Perceptor :
dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, Sp.KJ, M.Kes
Oleh :
Adityo Muhamad Farid 1118011001
Nur Amalina Dianati 1118011088
20%
POPULASI
DUNIA
GANGGUAN
CEMAS
11.6% 18%
POPULASI POPULASI
DEWASA DEWASA
INDONESIA AMERIKA
2
Anxiety disorder (gangguan
kecemasan)
•Ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak
rasional. Seseorang dikatakan menderita
gangguan kecemasan apabila kecemasan
menimbulkan penderitaan dan mengganggu
aktivitas dalam kehidupan dari diri individu
tersebut.
3
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders ( DSM-IV), gangguan cemas terdiri
dari :
1. Serangan panik dengan atau tanpa agoraphobia;
2. Agoraphobia dengan atau tanpa Serangan panik;
3. Fobia spesifik;
4. Fobia sosial;
5. Gangguan Obsesif-Kompulsif;
6. Post Traumatic Stress Disorder ( PTSD );
7. Gangguan Stress Akut;
8. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety
Disorder) 4
F40–F48 gangguan neurotik, gangguan somatoform
dan gangguan yang berkaitan dengan stres
7
TANDA DAN GEJALA KLINIS PANIK
9
PEDOMAN PENGGOLONGAN DAN DIAGNOSIS
GANGGUAN JIWA III (PPDGJ III)
Gangguan Panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama
bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik
Farmakoterapi
• SSRI ( Serotonin Selective Reuptake Inhibitors), exp.
sertralin, fluoksetin, fluvoksamin, escitalopram, dll
dalam 3-6 bulan atau lebih, tergantung kondisi
individu, agar kadarnya stabil dalam darah sehingga
dapat mencegah kekambuhan
• Alprazolam; awitan kerjanya cepat, dikonsumsi 4-6
minggu, setelah itu perlahan-lahan diturunkan
dosisnya sampai akhirnya dihentikan.
Psikoterapi
• Terapi relaksasi
• Terapi kognitif perilaku 11
• Psikoterapi dinamik
B. GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
(GENERALIZED ANXIETY DISORDER)
Gangguan kecemasan dengan karakteristik
kekhawatiran yang tidak dapat dikuasai dan menetap,
terhadap hal-hal yang sepele/tidak utama yang
mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, sehingga
pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku
terpengaruh
12
DIAGNOSIS GANGGUAN CEMAS
MENYELURUH MENURUT PPDGJ-III
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai
gejala primer berlangsung hampir setiap hari untuk
beberapa minggu sampai bulan, yang tidak terbatas /
hanya menonjol pada keadaan khusus (sifatnya “free
floating”/ “mengambang”).
18
•Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas
yang cukup berat untuk menegakkan masing-
masing diagnosis, maka kedua diagnosis
dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran
tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal
hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka
gangguan depresif harus diutamakan.
•Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan
stres kehidupan yang jelas, maka harus digunakan
kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
19
KRITERIA DSM-IV-TR GANGGUAN
CAMPURAN ANSIETAS DEPRESIF
Mood disforik yang berulang atau menetap dan bertahan sedikitnya 1 bulan
Mood disforik disertai empat (atau lebih) gejala berikut selama sedikitnya 1 bulan :
Farmakoterapi
•Anti-ansietas
•Triazolobenzodiazepine
•Busipron
•Antidepresif
•Fluoxetine
22
D. POST-TRAUMATIC STRESS
DISORDER (PTSD)
Gangguan kecemasan yang terbentuk dari peristiwa
atau pengalaman yang menakutkan /mengerikan,
sulit dan tidak menyenangkan dimana terdapat
penganiayaan fisik atau perasaan terancam
23
KRITERIA DSM-IV UNTUK GANGGUAN
STRESS PASCATRAUMATIK:
A. Orang yang telah terpapar dengan kejadian
traumatik di mana kedua dari berikut ini terdapat:
Orang mengalami, menyaksikan, atau
dihadapkan dengan kejadian-kejadian yang
berupa ancaman kematian atau kematian yang
sesungguhnya atau cedera yang serius atau
ancaman kepada integritas fisik diri sendiri atau
orang lain.
Respon orang tersebut berupa rasa takut yang
kuat,rasa tidak berdaya atau horror.
24
B. Kejadian traumatik secara menetap dialami
kembali dalam satu atau lebih cara berikut:
• Rekoleksi yang menderita, rekuren, dan mengganggu
kejadian,termasuk bayangan, pikiran atau persepsi.
• Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian.
• Berkelakuan / merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi
kembali.
• Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda
internal atau eksternal yang atau menyerupai suatu aspek
kejadian traumatik.
• Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal
atau eksternal yang menyerupai suatu aspek kejadian
traumatik.
25
C. Penghindaran stimulus persisten yang berhubungan
dengan traum adan kaku karena responsivitas umum
(tidak ditemukan sebelum trauma), seperti berikut ini:
• Usaha untuk menghindari pikiran, perasaan, atau percakapan yang
berhubungan dengan trauma.
• Usaha untuk menghindari aktivitas, tempat, atau orang yang
menyadarkan rekoleksi dengan trauma.
• Tidak mampu mengingat aspek penting dari trauma
• Hilangnya minat atau peran serta yang jelas dalam aktivitas yang
bermakna.
• Perasaan terlepas atau asing dari orang lain.
• Rentang aspek yang terbatas.
• Perasaan bahwa masa depan menjadi pendek.
26
D. Gejala menetap adanya peningkatan kesadaran
(tidak ditemukan sebelum trauma),seperti berikut:
Kesulitan untuk tertidur atau tetap tertidur.
Iritabilitas atau ledakan kemarahan.
Sulit berkonsentrasi.
Kewaspadaan berlebihan.
Respon kejut yang berlebihan.
E. Lama gangguan (gejala dalam kriteria B,C,D ) lebih
dari satu bulan.
F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis/ gangguan fungsi
sosial,pekerjaan, atau fungsi penting lain.
27
TANDA DAN GEJALA PTSD
3 kelompok utama gejala (tidak ada sebelum pajanan):
2. Intrusions( pengacauan)
• Kilasan balik
• Mimpi buruk
• Ingatan yang hidup
3. Avoidance (penghindaran)
• Menghindari hal-hal yang mengingatkan
• Ketidakmampuan mengingat beberapa bagian dari kejadian 28
• Minat yang rendah terhadap kehidupan sehari-hari
PENATALAKSANAAN PTSD
Terapi utama PTSD adalah psikoterapi (terapi
bicara), obat-obatan / keduanya.
Dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat
menjadi bagian terpenting dari terapi
Sertraline dan Paroxetine sebagai terapi lini pertama
PTSD. Fluoxetine 10-60 mg/hari, sertraline 50-200
mg/hari, dan flufoxamin 50-300mg/hari serta obat-
obatan yang mengurangi gejala fisik yang terkait
dengan penyakit, prazosin (Minipress), clonidine
(Catapres), guanfacine (TENEX), dan propranolol.
29
DAFTAR PUSTAKA
Elvira S, Hadisukanto G. 2015. Buku Ajar Psikiatri UI Jilid 2. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.
Kaplan H, Sadock, Benjamin. 2010. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis
Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2.
Jakarta: Bina Rupa Aksara Jakarta
Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 12
Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-110