Anda di halaman 1dari 30

PSIKOLOGI KONSELING DENGAN PENDEKATAN KOGNITIF

KELOMPOK 6

CHALIFAH CHAIRUNNISA 1724090003

RICKY ANTHONIO 1724090004

ALVIN FEBIO 1724090011

INDRA ATMI 1724090024

FERI KURNIA 1724090090

SAVIRA MONIKA 1724090091

M.ADAM ALGHIFARI 1724090148


Kognisi adalah pikiran, keyakinan, dan gambaran internal yang dimiliki manusia
mengenai peristiwa-peristiwa didalam kehidupannya, (Holden, 1993, 2001).
Teori konseling kognitif berfokus pada proses mental dan pengaruhnya pada kesehatan
mental dan tingkah laku.
Bernard dan Fullmer mengatakan bahwa konseling kognitif adalah suatu usaha
untuk mengubah pandangan seseorang terhadap diri sendiri, orang lain atau
lingkungan fisik yang ada dimasyarakat. Yaitu, seseorang dibantu untuk mencapai
identitas secara pribadi dan menentukan langkah-langkah untuk menempuh perasaan
berharga, perasaan berarti, dan bertanggung jawab dilingkungan masyarakat.
Tujuan konseling kognitif adalah mengembangkan kesadaran klien dari
seluruh hambatan yang diciptakannya sendiri didalam mengembangkan komunikasi
dengan orang lain dan mengembangkan pola interaksi sosial sesuai dengan situasi dan
kondisi serta mampu mengatur sikap hidup dirinya dengan baik dan dapat membina
kontak sosial dengan baik.
1. Manusia dilahirkan dengan suatu potensi untuk berpikir secara lurus dan rasional serta berpikir
tidak rasional.
2.Manusia mempunyai kecenderungan untuk memelihara dirinya, mencapai kebahagiaan, berpikir
dan menyampaikan buah pikirannya
3. Manusia juga mempunyai kecenderungan untuk memusnahkan atau mencelakakan dirinya,
mengelakkan dari berpikir, mengulang kesalahan, mempercayai hal-hal yang gaib, bersifat tidak
sabar.

“Tidak ada usaha yang pasti berhasil,


tapi...orang yang mau berusaha pasti berhasil”.
Joko Widodo
Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh David R. Krathwohl di jurnal Theory into
Practice , aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang
yang diurutkan sebagai berikut :
1. Mengingat (Remembering)
2. Memahami (Understanding).
3. Menerapkan (Applying).
4. Menganalisis (Analyzing).
5. Mengevaluasi(Evaluating).
6. Mencipta (Creating).
Adapun menurut Sjarkawi, (2006) prinsip – prinsip dalam konseling kognitif sebagai berikut:
1. Harus didasarkan pada formulasi yang terus berkembang sehubungan permasalahan konseli dan
konseptualisasi kognitif konseling.
2. Harus didasarkan pada pemahaman yang sama antara konselor dan konseli terhadap
permasalahan yang dihadapi konseli.
3. Memerlukan kolaborasi dan partisipasi aktif dari konseli dan konselor.
4. Berorientasi pada tujuan dan berfokus pada permasalahan.
5. Berfokus pada kejadian saat ini.
6. Merupakan edukasi, bertujuan mengajarkan konseli untuk menjadi terapis bagi dirinya sendiri, dan
menekankan pada pencegahan.
7. Berlangsung pada waktu yang terbatas.
8. Terstruktur yaitu, bagian awal-menganalisa perasaan dan emasi konseli; bagian tengah-meninjau
pelaksaaan tugas rumah, memabahas permasalahan yang muncul dari setiapsesi dan kemudian
merancang pekerjaan rumah baru yang akan dilakukan; bagian akhir-melakukan umpan balik terhadap
perkembangan dari setiap sesi konseling.
9. Mengajarkan konseli untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggapi pemikiran
disfungsional dan keyakinan mereka.
10.Menggunakan berbagai teknik untuk merubah pemikiran, perasaan, dan tingkah laku.
Terapi Realitas (RT)
Penemu/pengembang Terapi Realitas

■ Robert W. meningkatkan pendekatan


ini melalui penjelasan dan
penelitiannya. Namun, pendekatan ini Tingkah laku yang paling penting diasosiasikan
menawarkan pada para praktisinya dengan kebutuhan psikologis atau otak baru.
suatu fokus pandangan mengenai Empat kebutuhan psikologis yaitu sebagai berikut:
beberapa aspek penting dari 1. Keanggotaan: kebutuhan untuk memiliki
kehidupan manusia dan sifat manusia. teman, keluarga, dan cinta
2. Kekuasaan: kebuthan akan kepercayaan diri,
■ Prinsip dasar paling penting dari
pengakuan, dan kompetisi
terapi realitas adalah fokusnya pada
kekuatan tidak sadar atau naluri. 3. Kebebasan: kebutuhan untuk membuat
keputusan dan pilihan
■ Di dalam RT disebutkan bahwa 4. Kesenangan: kebutuhan untuk bermain,
pembelajaran manusia adalah proses canda tawa, belajar, dan relaksasi
seumur hidup yang berdasarkan pada
pilihan.
TUJUAN TERAPI REALITAS

Tujuan utama dari terapi realitas yaitu sebagai berikut:


Ø 1. Membantu klien menjadi rasional dan memiliki mental yang kuat, serta menyadari bahwa
dia mempnai pilhan dalam memperlakukan dirinya dan orang lain.
Ø 2. Untuk membantu klien mengklarifikasi apa yang diinginkannya dalam kehidupannya.
Menyadari cita-cita hidup sangatlah penting agar manusia dapat bertindak secara bertanggung
jawab. Klien yang bertanggung jawab untuk memilih perilaku yang memenuhi kebutuhan
pribadi
Ø 3. Membantu klien merumuskan rencana yang realistis untuk mencapai kebutuhandan
harapan pribadi.
Ø 4.Membuat konselor terlibat dengan klien dalam hubungan yang penuh makna (Glasser dalam
Gladding, 2012). Hubungan ini di dasarkan pada pemahaman, penerimaan, empati
dan kemauan konselor untuk mengekspresikan keyakinannya akan kemampuan klien untuk
berubah.
Ø 5.Difokuskan pada perilaku dan masa sekarang. Glasser (dalam Gladding, 2012) percaya
bahwa perilaku (misalna, pikiran dan tindakan) berhubungan erat dengan perasaan dan
fisiologi. Sehingga perubahan dalam perilaku juga membawa perubahan positif lainnya.
Ø 6. Bertujuan untuk menghapus hukuman dan dalih dari kehidupan klien.
Teknik Terapi Realitas
Terapi realitas menggunakan teknik berorientasi tindakan yang membantu klien menyadari bahwa dia
mempunyai pilihan, mengenai cara mereka menanggapi berbagai peristiwa dan orang danbahwa orang
lain tidak lagi mengendalikan dirinya sebesar dia mengendalikan mereka (Glasser dalam Gladding, 2012).

1. Keterlibatan
Terapis harus dapat melibatkan diri dengan pasien yang dibantunya,
karena itu terapi harus memperlihatkan sikap hangat, bersifat pribadi
dan ramah

2. Perilaku Sekarang
ketersediaan melibatkan diri dari terapis dengan pasiennya, pasien
akan merasa dibantu untuk menyadari perilakunya sendiri sekarang.

3. Menilai diri sendiri


Pasien harus melihat perilakunya sendiri secara kritis dan menilainya
apakah pilihannya memang yang terbaik
4. Merencanakan Tindakan yang bertanggung jawab
Bantu pasien menyusun rncana tindakan, yang lebih bertanggung
jawab. Rencana kegiatan seharusnya tindakan cukup realistik, tidak
terlalu tinggi, terlalu banyak majemuk, sehingga sulit dicapai.

5.Perjanjian
Terapis harus memberikan dorongan lebih besar kepada pasiennya
untuk memenuhi rencana tindakannya dengan jalan meminta pasien
berjanji dengan terapis.

6. Tidak Menerima Alasan


Jika seseorang tidak memenuhi perjanjiannya, penilaian dan
penyusunan rencana perlu diperiksa.
KEKUATAN DAN KONTRIBUSI

Gladding (2012) mengemukakan terapi kognitif mempunyai sejumlah kekuatan dan telah
memberikan kontribusi pada konseling sebagai berikut:

• CT telah pada berbagai macam penyimpangan, • CT adalah terapi yang berdasarkan pada bukti,
termasuk depresi dan ansetas (Puterbaugh, 2006) telah diteliti dengan baik, terbukti efektif bagi
klien dari berbagai latar belakang.
• CT telah mengeluarkan dalam hubungan dengan
terapi tingkah laku kognitif, terapi tingkah laku • CT telah mengeluarkan sejumlah instrumen
klinis yang penting dan berguna.
dialektikal, suatu perawatan psikososial untuk
individu yang beresiko menyakiti diri sendiri. • CT memiliki sejumlah pusat latihan di Amerika
Serikat dan Eropa termasuk Beck Institute di
• CT dapat diterapkan dalam berbagai lingkungan
Bala Cynwyd, Pennsylvania (Beck & Weisheer,
budaya. 2008)
KETERBATASAN

Terapi kognitif mempunyai beberapa keterbatasan yang diantaranya dijelaskan dalam Gladding (2012)
adalah sebagai berikut:

• CT adalah pendekatan yang terstruktur dan • CT pada dasarnya bersifat kognitif dan
menuntut klien untuk aktif, yang sering kali biasanya bukanlah pendekatan yang tepat
artinya klien harus menyelesaikan pekerjaan bagi orang yang kurang cerdas, atau tidak
rumah yang diberikan konselor mempunyai motivasi untuk berubah

• CT bukanlah terapi yang tepat untuk orang yang • CT menuntut konselor dan klien, aktif dan
mencari pendekatan yang tidak terstruktur, inovatif. Pendekatan ini lebih kompleks
berorientasi pada pencerahan, dan tidak daripada yang tampak dari luar
membutuhkan partisipasi penuh dari klien
(Selugman, 2006)
TERAPI KOGNITIF

• Kognisi adalah suatu tindakan atau proses memahami. Terapi kognitif menjelaskan bahwa
bukan suatu peristiwa yang menyebabkan kecemasan dan tanggapan maladaptif melainkan
harapan masyarakat, penilaian, dan interpretasi dari setiap peristiwa ini. Sugesti bahwa perilaku
maladaptif dapat diubah oleh berhubungan langsung dengan pikiran dan keyakinan orang (Stuart,
2009).
PENEMU/PENGEMBANG TERAPI
KOGNITIF
• Terapi Cognitive Behavior dikembangkan oleh beberapa ahli, antara lain
ü Albert Ellis dengan Rational Emotive Therapy,
ü Aaron T. Beck dengan Cognitive Therapy,
ü Donald Meichenbaum dengan Cognitive Behavior Modification, dan
ü Arnold Lazarus dengan Multimodal Therapy.
ü Sumbangan yang tidak kalah berharga diberikan pula oleh Michael Mahoney,Vittorio Guidano
dan Giovanni Liotti (Oemarjoedi, 2003:15)
TUJUAN TERAPI KOGNITIF
Menurut Setyoadi, dkk (2011) beberapa mekanisme koping dengan menggunakan terapi kognitif adalah
sebagai berikut:
1. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menentang keakuratan kognisi negative klien.
Selain itu, juga untuk memperkuat persepsi yang lebih akurat dan mendorong perilaku yang dirancang untuk
mengatasi gejala depresi. Dalam beberapa penelitian, terapi ini sama efektifnya dengan terapi depresan.

2. Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap uji realitas.

3. Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien mengubah cara berpikir atau
mengembangkan pola piker yang rasional.

4. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang maladaptive, pikiran yang
mengannggu secara otomatis, serta proses pikir tidak logis yang dibesar-besarkan. Berfokus pada pikiran
individu yang menentukan sifat fungsionalnya.

5. Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan. Tanda dan gejala depresi dihilangkan melalui
usaha yang sistematis yaitu mengubah cara berpikir maladaptive dan otomatis. Dasar pendekatannya adalah
suatu asumsi bahwa kepercayaan-kepercayaan yang mengalami distorsi tentang diri sendiri, dunia, dan masa
depan yang dapat menyebabkan depresi. Klien menyadari kesalahan cara berpikirnya. Kemudian klien harus
belajar cara merespon kesalahan tersebut dengan cara yang lebih adaptif. Dengan perspektif kognitif, klien
dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran dan harapan-harapan negative. Cara lain adalah
dengan membantun klien mengidentifikasi kondisi negative, mencari alternative, membuat skema yang sudah
ada menjadi lebih fleksibel, dan mencari kognisi perilaku baru yang lebih adaptif.
6. Membantu menargetkan proses berpikir serta perilaku yang menyebabkan dan mempertahankan panik
atau kecemasan. Dilakukan dengan cara penyuluhan klien, restrukrisasi jognitif, pernapasan rileksasi
terkendali, umpan balik biologis, mempertanyakan bukti, memeriksa alternative, dan reframing.
7. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku gangguan obsesif kompulsif dan
selanjutnya mencegah responsnya. Misalnya dengan cara pelimpahan atau pencegahan respons,
mengidentifikasi, dan merestrukturisasi distorsi kognitif melalui psikoedukasi.
8. Membantu individu mempelajari respons rileksasi, membentuk hirarki situasi fobia, dan kemudian
secara bertahap dihadapkan pada situasinya sambil tetap mempertahankan respons rileksasi misalnya
dengan cara desensitisasi sistematis. Restrukturisasi kognitif bertujuan untuk mengubah persepsi klien
terhadap situasi yang ditakutinya.
9. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasil bertahan hidup dan bukan sebagai
korban, misalnya dengan cara restrukturisasi kognitif.
10. Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi system keyakinan yang salah.
11. Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik untuk meningkatkan
aktivitas sosialnnya.
12. Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan internal.
TEKNIK TERAPI KOGNITIF

1. Teknik Restrukturisasi Kongnisi (Restructuring Cognitive)


Perawat berupaya untuk memfasilitasi klien dalam melakukan pengamatan terhadap pemikiran dan
perasaan yang muncul
2. Teknik Penemuan Fakta-Fakta (Questioning the evidence)
Perawat jiwa mencoba memfasilitasi klien agar membiasakan menuangkan pikiran-pikiran abtraknya
secara konkrit dalam bentuk tulisan untuk memudahkan menganalisanya
3. Teknik penemuan alternatif ( examing alternatives)
Bayak klien melihat bahwa masalah terasa sangat berat karena tidak adanya alternative pemecahan lagi.
Khususnya pada pasien depresi dan percobaan bunuh diri. Latihan menemukan dan mencari alternatif-
alternatif pemecahan masalah klien bisa dilakukan antara klien dengan bantuan perawat. Klien
dianjurkan untuk menuliskan masalahnya.
4. Dekatastropik (decatastrophizing)
Teknik dekatastropik dikenal juga dengan teknik bila dan apa ( the what-if then ). Hal ini meliputi upaya
menolong klien untuk melakukan evaluasi terhadap situasi dimana klien mencoba memandang
masalahnya secara berlebihan dari situasi alamiah untuk melatih beradaptasi dengan hal terburuk
debngan apa-apa yang mungkin terjadi.
5. Reframing
Reframing adalah strategi dalam merubah persepsi klien terhadap situasi atau perilaku.
6. Thought Stopping
Kesalahan berpikir sering kali menimbulkan dampak seperti bola salju bagi klien. Awalnya masalah
tersebut kecil, tetapi lama kelamaan menjadi sulit dipecahkan. Teknik berhenti memikirkannya (
thought stoping ) sangat baik digunakan pada saat klien mulai memikirkan sesuatu sebagai masalah.
Klien dapat menggambarkan bahwa masalahnya sudah selesai.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI
KOGNITIF
Kelebihan terapi kognitif adalah :
1. Terapi kognitif efektif bagi klien dari berbagai budaya.
2. Konselor dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki klien.
3. Menjadikan klien lebih kreatif dan mandiri.

Kekurangan terapi kognitif adalah :


1. Menuntut konselor dan klien untuk aktif.
2. Klien tidak termotivasi untuk berubah lebih baik.
3. Kurangnya partisipasi dari klien.
Pandangan Ellis terhadap sifat manusia

◦ Manusia mengkondisioning diri sendiri terhadap Kemampuannya yang luar biasa untuk mengubah proses-
proses kognitif, emosi, dan perilaku, memungkinkan dapat :
munculnya perasaan mengganggu pribadinya.
A. Memilih reaksi yang berbeda dengan yang biasanya
◦ Kecenderungan biologisnya dilakukan.
B. Menolak mengecewakan diri sendiri terhadap hampir
◦ Kemanusiaan yang unik semua hal yang mungkin terjadi.
C. Melatih diri sendiri agar secara setengah otomatis
mempertahankan gangguan sedikit mungkin sepanjang
hidupnya.
Pandangan konsep tentang sifat manusia menurut Patterson

◦ Manusia adalah pribadi unik ◦ Berpikir dengan mempergunakan simbol dan bahasa.
◦ Memiliki hambatan emosi ◦ Hambatan emosi.
◦ Pikiran tidak rasional ◦ Memiliki sumber yang luas dan bebas untuk
mengaktualisasikan kemampuan-kemampuannyadan
dapat mengubah tujuan pribadi maupun sosialnya.
◦ Emosi diri sendiri.
Terapi rasional emosi tingkah laku = Kognitif, Afektif dan Behavioristik

Setiap terapis dapat mempergunakan gabungan-gabungan teknik sejauh penggabungan itu


memungkinkan, terapi rasional emosi tingkah laku dapat mengintegrasikan bermacam-macam
teknik kognitif, emotif dan tingkah laku.
Teknik Kognitif
◦ Teknik Pengajaran - Dalam terapi rasional emotif tingkah ◦ Teknik Konfrontasi – Terapis menyerang
laku, terapis mengambil peranan lebih aktif dari klien.
ketidaklogisan berfikir klien dan membawa klien ke
Teknik ini memberikan keleluasan kepada terapis untuk
berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama arah berfikir yang lebih logis.
menunjukkan bagaimana ketidaklogisan berfikir itu secara
◦ Teknik Pemberian Tugas - Terapis memberi tugas
langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan
◦ Teknik Persuasif - Meyakinkan klien untuk mengubah
pandangannya karena pandangan yang ia kemukakan itu tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan
tidak benar. Terapis langsung mencoba meyakinkan, klien bergaul dengan anggota masyarakat kalau
mengemukakan pelbagai argumentasi untuk menunjukkan
apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar. mereka merasa dipencilkan dari pergaulan atau
membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan
caranya berfikir.
Teknik Emotif
◦ Teknik Sosiodrama - Memberi peluang mengekspresikan pelbagai perasaan yang menekan klien itu melalui suasana
yang didramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau
melalui gerakan dramatis.

◦ Teknik ‘Self Modelling’ - Digunakan dengan meminta klien berjanji dengan terapis untuk menghilangkan perasaan
yang menimpanya. Dia diminta taat setia pada janjinya.

◦ Teknik ‘Assertive Training’ - Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien dengan
pola perilaku tertentu yang diinginkannya.
Teknik Behavioristik
◦ Teknik Reinforcement - Mendorong klien ke arah perilaku yang diingini dengan jalan memberi pujian dan hukuman.
Pujian pada perilaku yang betul dan hukuman pada perilaku negatif yang dikekalkan.

◦ Teknik Social Modelling - Digunakan membentuk perilaku baru pada klien melalui peniruan, pemerhatian terhadap
Model Hidup atau Model Simbolik dari segi percakapan dan interaksi serta pemecahan masalah.
TEKNIK COGNITIVE RESTRUCTURING
Pengertian 2 Asusmsi Strategi Cognitive Restructuring

• Restrukturisasi kognitif adlh proses belajar 1. Pikiran irasional dan kognisi defektif
utk menyangkal distorsi kognitif atau menghasilkan self-defeating behaviors
fundamental "kesalahan berpikir,“
2. pikiran dan pernyataan tentang diri
• Teknik ini dirancang untuk membantu sendiri dapat diubah melalui perubahan
mencapai respons emosional yang lebih pandangan dan kognisi personal
baik
• dengan tujuan menggantikan pikiran
seseorang yang tidak rasional, menjadi lbh
sesuai dan positif
Cara Mengimplementasikan Teknik Cognitive Restructuring
1. Kumpulkan Informasi latar belakang utkk mengungkapkan bgmna klien menangani masalah di
masa lalu maupun saat ini.
2. Bantu klien dalam menjadi sadar akan proses pikirannya
3. Periksa proses berpikir rasional klien
4. Memberikan bantuan kepada klien untuk mengevaluasi keyakinan klien tentang pola2 pikiran
logis klien sendiri dan orang lain.
5. Membantu klien belajar mengubah keyakinan dan asumsi internalnya.
6. Ulangi proses pikiran rasional sekali lagi
7. “Kombinasikan thought stopping dengan simulasi, PR (pekerjaan rumah) dan relaksi sampai
pola-pola logis benar-benar terbentuk.”
Tujuan Teknik Cognitive Restructuring

1. Klien perlu menjadi sadar akan pikiran-pikirannya. – konselor dapat membantu


klien menggunakan imagery recontruction untuk mengakses pikiran-pikiran klien.
2. Klien perlu mengubah proses pikirannya.
3. Klien perlu bereksperimen untuk mengeksplorasi dan mengubah ide tentang
dirinya dan dunia
Variasi-variasi Teknik Cognitif Restrukturing

1. mengharuskan klien untuk menyadari akan dan membuat catatan harian tantang
pikiran2 dan perasaan2 sebelum,selama, dan stlh mengalami sebuah insiden yg
penuh tekanan.
2. menggunakan suatu metode tiga-kolom untuk belajar lebih bnyk tentang pikirannya
sendiri (Doyle, Enford 2016)
3. mendeskripsikan cara menggunakan pikiran-pikiran coping dalam cognitive
restructuring. bekerja sama dgn klien untuk mengidentifikasi pikiran2 klien yang
self-defeating. – setelah menyadari, pernyataan2 coping dibentuk. Hackney dan
Cornier, 2012 (didalam Erford, 2017: 259)

4. variasi lain cognitive restructuring yang digunakan utk anak2, konselor profesional
dapat memerintahkan anak itu untuk membayangkan pikiran sebagai gelembung-
gelembung pikiran. Southam-Gerow dan Kendall, 2000 (dalam Erford, 2017: 259)

Anda mungkin juga menyukai