Anda di halaman 1dari 37

Permasalahan Kesehatan Mental

pada Keluarga

dr. Emmy Amalia, Sp.KJ


Outlines
 Mampu menjelaskan pengertian kesehatan mental
secara umum dan khusus pada keluarga
 Mampu mengidentifikasi faktor resiko yang
memunculkan permasalahan mental dalam keluarga
 Mampu melakukan assessment kesehatan mental
dalam keluarga
 Mampu melaksanakan pendekatan holistik pada
keluarga dalam menunjang pelaksanaan program
Indonesia Sehat (PIS-PK)
Kesehatan Jiwa (WHO)

Kondisi dimana seorang individu dapat berkembang


secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya.
Ciri Sehat Jiwa (WHO)
1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan,
meskipun kenyataan itu tidak menyenangkan baginya
2. Memperoleh kepuasan dari jerih payah usahanya
3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
4. Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress)
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong
dan saling memuaskan
6. Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran di
kemudian hari
7. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang
kreatif dan konstruktif
8. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
Keluarga

Depkes, 1988: Unit terkecil Kelompok individu yang hidup


dari masyarakat yang terdiri bersama sebagai satu unit
atas kepala keluarga serta sosial, didalamnya terjadi
beberapa orang yang proses saling tergantung dan
berkumpul dan tinggal di satu saling mempengaruhi antara
atap dalam keadaan saling elemen-elemen dalam
bergantungan keluarga serta lingkungannya

Lingkungan sosial yang Berfungsi sebagai seleksi Psikodinamik: lingkungan


sangat dekat segenap budaya luar dan sosial yang secara
hubungannya dengan mediasi hubungan anak langsung mempengaruhi
seseorang dengan lingkungannya individu
Keluarga sebagai sistem
Sistem:
Keluarga:
Struktur peran
Lingkungan yang
sosial yg secara terorganisir dg
langsung ikatan
mempengaruhi emosional yang
individu Anggota keluarga kuat dan
saling berinteraksi menetap
& bergantung

Gangguan pada
salah 1 anggota
keluarga
mempengaruhi
seluruh sistem
Konsep Peran dalam Keluarga

Peran Peran
Formal Informal
Tertutup,
Terbuka, implisit, dapat
eksplisit, berubah sesuai
kebutuhan

Contoh:
Contoh: Ayah,
pendamai,
ibu, suami, istri
pengikut,
dsb
negosiator
Peran informal

(-)
(+) Penghalang,
Pendorong, denominator,
penyelaras, penyalah, pengikut,
inisiator-kontributor, pencari
pendamai, pengakuan,
pengasuh, perintis, sahabat, martir,
koordinator, wajah tanpa
perantara ekspresi, kambing
hitam, penonton
Peran informal yg (+)

Paham masalah &


mencari solusi
• memuji, menyetujui dan menerima kontribusi
Pendorong orang lain

Penyelaras • menengahi perbedaan antar anggota keluarga


dg humor atau melunakkan ketidaksepakatan

Inisiator-
kontributor • Mengusulkan, memberi ide, memulai tindakan

Pendamai/ • Menyetujui, mengakui kesalahan, atau


negosiator mencari jalan tengah atas konflik

• Menggerakkan keluarga mencoba area baru


Perintis yg sebelumnya belum pernah dicoba

• Mengasuh & merawat anggota keluarga yg


Pengasuh membutuhkan
koordinator • Mengatur & merencanakan aktifitas keluarga

perantara • berfungsi sebagai penghubung, mengirim &


memantau proses komunikasi seluruh keluarga.

• Bersikap negatif & cenderung menolak semua ide


Penghalang tanpa alasan

• Memperkuat kewenangan, menunjukkan


Denominator kekuasaannya, seolah-olah yg paling tahu

Penyalah • seperti penghalang

• Mengikuti saja apa maunya anggota lain,


Pengikut menerima semua ide secara pasif
Pencari • mencari perhatian terhadap diri, keinginan,
pengakuan pencapaian dan masalah-masalahnya
• memperturutkan diri sendiri & memperbolehkan perilaku
sahabat anggota keluarga atau dirinya tanpa
mempertimbangkan akibatnya

• tidak menginginkan apapun untuk dirinya tetapi


martir mengorbankan apapun untuk kebaikan anggota keluarga
yang lain

Wajah tanpa • menggurui secara terus menerus dan dengan tanpa


ekspresi menunjukkan emosi mengenai semua hal yang “benar”

Kambing • Dianggap sumber masalah, korban ketegangan &


hitam kemarahan keluarga

penonton • Seperti pengikut, tanpa pernah melibatkan diri


Faktor Resiko Timbulnya Gangguan Mental
dalam Keluarga

Faktor personal Pola asuh


individu

Ketidak
seimbangan
peran
Perubahan peran dalam keluarga

Peran lama

1 anggota keluarga Peran baru


sakit, peran diambil
alih anggota lain

Tipe 1 Tipe 2

Keluarga Kekurangan sumber


mampu daya → peran
mengemban dasar tertentu
peran & tugas terbengkalai →
baru konflik peran
Konflik peran
Ibu →peran
Anggota penting →
Anggota keluarga tidak pemberi
keluarga punya cukup asuhan primer,
“dipaksa” → kesempatan pengambil
mengatur ulang keputusan,
peran baru & pendidik,
semua
kesempatan tanggung konselor &
kecil untuk jawab peran pemberi
belajar peran lain yang telah kenyamanan
diemban utama → efek
baru sebelumnya merugikan
lebih besar
Struktur peran
Periode krisis keluarga
berubah

Peran baru &


Konflik &
perubahan
Ketegangan
tanggung
Peran
jawab

Mengganggu
keseimbangan
keluarga
Gangguan Jiwa dalam Keluarga

 Gangguan yang memang secara personal dialami salah


satu anggota keluarga, bukan akibat hubungan
interpersonal dalam keluarga tersebut
 Gangguan yang diturunkan secara genetik
 Gangguan akibat pola asuh
 Gangguan akibat stressor (termasuk ketidak seimbangan
peran keluarga)
Retardasi Gangguan Gangguan
Masa kanak

Tua
Dewasa
Masa remaja
mental perilaku masa psikotik, Penyakit
kanak & neurotik kronis,
Ggn perilaku degeneratif
masa kanak remaja Ggn
Ggn-ggn
Ggn psikotik, NAPZA kepribadian
yang saling
neurotik Ggn berkomorbid
kepribadian
Ggn psikotik,
neurotik
Masalah Sosial : Keluarga Pasien

Keluarga
sebagai
caregivers
utama Penurunan
derajat

kesehatan
Ketidaktahuan, Ketidakberdayaan
keluarga,
beban kecemasan,
perawatan, depresi
stigma, konflik,
kekerasan
dalam keluarga
Problem Keluarga Pasien dengan
Gangguan Mental

Kronisitas,
kekambuhan,
perilaku merusak,
penurunan fungsi Beban Perawatan
sosial & bagi Keluarga
vokasional,
pelayanan yang (Family Burden)
buruk dan
pengasingan
sosial
• Bentuk nyata → dapat dilihat →
Objective contoh: menutup diri dari
Burden kegiatan sosial, berhenti dari
pekerjaan

• Penilaian individual keluarga


(pihak yang terbebani ) → tidak
Subjective tampak dari luar → contoh:
Burden kecemasan, rasa bersalah, rasa
malu
Beban kehidupan keluarga lebih tinggi

Kekambuhan → perasaan bersalah, masalah keuangan, peningkatan EE,


penurunan dukungan sosial, kekecewaan tenaga medis, gangguan interaksi ,
masalah kesehatan fisik

Burn out
Peran Keluarga dalam Penatalaksanaan
Gangguan Mental

Setelah perawatan di Rumah Sakit→ transfer tanggung


jawab perawatan → keluarga

Keluarga → bagian penting dari penyembuhan yang


menyeluruh →pemberian dukungan, rasa aman &
kehangatan pada pasien.

Keluarga →pemberi stimulus → melibatkan pasien pada


aktivitas atau pekerjaan sesuai kemampuan pasien →
meringankan kesulitan kognitif dan melatih sosialisasi
obat

Menurunkan
kekambuhan
10-50%

Dukungan
keluarga
Pemberdayaan Keluarga

• Memfasilitasi klien (dalam hal ini


keluarga) untuk memiliki kemauan,
Konsep pengetahuan, kemampuan guna
mencegah dan mengatasi masalah
umum

• Klien mampu mengenali masalah,


merencanakan dan melakukan
pemecahan masalah →
memanfaatkan potensi setempat
Target sesuai kebutuhan
Ciri Pemberdayaan

• Ada bantuan → klien mandiri


• Kemitraan
• Pengambilan keputusan berdasar kebebasan
berpendapat & tanggung jawab
• Ada kontribusi untuk masyarakat luas
• Ada peran serta aktif klien
• Holistik/menyeluruh
• Koordinasi & efisiensi penggunaan pelayanan
kesehatan
Mengapa Perlu Pemberdayaan Peran
Keluarga ?

Psikiater
Psikolog Perawat
Indonesia
klinis Psikiatri :
0,22 0,9 / 100.000
0,3 /100.000
/100.000
Tempat Tidur
Pekerja Sosial di RSJ / RSU
1,5 / 100.000
0,4 / 100.000
Mengapa Keluarga ?

Keluarga → bagian terpenting dalam kehidupan


pasien

Setelah perawatan di RS →kondisi remisi parsial →


hampir semua pasien hidup bersama keluarga

Keluarga terkena dampak langsung dari


perubahan sikap & perilaku pasien → termotivasi
untuk mengurangi penderitaan mereka sendiri
Tujuan Pemberdayaan Peran Keluarga

Keluarga → tahu, mau & mampu


mengatasi masalah kesehatan
akibat gangguan mental

Keluarga sehat, dapat


menolong diri sendiri, mandiri
& inovatif

kualitas hidup lebih baik


Tahapan Pemberdayaan

Tahap awal : Pengkajian & Perencanaan


Mengenali masalah, kebutuhan Penilaian hubungan dan fungsi
dan pengetahuan keluarga keluarga

Tahap selanjutnya : Menghubungkan klien dg sumber


daya
Perujukan, koordinasi dan advokasi

Tahap akhir : Pemantauan & Evaluasi program


Tujuan Pemberdayaan Peran
Keluarga
Keluarga → tahu, mau & mampu
mengatasi masalah kesehatan
akibat gangguan jiwa

Keluarga sehat, dapat


menolong diri sendiri, mandiri &
inovatif

Meningkatkan peran serta aktif


keluarga menuju kesejahteraan
& kualitas hidup yang lebih baik
Bentuk Pemberdayaan
Peran Keluarga
1. PEMBERIAN INFORMASI

 Materi: macamgangguan jiwa, tanda & gejala, tanda


kekambuhan, pengobatan, pelayanan kesehatan,
bantuan, peluang & dukungan, peran keluarga
dalam penatalaksanaannya.

 Bentuk: promosi kesehatan, penyuluhan, kuliah

 Tujuan: meningkatkan
pengetahuan keluarga &
memperbaiki lingkungan
2. PSIKOEDUKASI
 Merupakan salah satu bentuk intervensi pada keluarga.
Bersifat personal, tergantung gangguan yang dialami
anggota keluarga
Materi: edukasi keluarga, meningkatkan keterampilan
menyelesaikan masalah, perbaikan komunikasi antar
keluarga, mengurangi stress & membangun dukungan.

Bentuk: kombinasi pengetahuan & strategi terapi

Tujuan: mengurangi kekambuhan, meningkatkan fungsi


sosial, mengurangi distress, perubahan EE
3. Dukungan Emosional & Psikologis

Peningkatan Umpan balik positif,


keterlibatan keluarga mendengarkan
→ perhatian, secara aktif, analisis
penghargaan , pujian, harapan keluarga,
reaksi empatik, psikoterapi

Pola hubungan-
Normalisasi, reframing,
komunikasi keluarga
re-labelling → tidak
→ ekspresikan
saling menyalahkan
perasaan & kerjasama
4. Pelatihan bagi Keluarga

Tujuan:
- Keluarga paham tentang ggn jiwanya
- Keluarga merubah sikap (penuh daya, berorientasi tindakan)

Tahap awal : membicarakan kepedihan keluarga→ normalisasi


→ adaptasi emosi dan trauma healing → identifikasi masalah
dan kebutuhan → edukasi tentang gangguannya

Tahap berikutnya : membimbing keluarga menghadapi stigma &


diskriminasi → komunikasi efektif → manajemen stres & problem
solving → diskusi antar keluarga penderita → peneladanan →
perbaikan kualitas hidup
Take home messages

 Keluarga: sekelompok individu yang hidup bersama sbg satu


unit sosial, saling bergantung dan saling mempengaruhi
 Gangguan mental → beban untuk pasien, keluarga &
masyarakat
 Terjadi perubahan peran pada keluarga orang dengan ggn
mental → konflik peran
 Tatalaksana optimal → medis & psikososial → melibatkan
peran keluarga
 Pemberdayaan keluarga pasien dalam penatalaksaan
gangguan mental → menurunkan kekambuhan,
meningkatkan kesejahteraan & kualitas hidup
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai