BAGIAN PRILY
Lingkup kultural mencakup:
1. family system
2. sosiologi, psikologi sosial, dan social work
3. antropologi dan studi budaya
4. psikologi komunitas dan critical psychology
FAMILY SYSTEM
● Permasalahan harus dilihat dari kompleksitas keluarga secara keseluruhan. Kondisi
klien dianggap berdampak pada sistem keluarga secara keseluruhan. Misalnya,
keparahan kondisi klien mempengaruhi struktur dan fungsi secara umum. Pada
konteks ini, keluarga dianggap sebagai kesatuan yang harus diintervensi secara
komprehensif dan bersamaan karena kondisi salah satu anggota keluarga berdampak
pada hubungan anggota keluarga lainnya.
● Permasalahan pada individu (klien) dianggap sebagai representasi dari disfungsi
keluarga.
POLA:
A menyebabkan B - B menyebabkan A; A - B - C – D – A – B – C - D
contoh: istri marah karena suami cuek - suami cuek karena istri selalu marah
TERAPI
● terapi keluarga = bertemu dengan banyak pihak dalam sesi terapi
● terapi merupakan usaha yang dilakukan bersama-sama oleh setiap anggota keluarga
TERAPI PASANGAN
1. psikoedukasi
2. menggunakan I message dan penugasan (homework)
3. memberi penugasan yang menstimulasi aksi bersama pasangan
4. coaching: mengajarkan keterampilan baru
5. konseling terpisah
6. affective focus: mengungkap emosi terpendam yang muncul dalam bentuk
manifestasi emosi tertentu sehingga bisa mengurangi kecemasan dalam hubungan
BAGIAN FREA
CULTURAL ISSUES (PERMASALAHAN TERKAIT BUDAYA)
Isu-isu budaya harus langsung ditangani untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan
keanggotaan kelompok budaya (misalnya, kelompok etnis, orientasi seksual, atau status
minoritas), akulturasi, identitas budaya, dan konflik antarbudaya.
Masalah klien dapat berasal dari faktor-faktor dalam kelompok budaya ganda klien,
tantangan imigrasi atau akulturasi, atau konflik mengenai pengembangan identitas. Hubungan
antar budaya mungkin perlu menjadi fokus pengobatan. Pengalaman agresi mikro
berdasarkan keanggotaan dalam kelompok budaya harus dipahami dan diperbaiki. Budaya
merupakan faktor penting dalam semua terapi, tidak hanya saat menggunakan hipotesis
ini.
Terapis harus mengenali dan mengakui nilai dan bias budaya. Terapis dapat membantu klien
untuk membedakan keyakinan individu mereka, keyakinan keluarga mereka, dan nilai-nilai
yang dipegang oleh kelompok budaya yang lebih besar. Terapis juga dapat mengambil
perspektif metakultural: budaya dapat diperiksa kekuatan dan kelemahannya, dan dapat
dievaluasi dalam hal seberapa baik atau buruknya mempromosikan hak asasi manusia dan
keadilan sosial.
Berikut merupakan contoh area permasalahan klien terkait budaya dan contoh ide intervensi
yang dapat klien berikan:
Tabel 1.
Area Permasalahan dan Ide Intervensi terkait Budaya
A. Contoh Area Permasalahan B. Contoh Ide Intervensi
Sindrom terkait budaya; stres akulturatif; Terapi yang disesuaikan secara budaya;
perbedaan tingkat akulturasi keluarga; menggabungkan metode penyembuhan asli
konflik identitas etnis; pengalaman (indigenous); terapi keluarga; penggunaan
mikroagresi; tingkat percaya diri yang sumber daya masyarakat; pendekatan
rendah; kesulitan membentuk hubungan pemberdayaan untuk kelompok dengan
intim; konflik keluarga; hambatan sejarah penindasan.
keberhasilan pekerjaan.
A. AREA PERMASALAHAN
1) Culture-Bound Syndromes
Ada banyak sindrom yang unik pada suatu budaya, dan klinisi perlu memiliki
pengetahuan tentangnya dan mampu mengenalinya. Lampiran I dari DSM-IV-TR
menyediakan daftar istilah dari 24 sindrom terkait budaya. Beberapa gangguan,
seperti depresi, dipandang universal, tetapi cara gejalanya diekspresikan akan berbeda
dari satu budaya ke budaya lain.
2) Microagressions
Terapis perlu mewaspadai dampak diskriminasi, marginalisasi, dan penindasan, yang
meliputi hilangnya kesempatan, internalisasi pesan negatif, dan sikap tidak percaya
yang akan mempengaruhi terbentuknya hubungan terapeutik.
3) Difficulties Associated With Immigration and Acculturation
DSM-IV-TR mencantumkan Akulturasi (pencampuran, tanpa menghilangkan)
(V62.4) sebagai fokus terapi, termasuk dalam kategori ini kesulitan bahasa, masalah
pekerjaan, kehilangan ikatan sosial, dan stres akulturasi/culture shock--sebuah
sindrom stres dengan gejala somatik; pengalaman pindah ke budaya yang berbeda
membawa banyak stresor, masalah, dan tantangan. Sedangkan asimilasi (peleburan
dua budaya, hingga menjadi budaya baru) adalah identifikasi dengan budaya klien
saat ini dan kelompok mayoritas, dengan sedikit keterikatan dan loyalitas pada budaya
asli. Ada pula istilah bikulturalisme, yakni integrasi ke dalam budaya baru sambil
tetap menjadi bagian dari komunitas etnis tempat asal klien.
4) Cultural Identity Conflicts
Terapis perlu mengenali ketika masalah identitas etnis, ras, atau orientasi seksual
merupakan faktor penting dalam masalah seperti harga diri rendah, kesulitan
membentuk hubungan intim, konflik keluarga, dan perjuangan mencapai kesuksesan
pekerjaan.
Kwan dan Sodowsky (1997) menggambarkan dua aspek yang berbeda dari identitas
etnis: 1) Internal: Pengetahuan, citra diri, rasa kewajiban, perasaan keterikatan dan
solidaritas, rasa nyaman dan aman dengan orang-orang dari kelompok etnis yang
sama dan adat istiadat, dan 2) Eksternal: Perilaku sosial dan budaya yang dapat
diamati, seperti penggunaan bahasa, pertemanan, partisipasi dalam kegiatan,
pemeliharaan tradisi, dan preferensi media.
5) Gender and Sexual Identity
Pada tahun 2009, APA menegaskan bahwa “ketertarikan, perasaan, dan perilaku
seksual dan romantis sesama jenis adalah variasi normal dan positif dari seksualitas
manusia terlepas dari identitas orientasi seksualnya.” Terapis yang bekerja dengan
populasi ini membutuhkan pemahaman di bidang berikut: seksualitas manusia,
pengembangan identitas, proses "keluar"/coming out, efek stigmatisasi, dinamika
hubungan sesama jenis, hubungan keluarga asal, masalah pengasuhan anak, masalah
tempat kerja, dan berjuang dengan spiritualitas dan keanggotaan kelompok agama.
6) Sources of Stress in the Culture
Klien mungkin menghadapi stres yang berasal dari nilai dan aturan kelompok budaya
tertentu, seperti tekanan untuk menerima perjodohan, tuntutan untuk mengambil alih
bisnis keluarga, dan guilt trip karena memilih untuk tetap tidak memiliki anak dan
tidak memberikan cucu. Catatan: ketika terapis dan klien memiliki latar belakang
budaya yang sama, kelemahannya adalah terapis dapat menerima klien "diberi"
beberapa aturan dan batasan yang sewenang-wenang yang diderita klien.
B. RANCANGAN INTERVENSI
1) Indigenous Healing Practices
Agama dan spiritualitas penting bagi beberapa kelompok budaya dan harus
diintegrasikan ke dalam terapi atau didorong sebagai sumber daya tambahan. Terapis
perlu memiliki pengetahuan tentang praktik penyembuhan sesuai budaya
(indigenous), seperti penggunaan curanderos dan espiritistas untuk orang Latin, dan
dapat menggunakannya jika sesuai (Ancis, 2004).
2) Therapy with Lesbians, Gays, and Homosexuals
Pachankis dan Goldfried (2004) menyarankan bahwa penyesuaian psikologis klien
LGBT dapat dibantu oleh beberapa faktor: komitmen terhadap identitas seksual,
keterlibatan dengan individu LGBT lainnya, dukungan keluarga, dan keterbukaan
tentang identitas seksual.
C. PERTIMBANGAN LAINNYA
1) Situational Stressors
Terapis sebaiknya mengevaluasi keparahan objektif dari stresor budaya dan
kerentanan serta faktor protektif bagi klien atau keluarga individu. Intervensi akan
fokus pada persepsi stresor, keterampilan individu dalam mengatasi masalah, dan
sumber dukungan sosial.
2) Internal Parts
Konflik antara identitas budaya yang berbeda dapat menjadi fokus pengobatan.
Misalnya, seseorang yang sedang melalui proses akulturasi dapat diminta untuk
berdialog dengan “Diri Tanah Asli” (dirinya yang dulu) dan “Diri Rumah Baru”
(dirinya saat ini).
3) Family System
Fungsi keluarga dapat menjadi fasilitator atau penghalang bagi pengalaman imigrasi
yang sukses (Ingram, 1990). Ketika anak-anak lebih berakulturasi daripada orang tua,
intervensi mungkin berfokus pada mengembalikan orang tua ke puncak hierarki.
Ketika orang muda jatuh cinta dengan anggota budaya yang berbeda, mereka
menghadapi tekanan orang tua yang berat untuk mengikuti aturan budaya daripada
hati mereka. Sesi keluarga mungkin berguna dalam situasi ini.
Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial memang merupakan faktor
pelindung terhadap efek negatif dari stresor psikososial, trauma, kekerasan, dan penyakit
fisik. Literatur medis telah menunjukkan nilai dukungan sosial untuk pencegahan dan hasil
kesehatan setelah penyakit atau cedera.
Ikatan sosial dan keanggotaan dalam jaringan sosial saja tidak menjamin pengalaman positif
dari dukungan sosial; ikatan tersebut dapat meningkatkan stres, menciptakan hambatan, dan
memaksakan kewajiban. Hoefnagels, Meesters, dan Simenon (2007) menemukan bahwa
"dukungan sosial negatif" (pengaruh sosial yang meningkatkan daripada menghilangkan
stres, dan perbedaan antara apa yang diberikan dan apa yang diinginkan) memprediksi tingkat
gejala kejiwaan yang lebih tinggi pada anak remaja dari orang tua. Kita semua memiliki
kecenderungan untuk memberikan jenis dukungan yang kita inginkan sendiri, jadi penting
untuk memahami perbedaan kelompok dan individu dalam dukungan yang diinginkan.
Tabel 2.
Area Permasalahan dan Ide Intervensi terkait Dukungan Sosial
A. Contoh Area Permasalahan B. Contoh Ide Intervensi
Keluhan kesepian atau isolasi sosial; Bantu klien mengakses dukungan saat ini
mengatasi stres, perubahan hidup, dan atau mengembangkan jaringan dukungan
trauma; depresi; penyakit; penyalahgunaan baru; mengenali perbedaan individu dalam
zat; berat badan dan masalah makan. dukungan sosial yang diinginkan;
psikoedukasi tentang manfaat dukungan
sosial; sesi gabungan; membantu klien
dalam mengatasi faktor negatif dalam
jaringan sosial; merekomendasikan
kelompok pendukung (langsung atau
Internet); menilai apakah klien tidak
memiliki keterampilan untuk berteman.
Gender Differences
Eagly (2009) merangkum penelitian tentang perilaku membantu pada pria dan wanita, dan
menemukan dukungan untuk asumsi berdasarkan stereotip—wanita menawarkan bantuan
dalam bentuk pengasuhan dan dukungan emosional; laki-laki menawarkan bantuan dalam
bentuk tindakan yang melibatkan lebih banyak dominasi dan kontrol.
Cultural Differences
- Asian-American lebih kecil kemungkinannya mencari dukungan dibanding Eropa-
American
- Dukungan emosional yang nyata vs Dukungan informasi
- African-American memiliki jaringan yang lebih kecil dibanding American kulit putih
Individual Differences
Penting untuk menemukan secara konkret perilaku seperti apa yang didefinisikan klien
sebagai supportive.
E.g. 3 klien mengalami stres dalam penyelesaian tugas akhir.
- (1) Hanya ingin diajak makan malam setelah seharian bekerja keras.
- (2) Hanya ingin dibantu koreksi referensi.
- (3) Hanya ingin dibiarkan sendiri dan dibebaskan dari rasa bersalah karena mengabaikan
penugasan.
Dalam studi tentang grieving and trauma, Orang-orang menerima manfaat yang
berbeda-beda dari berbagi perasaan dalam kelompok. Tingkat diferensiasi dan
kematangan emosie menentukan sejauh mana seseorang membutuhkan orang lain untuk
menopang self-esteem dan menenangkan emosi yang bermasalah.
Bidang psikologi sosial, sosiologi, psikologi organisasi dan antropologi menawarkan konsep
yang membantu dalam merumuskan tekanan dan tantangan yang dihadapi orang karena
posisi mereka dalam struktur sosial:
- Orang bisa menjadi anggota dari banyak kelompok, atau menghuni banyak peran,
dengan ekspektasi yang saling bertentangan.
- Perubahan status sosial berdampak pada bagaimana seseorang diperlakukan dan
bagaimana seseorang memandang dirinya.
- Norma memberikan pedoman untuk perilaku dalam pengaturan tertentu; norma
mungkin bertentangan dengan nilai-nilai pribadi.
- Kelompok sosial memiliki sanksi/ tindakan dari kelompok yang menghargai atau
menghukum terhadap kepatuhan norma.
- Stres kerja dapat didefinisikan sebagai respons fisik dan emosional yang berbahaya
yang terjadi ketika persyaratan pekerjaan tidak sesuai dengan kemampuan, sumber
daya atau kebutuhan pekerja.
Perencanaan Perawatan
Konsep-konsep di atas dapat memberikan banyak manfaat seperti kerangka makna, kesadaran
akan pilihan dan pemahaman tentang sifat bertahap dari banyak transisi. Selain itu, klien
dapat diarahkan untuk menemukan seorang mentor, seseorang yang memiliki pengetahuan
tentang sistem sosial dan yang akan memberikan informasi, dukungan serta memungkinkan
memberikan jalan dari beberapa hambatannya. Klien dapat disarankan untuk membaca
tentang peran spesifik yang mereka masuki.
- Depresi dan Peran
Psikoterapi Interpersonal (IPT) merupakan pengobatan yang didukung secara empiris
untuk depresi, mendefinisikan 4 jenis masalah interpersonal yang umumnya terkait
dengan depresi yaitu kesedihan, perselisihan peran interpersonal, transisi peran dan
defisit interpersonal. Dua diantaranya terkait dengan kinerja peran.
- Perdebatan Peran Interpersonal
Membantu klien untuk mengidentifikasi perselisihan, kemudian membuat pilihan tentang
rencana tindakan, untuk meningkatkan komunikasi atau untuk menilai kembali harapan.
Terapis perlu menentukan tahap perdebatan:
Renegotiation: Klien dan signifikan other secara aktif berusaha memperbaiki situasi
dengan ketenangan diri untuk mencapai resolusi konflik yang produktif.
Impasse: Saat diskusi berakhir, intervensi dapat menghasilkan peningkatan
ketidakharmonisan untuk menggerakkan para pihak ke negosiasi.
Dissolution: Hubungan terganggu.
- Transisi Peran
Individu yang secara klinis mengalami depresi cenderung mengalami perubahan peran
sebagai kehilangan. Terapis perlu membingkai kesulitan klien sebagai respons normal
terhadap perubahan dan membantu klien dengan tugas-tugas berikut seperti memeriksa
aspek baik dan buruk dari peran lama dan baru; mendorong ekspresi emosi, termasuk
duka masa lalu; menerima kemungkinan baru untuk kepuasan; mengembangkan
keterampilan untuk peran baru; dan membangun dukungan sosial baru.
- Membantu Klien Memahami Sistem Sosial
Terapis dapat memulai diskusi tentang sistem sosial (sekolah, pekerjaan, tempat agama)
di mana letak masalah. Dapat dilakukan dengan kertas atau papan tulis untuk
menggambar diagram mendeskripsikan bagaimana sistem kerja. Mirip dengan
pendekatan yang digunakan dalam hipotesis Family System (SC1). Anda dapat
menemukan hierarki, koalisi, segitiga dan batasan masalah yang ada dalam organisasi. 10
perspektif Lauffer (1984) akan membantu terapis dan klien memeriksa pengaturan
pekerjaan sebagai (1) ranah karir, (2) sistem peran, (3) sistem kelompok kecil, (4)
organisasi formal, (5) sistem pemrosesan input-output, (6) sistem sosial dalam interaksi
dengan lingkungan, (7) sistem perubahan dan pemrosesan individu, (8) penerapan
teknologi, (9) pencarian tujuan organisasi dan (10) tempat kekuasaan dan pertukaran
relasi.
- Integrasi terhadap Hipotesis Lain
Transisi Perkembangan (CS3): Dalam banyak kasus terjadi tumpang tindih antara
peran dan transisi perkembangan.
Kehilangan dan Berkabung (CS4): Tidak peduli seberapa diinginkan perubahan
peran itu, tetap mewakili kehilangan.
Defisit Keterampilan (BL3): Keterampilan baru diperlukan untuk peran baru. Orang
membutuhkan waktu dan pengalaman untuk mengembangkan kompetensi.
Kebebasan dan Tanggungjawab (ES2): Peran sosial baru yang sangat diinginkan
(pernikahan, menjadi orang tua, promosi di tempat kerja) dapat membawa
konsekuensi negatif yang tidak terduga dalam bentuk kebebasan terbatas. Analisis
untung dan rugi dari peran baru yang telah dipilih ataupun dipaksakan, dapat
menghasilkan pilihan untuk meninggalkan peran tersebut (meminta transfer atau
berhenti) atau untuk tegas mengejar modifikasi dalam harapan peran. Ketika sistem
sosial terlibat dalam praktik tidak etis atau ilegal, klien mungkin dihadapkan pada
pilihan apakah akan mengambil tindakan hukum atau mungkin mengambil peran
sebagai whistle blower.
Contoh Area Masalah: Mengatasi kemiskinan; Depresi; Fungsi yang buruk di sekolah
dan pekerjaan; Korban diskriminasi; Masalah keuangan; Masalah legalitas.
Contoh Ide Perawatan: Hindari menyalahkan korban; Hindari mengabadikan masalah
sosial dalam sidang; Pendidikan; Metode pemecahan masalah; Peningkatan
kesadaran; Pemberdayaan; Advokasi; Mengeksplorasi kemungkinan tindakan sosial.
Inti dari hipotesis ini adalah Jangan membuat permasalahan patologis seseorang adalah
produk dari ketidakadilan sosial.
Perubahan Sosial
Jika akar penyebab masalah adalah ketidakadilan dalam sistem sosial dan profesional
mencoba menyelesaikannya dengan rehabilitasi atau psikoterapi, masalah sosial tetap tidak
terpecahkan dan klien menginternalisasi devaluasi orang-orang yang disukai oleh sistem
sosial. Upaya untuk memecahkan masalah dengan mereformasi struktur yang ada. Tujuannya
adalah untuk mengubah institusi yang menindas dan mencapai keadilan sosial, distribusi
sumber daya masyarakat yang adil dan akses yang benar-benar setara terhadap peluang.
BAGIAN VANIA
…..
Perencanaan Penanganan
Meskipun penjelasan hipotesis ini menekankan perubahan sosial sebagai obatnya,
kenyataannya perencanaan penanganan yang efektif adalah bahwa Anda perlu membantu
klien individu menangani masalah pada tingkat pribadi.
Orientasi Praterapi
Terapis perlu menilai apakah klien mereka tahu apa itu psikoterapi dan mengapa dan
bagaimana seharusnya membantu.
Hubungan terapeutik
Ketika bekerja dengan klien yang menderita marginalisasi, viktimisasi, dan diskriminasi,
sangat penting untuk tidak menimbulkan luka yang sama.
Psikoedukasi
Terapis dapat menjelaskan dan mendiskusikan hubungan sebab akibat antara penderitaan dan
keterbatasan saat ini dan masalah sosial yang spesifik.
Pemberdayaan
Terapis harus membantu klien membedakan antara faktor-faktor dalam sejarah dan situasi
saat ini di mana mereka tidak memiliki kendali dan memang menjadi korban, dan aspek-
aspek kehidupan mereka di mana mereka memiliki pilihan, alternatif, dan kemungkinan
positif.
Tujuan inti dari terapi feminis adalah pemberdayaan, dan karena itu tidak hanya cocok untuk
perempuan tetapi juga untuk anggota minoritas yang tertindas. McWhirter (1994, hal. 12),
tujuan bagi orang-orang yang tidak berdaya atau terpinggirkan:
● Sadar akan dinamika kekuasaan di tempat kerja dalam konteks kehidupan mereka.
● Mengembangkan keterampilan dan kapasitas untuk mendapatkan kendali yang wajar
atas kehidupan mereka.
● Latihan keterampilan ini tanpa melanggar hak orang lain.
● Secara aktif mendukung pemberdayaan orang lain di masyarakat
Advokasi
Dalam peran advokat, profesional membantu klien mengatasi hambatan institusional untuk
tujuan pribadi, sosial, akademik dan karir mereka. Ini berarti membuat kontak dengan
anggota komunitas untuk meminta bantuan mereka dalam membantu klien.
Format Grup
Kelompok membantu menguniversalkan masalah dan mencegah individu menyalahkan diri
sendiri. Kelompok memberikan kesempatan untuk pemecahan masalah bersama dan berbagi
strategi koping dan sumber daya, serta kekuatan penyembuhan dari dukungan sosial.
------
Malingering
Diagnosis berpura-pura dibenarkan ketika orang tersebut berpura-pura, mengarang, atau
melebih-lebihkan gejala dan gangguan untuk mendapatkan semacam keuntungan yang dapat
diidentifikasi (misalnya, pengurangan hukuman, pembayaran cacat, perlakuan khusus).
Gangguan Buatan
Dalam gangguan buatan, orang tersebut sengaja berpura-pura gejala untuk mengambil peran
sakit tanpa insentif eksternal untuk perilaku tersebut. Gangguan buatan dengan gejala
psikologis adalah sulit untuk di diagnosis dan perlu dibedakan dari gangguan somatoform
(Phillips, 2003). Gejala memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
● Perubahan dari hari ke hari atau dari satu rawat inap ke rumah sakit berikutnya.
● Perubahan gejala saat pasien merasa diperhatikan.
● Gejala yang tidak biasa dan fantastis.
● Asosiasi gejala yang jarang yang dimiliki oleh beberapa gangguan psikiatri yang
berbeda.
● Sejarah seringkali memiliki cerita yang dramatis, dibesar-besarkan, dan detail yang
tidak jelas.
Tidak seperti orang yang berpura-pura, yang memiliki keuntungan eksternal yang jelas
karena dinilai sakit mental, orang-orang dengan gangguan buatan dimotivasi oleh faktor
internal yang tidak diketahui. Elwyn, Ahmad, and Burns (2002) mendaftar beberapa
kemungkinan penjelasan:
● Kecenderungan masokis yang mendasari.
● Kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian dan merasa penting.
● Kebutuhan untuk mengambil status ketergantungan dan menerima pengasuhan.
● Kebutuhan untuk meredakan perasaan tidak berharga atau kerentanan.
● Kebutuhan untuk merasa lebih unggul dari figur otoritas yang dipuaskan dengan
menipu mereka.
Dengan diagnosis ini, prognosisnya sangat buruk karena kecil kemungkinannya bahwa orang
tersebut ingin melepaskan peran pasien yang diinginkan.
Gaslighting
Dengan sengaja menyebabkan seseorang mengembangkan penyakit mental dengan
memanipulasi atau lingkungannya dan menggunakan kekuatan persuasi.
Perencanaan Penanganan
Untuk individu dengan gangguan jiwa, pendekatan pengobatan memerlukan pendekatan
terpadu sistem penanganan. Untuk individu yang berpura-pura, tantangannya adalah
memberikan penilaian yang valid dan tidak memberikan diagnosis dan pengobatan bagi
orang yang tidak membutuhkannya.
LINGKUNGAN (SC7)
Solusi dapat melibatkan memodifikasinya, meninggalkannya, memperoleh sumber daya
material, atau menerima apa yang tidak bisa diubah. Dengan setiap klien, penting untuk
menilai sejauh mana lingkungan penghalang atau fasilitator untuk mencapai tujuan.
Profesional kesehatan mental mungkin meremehkan kekuatan pengaturan untuk menentukan
kesejahteraan dan kualitas hidup. Itu konsep "ceruk lingkungan" dapat membantu klien
menyadari bahwa mereka tidak harus mengubah diri menjadi bahagia.
Contoh Area Masalah: Stres; disforia; ketidakpuasan dengan lingkungan; frustrasi dengan
kerja; isolasi sosial.