Anda di halaman 1dari 16

Chapter 10

Cognitive Models
Pendahuluan

 Pendekatan kognitif dapat diterapkan apabila elemen dari persoalan klien berkaitan dengan proses

berpikirnya sebab akan sulit membayangkan situasi individu yang tidak dipengaruhi oleh

konstruksi kognitif individu itu sendiri tentang sebuah realitas.

 Contoh konkret: Piaget tentang skema pada perkembangan kognitif atau studi budaya yang mampu

mempengaruhi individu dalam memikirkan atau melihat suatu hal.

 Gangguan yang erat dengan pendekatan kognitif adalah gangguan kecemasan dan disregulasi

emosional.

 Belakangan muncul terapi yang dinangui oleh pendekatan CBT untuk mengajarkan perhatian dan

penerimaan, serta menumbuhkan perspektif metakognitif.

(1)
Metacognitive
 Berpikir mengenai apa yang dipikirkan (aware, sadar mengenai dirinya sendiri)
 Individu memiliki kesadaran (aware) akan pengalaman dalam dirinya (perasaan, pikiran,
sensasi) tanpa harus bereaksi dengan hal tersebut
 Berada pada minimal fase Formal-Operational thinking (remaja/dewasa awal)
Fase ini dibagi menjadi 3 bagian:
o Early: (baru) bisa mengidentifikasikan dan menyadari bahwa adanya pengulangan
terhadap hal yang terjadi atas dirinya. (aku gak mau nikah)
o Late: (sudah) bisa memeriksa/mengidentifikasi pola-pola pengulangan yang
terbentuk dan individu memahami bagaimana ia membentuk pola berpikirnya pada
realitas. (aku gak mau nikah, soalnya ada konsekuensi yang akan mengikuti)
o Dialectical: Mengembangkan kesadaran (aware) bahwa pola berpikir yang terbentuk
pada realitasnya itu dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan. (aku gak mau nikah
karena aku melihat pernikahan orangtuaku)
 5 kapasitas metacognitive:
1. Menerima perasaan dan pemikiran tanpa harus ada reaksi yang tidak menyenangkan
dan tidak menghindar dari perasaan tersebut. (menerima pemikiran tidak mau
menikah, tapi tidak memunculkan perasaan takut pada lawan jenis misal)
2. Dapat memisahkan pemikirannya dengan kenyataan yang ada. Misalkan: keyakinan,
pendapat tidak selalu sama dengan orang lain atau tidak bisa diaplikasikan pada
realitasnya. (individu bisa menerima pemikiran orang lain yang berbeda, misal
membolehkan orang lain untuk menikah/tidak memaksakan keyakinannya dia juga)
3. Menyadari bahwa apa yang dipikirkan tidak benar dan dapat mengontrol pikirannya
sendiri. (sudah ada kontrol diri)
4. Mengevaluasi baik dan buruk dari suatu pemikiran. Misalkan: khawatir akan suatu
hal, apa manfaatnya?
5. Bisa memilih dan menentukan pemikiran mana yang akan diikuti, bisa mengubah
pola pikir (memiliki alternatif pemikiran lain, tidak fokus di pemikiran negatif)
Treatment Planning dari Metacognitive
Harus ada kesadaran bahwa metacognitive dapat membantu klien
Berhasil pada worry and rumination, hypervigilance to threat (OCD and PTSD);
depression; anxiety disorders; emotional dysregulation; marital conflict; delusions and
hallucinations; ADHD; hypochondriasis; and substance abuse.
1. Psikoedukasi
Menginformasikan mengenai pola pikir yang sedang dijalani efektif atau tidak
2. Self-Monitoring Homework
Menggunakan Antecedents &Consequences sebagai dasar self-monitoring untuk
meningkatkan kemampuan klien dalam mengidentifikasi pemikirannya.
3. Clarifying Questions
Mengidentifikasi perasaan dan pikiran, mendeskripsikan pemikiran dan memberi label
pada perasaan dengan tepat.
4. Building Metacognitive Skills
Menyadari adanya perilaku yang mempunyai pola tertentu dan pemikiran apa yang
mendukung pola tersebut.
Cara meningkatkan kapasitas metacognitive:
 Dialectical Behavior Therapy (DBT)
Cocok untuk Borderline Personality Disorder (BPD)
Intinya melakukan mindfulness dan distress tolerance
Mindfullnes skills: Berada di masa yang sekarang, dan bisa untuk melihat
pengalaman secara objektif dan menerima pengalaman beserta apa yang dirasakan
dan menyadari bahwa pikiran hanya pikiran dan perasaan hanya perasaan.
Distress skills: Dapat mendistraksi melalui hal yang menyenangkan dan pemikiran
yang positif
Misal: Self-soothing (mendengarkan musik, melakukan hal yang menenangkan),
memikirkan benefit dari menoleransi pemikiran negatif
 Metacognitive Therapy
Cognitive Attentional Syndrome (CAS) yang mana adanya pemikiran yang menetap
(biasanya pemikiran negative) dan pemusatan perhatian yang tidak efektif pada
suatu pemikiran.
Step CAS:
1. Identifikasi penyebab CAS
2. Tentukan bentuk ruminasinya (durasi, isi, dll)
3. Dihubungkan dengan permasalahan yang terjadi
4. Identifikasi keyakinan pemikiran yang negative
5. Identifikasi keyakinan pemikiran yang positif yang mendukung CAS
Dalam mengatasi CAS ini terdapat 2 teknik, yaitu:
1. Attentional training
2. Situational attentional refocusing
 Acceptance and Commitment Therapy (ACT)
Membantu klien membangun Psychological flexibility dengan tujuan meningkatkan
toleransi terhadap distress dan mengurangi penghindaran.
Acceptance strategies: ajarkan bahwa acceptance dan willingness berbanding
terbalik dengan mengontrol. Meningkatkan keinginan untuk mentoleransi hal yang
mengganggu atau menyakiti.
Defusions strategies: dapat melihat pemikiran dan bukan berada dalam pemikiran
tersebut. Membuat imagery diri dan pikiran terpisah dan dapat dilepaskan
5. Mindfulness-based Empirically Supported Therapies
Intinya ada mind-monitoring yang mana dapat merasakan esensi dari diri sendiri, makna
dari diri sendiri.

LIMITATIONS OF COGNITIVE MAP

Definisi

Keterbatasan Peta Kognitif klien (mis., Keyakinan, skema, dan narasi)

menyebabkan masalah atau mencegah solusi.

Penjelasan
Ada skema maladaptif, asumsi, aturan, keyakinan, ramalan yang terpenuhi
dengan sendirinya, dan narasi pribadi yang perlu diidentifikasi, dievaluasi,
ditantang, dan direvisi. Elemen peta kognitif dinilai bermasalah, bukan
karena standar budaya atau arbitrer tetapi karena mereka membatasi
pilihan, menciptakan rasa sakit, dan mengganggu pemenuhan kebutuhan
klien, mencapai tujuan, dan menikmati hidup.
Contoh:
Jenny (30, Filipina) telah Tom (42, Afrika-Amerika, Julia (40, Putih, bercerai),
menghadiri kelompok pengacara) mengakui wanita profesional yang
swadaya untuk bahwa "kegilaan kerja"-nya cerdas, merasa "terjebak"
"codependents" tetapi berdampak negatif pada dalam hubungan dengan
merasa bahwa dia hubungannya dengan pria yang dia gambarkan
membutuhkan terapi keluarganya. Dia bilang dia sebagai "dingin, pendiam,
individu. Dengan terapisnya, ingin berubah, tetapi ketika dan tidak baik." Melalui
dia mengidentifikasi asumsi dia tidak pergi ke kantor terapi, dia mengidentifikasi
yang salah: “Kebutuhan saya pada akhir pekan,dia elemen-elemen peta
tidak penting”; “Semakin merasa tidak berharga dan kognitifnya ini: “Saya tidak
saya berkorban, semakin tertekan. Ketika dia pergi dapat bertahan tanpa
saya layak untuk dicintai”; bersama istri dan anak- hubungan”; “Hubungan apa
dan “Jika saya menegaskan anaknya ke Disneyland, dia pun lebih baik daripada
kebutuhan saya atau marah karena membuang- tidak sama sekali”; dan
menolak permintaan orang buang waktu dan merusak “Jika saya berusaha keras,
lain, mereka akan menolak hari. saya akan membuatnya
dan meninggalkan saya.” berubah.”

Contoh Area Masalah: Gangguan Axis I dan Axis II; dapat berlaku untuk semua
masalah.

Contoh Ide Perawatan: Psikoedukasi; mengidentifikasi elemen kognitif; pekerjaan


rumah pemantauan diri; mendiskusikan asal-usul skema maladaptif awal; teknik terapi
naratif seperti "menulis ulang percakapan"; pertanyaan Sokrates; membingkai ulang;
Teknik CBT, seperti "panah ke bawah" dan analisis biaya-manfaat; bujukan; fokus
pada perubahan perilaku dan perubahan skema akan mengikuti.

Istilah peta kognitif mengacu pada struktur pemikiran yang dalam, seperti skema, aturan, atau
pandangan dunia budaya. Banyak istilah berbeda yang digunakan untuk konsep ini:

1. model of the world,


2. assumptive world,
3. perceptual system,
4. narrative
Metafora Peta

 Menurut Laborde (1978) kita mempersepsikan dunia nyata dengan representasi


(ditangkap oleh indra dan diproses yang menghasilkan konsep/ide) dari dunia nyata.
 Peta tersebut menentukan perilaku kita dan ketidabahagiaan dapat menjadi
keterbatasan dalam diri kita.
 Tugas terapis membantu klien memeriksa keterbatasan pada dirinya dan menemukan
cara untuk menempatkan rute menuju kebahagiaan.
 Pada peta cognitive yang salah dapat menciptakan tujuan yang tidak
mungkin/hambatan imajiner.
 Contoh: seseorang membuat tujuan bahwa ayah harus setuju, namun sang ayah
mungkin tidak mampu memberikan persetujuan
contoh: hambatan dalam imajiner yaitu “saya tidak mampu dalam berkuliah karena
tidak cukup pintar”

Behavior Makes Perfect Sense

Cameron-Bandler (1985) menulis, "Perilaku manusia, tidak peduli betapa aneh atau
resistennya kelihatannya, masuk akal jika dilihat dalam konteks pilihan yang dihasilkan oleh
peta atau model seseorang." Dia melanjutkan, “Bukan karena klien kami membuat pilihan
yang salah, hanya saja mereka tidak memiliki cukup pilihan yang tersedia saat dibutuhkan.
Masing-masing dari kita membuat pilihan terbaik yang tersedia bagi kita dari model dunia
kita”.

Peta Harus Diperbarui

Peta kognitif yang dikembangkan di masa kanak-kanak tidak dapat sepenuhnya valid
di masa dewasa, bukan hanya karena perubahan di dunia dan dalam diri sendiri, tetapi karena
dibangun dengan kapasitas kognitif seorang anak.
• Jembatan yang dulu kita andalkan tidak lagi membawa kita ke tempat yang kita inginkan:
Membuat ulah tidak lagi membuat orang lain memperhatikan saya.

• Orang-orang masih melewati jalan bergelombang yang sama, meskipun jalan raya super
baru telah dibangun: Kami berulang kali memilih teman dan pasangan yang sulit dengan cara
yang sama seperti orang tua dan saudara kami, walaupun kami dapat menemukan orang lain
yang santai, nyaman, dan menyenangkan berada di sekitar kita.

Normal Resistance to Change


Model realitas yang stabil memberikan pedoman tentang bagaimana berperilaku,
bagaimana memprediksi konsekuensi, bagaimana memaksimalkan kepuasan, dan bagaimana
mengurangi rasa sakit dan kecemasan. Model membuat hidup lebih mudah dan
memungkinkan orang berfungsi secara efisien karena setiap situasi baru dapat dikategorikan
sebagai sesuatu yang akrab daripada diperlakukan sebagai sesuatu yang benar-benar baru.
Mengingat kebutuhan akan stabilitas, beberapa resistensi terhadap perubahan diharapkan dan
adaptif.

Skema Maladaptif Awal

Skema adalah hubungan antara pengalaman anak usia dini dan peta kognitif orang dewasa,
oleh karena itu, hipotesis Keterbatasan Peta Kognitif terintegrasi dengan sangat lancar dengan
hipotesis Pola Berulang psikodinamik (P2) dan dapat menjadi fokus pengobatan. Jeffrey
Young (1999), seorang terapis kognitif-perilaku, mengembangkan tipologi skema yang
berkontribusi pada gangguan kepribadian serta disfungsi yang tidak terlalu ekstrem.
Skema Maladaptif Awal Jeffrey Young
1. Disconnection and Rejection

Harapan bahwa kebutuhan kita akan keamanan, keselamatan, stabilitas,


pengasuhan, empati, berbagi perasaan, penerimaan, dan rasa hormat tidak
akan terpenuhi dengan cara yang dapat diprediksi. Kategori ini mencakup
ekspektasi pengabaian atau penyalahgunaan; kebiasaan sikap tidak
percaya; anggapan bahwa kebutuhan akan perhatian, kasih sayang, empati,
perlindungan, dan dukungan tidak akan terpenuhi.
2. Impaired Autonomy and Performance

Harapan tentang lingkungan dan diri kita sendiri yang mengganggu


kemampuan kita untuk berpisah, bertahan hidup, berfungsi secara mandiri,
atau tampil dengan sukses. Kategori ini mencakup keyakinan bahwa kita
perlu bergantung pada orang lain, kita rentan terhadap bahaya; dan
kegagalan adalah keniscayaan.
3. Impaired Limits

Kekurangan dalam batasan internal, tanggung jawab kepada orang lain,


atau orientasi tujuan jangka panjang, yang menyebabkan kesulitan
menghormati hak orang lain, bekerja sama dengan orang lain, membuat
komitmen, atau menetapkan dan memenuhi tujuan pribadi yang realistis.
Kategori ini mencakup keyakinan akan hak; tidak terikat oleh aturan yang
membatasi orang lain; desakan bahwa kita harus dapat melakukan atau
memiliki apa pun yang kita inginkan; dan kurangnya keyakinan yang
diperlukan untuk pengendalian diri dan toleransi frustrasi.
4. Other-Directedness

Fokus berlebihan pada keinginan, perasaan, dan tanggapan orang lain


(dengan mengorbankan kebutuhan kita sendiri) untuk mendapatkan cinta
dan persetujuan, mempertahankan rasa hubungan kita, atau menghindari
pembalasan—biasanya melibatkan penekanan dan kurangnya kesadaran
tentang kemarahan dan kecenderungan alami kita sendiri. Kategori ini
mencakup penyerahan kendali kepada orang lain untuk menghindari
kemarahan, pembalasan, atau pengabaian; keyakinan bahwa kita
diharuskan untuk menekan preferensi, keputusan, dan keinginan kita;
dan/atau ekspresi emosi kita; pengorbanan diri; dan pencarian persetujuan.

5. Overvigilance and Inhibition

Penekanan berlebihan pada penekanan perasaan, impuls, dan pilihan


spontan kita atau pada pemenuhan aturan yang kaku dan terinternalisasi,
dan harapan tentang kinerja dan perilaku etis, seringkali dengan
mengorbankan kebahagiaan, ekspresi diri, relaksasi, hubungan dekat, atau
kesehatan. Kategori ini termasuk pesimisme; penghambatan emosional;
perfeksionis; dan intoleransi dan hukuman terhadap orang lain yang tidak
memenuhi standar kita.

Limiting Narratives
Para pendiri Terapi Narasi mendefinisikan narasi sebagai peta kognitif yang diperluas
melalui waktu. White dan Epston (1990) menjelaskan:

Dalam upaya untuk memahami hidup, orang menghadapi tugas mengatur pengalaman
mereka dari peristiwa dalam urutan waktu sedemikian rupa untuk sampai pada akun yang
koheren tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka.

Freedman dan Combs (1996) menjelaskan bahwa terapis membantu klien


mengembangkan narasi baru yang menawarkan "citra diri baru, kemungkinan baru untuk
hubungan dan masa depan baru," mencatat bahwa "ketika narasi kehidupan membawa makna
yang menyakitkan atau tampaknya hanya menawarkan pilihan yang tidak menyenangkan,
mereka dapat diubah dengan menyoroti berbagai peristiwa yang sebelumnya tidak bertingkat
atau dengan mengambil makna baru dari peristiwa yang sudah bertingkat, sehingga
membangun narasi baru”. Setelah mendengarkan dan memahami cerita tanpa berusaha
memasukkannya ke dalam kategori yang sudah ada sebelumnya, terapis membantu klien
untuk mendekonstruksinya, yang berarti menyadari (a) cerita itu bukan kenyataan, (b) cerita
dipengaruhi oleh yang tersedia di masyarakat dan budaya, dan (c) ada kemungkinan cerita
alternatif.
Sindrom Utopian

Harapan untuk hidup yang mudah, tanpa usaha, tanpa rasa sakit menyebabkan lebih
banyak rasa sakit daripada sekadar menerima kenyataan dari kondisi manusia. Ketika orang
belajar bahwa usaha, kekecewaan, dan pengalaman menyakitkan adalah bagian alami dari
kehidupan, mereka dapat mengatasi dengan lebih baik apa pun yang mengganggu mereka. Ini
adalah tema buku terlaris Peck (2003) dari tahun 1978, The Road Less Traveled, yang dibuka
dengan kata-kata "Hidup itu sulit."

Contoh berikut menggambarkan skema utopis:

Michelle, seorang dokter gigi Cina-Amerika berusia 35 tahun, menikah, dan ibu dari tiga
anak di bawah usia 12 tahun mengeluh bahwa dia tidak “menghidupkan potensinya dalam
segala hal yang dia lakukan.” Dia pikir dia adalah ibu dan istri yang buruk karena dia kadang-
kadang kehilangan kesabaran dan berteriak pada anak-anaknya, dan dorongan seksnya telah
berkurang sejak tahun-tahun awal pernikahannya.

Pemikiran utopis dibahas dalam Bab 4, di bawah Standar 10 untuk tujuan hasil: Mereka harus
realistis dan dapat dicapai. Dalam menantang pemikiran utopis, penting untuk tidak
mengecilkan hati orang dari mengejar tujuan yang sulit, tetapi bukan tidak mungkin.

Self Efficacy

Penilaian efikasi diri semudah menanyakan klien seberapa yakin dia bahwa dia dapat
berhasil mencapai tujuan tertentu. Penelitian telah menunjukkan bahwa keyakinan efikasi diri
yang tinggi berkontribusi pada perilaku yang meningkatkan kesehatan (misalnya, pemulihan
dari kecanduan), suasana hati dan optimisme yang positif, keberhasilan dalam mengatasi
krisis, jumlah upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan, dan ketekunan dalam
menghadapi krisis. hambatan dan kegagalan. Dalam hal efikasi diri, sebab-akibat bersifat dua
arah: ia merupakan sebab dan akibat dari pencapaian tujuan yang berhasil; pada
kenyataannya, dalam studi penelitian, ini digunakan sebagai prediktor dan ukuran hasil terapi
yang berhasil.

Perencanaan Perawatan
Bagian ini memberikan contoh cara terapis mengajar klien tentang konsep peta kognitif yang
salah dan skema maladaptif; membantu mereka mengevaluasi keyakinan dengan memeriksa
bukti empiris, efek pada suasana hati, tingkat rasionalitas, atau dampak pada pencapaian
tujuan; dan mempromosikan perubahan kognitif yang positif.

Penjelasan dan Pengajaran

Sebuah metode yang umum digunakan memberikan model ABC untuk mengajar klien peran
kognisi dalam menentukan reaksi emosional mereka.

"Saya mengalami depresi karena dia tidak menelepon." "Dia membuatku marah ketika dia
bertanya ke mana aku pergi." "Dia bilang aku harus bekerja di akhir pekan, jadi aku
membentak." Asumsi sebab-akibat ini dapat ditarik dengan huruf A dan C:

[A] Peristiwa → [Penyebab] → [C] Perasaan

Kemudian terapis dapat menjelaskan mengapa tidak demikian: Peristiwa yang sama dapat
menyebabkan perasaan yang berbeda.

Ada sesuatu yang mengintervensi antara A dan C, dan itulah B:

[A] Peristiwa → [B] Berpikir → [C] Perasaan.

Therapeutic Conversations
Peta kognitif akan berubah selama percakapan terapeutik apa pun. Terkadang percakapan
tersebut merupakan diskusi filosofis tentang pandangan klien tentang dunia dan evaluasi
prinsip-prinsipnya dalam hal kebenaran, moralitas, kemanfaatan, dan nilai-nilai lainnya.
Terapis naratif mendorong klien untuk menceritakan kisah tentang kehidupan mereka dan
menggunakan teknik seperti mengeksternalisasi atau menulis ulang percakapan untuk
mendorong klien menciptakan pandangan alternatif.

Terapis dapat menceritakan kisah hidup dan perjuangan mereka sendiri, berbicara tentang
skema mereka sendiri dan bagaimana mereka diubah melalui pengalaman dan pilihan.
Setelah mendengarkan cerita klien, terapis dapat memberikan firasat tentang kemungkinan
skema: Anda tampaknya memiliki harapan bahwa masalah ini dapat diselesaikan tanpa harus
mengeluarkan usaha apa pun. Kata-kata dan nada suara menunjukkan bahwa terapis bersifat
tentatif, menunggu persetujuan atau ketidaksetujuan klien. Terapis perlu peka terhadap
perasaan klien dan berhati-hati untuk tidak mempermalukan klien dengan menyiratkan bahwa
mereka bodoh memiliki keyakinan yang salah. Dengan menghubungkan skema ke
pengalaman hidup sebelumnya, Anda dapat membantu orang memahami bahwa skema
mereka masuk akal, mereka hanya perlu diperbarui.

Persuasion and Direct Influence


Terapis juga mengajarkan klien tentang konsep kognitif "hak" dan tentang bagaimana
keyakinan tentang hak diri sendiri dan orang lain berkontribusi pada ketidaktegasan atau
agresivitas alih-alih tingkat ketegasan yang sesuai. Lange dan Jakubowski (1978)
menggambarkan bagaimana pesan sosialisasi yang lebih sering diberikan kepada anak
perempuan daripada anak laki-laki dapat membatasi rasa hak pribadi mereka:

• Saya tidak berhak menempatkan kebutuhan saya di atas kebutuhan orang lain.

• Saya tidak berhak melakukan apa pun yang menyiratkan bahwa saya lebih baik dari orang
lain.

• Saya tidak berhak untuk merasa marah atau mengungkapkan kemarahan saya.

• Saya tidak berhak meminta orang lain.

• Saya tidak berhak melakukan apa pun yang mungkin menyakiti perasaan orang lain.

Cognitive-Behavioral Therapy
Pelatihan CBT akan memberikan alat untuk bekerja dengan peta kognitif yang salah
dan akan membangun kompetensi dalam formulasi kognitif. Pendekatan CBT menggunakan
agenda, pendekatan didaktik, dan kegiatan terstruktur. Namun, ketergantungan eksklusif pada
CBT akan membatasi pilihan perawatan Anda. Reinecke dan Freeman (2003) menyatakan
bahwa:
Create a Collaborative Relationship
Dalam bahasa Aaron Beck, Anda terlibat dalam "empirisisme kolaboratif," mengajar klien
untuk berfungsi sebagai "ilmuwan pribadi" dengan menguji keyakinan terhadap realitas
empiris. Alih-alih mengambil sikap bahwa Anda harus mengubah klien, asumsikan bahwa
orang dewasa dengan kecerdasan normal akan ingin membuat perubahan ketika dia
menemukan bahwa pola pikirnya sendiri menciptakan dan memelihara masalah.

Downward Arrow Technique


Dengan mengulangi pertanyaan yang sama (Dan itu artinya? Lalu? Dan selanjutnya?),
serangkaian tanggapan mengarahkan klien dari pemikiran awal ke skema dan keyakinan inti
yang lebih dalam.

Misalnya, ketika klien mengidentifikasi pemikiran negatif yang mengarah pada


kecemasan tentang kinerja, pertanyaan yang baik untuk diajukan adalah Jika pemikiran itu
benar, mengapa hal itu mengganggu? Atau Apa artinya itu bagi Anda?

Ketika pertanyaan tidak menghasilkan respons yang "lebih dalam", maka keyakinan
inti telah diidentifikasi dan terapis dapat melanjutkan untuk menantang keyakinan itu. Setelah
teknik ini didemonstrasikan dalam sesi dengan terapis, klien dapat menggunakannya sebagai
tugas pekerjaan rumah.

Cost-Benefit Analysis
Alih-alih membahas apakah keyakinan inti rasional atau benar, analisis biaya-manfaat
melibatkan klien dalam pemeriksaan apakah berguna untuk terus mempertahankan keyakinan
itu. Keyakinan itu ditulis, dan kemudian di bawahnya ditarik dua kolom, satu untuk
keuntungan atau alasan untuk mempertahankan dan yang lainnya untuk kerugian atau alasan
untuk berubah.

Focus on Changing Behaviors

Perubahan perilaku dapat mendahului perubahan skema. Untuk mengubah harga diri yang
buruk, orang tersebut membutuhkan data bahwa dia berperilaku dengan cara yang layak
dihargai; orang menciptakan keyakinan efikasi diri dengan mengalami penguasaan pada
tugas-tugas yang menantang.

Jika peta kognitif menciptakan rasa takut dengan melabeli banyak situasi sebagai
"mengancam dan berbahaya", akan bermanfaat untuk membantu orang tersebut terlibat dalam
perilaku berisiko, melakukan apa yang sulit, terlepas dari rasa takut. Kemudian ketika klien
menguasai situasi tersebut, peta kognitif akan berubah dan situasi tidak lagi dilabeli
berbahaya.

Misalnya, Albert Ellis memberikan tugas ini kepada klien yang memiliki keyakinan bencana
tentang konsekuensi tampil konyol di depan umum: Naik kereta bawah tanah New York dan
saat Anda mendekati setiap stasiun, teriakkan nama pemberhentiannya.

(3)

DEFICIENCIES IN COGNITIVE PROCESSING

Defiencencies in Cognitive Processing


Definisi:
Klien menunjukkan adanya skema berpikir yang mengarah pada pemrosesan informasi yang salah,
melihat realitas secara buruk, dan gaya berpikir yang tidak fleksibel.
Penjelasan:
Individu membutuhkan kemampuan untuk memahami suatu pengalaman dengan cara mengubah
skema sehingga dapat mengakomodasi pengalaman yang baru. Pemrosesan kognitif yang adaptif
adalah yang melihatkan kesediaan individu untuk mencari validasi baik dari pengalamannya
langsung maupun realitas yang diterima oleh orang lian. Masalah dapat dilihat dari kemampuan
atau keterampilan kognitif serta gaya kognitif yang tidak sesuai dengan konteks dan tujuan individu
itu sendiri.
Contoh:
1. Corinne (32, Latina) menemukan banyak bukti bahwa hidup tidak layak untuk dijalani.
Mobilnya mogok, membuktikan "Tidak ada yang berhasil untuk saya." Pacar terbaiknya
tidak membalas pesan telepon, menunjukkan "Dia tidak peduli tentang saya." Bosnya
menunjukkan kesalahan kecil yang dia buat, membuatnya menyimpulkan: "Saya kira saya
tidak memiliki apa yang diperlukan untuk berhasil dalam hal apa pun."
2. Tom (27, White) mengembangkan skema, “Pria tidak dapat dipercaya” ketika pacar SMA-
nya putus dengannya dengan cara yang memalukan. Ketika dia bertemu seseorang yang
sangat dia sukai, dia mengharapkan panggilan pada hari berikutnya. Jika pria itu
menelepon 3 hari kemudian, Tom bertindak sangat jauh dan keren. Ketika pria itu berhenti
menelepon, Tom menyimpulkan, ”Lihat, saya tahu dia akan menolak saya.”
3. John (38, Korea-Amerika) ingin menikah dan berkeluarga. Ketika dia bertemu dengan
seorang wanita dengan tipe kecantikan tertentu, dia yakin bahwa “Dia adalah calon
istriku.” Ketika dia berhubungan seks dengannya, dia menafsirkannya sebagai bukti bahwa
dia jatuh cinta padanya. Ketika dia putus dengannya, dia yakin, “Dia berusaha keras untuk
mendapatkannya. Aku tahu kita akhirnya akan menikah.”
Contoh area persoalan:
Depresi; gangguan kecemasan; gangguan dismorfik tubuh; OCD; masalah manajemen kemarahan;
gangguan psikotik; gangguan Makan; masalah hubungan dan pekerjaan.
Contoh penerapan terapi:
Jelaskan daftar kesalahan dalam berpikir (misalnya, overgeneralization, all-or-nothing);
pertanyaan; empirisme kolaboratif; konfrontasi; latihan mendengarkan secara aktif.

BECK'S ERROR OF THINKING

Terapis dapat membantu klien memperbaiki pemrosesan informasi yang salah dan memperoleh alat

untuk menghindari kesulitan di masa depan dengan mengajari mereka untuk mengenali dan

memperbaiki kesalahan spesifik dalam berpikir. Tabel 10.2 memberikan nama dan contoh untuk

beberapa kesalahan yang paling umum:

Overgeneralization Menggunakan istilah seperti selalu dan tidak pernah dan mengabaikan
pengecualian apa pun. Dengan asumsi bahwa pengetahuan tentang satu
anggota kelompok memberi Anda pengetahuan tentang semua anggota
kelompok itu. Pria tidak mampu berempati. (mengeneralisasi semua hal)
Personalization Dengan asumsi bahwa peristiwa eksternal merujuk kepada Anda tanpa
mempertimbangkan penjelasan alternatif. Ketika seseorang di tempat
kerja terlihat sibuk, Anda mengira itu karena dia marah kepada Anda.
(efeknya balik ke diri sendiri)
All-or-nothing Dikenal juga sebagai pemikiran dikotomis atau terpolarisasi, segala
thinking sesuatu dipandang sebagai hitam dan putih; tidak ada nuansa abu-abu.
Anda membuat satu kesalahan dan menyamakannya dengan kegagalan
total. Orang yang dikagumi mengungkapkan kelemahannya, dan Anda
sekarang menganggapnya jijik. (kalo gak termasuk/sesuai sm yang
diyakini, artinya langsung tidak)
Arbitrary Inference Biasa disebut melompat ke kesimpulan—mengambil satu data dan
menarik kesimpulan secara cepat, tanpa mempertimbangkan penjelasan
alternatif atau mengumpulkan lebih banyak data. Seorang teman
terlambat sekali, dan Anda menganggap dia orang yang tidak
bertanggung jawab. (efeknya menyalahkan orang lain)
Selective Abstraction Menggunakan "filter mental" untuk memilih hanya satu jenis informasi
dari pengalaman yang kompleks dan mengabaikan yang lainnya,
termasuk keseluruhan konteks. Seseorang dengan filter "marah"
menggambarkan harinya dalam hal hal-hal buruk yang dilakukan orang
lain padanya. (kejatuhan cicak, sial seharian???)
Mind Reading Dengan asumsi bahwa Anda dapat secara akurat mengetahui apa yang
dipikirkan dan dirasakan orang lain tanpa data yang menguatkan.
Misalnya, seorang wanita melihat kerutan di dahi suaminya dan berkata,
"Saya tahu Anda marah tentang berapa banyak uang yang saya
habiskan." (membenarkan yang dipikirkan, membenarkan asumsi
pribadi)
Emotional Reasoning Menarik kesimpulan berdasarkan perasaan daripada fakta. Saya merasa
sadar diri, jadi orang-orang pasti melihat saya dan mengejek saya. Saya
merasa cemas, jadi pasti ada ancaman nyata dalam situasi ini.
Beberapa terapi yang fokus pada kesalahan berpikir:

 Pengajaran: menggunakan model ABC untuk mengajarkan tentang kesalahan dalam


berpikir, pendekatannya psikoedukasi dan ketrampilan penalaran yang baik
 Penggunakan pertanyaan: Terapis menanyakan pertanyaan yang membantu klien pada
kesimpulan logis dan memproses informasi menjadi lebih efektif
 konfrontasi: terapis mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang kontradiktif pada
klien sehingga klien dapat menyampaikan arti atau makna dari pemikirannya sampai
pada memodifikasi skema baru
 between-sesssion assignment: self monitoring berisi kejadian apa yang sedang terjadi,
apa yang sedang dipikirkan, kesalahan berpikir apa yang dilakukan, serta penilaian
atas pemikiran tersebut
(5)
Dysfunctional Self-Talk
Self-talk yang tidak efektif yang menyebabkan perasaan sakit dan perilaku maladaptive
Treatment Planning
Step of Treatments:
1. Awareness of self-talk
2. Recognition of the effect of self-talk
3. Development of belief that a person can control self-talk
4. Deciding to change
5. Planning a self-managed program
6. Practice and self-reward
3 teknik memodifikasi self-talk:
1. Thought-stopping: menghentikan pemikiran yang mengganggu dengan mengatakan
“stop”
2. Aversive methods: memberikan stimulus yang menyakitkan saat pemikiran negative
muncul (mencubit)
3. Reinforcing positive alternative: memilih kalimat pengganti yang positif untuk self-talk
yang negative dan menggunakannya saat pemikiran negative muncul
Stress Inoculation
Situasi stress yang dapat memunculkan self-talk yang negative, yang mana terdapat 4 tahap
yang bisa dilakukan untuk mengatasi situasi stress ini:
1. Persiapan untuk menghadapi stress (daripada nyerah, individu memiliki alternatif lain
untuk menghadapi stres)
2. Konfrontasi dan hadapi stress (tidak membiarkan stres itu menghalangi, berani untuk
menghadapi)
3. Lakukan koping bila overwhelmed (mencari koping stres karena gak selalu kita bisa
menghadapi stres)
4. Refleksikan sitasi dan apresiasi setiap perubahan positif (merefleksikan apa yang sudah
dilalui, mungkin bisa merefleksikan pakai STAR)
Between-session Assignments
Adanya penugasan seperti Self-monitoring
Roleplay Activities
Mempraktekkan Self-talk yang negarif kepada orang lain melalui imajinasi

 Inti: cognitive models itu berkaitan dengan adanya kesalahan proses berpikir atau melihat realita

yang buruk, atau terkait dengan skema berpikir.

 Dipakai hanya pada individu yang memiiliki kemampuan kognitif paling tidak rata-rata.

 Tidak disarankan digunakan pada klien anak.

Diskusi singkat:
Metacognitive: kesadaran tentang pemikiran sendiri.
Pertanyaan:
1. Misalkan individu itu sudah mengetahui/aware terkait dengan pemikiran yang
benar, kenapa tidak diarahkan ke humanistik?

Anda mungkin juga menyukai