi, 2012).

Pada pertengahan trimester III peningkatan hasrat seksual yang

terjadi pada trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya

yang semakin besar menjadi halangan dan ini menimbulkan perasaan

bersalah pada pasangan (Niknsifa,2012).

13. Gejala Autonom

Kecemasan ibu hamil dapat menimbulkan berbagai gangguan

diantaranya dapat berupa gangguan fisik seperti pusing, jantung

berdebar dan tekanan darah meningkat, mulas, mual dan diare, otot

kaku (Wulandari,2006).

14. Tingkah Laku Sikap

Dampak dari proses fisiologis, ini dapat timbul pada perilaku

sehari-hari. Ibu hamil menjadi mudah marah atau tersinggung, gelisah,

tidak mampu memusatkan perhatian, ragu-ragu, bahkan kemungkinan

ingin lari dari kenyataan hidup (Wulandari,2006).


18

2.1.8 Pengobatan Terhadap Kecemasan

Menurut Stuart (2007) pengobatan kecemasan secara umum adalah:

1. Pengobatan aktif lebih baik daripada pendekatan tak langsung, dan secara

keseluruhan lebih utama daripada tanpa pengobatan.

2. Terapi perilaku kognitif (yang bertujuan mengkombinasikan latihan

relaksasi dan terapi kognitif)

3. Benzodiazepin mengurangi gejala kecemasan dalm mengurangi gejala

gangguan kecemasan umum

4. Anti depresan trisiklik menunjukkan manfaatnya dalam pengobatan

gangguan kecemasan.

2.1.9 Pengukuran Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan pada penelitian ini diukur menggunakan skala

sebagai alat screening. Skala yang digunakan adalah skala kecemasan

TMAS ( The Taylor Manifest Anxiety Scale) yang dimodifikasi.

Berguna untuk mengukur tingkat kecemasan seseorang. TMAS terdiri

dari 24 item pertanyaan yang berkaitan dengan kecemasan.Item berkaitan

dengan tuntutan sosial TMAS merupakan skala kecemasan yang sudah

baku, dapat digunakan untuk mengukur kecemasan baik secara individual

maupun kelompok. TMAS dapat digunakan untuk mengukur kecemasan

pada individu. Menurut Reynolds (Gilroy, 2007), TMAS sudah teruji

validitas dan reliabilitasnya, berdasarkan korelasi Pearson didapat skor

reliabilitas antara 0,60–0,88, signifikan p•0,01, p.0,67 dan memiliki

nilaivaliditas r=0,78, p<0,001. Di dalam penelitian ini, skala TMAS

bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu hamil menghadapi


19

persalinan.Pernyataan yang digunakan dalam pengukuran kecemaan TMAS

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Pernyataan Dalam TMAS

Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
1 Saya merasa cepat lelah
2 Saya merasa lebih gugup dibandngkan orang lain
3 Saya sering sakit kepala
4 Saya sering melihat tangan saya bergetar ketika saya mencoba
melakukan sesuatu
5 Sayasering menderita diare
6 Saya cukup khawatir menderita kemalangan yang berlebih
7 Saya sering merasa tersipu malu
8 Saya sering merasa takut mendengarkan cerita orang tentang
persalinan
9 Saya sangat mudah berkeringat bahkan pada hari-hari dingin
10 Ketika malu, saya akan berkeringat
11 Saya merasa lapar hampir sepanjang waktu
12 Saya sering terganggu oleh masalah sembelit
13 Saya memiliki banyak masalah perut
14 Saya mudah malu
15 Saya sering merasa khawatir tentang persalinan nanti
16 Sayaberharap bisa terlihat bahagia seperti orang lain
17 Saya sering gugup dan mudah marah
18 Saya lebih sering merasa sedih dalam keseharian saya
19 Saya merasa gugup menunggu proses persalinan nanti
20 Saya sulit tidur bila teringat bagaimana persalinan nanti
21 Sayasering merasa khawatir atas hal-hal yang sebenarnya
sepele
22 Saya merasa sering merasa takut membayangkan proses
persalinan dibandingkan dengan teman-teman saya
23 Saya merasa tidak berguna
24 Saat ini saya merasa tidak baik sama sekali

Masing – masing pernyataan diberi penilaian angka (score) ya = 1 dan

tidak = 0, kemudian dikategorikan menjadi:

1. Skor 17 – 24 = Berat

2. Skor 9 – 16 = Sedang

3. Skor 1 – 8 = Ringan
20

4. Skor 0 = Tidak cemas

(Damanik, 2007).

2.2 Konsep Persalinan

2.2.1 Pengertian

Persalinan adalah proses dimana bayi, selaput ketuban keluar dari

uterus Ibu. Persalinan di anggap normal jika proses terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit

(Depkes RI, 2008).

Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2006).

Partus normal partus spontan adalah bila bayi lahir denagn

presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan

istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi dan umumnya berlangsung dalam

waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2006).

2.2.2 Sebab-sebab mulainya persalinan

Menurut Wiknjosastro, 2006, sebab-sebab mulainya persalinan, yaitu :

1. Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus,

sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi.

2. Plasenta menjadi tua.

3. Keadaan uterus yang terus menerus dan menjadi tegang mengakibatkan

iskemia otot-otot uterus hal ini merupakan faktor yang dapat

mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami

degenerasi.
21

4. Berkurangnya nutrisi pada janin, maka hasil konsepsi akan segera

dikeluarkan.

5. Tekanan ganglion servikalae dari plesus frankenhauser yang terletak di

belakangan servik. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus dapat

dibangkitkan.

2.2.3 Tanda-tanda persalinan

Menurut Krisnadi (2012), proses persalinan berbeda-beda pada

tiap individu, namun ada beberapa tanda yang dapat membantu ibu untuk

mempekirakan kapan waktu persalinan tiba.

1). Tanda palsu selama kehamilan, ibu akan merasakan kontraksi Rahim

(mulas, kram perut) yang lemah dan tidak teratur, yang disebut

kontraksi Braxton hicks. Kontraksi tersebut tidak menyebabkan

lahirnya bayi. Menjelang persalinan akan terjadi kontraksi otot-otot

rahim yang menyebabkan bayi lahir, ini disebut His. His pada terakhir

kehamilan akan terjadi beberapa kali, namun perlu diperhatikan

apabila his tersebut merupakan his palsu (his pendahuluan) atau his

persalinan. Ciri-ciri his palsu adalah :

a) Tidak teratur, tidak menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan

lipatan paha.

b) Tidak menyebabkan nyeri memancar dari pinggang ke perut bagian

bawah.

c) Lama kontraksi pendek dan tidak begitu kuat, bila dibawa berjalan

kontraksi biasanya menghilang.

d) Tidak bertambah kuat seiring dengan bertambahnya mulut rahim.


22

e) Tidak ada pengaruh pada pembukaan mulut rahim.

2) Tanda-tanda bahwa persalinan mulai berlangsung

Kontraksi yang berkala lama dan kekuatannya. Lamanya 45-75 detik,

kekuatan kontraksi semakin lama akan bertambah kuat. Saat mulas, jika

kita menekan dinding perut dengan telunjuk akan terasa perut

mengeras. Interval kontraksi akan bertambah sering, permulaan 10

menit sekali, kemudian menjadi 2 menit sekali. Pecahnya kantung

ketuban, keluarnya bercak darah bukan petunjuk akurat ibu akan segera

melahirkan. Ibu perlu waspada terhadap hal tersebut, jika perdarahan

banyak, ibu perlu segera ke rumah sakit tanpa perlu menunggu hingga

kontraksi yang terjadi mulaiteratur dan bertambah kuat kekuatannya.

3) Waspadai tanda-tanda bahaya sebelum persalinan yaitu ketuban pecah

dini. Normalnya ketuban pecah beberapa saat sebelum melahirkan. Jika

sebelum tanggal perkiraan persalinan ibu telah merasa keluarnya cairan

dalam jumlah banyak dari kemaluan (pecahnya ketuban), segeralah ke

rumah sakit, karena ketuban pecah dini meningkatkan resiko terjadinya

infeksi. Perdarahan pada kehamilan lanjut (usia kehamilan = 20

minggu) meskipun sangat sedikit dapat merupakan ancaman bagi ibu

dan janin. Ibu perlu segera mendapatkan pertolongan di rumah sakit.

4) Pergerakan Janin berkurang

Berkurang atau hilangnya pergerakan janin dapat merupakan suatu

tanda gawat janin yang dapat berakhir dengan kematian janin. Karena
23

itu sebaiknya ibu mengerti cara menghitung pergerakan janin dalam

satu hari dan segera ke dokter jika menduga pergerakan janin

berkurang. Pemantauan pergerakan janin harus sudah dimulai sejak

awal, yakni saat merasa pergerakan anak, karena ibu sendirilah yang

paling tahu dan mungkin mendeteksi kesehatan janinnya, biasakan

memperhatikan gerakan anak setiap hari, dianjurkan untuk

memperhatikannya pada malam hari, saat itu janin, “bangun”, “Fetal

Kick Count”, menghitung tendangan janin, menghitung gerakan janin.

5) Tekanan darah meningkat

Tekanan darah meningkat tanpa pemeriksaan tensi darah sulit diketahui,

tetapi apabila ibu merasa bengkak pada kaki yang tidak hilang setelah

diistirahatkan, bengkak pada punggung tangan, bengkak pada kelopak

mata atau bagian tubuh lainnya, segera hubungi dokter/ rumah sakit

karena kemungkinan ibu terancam preeklamsi (keracunan kehamilan).

2.2.4 Faktor – faktor yang berperan dalam persalinan

Proses persalinan dapat terjadi karena adanya perubahan hormon estrogen,

progesteron, prostaglandin, uterus yang menjadi besar dan meregang,

tekanan pada ganglion servikal, dan penurunan fungsi plasenta. Menurut

Bobak, dkk (2004), persalinan dipengaruhi oleh lima faktor P, yaitu:

a. Passanger (penumpang)

Penumpang terdiri dari keadaan janin, plasenta, dan cairan aminon.

b. Passage way (bentuk dan ukuran jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar

panggul, vagina, dan introitus vagina (lubang luar vagina).


24

c. Power (kekuatan kontraksi uterus)

Apabila serviks berdilatasi, usaha volunter (mengedan) dimulai untuk

mendorong (kekuatan sekunder), yang memperbesar kekuatan involunter.

d. Position (posisi ibu)

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.

Mengubah posisi membuat rasa letih menjadi hilang, memberi rasa

nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak yaitu berdiri, berjalan,

duduk, dan jongkok. Posisi tegak mengakibatkan curah jantung ibu yang

dalam kondisi normal meningkat selama persalinan seiring kontraksi

uterus, sehingga memperbaiki aliran darah ke uteroplasenta dan ginjal ibu.

Posisi tegak juga membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu

dan mencegah kompresi atau penekanan pada pembuluh darah aorta dan

vena kava yang dapat menurunkan perfusi plasenta.

e. Psyche (respon psikologis ibu)

Pengalaman sebelumnya, kesiapan emosional (cemas, stress, dan takut)

terhadap persiapan persalinan, support system (dukungan sosial dan

lingkungan) berpengaruh terhadap proses persalinan.

2.3. Konsep Primigravida

Primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kali ( Manuaba,

2004). Primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya

(Hamilton, 2005). Primigravida adalah ibu yang pertama kali hamil (Bobak

dkk, 2005).

2.4 Konsep Kehamilan


25

2.4.1 Pengertian

Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur

oleh sel sperma (Kushartanti, 2005).Kehamilan merupakan suatu proses

yang alamiah dan fisiologi. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi

sehat, yang mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual

dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar

kemungkinannya akan mengalami kehamilan (Mandriwati, 2008).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional. Kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kelahiran normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender

Internasional. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13

hingga 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)

(Sarwono, 2009).

2.4.2 Perubahan Saat Kehamilan

Selama masa kehamilan, banyak perubahan fisik yang dialami oleh

ibu hamil. Menurut Saminem (2008) perubahan ini antara lain:

1. Sistem Reproduksi

1) Suplai Darah

Suplai darah ke organ reproduksi meningkat segera setelah

konsepsi karena peningkatan kadar hormone steroid seksual.

Vaskularisasi tersebut memberikan suplai darah ke janin yang


26

banyak bagi perkembangan janin, tanda khas pada organ dan

berbagai gejala pada wanita.

2) Serviks

Segera setelah periode tidak terjadinya menstruasi pertama,

serviks menjadi lebih lunak sebagai akibat meningkatnya suplai

darah (tanda Goodell’s). Kanalis servikalis dipenuhi oleh mukus

yang kental disebut operkulum. Selama kehamilan operculum

menghambat masuknya bakteri ke uterus, yang mengalir selama

persalinan, yang disebut “Blood show”, yang menandakan bahwa

kanalis terbuka untuk lewatnya bayi. Selama kehamilan konsistensi

serviks berubah, sebelum masa kehamilan teraba seperti ujung

hidung, pada awal masa kehamilan teraba seperti ujung daun telinga

dan pada keadaan aterm teraba seperti bibir.

3) Uterus

Perubahan yang sangat jelas pada anatomi maternal adalah

perbesaran uterus untuk menyimpan bayi yang sedang tumbuh.

Pertumbuhan jaringan uterus pada masa awal kehamilan disebabkan

oleh hormon ekstrogen yang merangsang serabut otot. Estrogen

menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk

elastisitas/ kelenturan uterus. Taksiran kasar pembesaran uterus pada

perabaan tinggi fundus uterus, yaitu:

(1) Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam

(2) Kehamilan 8 minggu : uterus belum dapat teraba dari luar

(3) Kehamilan 12 minggu : 1-2 jari diatas simpisis


27

(4) Kehamilan 16 minggu : pertengahan simpisis – pusat

(5) Kehamilan 20 minggu : 3 jari dibawah pusat

(6) Kehamilan 24 minggu : stinggi pusat

(7) Kehamilan 28 minggu : 3 jari atas pusat

(8) Kehamilan 32 minggu : pertengahan procecus Xyphoideus-

pusat

(9) Kehamilan 36 minggu : sampai arcus costarum atau 3 jari

dibawah procecus Xyphoideus

(10) Kehamilan 40 minggu : pertengahan procecus Xyphoideus-

pusat

4) Vagina

Sampai minggu kedelapan, meningkatnya vaskularisasi pada

vagina menyebabkan tanda kehamian yang khas disebut tanda

Chadwick’s, corak yang berwarna keunguan. Dalam berespon

terhadap stimulasi hormonal, sekresi sel vagina meningkat secara

berarti yang disebut leukorhea. Terjadi peningkatan sensifitas akibat

meningkatnya kongesti vaskuler organ vagina dan pelvik. Jaringan

otot mengalami hipertropi.

5) Ovarium dan Tuba Falopii

Ovulasi berhenti selama kehamilan, pematangan folikel baru

ditangguhkan dan hanya satu korpus luteum yang ditemukan dalam

ovarium. Tuba falopii mengalami hipertrofi, epitel mukosa menjadi

gepeng.
28

2. Payudara

Adanya rasa semutan dan nyeri tekan pada payudara, yang

secara bertahap mengalami pembesaran karena peningkatan

pertumbuhan jaringan alveolar dan suplai darah. Puting susu menjadi

lebih menonjol dan keras, dan pada awal kehamilan keluar cairan jernih

yang disebut kolostrum. Area berpigmen disekitar puting (areola)

tumbuh lebih gelap, dan kelenjar montgomery menonjol keluar.

3. Sistem Endokrin

1) Ovarium dan Plasenta

Ovarium merupakan sumber estrogen dan progesteron pada

wanita tidak hamil. Pada saat konsepsi, perubahan dramatis terjadi.

Korpus luteum tempat ovum berasal mulai menghasilkan estrogen

dan progesteron. Segera setelah plasenta terbentuk dengan baik, ia

menjadi sumber utama kedua hormon tersebut. Plasenta juga

membentuk steroid dan tiga jenis hormon lainnya: human chorionic

gonandotropine (HCG), human placental lactogen (HPL), juga

disebut human chorionic somatomammotropin (HCS), dan human

chorionic thyrotropin (HCT).

2) Kelenjar Thiroid

Selama masa kehamilan Basal Metabolic Rase (BMR)

meningkat hampir 20% dan kelenjar thiroid membesar, tetapi jumlah

hormon yang dihasilkan tetap sama (tiroksin). Ukurannya meningkat


29

karena pertumbuhan sel aciner, dan meningkatnya metabolic rate

disebabkan karena oksigen yang digunakan lebih banyak.

3) Kelenjar Paratiroid

Selama masa kehamilan ukurannya meningkat terutama selama

minggu ke-15 sampai ke-30 ketika kebutuhan kalsium janin lebih

besar. Hormon paratiroid penting untuk mempertahankan

kecukupan kalsium dalam darah, tanpa hormon tersebut metabolisme

tulang dan otot terganggu.

4) Kelenjar Pituitari

Lobus anterior dan kelenjar pituintari mengalami sedikit

pembesaran selama kehamilan dan terus menghasilkan semua

hormon tropic, tetapi dengan jumlah yang sedikit berbeda. Follicel

Stimulating Hormone (FSH) ditekan oleh Chorionic Gonandotropin

(HCG) yang dihasilkan oleh plasenta. Hormon pertumbuhan

berkurang dan hormon melanotropik meningkat, menyebabkan

peningkatan pigmentasi puting susu, wajah, dan abdomen.

pembentukan prolaktin meningkat dan berlanjut setelah persalinan

selama menyusui. Pembentukan prolaktin oleh lobus posterior

meningkat dan menyiapkan perannya menstimulasi kontraksi otot

uterus dalam proses persalinan.

5) Kelenjar Adrenal

Selama kehamilan ukurannya meningkat terutama bagian

kortikal yang membentuk kortin. Jumlah ion natrium dan kalium


30

dalam aliran darah diatur oleh kortin. Bagian medula dari kelenjar

adrenal menskresi epinephrine, hormon yang sangat penting.

4. Sistem Kardiovaskuler

Selama masa kehamilan terjadi peningkatan curah jantung pada

kehamilan 16 minggu sekitar 40-50% dari biasanya. Peningkatan

volume darah 25-30%, sel darah merah bertambah 20 % yang

menyebabkan hemodilusi. Denyut nadi akan meningkat, cardiac output

meningkat karena adanya peningkatan volume darah. Terdapat sedikit

peningkatan tekanan darah sampai kehamilan 30 minggu. Peningkatan

volume darah bersamaan dengan distensi pada vena dan tekanan uterus

menyebabkan odema pada kaki, vulva dan saluran anal sehingga

beresiko terjadi varises vena dan sering hemoroid. Posisi terlentang

dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang disebut supine

hypotensi syndrome karena adanya tekanan uterus pada vena.

5. Sistem Muskuloskeletal

1) Gigi, Tulang dan Persendian

Selama kehamilan wanita membutuhkan kira-kira sepertiga

lebih banyak kalsium dan fosfor. Karies gigi tidak disebabkan oleh

deklasifikasi. Sendi pelvik pada saat kehamilan sedikit dapat

bergerak. Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan

karena janin membesar dalam abdomen. Untuk mengkompensasi

penambahan berat ini, bahu lebih tertarik kebelakang dan tulang

belakang lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur,

dapat menyebabkan nyeri punggung pada beberapa wanita.


31

2) Otot

Kram otot tungkai dan kaki merupakan masalah umum selama

kehamilan. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi mungkin

berhubungan dengan metabolisme kalsium dan fosfor, kurangnya

drainase sisa metabolisme otot, atau postur yang tidak seimbang.

6. Sistem Pernafasan

1) Paru-paru dan Pernafasan

Sejalan dengan pertumbuhan janin dan mendorong diafragma

ke atas, bentuk dan ukuran rongga dada berubah tetapi tidak

membuat lebih kecil. Karena bentuk rongga toraks berubah dan

karena bernafas lebih cepat, sekitar 60% wanita hamil mengalami

sesak nafas.

2) Membran Mukosa

Hal ini menyebabkan gejala serak, hidung tersumbat, dispnea,

sakit tenggorokan, perdarahan hidung, hilangnya indra perasa

penciuman.

7. Sistem Gastrointestinal

Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan

muntah, selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering

kembung, konstipasi, lebih sering lapar atau perasaan ingin makan terus,

juga akibat peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologis tertentu

dapat terjadi hiperemesis gravidarum. Gusi menjadi lunak dan mudah

berdarah (hiperemi).
32

8. Sistem Perkemihan

BAK cenderung menetapkan frekuensinya mulai dari kehamilan

6-12 minggu, pada usia kehamilan selanjutnya perubahan jaringan

rongga panggul akan mengakibatkan frekuensi BAK lebih sering.

Setelah 16 minggu pembesaran uterus akan menjadi dilatasi untuk

menampung banyaknya urine. Ukuran ginjal sedikit bertambah besar,

vaskulerisasi meningkat karena pengaruh progesteron. Laju filtrasi

glomerulus meningkat sampai 60%-150% dan aliran plasma ginjal

meningkat pada awal kehamilan dan menurun pada akhir kehamilan.

Glukosaria (kadar glukosa dalam urin) meningkat pada kehamilan.

Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus,

menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefosis sementara. Kadar

kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal

ini dianggap normal.

9. Sistem Persyarafan

1) Saraf Perifer

Terkadang gejala timbul karena melemahnya persendian.

Kadang perubahan postur pada kehamilan dapat menyebabkan

acrodysesthesia atau numbness dan kaku pada semua bagian lengan,

tangan atau jari-jari.

2) Otak

Walaupun jaringan otak kemungkinan tidak mengalami

perubahan, efek psikologis mungkin saja dapat terjadi. Swing mood


33

lebih umum terjadi. Terkadang wanita tidak menerima

kehamilannya, dan mungkin terjadi psikosis.

10. Sistem Kekebalan

Kadar serum IgA dan IgM meningkat selama kehamilan karena

adanya peningkatan resiko infeksi.

11. Sistem Metabolisme

Terjadi perubahan metabolisme, metabolisme basal meningkat.

Masukan makanan sangat berpengaruh untuk metabolisme ibu dan janin.

Ketidak seimbangan akan menyebabkan berbagai masalah seperti

hiperemesis, diabetes dan lain-lain. Retensi air meningkat akibat

penurunan tekanan osmotik koloid interstisial.

2.5 Kelas Ibu Hamil

2.5.1 Pengertian

Kelas Ibu Hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang

kesehatan bagi ibu hamil,dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu

mengenai kehamilan,persalinan,nifas,KB pasca persalinan,pencegahan

komplikasi,perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik atau senam ibu hamil

(Menkes,2012).

2.5.2 Kegiatan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan minimal 4 kali pertemuan selama

hamil atau sesuai dengan hasil kesepakatan fasilitator dengan peserta. Pada

setiap pertemuan, materi kelas ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan
34

dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi

pokok. Khusus untuk materi 3, materi yang disampaikan dapat disesuaikan

dengan kondisi permasalahan kesehatan di wilayah setempat. Misalnya materi

malaria dapat disampaikan pada daerah dengan endemis malaria.

Pelaksanaan pertemuan sebaiknya dilakukan pada ibu hamil dengan

usia kehamilan seawal mungkin.Pada setiap akhir pertemuan dapat dilakukan

aktifitas fisik/senam ibu hamil. Aktivitas fisik/senam ibu hamil merupakan

kegiatan/ materi ekstra di kelas ibu hamil, jika dilaksanakan, setelah sampai

di rumah diharapkan dapat dipraktekkan.

Waktu pertemuan disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu, bisa dilakukan

pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120 menit termasuk

senam hamil 15 – 20 menit.

Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil kegiatan aktivitas fisik ibu hamil

dapat dilakukan bagi ibu hamil dengan umur kehamilan < 20 minggu,

sedangkan kegiatan senam hamil dapat dilakukan bagi ibu hamil dengan

umur kehamilan 20-32 minggu dapat mengikuti senam ibu hamil. (Menkes,

2012)

2.6 Konsep Senam Hamil

2.6.1 Pengertian

Senam hamil (prenatal) merupakan terapi latihan gerak yang

diberikan pada ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya, baik persiapan fisik

maupun mental untuk menghadapi dan mempersiapkan persalinan yang

cepat, aman dan spontan (Atikah, 2010).


35

Senam hamil adalah mengajarkan latihan gerak/senam hamil pada ibu

hamil mulai umur kehamilan 22 minggu sampai saat menjelang persalinan

(RSAB HK, 2005).

Senam hamil merupakan suatu usaha untuk mencapai kondisi yang

optimal dalam mempersiapkan proses persalinan dengan cara dirancang

latihan-latihan bagi ibu hamil. Senam hamil merupakan suatu metode

penting untuk mempertahankan atau memperbaiki keseimbangan fisik ibu

hamil dan merupakan terapi latihan yang diberikan pada ibu hamil dengan

tujuan mencapai persalinan yang cepat, mudah dan aman (Maryunani,

2012).

2.6.2 Alasan Senam Hamil

Menurut Maryunani (2012) senam hamil sebaiknya dilakukan ibu

hamil, dengan alasan sebagai berikut:

1. Senam hamil merupakan salah satu cara untuk membuat ibu hamil

nyaman dan mudah dalam melahirkan.

2. Senam hamil mengakibatkan peningkatan kadar norepinepin di dalam

otak, sehingga meningkatkan daya kerja dan mengurangi rasa tegang.

2.6.3 Manfaat dan Tujuan Senam Hamil

Menurut Indriati (2008) senam hamil memiliki lima tujuan penting,

antara lain:

1. Senam hamil dilakukan agar ibu hamil menguasai teknik pernafasan

dengan baik. Latihan pernafasan sangat bermanfaat untuk

memperlancar suplai oksigen pada janin ibu.


36

2. Ibu hamil yang rajin mengikuti senam hamil otot-otot dinding perut

semakin kuat, sehingga elastisitas otot-otot dinding perut juga dapat

dipertahankan. Hal ini diharapkan dapat mencegah dan mengatasi

keluhan nyeri di daerah bokong serta nyeri di daerah perut bagian

bawah dan keluhan wasir.

3. Diharapkan ibu hamil akan terlatih untuk melakukan relaksasi

sempurna. Kemampuan relaksasi sempurna tersebut dapat dilakukan

dengan berlatih secara rutin bagaimana cara berkonsentrasi dan

berelaksasi dengan benar. Relaksasi ini diperlukan untuk mengatasi

ketegangan atau rasa sakit proses persalinan.

4. Ibu hamil yang rajin mengikuti senam hamil diharapkan akan menjadi

terlatih ketika melakukan sikap tubuh yang baik dan benar selama

kehamilan. Sikap tubuh yang baik tersebut akan membantu ibu dalam

mengurangi keluhan yang timbul akibat perubahan bentuk tubuh.

5. Ibu hamil diharapkan dapat menjalani proses kelahirannya dengan

lancar dan aman tanpa berbagai kesulitan yang berarti.

Selain itu menurut Maryunani (2012) ada beberapa manfaat dan

tujuan melakukan senam hamil, antara lain:

1. Menyesuaikan tubuh agar lebih baik dalam menyangga beban kehamilan.

2. Memperkuat otot untuk menopang tekanan tambahan.

3. Membangun daya tahan tubuh.

4. Memperbaiki sirkulasi dan respirasi.

5. Menyesuaikan dengan adanya pertimbangan berat badan dan perunahan-

perubahan keseimbangan.
37

6. Meredakan ketegangan dan membantu relaks.

7. Membentuk kebiasaan yang baik.

8. Memperoleh kepercayaan dan sikap mental yang baik.

Banyak manfaat dari melakukan senam hamil diantaranya

memperbaiki sirkulasi darah, meningkatkan keseimbangan otot-otot,

mengurangi resiko gangguan gastrointestinal, termasuk sembelit,

mengurangi kejang kaki/kram, menguatkan otot perut, dan mempercepat

penyembuhan setelah persalinan(Agnesti, 2009).

2.6.4 Syarat yang Harus Terpenuhi Dalam Melakukan Senam Hamil

Sebelum melakukan latihan senam hamil ada beberapa syarat yang

harus terpenuhi, yaitu pemeriksaan kesehatan dan minta nasehat dokter atau

bidan, latihan baru bisa dimulai saat umur kehamilan 22 minggu, latihan

harus dilakukan secara teratur dan disiplin dalam batas-batas kemampuan

fisik ibu, dan latihan sebaiknya dilakukan dirumah sakit atau klinik bersalin

(Mandriwati, 2008).

Menurut Syafei (2006) dalam melakukan senam hamil diperlukan juga

tempat untuk melakukan latihan tersebut, adapun syarat dari tempat latihan

tersebut adalah ruangan cukup luas, udara segar, terang dan bersih, lantai

ditutup karpet supaya aman, tidak lembab dan cukup hangat, dinding

ruangan dalam dilapisi cermin secukupnya agar membantu ibu

berkonsentrasi dan memberi kesempatan untuk mengkoreksi gerakannya

sendiri, alat dan perkakas di dalam ruangan dipilih yang berwarna muda

untuk memberi suasana tenang, ada iringan/alunan musik lembut (klasik)

untuk mengurangi ketegangan emosi.


38

2.6.5 Waktu Pelaksanaan Senam Hamil

Kegiatan senam hamil dapat dilakukan bagi ibu hamil dengan usia

kehamilan 20-32 minggu (Menkes,2012). Ada beberapa tanda dan gejala

senam hamil harus dihentikan, antara lain:

1. Timbul rasa nyeri, terutama nyeri dada, nyeri kepala dan nyeri pada

persendian.

2. Kontraksi rahim yang lebih sering (interval <20 menit).

3. Perdarahan pervaginam, keluarnya cairan ketuban.

4. Nafas pendek yang berlebihan.

5. Denyut jantung yang menigkat (>140x/menit).

6. Mual dan muntah yang menetap.

7. Kesulitan berjalan.

8. Pembengkakan yang menyeluruh

9. Aktifitas janin yang berkurang

2.6.6 Kontra Indikasi Senam Hamil

Menurut Indiarti (2008) menjelaskan ada beberapa kontra indikasi

senam hamil yang harus diperhatikan, antara lain:

1. Kontra Indikasi Absolut atau Mutlak

Bila seorang wanita hamil mempunyai penyakit jantung, penyakit

paru, serviks inkompeten, kehamilan kembar, riwayat perdarahan

pervagianam pada trimester II dan III, kelainan letak plasenta seperti

plasenta previa, preeklamsi maupun hipertensi.

2. Kontra Indikasi Relatif


39

Bila seorang ibu hamil menderita anemia berat, irama jantung

tidak teratur, paru bronchitis kronis, riwayat diabetes millitus, obesitas,

terlau kurus, penyakit dengan riwayar operasi tulang ortopedi, dan

perokok berat.

2.6.7 Contoh Gerakan Pemanasan, Peregangan, Pendinginan

1. Kepala dan Leher

a. Gerakan menengok

1) Posisi awal berdiri tegak, pandangan lurus ke depan, kedua kaki

dibuka selebar bahu. Tangan di pinggang.

2) Kepala menengok ke kanan pada hitungan ke 1-2.

3) Kepala kembali menghadap ke depan pada hitungan ke 3-4.

4) Kepala menengok ke kiri pada hitungan ke 5-6.

5) Kepala kembali menghadap kedepan pada hitungan ke 7-8.

6) Ulangi gerakan ini 2-8 kali bertahap.

Gambar 2.1 Gerakan Menengok

b. Gerakan mendekatkan kepala ke bahu


40

1) Posisi awal berdiri tegak, pandangan lurus ke depan, kedua kaki

dibuka selebar bahu, tangan di pinggang.

2) Kepala didekatkan ke bahu kanan pada hitungan ke 1-2.

3) Kepala kembali tegak pada hitungan ke 3-4.

4) Kepala didekatkan ke bahu kiri pada hitungan ke 5-6.

5) Kepala kembali tegak pada hitungan ke 7-8.

6) Ulangi gerakan ini 2-8 kali bertahap.

Gambar 2.2 Gerakan Mendekatkan Kepala ke Bahu

2. Bahu

a. Memutar bahu ke belakang

1) Posisi awal berdiri tegak, pandangan lurus ke depan, kedua kaki

dibuka selebar bahu, tangan lurus ke bawah.

2) Putar kedua bahu ke belakang pada hitungan ke 1-2, 3-4, 5-6, 7-

8 (4 kali).

3) Ulangi gerakan ini 2-8 kali bertahap.

b. Memutar bahu ke depan

1) Poisi awal berdiri tegak, pandangan lurus ke depan, kedua kaki

dibuka selebar bahu, tangan lurus ke bawah.


41

2) Putar kedua bahu ke depan pada hitungan ke 1-2, 3-4, 5-6, 7-8

(4 kali).

3) Ulangi gerakan ini 2-8 kali bertahap.

Gambar 2.3 Gerakan Memutar Bahu

3. Lengan dan Tangan

a. Mendorong ke depan

1) Posisi awal berdiri tegak, pandangan lurus ke depan, kedua kaki

dibuka selebar bahu, kedua tanagn dikepal di depan dada, kedua

siku diangkat setinggi bahu.

2) Dorong lurus kedua tangan dan tangan ke depan pada hitungan

ke 1-2.

3) Tarik kedua lengan dan tangan ke dada pada hitungan ke 3-4.

4) Ulangi gerakan ini 2-8 kali.

Gambar 2.4 Mendorong Kedepan

b. Mendorong ke samping
42

1) Posisi awal berdiri tegak, pandangan lurus ke depan, kedua kaki

dibuka selebar bahu, kedua tanagn dikepal di depan dada, kedua

siku diangkat setinggi bahu.

2) Dorong lurus kedua tangan dan tangan ke samping pada

hitungan ke 1-2.

3) Tarik kedua lengan dan tangan ke dada pada hitungan ke 3-4.

4) Ulangi gerakan ini 2-8 kali.

Gambar 2.5 Mendorong Kesamping

c. Mendorong ke atas

1) Posisi awal berdiri tegak, pandangan lurus ke depan, kedua kaki

dibuka selebar bahu, kedua tangan dikepal di depan dada, kedua

siku diangkat setinggi bahu.

2) Dorong lurus kedua tangan dan tangan ke atas pada hitungan ke

1-2.

3) Tarik kedua lengan dan tangan ke dada pada hitungan ke 3-4.

4) Ulangi gerakan ini 2-8 kali.


43

Gambar 2.6 Mendorong Keatas

4. Kaki

a. Kaki bertumpu pada tumit

1) Posisi awal berdiri tegak, pandangan lurus ke depan, kedua kaki

sejajar, tangan di pinggang.

2) Kaki kanan dijejakkan di tumit pada hitungan ke 1 dan kembali

ke posisi semula pada hitungan ke 2.

3) Kaki kiri dijejakkan di tumit pada hitungan ke 3 dan kembali ke

posisi semula pada hitungan ke 4.

4) Kaki kanan dijejakkan di tumit pada hitungan ke 5 dan kembali

ke posisi semula pada hitungan ke 6.

5) Kaki kiri dijejakkan di tumit pada hitungan ke 7 dan kembali ke

posisi semula pada hitungan ke 8.

6) Ulangi gerakan ini 2-8 kali bertahap.


44

Gambar 2.7 Kaki Bertumpu pada Tumit

b. Kaki bertumpu pada jari

1) Posisi awal berdiri tegak, pandangan lurus ke depan, kedua kaki

sejajar, tangan di pinggang.

2) Kaki kanan dijejakkan di jari pada hitungan ke 1 dan kembali

ke posisi semula pada hitungan ke 2.

3) Kaki kiri dijejakkan di jari pada hitungan ke 3 dan kembali ke

posisi semula pada hitungan ke 4.

4) Kaki kanan dijejakkan di jari pada hitungan ke 5 dan kembali

ke posisi semula pada hitungan ke 6.

5) Kaki kiri dijejakkan di jari pada hitungan ke 7 dan kembali ke

posisi semula pada hitungan ke 8.

6) Ulangi gerakan ini 2-8 kali bertahap.

Gambar 2.8 Kaki Bertumpu pada Jari

2.6.8 Contoh Senam Hamil (Senam Lantai)

1. Latihan fisik untuk kaki

Posisi duduk lantai dengan kedua kaki diluruskan ke depan dengan tubuh

bersandar ke dinding, punggung tegak lurus (rileks).


45

a. Tarik jari-jari ke arah tubuh secara perlahan-lahan kemudian lipat ke

depan lakukan gerakan pengulangannya 10 kali, perhitungan sesuai

gerakan (gambar 2.9).

b. Tarik kedua telapak kaki kearah tubuh secara perlahan-lahan

kemudian dorong ke depan. Lakukan gerakan pengulangan 10 kali,

penghitungan sesuai gerakan (gambar 2.9).

Gambar 2.9 Latihan Fisik Ibu hamil

2. Latihan fisik dengan posisi duduk bersila

a. Posisi duduk bersila di lantai.

b. Letakkan kedua telapak tangan diatas lutut.

c. Tekan lutut ke bawah dengan perlahan-lahan (gambar 2.9)

d. Lakukan gerakan pengulangan 10 kali.

e. Lakukan senam duduk bersila ini selama 10 menit sebanyak 3 kali

sehari.

3. Latihan fisik untuk pinggang (posisi terlentang)

a. Posisi tidur terlentang dan tekuklah lutut jangan terlalu lebar, arah

telapak tangan ke bawah dan berada di samping badan.


46

b. Angkatlah pinggang secara perlahan (gambar 2.10).

c. Lakukan gerakan pengulangan 10 kali.

Gambar 2.10 Latihan Fisik untuk pinggang

4. Latihan fisik untuk pinggang (posisi merangkak)

a. Badan dalam posisi merangkak.

b. Sambil menarik nafas angkat perut berikut punggung ke atas dengan

wajah menghadap ke bawah membentuk lingkaran.

c. Sambil perlahan-lahan mengangkat wajah hembuskan nafas,

turunkan punggung kembali dengan perlahan (gambar 2.11).

d. Lakukanlah sebanyak 10 kali.

Gambar 2.11 Latihan Fisik untuk Pinggang

(Permenkes, 2012)
47

2.7 Hubungan Tingkat Kecemasan Persalinan Antara Yang Mengikuti Dan

Tidak Mengikuti Kelas Ibu Hamil Pada Ibu Hamil Primigravida

Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan jumlah

peserta maksimal 10 orang.Dikelas ini ibu-ibu hamil akan belajar

bersama,diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak

(KIA) secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara

terjadwal dan berkesinambungan.Didalam kelas ibu hamil terdapat latihan

fisik untuk ibu hamil yang disebut dengan senam hamil.

Senam hamil (prenatal) merupakan terapi latihan gerak yang

diberikan pada ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya, baik persiapan fisik

maupun mental untuk menghadapi dan mempersiapkan persalinan yang

cepat, aman dan spontan (Atikah,2010).Didalam senam hamil terdapat

banyak manfaat salah satunya meredakan ketegangan dan membantu

relaksasi,dari manfaat tersebut dapat mengurangi kecemasan saat

menghadapi persalinan.

Kecemasan merupakan periode singkat perasaan gugup atau takut

yang dialami seseorang ketika dihadapkan pada pengalaman yang sulit

dalam kehidupan(Wangmuba,2009).Kehamilan dapat merupakan sumber

stressor kecemasan,terutama pada seorang ibu yang labil jiwanya. Dampak

dari proses fisiologis ini dapat timbul pada perilaku sehari-hari.Ibu hamil

menjadi mudah marah atau tersinggung, gelisah, tidak mampu memusatkan

perhatian, ragu-ragu, bahkan kemungkinan ingin lari dari kenyataan

hidup(Dariyo, 2007).Pada gilirannya, kondisi ini dapat menyebabkan

kecemasan dan ketegangan lebih lanjut sehingga membentuk suatu siklus


48

umpan balik yang dapat meningkatkan intensitas emosional secara

keseluruhan (Zinbarg, dkk., 2005).

Untuk memutuskan siklus kecemasan tersebut, maka senam hamil

sebagai salah satu pelayanan prenatal, merupakan suatu alternatif terapi

yang dapat diberikan pada ibu hamil. Bila dicermati lebih lanjut,sebenarnya

dalam gerakan senam hamil terkandung efek relaksasi yang dapat

menstabilkan emosi ibu hamil. Senam hamil (prenatal) merupakan terapi

latihan gerak yang diberikan pada ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya,

baik persiapan fisik maupun mental untuk menghadapi dan mempersiapkan

persalinan yang cepat, aman dan spontan (Atikah, 2010).

Anda mungkin juga menyukai