Anda di halaman 1dari 6

Abu Masroh

2018011141
Psikologi pelatihan dan pengembangan C

BAB III
KETRAMPILAN PROFESIONAL SEBAGAI
MODEL PELAYANAN DI MASYARAKAT

A. Identifikasi keterampilan-keterampilan diperlukan


Secara keseluruhan untuk pengujian dasar nilai dari hasil social dan tujuan utamanya, Hal ini perlu
dilakukan sebelum dipergunakan untuk sebagi interfensi. Pengujian ini tidak jarang dilakukan dengan
kaku bagi para professional pada berbagai tahapan keseluruhan proses pelatihan dan juga oleh para
indifiidu sebagai pelaksana. Perhatian yang harus di arahkan untuk pengembangan kebermaknaan yang
paling efektif mengarah pada sistim individu, agar para individu dapat efektif perlu keterlibatan
keterampilan-keterampilan praktek yang lebih tinggi dan perlunya suatu cakupan yang baik dari Teknik-
teknik untuk intervensi dan keahlian di dalam hubungan dengan para professional yang lain.
Bagaimana keterampilan-keterampilan yang berhubungan antar pribadi dan dirinya sebagi kebutuhan
karyawan kemasyarakan,? Keterampilan-keterampilan secara luas tidak mengindahkan dimana dimana
mereka berlatih, atau sungguh kemasyaakatan medis memerlukaan suatu kecakupan yang berbeba. Arah
untuk memperoleh suatu sifat dan ketika dari karya social aktivitas yang disebut dapat secara luas
diterima
1. Untuk menjawab apa yang diminta untuk melakukan praktik aktivitas keterampilan-keterampilan
tersebut. Definisi yang mempunyai penerimaan dan pembentukan suatu titik permulaan, yang
mengarah suatu permintaan, prioritas-prioritas dalam pengembangan dari karya social, yang
mengarah pada focus dan orientasi, hamper tidak ada untuk dikatakan tentang keterampilan yang
disebut professional.
2. Perumusan dan indentifikasi unsur dari intervensi yang berhubungan antar pribadi, membuka
peluang, dan penciptaan pengaruh, klien yang terlibat dalam aktivitas diskusi, berkaitan dengan
menganalisis dari keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan, dengan cara
menggolongkan secara sederhana, perbandingan dan interaksi, penguraian karya social dengan
sebagai suatu penelitian tes, bantuan dan evaluasi dalam konteks hubungan professional, dapat
menjadi bahan eksplorasi untuk pengembangan keterampilan hubungan antar pribadi
3. Sejumlah focus sering sering hampir eklusif atas interaksi antara pelatih dengan peserta. Pemandu
sempurna yang paling sesuai adalah para guru praktek. Mereka sebagai pelatih berpusat pada
peserta yang bekerja dengan segala suatu pelatihan yang mendekati realitas. Segala evaluasi yang
berhubungan dan koprasi dengan para rekan kerja, tidak jarang peningkatan kemampuan dapat
meningkat dengan jumlah waktu yang sangat singkat, pengalaman dari diri sendiri saat
mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah tersebut dapat ditularkan pada peserta
pelatihan, mereka dilatih dengan cara memberikan solusi berulangkali pada topik tertentu yang
ditunjukan bahwa kejadian tersebut dapat memberikan solusi sebagai kesullitan yang dialami,
misalnya berbagai macam keadaan kelompok, apakah kondisinya tersusun atau tidak, kejelasan
intruksi dari para professional lain, keterampilan yang berhubungan antar pribadi adalah
keterampilan konseling dasar yang sangat utama sangat diperlukan karena mereka harus bertemu
dengan klein-klein.
4. Jumlah dan fariasi dari yang lain para peserta dapat diberi pengertian tentang keharusan bekerja
sama. Penetapan keaktifan bekerja dengan para professional, berkaitan dengan siapa dan sikap
yang dimiliki. Hal ini dapat menjadi sangat berbeda dari mereka sendiri,

B. Keterampilan yang dipraktikan : program pengamatan


Tujuan program pengamatan adalah menggolongkan keterampilan-keterampilan secara sistematis
dan berdasarkan material untiuk perkiraan kemampuan dalam bidang-bidang yang dapat digunakan untuk
melakukan tugas secara berurutan atau dalam hubungan dengan praktek untuk penempatan dalam
ketenaga kerjaan yang sesuai. Pekerja social rumah sakit juga dapat dalam masa percobaan bagi individu,

C. Jenis-jenis pelatihan
1. Pelatihan dapat dibedakan berdasarkan tempat penyelenggaraannya
a. Of the job training. Metode yang digunaka diupayakan sedekat mungkin menggambarkan
realitas pekerjaan yang sebenarnya, misalnya, kasus, simulasi
b. On the job training. Pelatihan yang diselenggarakan didalam tugas-tugas nyata. Bentuk-
bentuknya antara lain yang dikenal, rotasi tugas, magang, komite-komite dan proyek
2. Pelatihan pula dapat dibedakan menurut isi program
a. Pelatihan orientasi . tujuannya adlah memperkenalkan karyawan baru dengan
organisasinya, nilai-niai yang di anutnya, programnya meliputi: syarat organisasi, struktur
organisasi, produk, jasa pelayanan yang disediakan, pengenalan tempat kerja, hubungan
kerja, kebijakan tenaga kerja, fasilitas yang tersedia, falsafah dan nilai yang di anut.
b. Pelatihan teknis kusus, pelatihan yang isinya mengajarkan keterampilan-keterampilan
teknis baru, atau meningkatkan yang sudah dimiliki. Antara lain pelatihan yang
mengajarkan bagaimana menjalankan suatu pengalaman, mesin, computer atau program
yang baru.
c. Pelatihan teknis seni professional. Sering diselenggarakan untuk mengatasi kekurangan
tenaga ahli, misalnya : ternyata 50% dari apa yang bisa di kerjakan insinyur sebenarnya
dapat dikerjakan oleh teknisi-teknisi terampil yang terlatih.
d. Pelatihan profesioanal, membuat pra profesionalnya mengikuti perkembangan baru dalam
bidangnya, jenis-jenis ini umumnya dilakukan di Lembaga-lembaga pelatihan.
e. Program pelatihan kusus, program keselamatan kerja, persiapan pensiun, peningkatan
komunikasi.
f. Program pelatihan supervisi. Supervisor harus memahami kegiatan-kegiatan menejemen
meliputi, perencanaan (plening), pengorganisasian (organizing), menjadikan nyata
(actualing) dan kontrol.
Pengumpulan informasi melalui wawancara dari klien-klien dapat membawa suatu sumbangan yang dari
seorang pelatih. Penting untuk dipertimbangkan kehadiran bidang aktivis yang lain, dimana pekerja social
masarakat dilibatkan guna membuat permintaan keterampilan-keterampilan yang di tuntut oleh
masyarakar layani, sejumlah konfernsi-konferensi kasus tidinjau ulang dan pertemuan yang serupa.
Aktivitas menduduki proporsi yang pantas di pertimbangkan, saat waktu tugas lapangan di tuntut ketika
memiliki kasus-kasus dilapangan, dan mempunyai di masalalu di beri perhatian agak relative sedikit
selama pelatihan professional. Hal ini dapat menjadi perubahan yang pasti,
Saat pengumpulan data, langkah seterusnya perlu diteruskan daftar semua aktivitas. Aktivitas
yang di ambil di buat berpasangan dengan pekerja yang ada dan selanjutnya mereka dimasukan dalam
situasi kerja yang harus ditekuni intervensi para, para peserta didik harus melaporkan aktivitas yang
dilakukannya, penggolongan daftar yang Panjang membuktikan masalah yang pantas dipertimbangkan,
mengapa ini perlu dilakukan dalam menangani kasus pabagaimana suatu penggolongan akhiran di
bentuk?
BAB IV
BENTUK-BENTUK PELATIHAN

A. Penentuan tahapan-tahapan
Pembentukan program pelatihan adalah penting bagi peserta. Hal ini untuk memastikan para
peserta nyaman didalam kelompoknya. Peserta dalam program pelatihan, kususnya pada pelatihan yang
usianya sebaya, diharapkan mereka merasa nyaman dalam melakukan berbagai kegiatan seperti
komunikasi, melakukan aktivitas, belajar untuk mengambil keputusan, dan membentuk percaya diri
didalam diri mereka sendiri
Para peserta dapat memahami setiap kerja kelompok, langkah-langkah pembentukan kelompok,
dan norma kelompok adalah kondisi-kondisi kritis. Kondisi tersebut apabila dilewati dengan baik maka
diharapkan agar kelompok dapat produktif. Suatu kelompok diharapkan dapat produktif, para peserta
harus memahami diri mereka sendiri, kekuatan dan kelemahan dari diri sendiri juga orang lain dalam
kelompok, hal ini menjadi suatu mendasar, didalam kelompok ada suatu perbedaan. Perbedaan dimulai
dari perbedaan diri mereka sendiri. Perbedaan ini dengan kondisi antar peserta memiliki kelemahan dan
kelebihan masing-masing
Mengetahui nilai-nilai yang mereka miliki, kebutuhan dasar dan sifat-sifat yang ada dalam diri
mereka, dapat menjadi modal bagi diri mereka sendiri, terdapat berbagai pemahaman yang dapat
menolong untuk membantu pemahaman mereka sendiri. Saat orang berbicara didepan umum mungkin
ada beberapa Bahasa tubuh yang dilakukan tanpa didasarinya, seperti muka yang berkerut, wajah yang
cemberut tangangan yang terlipat atau terbuka tapi tidak konsisten denga isi pembicaraan yang dilakukan.
Individu yang berbicara didepan umum dengan diamati oleh para peserta lain dapat dievaluasi. Evaluasi
ini bukan sekedar mencari-cari kekurangan yang ada, tapi untuk meningkatkan performasi dan kinerja
pada situasi yang serupa di masa akan mendatang.
B. Mengapa teman sebaya dapat membantu
Harus ada perbedaan yang nyata , antara sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan, diharapkan
peserta mengalami peningkatan keterampilan atau mengalami penurunan prilaku atai afektif yang tidak
adaftif, para peserta agar dapat mengalami peningkatan tersebut dapat memanggil sejumlah individu atau
memberikan pelatihan praktis yang dapat merubah sikap dan prilaku peserta, terdapat tiga hal yang
penting dari pelaksanaan program yang dialokasikan dalam berbagai sesi, pertama para peserta harus
memahami program pelatihan, kedua keterampilan-keterampilan apasaja yang harus dipelajari peserta,
ketiga para peserta harus mampu bekerja sama dengan orang lain.
Tujuan belajar dalam pelatihan dengan program teman sebaya, karena adanya keberminatan yang
sama, memahami bahwa tidak hanya dirinya yang membutuhkan pelatihan tersebut, mempentuk
persahabatan, membentuk rasa sepenanggungan, dapat diajak untuk menyatakan kesanggupan saat
menghadapi kesulitan dan masalah, dan memahami orang lain dalam pelatihan.
C. Pembagian waktu dan pola saat pelatihan dilakukan

1. Waktu pelatihan, waktu yang diperlukan saat persiapan pelatihan dapat bervariasi, tergantung pada
kebutuhan masing-masing, 10 menit 30 menit. Bila diperlukan tugas-tugas yang harus dikerjakan
secara berkelompok, mereka dapat diberi waktu antara 2 jam hingga 3,5 jam.
2. Format duduk saat pengarahan. Saat pengarahan diberikan diusahakan para peserta duduk dalam satu
lingkaran, sehingga para peserta duduk dibagian depan semua, bagi tamu dan para peninjau dapat
duduk di barisan kedua.
3. Bahan-bahan yang biasanya diperlukan. Sejumlah bahan yang diperlukan untuk pelatihan dapat
meliputi, untuk pengarahan dan aktivitas, bahan-bahan yang perlukan pengarahan dapat meliputi,
pensil atau pena bagi setiap peserta, etiket nama di kemeja atau baju bagian atas, makanan ringan,
krayon, hadiah-hadiah kecil, music pengiring kegiatan

D. Bentuk-bentuk pelatihan

1. Menjelaskan kepada para peserta tujuan dari program pelatihan, bagian-bagian dari detail acara ini
adalah

a. Belajar tentang diri mereka sendiri


b. Melatih teman sebaya dalam bidang social,
c. Untuk belajar visi misi sasaran dari program
d. Menjawab sejumlah pertanyaan dari para peserta atau mungkin dari orang tua atau tamu yang turut
berkepentingan dengan pelaksanaan program
e. Memberi petunjuk dari mana para peserta dapat memperoleh bantuan, dan bagaimana pelatih atau
sesama teman peserta boleh membantu teman sebaya mereka.

2. Contoh-contoh pelatihan yang dapat dilakukan

a. Pelatihan di sekolah
b. Pelatihan sebagai agen, membantu didalam krisis daerah membantu orientasi para pekerja yang
baru, dan membantu didalam masyarakat mencapai lebih dari target program yang telah di
sepakati
c. Pelatihan dalam tempat kerja, untuk memberikan orientasi karyawan yang baru
d. Pelatihan sebagai sukarelawan, kelompok presenter, para menejer krisis, kesehatan kelompok dan
pendidik-pendidik keselamatan
e. Pelatihan bagi para peserta yang memiliki jabatan pendamping atau supervisi
f. Membangun kepercayaan antara para peserta dan perlengkapan untuk konfidensial,
E. Evaluasi proses

1. Tentukan seberapa baik dari berbagai sesi pelatihan yang diberikan, apakah peserta memahami sesi
pelatihan tesebut, bagai mana menyajikan keterangan dan penyampaian tujuan serta pertanyaan yang
diajukan dari sesi pelatihan yang telah dilakukan
2. Telitilah hasil-hasil dari evaluasi yang sempat diberikan pada peserta, dan tentukan apakah para
peserta dapat menyerap secara maksimal
3. Tentukan seberapa baik para peserta mampu saling berhubungan dengan yang lain dalam kompak
4. Tentukan seberapa baik para peserta dapat beradaptasi dalam kelompok-kelompok

F. Pengaruh hasil

1. Tetapkan setiap orang itu hadir pada pembukaan sesi dan memahami sasaran dari program
2. Tingkatkan latihan komunikasi penyelesaian masalah dari para peserta, termasuk membuat penilaian
menetapkan permulaan tingkat yang membedakan dirinya dengan orang lain, dan kemampuan
kominikasi para peserta.
3. Seberapa baik para peserta dapat menyatakan alasan-alasan mereka untuk berpartisipasi? Partisipasi
merupakan ukuran yang dapat membantu pelatih untuk mengetahui tingkat komitmen dari para
peserta.
4. Seberapa baik para peserta saling berkomunikasi dengan yang lain, mengingat informasi, dan seberapa
jauh mereka peduli.
5. Pengamatan penting bagi para peserta guna memasukan mereka dalam kelompok-kelompok yang
spesifik bagi pengembangan kepribadian mereka. Prilaku peran sangat menolong dalam membentuk
mereka dalam kelompok dan mengarahkan mereka untuk berprilaku secara sukses dalam kelompok.

G. Norma-norma pelatihan

1. Tujuan
Untuk membentuk para peserta yang potensial secara setandar dan menetapkan norma-norma
setidaknya agar target waktu tercapai, setidaknya ada dua sarat yang dipenuhi, seperti misalnya waktu
yang dibutuhkan untuk kelompok bekerja berkisar 10 hingga 15 menit, kedua, pengenalan materi
pelatihan
2. Prosedur latihan
 Diskusikan kebutuhan akan norma-norma di dalam menetapkan suatu kelompok
 Menuliskan norma-norma yang telah disepakati dari para peserta
 Buatlah daftar yang berkaitan dengan apa yang mereka diskusikan
 Cobalah untuk mengembangkan daftar norma yang telah disepakati
 Tempat norma-norma disuatu tempat yang mudah dilihat dan terpampang dengan huruf yang
relative besar agar mudah dibaca
 Para peserta dapat meminta pertemuan kelompok untuk meninjau ulang norma-norma yang
telah mereka sepakati

Anda mungkin juga menyukai