Anxiety Disorders
OLEH :
KELOMPOK 539A
PEMBIMBING :
Dr. Istar Yuliadi, M.Si
Namora Lumongga Lubis (2009, p14) menjelaskan bahwa kecemasan adalah tanggapan dari sebuah ancaman nyata
ataupun khayal. Individu mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang. Kecemasan dialami
ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi. Sedangkan Siti Sundari (2004, p62) memahami
kecemasan sebagai suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan. Nevid S. Jeffrey,
Rathus A. Spencer, dan Beverly Greene (2005, p163) memberikan pengertian tentang kecemasan sebagai suatu keadaan
emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan
kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
KESIMPULAN : kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat mengancam
yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi.
APA SAJA GEJALA KECEMASAN?
Kholil Lur Rochman (2010) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :
a. Ada saja hal- hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap saat
b. kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk ketidakberanian
terhadap hal - hal yang tidak jelas.
c. Adanya emosi - emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering dalam keadaan excited
(heboh) yang memuncak, sangat iritabel, akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
d. Diikuti oleh bermacam - macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution (delusi yang dikejar - kejar).
e. Sering merasa mual dan muntah - muntah, badan terasa sangat lelah, banyak berkeringat, gemetar, dan
seringkali menderita diare.
f. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan jantung menjadi sangat cepat
atau tekanan darah tinggi.
Jeffrey, Spencer, dan Greene (2005, p164) mengklasifikasikan gejala- gejala kecemasan dalam tiga
jenis gejala, diantaranya yaitu :
a. Gejala fisik : kegelisahan, anggota c. Gejala kognitif : khawatir tentang sesuatu, perasaan
tubuh bergetar (tremor), banyak terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa
berkeringat, sulit bernafas, jantung depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera
berdetak kencang, merasa lemas, terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi
panas dingin, mudah marah atau masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit
tersinggung. berkonsentrasi.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai
situasi.
2. Kecemasan sedang;
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.
Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot
meningkat, bicara cepat denganvolume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi
menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas,mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah
dan menangis.
3. Kecemasan berat;
Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik,
serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area yang lain.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur (insomnia),
sering kencing, diare, berfokus pada dirinya sendiri, perasaan tidak berdaya, bingung.
4. Panik;
Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, pucat, tidak dapat berespon terhadap
perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.
Efek fisiologis kecemasan
• Kardiovaskuler: berdebar-debar, TD, TD, N .
1) Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa
terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa menghambat stimulus cemas
yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter and Perry, 2005).
Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan memberikan dukungan spiritual (membacakan doa sesuai agama dan keyakinannya), sehingga
dapat menurunkan hormon-hormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari
rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung,
denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan,
kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.
2) Relaksasi
Untuk pengobatan kecemasan, biasanya memulai dengan obat pada rentang rendah terapetiknya dan meningkatkan
dosis untuk mencapai respon terapetik. Pemakaian benzodiazepin dengan waktu paruh sedang (8 sampai 15 jam)
kemungkinan menghindari beberapa efek merugikan yang berhubungan dengan penggunaan benzodiazepin dengan
waktu paruh panjang.
Pemakaian dosis terbagi mencegah perkembangan efek merugikan yang berhubungan dengan kadar plasma puncak
yang tinggi. Perbaikan yang didapatkan dengan benzodiazepin mungkin lebih dan sekedar efek antikecemasan.
Sebagai contohnya, obat dapat menyebabkan pasien memandang berbagai kejadian dalam gejala positif.
Benzodiazepin ini digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka panjang karena pengobatan
ini menyebabkan toleransi dan ketergantungan (Szirmai, 2011).
Obat anti kecemasan nonbenzodiazepine, seperti buspiron (Buspar) dan berbagai antidepresan juga digunakan
(New York State Office of Mental Health, 2016; Isaacs, 2005).
KLASIFIKASI
GANGGUAN CEMAS
MENURUT PPDGJ III
F40 GANGGUAN ANXIETAS FOBIK
1. Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya pada
saat kejadian itu tidak membahayakan. Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya
penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia) yang tak realistic dimasukkan dalam
klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik)
2. Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi rasa terancam.
3. Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbeda dari anxietas yang lain dan dapat dalam
bentuk yang ringan sampai yang berat (serangan panik).
4. Anxietas fobik seringkali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu episode depresif seringkali memperburuk
keadaan anxietas fobik yang sudah ada sebelumnya. Beberapa episode depresif dapat disertai anxietas fobik yang
temporer, sebaliknya afek depresif seringkali menyertai berbagai fobia., khususnya agarofobia. Pembuatan diagnosis
tergantung dari mana yang jelas-jelas timbul lebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat pemeriksaan.
40.0 Agarofobia.
Pedoman Diagnostik
Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a. gejala psikosis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari
anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atu pikiran obsesif.
b. anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi dalam hubungan dengan (setidaknya dua dari
situasi berikut: banyak orang / keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri dan
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita menjadi “house
bound”)
Karakter kelima: F40.00= tanpa gangguan panik
F40.01= Dengan gangguan panik
F40.1 Fobia Sosial
Pedoman Diagnostik
· Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik pasti:
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atu pikiran obsesif.
b) Anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada situasi social tertentu (outside the
family circle); dan
c) Menghindari situasi fobik harus atau merupakan gejala yang menonjol.
· Bila terlalu sulit membedakan antara fobia social dengan agarofobia, hendaknya
diutamakan diagnosis agarofobia (F40.0)
F40.2 Fobia Khas (Terisolasi)
Pedoman Diagnostik
· Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik pasti:
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari
anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atu pikiran obsesif.
b) Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu ( highly specific situation)
c) Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
· Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti agarofobia dan fobia sosial.
SIMPULAN
PENUTUP
SARAN
Terima Kasih