Disusun oleh :
Tomi Rusmadinata
2018011062
Psikologi Konseling
FAKULTAS PSIKOLOGI
YOGYAKARATA
BAB III
. BAB IV
3. Pemberian tentang keakftifan di klinik, program yang akan dilakukan, kondisi konseling,
pembayaran, dan kemungkinan tugas-tugas selama pelaksanaan konseling.
4. melakukan kontrak dengan konseli untuk peningkatan kondisinya, bila diperlukan mengikuti
juga konseling lebih lanjut.
Pola konseling yang lampau lebih bersifat paksaaan untuk mengungkap wilayah wawancara yang
akan dibahas. Kebebasan ini melakukan konseling dipandu oleh konselor, pemahaman konseli akan
terus digali sesuai dengan apa yang dipahaminya.
Saat konseli melakukan proses wawancara penilaian, wawancara menjadi suatu syarat yang utama
untuk menyelidiki berkaitan dengan kesadaran, perasaan, dan permasalahan yang konseli alami. Ia
memperbincangkan tentang hidupnya, hubungan yang penuh arti, prestasi, kegagalan, kepuasan
yang dicapai dan peristiwa yang membuat frustasi dari segi kepribadiannya, dan sikap yang
dimunculkan menanggapi situasi tersebut. Penggambaran pribadi atau maksud atau arti yang dituju
dari pengalaman hidupnya terbentuk melalui pernyataan-pernyataan yang dilontarkannya. Ia
menggambarkan dunia luarnya dengan sudut pandang dari dirinya, konsep, nilai-nilai pribadi,
harapan dan ketakutannya. Konseli sebenarnya tidak hanya sekedar bercerita tentang dirinya
sendiri, menggambarkan perasaan, dan perilaku kehidupan yang ia jalani. Proses kehidupan yang ia
jalani dan lakukan, hingga sekarang dan di sini ia ada. Konseli mengatakan fakta dan kondisi,
hingga keberadaannya di klinik saat ini Status konselor yang memiliki tindakan, dan kompetensi
yang mampu membentuk pengubahan perilaku konseli. Konselor dapat memilih topik yang ingin
dibicarakan, prioritas yang harus dibicarakan, permasalahan yang terjadi, dan sejumlah topik yang
dianggap berkaitan. Tidak sama dengan pengujian di mana konseli dikondisikan dalam posisi yang
pasif, interaksi dengan tes; wawancara merupakan kondisi sebaliknya. Wawancara bertemu dengan
orang-orang yang nyata, melibatkan sisi kemanusiaan, meski hanya keterlibatan konselor dan
konseli. Data penilaian yang dapat dihasilkan dari proses wawancara dapat meliputi:
1. pernyataan- pernyataan dari konseli, berkarakteristik penguraian hidup masa lalu dan saat ini
(contoh: saya selalu malu dengan perempuan);
2. perilaku yang mengiringi, beberapa perilaku yang tidak diharapkan seringkali berwujud pada
perilaku orang tersebut (tangan yang bergetar, mata berkaca- kaca);
3. reaksi yang diinspirasi dari konselor, berdasarkan perilaku nyata dari konselor atau khayalan
yang dari konseli sendiri.
Suatu ketrampilan yang pantas dipertimbangkan untuk kepekaan dan fleksibilitas yang tinggi.
C. Macam Wawancara
Kecenderungan dalam praktis saat ini mengarah pada praktik saat ini untuk mengurangi
kegagalan dan variasi dari penilaian wawancara, yang mana telah terjadi perbedaan para
profesional yang melakukan dengan aturan yang berbeda aturan dan mungkin tanpa tambahan dari
orang yang seharusnya juga memiliki tanggung jawab terapiutik Wawancara secara khusus
dirancang sesuai dengan kebutuhan, apakah untuk penelitian atau untuk pengembangan bidang
konseling. Konselor harus mampu sebagai pengembang, untuk mewawancarai sebagai arah yang
berpusat pada berbagai harapan dari wawancara yang bersifat khusus.
D. Wawancara Diagnostik
Diagnosa melalui wawancara dengan dasar yang telah dikembangkan di rumah sakit
praktek dari Kraepelinian. Wawancara biasanya dengan dilakukan pada konseli psikotik.
Wawancara yang berfokus pada konseli yang memiliki dasar gejala-gejala yang tampak. Melalui
penelitian yang telah dilakukan, maka jenis wawancara tersebut telah disusun sedemikian rupa.
Wawancara ini dapat bersifat menjangkau kejadian- kejadian yang tidak masuk akal Suatu tugas
standar untuk memperkirakan efek pengurangan dari angka yang berkisar 70 hingga 100.
Menjelaskan arti dari mengungkapkan kekacauan pikiran dan memberi penjelasan kapasitas secara
abstrak dalam memberi alasan. Simulasi dari jenis pertanyaan ini digunakan mengevaluasi sakit
mental. Hal itu menjadi keberkaitan pada pemahaman kepribadian atau status konseli yang
menderita gangguan kejiwaan tertentu.
Informasi dari orang lain tersebut paling mungkin dicari, jika konseli tidak cakap atau
enggan untuk berbicara, khususnya bila ia mengalami psikotik, terlalu stres, atau orang dewasa
yang bisu, atau anak-anak yang sangat muda. Kebanyakan konselor dalam tradisi yang dinamis,
mungkin saja para pekerja sosial atau pembimbing anak, mempunyai keberatan secara etis dan
klinis untuk wawancara dengan penutur asli. Ada kondisi- kondisi di mana konselor dan konseli
melihat suatu sesi dengan suatu kondisi yang relevan. Seperti pasangan atau orangtua, sering
memberi seperti halnya menerima informasi, perlu adanya sesi khusus yang terjadi baik dalam
konteks dari kerelaan berbagi informasi, untuk keperluan pengobatan berkelanjutan. Pembagian
informasi pada sesi khusus dapat dipertimbangkan pada tahap penilaian, kecuali orang sangat
muda.
H. Bentuk Wawancara Klinis yang Lain
Walaupun konsultasi telah ditekankan pada model therapeutik, telah ada suatu kebangkitan
dalam pekerjaan yang berorientasi di masyarakat, dengan kata lain konselor sering bekerja
dengan cara konsultasi pada orang seperti guru, yang kontak langsung dengan konseling
Berbagai format wawancara secara ringkas sudah meningkatkan aspek yang berbeda dari bidang
klinis berguna untuk penyaringan informasi melalaui wawancara, sejumlah orang harus diuji
sesuai bidangnya, sejarah pekerjaan berkaitan dengan: perpindahan, cuti, atau wawancara
pemecatan, ketika konseli diharapkan untuk dipindah ke unit lain, perlakuan khusus dari rumah
sakit, dan persiapan konseli untuk dipulangkan. Konselor perlu menginformasikan konseli
berkaitan dengan kealamian dan harapan dari tes yang diberikan, macam keterlibatan aktivitas,
penggunaan penemuan informasi yang akan berguna bagi kesembuhan konseli. Konseli harus
diyakinkan menyangkut kerahasiaan pengungkapannya. Tercakup pada proses ini adalah tugas
yang penting untuk menemukan pribadi atau faktor situational yang memerlukan pertimbangan
dalam penafsiran hasil tes.