Anda di halaman 1dari 8

Nama : Histori Arjislan Manalu

Measy Indah Sari Purba


Syahril Sitompul
Tingkat/Prodi : II-B/Teologi
Mata Kuliah : PAK Dewasa
Dosen Pengampu : Dr. Setia Ulina Tarigan

METODE PELATIHAN

I. Pendahuluan
Pelatihan adalah salah satu metode dalam pendidikan orang dewasa atau dalam
suatu pertemuan yang biasa digunakan dalam meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan mengubah sikap peserta dengan cara yang spesifik. Pada bab ini
akan membahas pelatihan kepekaan, pelatihan kepemimpinan, pelatihan kerja,
pelatihan patisipatif dan rancangan pelatihan, khususnya mengenai hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam merancang pelatihan, prosedur rancangan pelatihan dan
pengaturan ruangan pelatihan.
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Pelatihan
Pengertian Pelatihan Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai
pelatihan, berikut ini dikemukakan beberapa definisi dari para ahli:
a. Menurut T. Hani Handoko (104:104)
Pelatihan adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk memperbaiki
penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu.
b. Menurut S. Panggabean (2001:41)
Pelatihan adalah suatu cara yang di gunakan untuk memberikan atau
meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pekerjaannya sekarang.
c. Menurut Robert L. Mathis – John H. Jackson (2009:301)
Pelatihan adalah proses dimana orang mendapatkan kapabilitas untuk
membantu pencapaian tujuan-tujuan organisasional.
d. Menurut Gary Dassler (1997:263)
Pelatihan adalah proses mengajarkan,ketrampilan dasar yang mereka
butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka.
Dari berbagai pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan bukan
satu tujuan, tetapi merupakan usaha yang dilakukan perusahaan untuk mencapai
tujuan dengan lebih efektif dan efisien. Pelatihan merupakan proses membantu
dalam memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan
dan perilaku yang spesifik yang berkitan dengan pekerjaan sehingga kinerja dapat
meningkat.1
II.2. Pelatihan Kepekaan
Pada 10 atau 15 tahun yang lalu, penekanan diletakkan pada metode yang
dapat digunakan untuk membuat semua anggota suatu kelompok peka terhadap
peranan penting yang mereka lakukan. Dr.Bradford dan kawan-kawan
mengorganisasikan Laboratorium Pelatihan Nasional di Bethel, Maine, USA.
Mereka percaya ada suatu metode yang dapat membantu peserta lebih memahami
diri mereka sendiri dan melalui pelatihan kelompok peserta dapat
mengembangkan perasaan peka terhadap teman sekerja mereka.
Tujuan Laboratorium Pelatihan Nasional bukanlah merupakan hal yang
menyimpang. Tujuannya adalah untuk membuat orang memahami diri sendiri,
dapat bergaul dengan baik pada rekan-rekan kerja dan mampu membuat
keputusan sendiri.
1. Kelompok T
Jantung pelatihan adalah kelompok-T, suatu istilah yang sama
artinya dengan kelompok training (kelompok pelatihan). Pengalaman
kelompok T dianggap sebagai aspek yang terpenting, sebab dalam
kelompok T seseorang memperoleh pengaruh emosional yang kuat.
Kelompok T diharapkan dapat berperan sebagai “wadah peleburan”
interaksi personal yang dapat menghasilkan suasana belajar yang
kondusif. Suasana kondusif adalah salah satu unsur utama dari
pengalaman kelompok-T. Anggota kelompok-T juga tidak saling
mengenal, karena datang dari latar belakang kehidupan yang berbeda.
Pada pengalaman pelatihan juga terkadang sering menimbulkan
pengaruh yang negative, yakni menyebabkan reaksi yang tidak
menyenangkan. Setiap kelompok-T harus mempunyai seorang pelatih ahli.
Ia mengamati kelompok dari waktu ke waktu.
2. Persiapan Pelatihan
Mengamati situasi merupakan hal yang penting yaitu menentukan
masalah yang perlu pemecahan. Identifikasi masalah biasanya merupakan
langkah awal menuju pemecahan masalah. Tujuan dari persiapan pelatihan
yaitu agar pengalaman pelatihan dapat membantu peserta membuat
perubahan yang dikehendaki tanpa mengalami frustrasi yang berat.
3. Manfaat Pelatihan
Proses penerapan pengalaman laboratorium ke dalam realitas,
sekembalinya kerumah menunjukkan hasil atau manfaat pelatihan bagi
individu. Manfaat dari pelatihan yaitu dapat membantu kelompok dalam

1
http://eprints.undip.ac.id/58918/3/BAB_III_Pembahasan.pdf diakses pada 26/09/22,pukul 16:39
mengenal bagaimana melakukan kompromi yang menyenangkan diantara
kedua ekstrem tersebut. Kedua, dapat mengembangkan empati dan tujuan
yang dapat dipenuhi dengan cara pelatihan tersebut.

4. Peringatan
Peringatan yang perlu dicatat untuk merencanakan pelatihan
kepekaan yaitu:
1. Harus cukup waktunya untuk membawa perubahan pada
peserta
2. Hasil harus konstan
3. Pendekatan lebih halus dan kurang menimbulkan konfrontasi
harus diterapkan
4. Psikiater yang professional harus dipersiapkan
5. Personil harus terlatih
6. Harus ada didasari semangat
7. Menerapkan tekhnik yang tepat dalam membantu kelompok
8. Pelatih harus dipersiapkan untuk mengatasi setiap situasi
9. Perlu ditentukan jenis pelatihan yang tepat

II.3. Pelatihan Kepemimpinan


Pelatihan kepemimpinan berbeda dengan pelatihan kepekaan. Hal ini
tergantung pada apa yang ingin dikerjakan pada pelatihan kepemimpinan. Sebagai
contoh, apakah seseorang melatih pimpinan-pimpinan dalam konsep dan
kenyataan tentang organisasi mereka dan bagaimana cara berperilaku yang tepat
sebagai pimpinan organisasi? Tugas pemimpin dapatb membantu penyuluhan
dalam pembuatan cataatn dan penyusunan laporan.

II.4. Pelatihan Kerja


1. Defenisi Pelatihan Kerja
Menurut Dejnozka dan Kapel, pelatihan kerja dapat didefinisikan sebagai
“program terencana dari latihan yang sistematis tentang performansi kempuan
tertentu”. Pada umumnya pelatihan kerja adalah program yang didesain untuk
meningkatkan kompetensi penyuluh, sementara mereka melaksanakan
pekerjaan mereka. Oleh karena itu, pelatihan harus terfokus pada masalah,
tersusun dari serangkaian kegiatan yang terjadwal.
2. Asumsi dan Rasional Dasar
Pimpinan penyuluhan yang merencakan program pelatihan kerja
mempunyai asumsi dan rasional dasar dalam pikirannya sebelum kegiatan
dilaksanakan. Asumsi ini termasuk fakta dimana pria atau wanita secara
individu maupun kelompok dapat belajar tentang pekerjaanya dan terlibat
secara aktif dalam proses belajar. Asumsi ini, dengan rasionalitas yang jelas,
seharusnya memberikan kerangka kerja sebagai desain program pelatihan
kerja.
3. Pedoman Bagi Perencana Program Pelatihan Kerja
Berikut ini adalah pedoman perencakaan yang terdiri atas komponen dan
pertanyaan yang perlu di jawab oleh pelatihan kerja.
a. Identifikasi Masalah
b. Identifikasi pelajar atau peserta
c. Identifikasi Tujuan umum dan tujuan khusus
d. Strategi kesempatan Belajar dan pemilihan Pengajaran
e. Format dan Penjadwalan kegiatan belajar
f. Evaluasi dan Penilaian

II.5. Pelatihan Partisipatif


Agar pelatihan pertisipatif dapat berjalan dengan lancar, maka pemandu,
pelatih menggunakan metode dan tekhnik yang banyak melibatkat peran serta
peserta harus dapat berperan dengan baik untuk mencipakan suasana belajar
yang kondusif. Dalam pelatihan partisipatif biasanya diogunakan apa yang
disebut siklus belajar dari pengalaman. Metode ini mempunyai tahapan
tertentu, yakni:
1. Mengalami
Hal ini mencakup perasaan kita, pengamatan kita, dan apa saja
yang kita alami.
2. Mengungkapkan
Dimana peserta mengungkapkan berbagai pengalamannya. Apa
yang terjadi, apa yang dirasakan dan nilai-nilai yang terkandiung
dalam berbagai isu mempunyai hubungan dan arti dalam kehidupan
peserta.
3. Menganalisi
Tahap ini merupakan suatu proses pemahaman, yaitu suatu proses
untuk mencoba memahami berbagai ungkapan pengalaman dari
berbagai pihak yang terlibat dalam proses belajar.
4. Generalisasi
Tahan ini merupakan tahap yang sangat penting karena berbagai
ungkapan pengalaman dan analisis yang terjadi, perlu ditarik
kesimpulan sebagai bahan untuk menyusun tindak lanjut.
5. Menerapkan
Dimana merupakan suatu yanbg telah direncanakan dari hasil
pembelajaran.

II.6. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pelatihan


Sejalan dengan itu,dalam perencanaan pelatihan terdapat unsur-unsur
perencanaan pelatihan diantaranya yaitu:
1. Siapa yang dilatih?
2. Apa yang akan mereka pelajari?
3. Siapa yang akan menyampaikan pelajaran?
4. Dengan cara apa mereka akan dilatih?
5. Bagaimana hasil pelatihan akan dievaluasi?

II.7. Prosedur Rancangan Pelatihan


Dibawah ini akan diuraikan prosedur merancang pelatihan.
1. Identifikasi Pelatihan
Kebutuhan akan pendidikan orang dewasa dari berbagai pihak perlu
diidentifikasi secara cermat.
2. Identifikasi Sasaran
Maksud sasaran disini adalah perilaku peserta yang diharapkan setelah
mengikuti pelatihan. Sasaran pelatihan haru sesuai dengan kebutuhan yang
telah teridentifikasi.
3. Identifikasi Sumber
Perlu dianalisis sumber-sumber yang diperlukan (dana, penceramah,
fasiliator, alat, perlengkapan, dll), baik yang sudah tersedia maupun yang masi
diusahakan.
4. Identifikasi Sumber
Hambatan yang ada dan yang mungkin timbul perlu diidentifikasi dan
dicermati.
5. Pengembangan Alternatif
Alternatif lain perlu dikembangkan untuk mencari cara mencapai
tujuan/sasaran yang terbaik.
6. Seleksi
Seleksi terhadap semua alternative dilakukan dengan mempertimbangkan
sumber daya, hambatan, kelebihan dan kelemahan masing-masing alternative
yang ingin dicapai. Pilihlah alternative yang terbaik.

II.8. Contoh Rancangan Pelatihan

No Pertanyaan Jawaban
1. Apa yang akan mereka Orang-orang dewasa yang belum berminat
pelajari? dan belum mempunyai pengetahuan
perkoperasian dengan pendidikan formal,
profesi, usia, jenis kelamin yang beragam.

2. Apa yang akan mereka a.falsafah kerja sama dalam kelompok


pelajari? b.keterampilan hubungan antara manusia
(human relations).
c.teknis pengelolaan perkoperasian.

3. Siapa yang akan Tiga orang staf pendidikan Biro


menyampaikan pelajaran?
Konsultasi Koperasi Kredit (yang telah
mendapat pelatihan khusus pekoperasian
dan POD).
4. Dengan cara bagaimana a. Metode pendidikan orang dewasa. akan
mereka akan dilatih? b. Metode laboratorium digunakan untuk
mengajarkan falsafah kerja sama dalam
kelompok dan keterampilan hubungan
antara manusia.
c. Ceramah digunakan untuk memberikan
pengetahuan dasar. d. Studi kasus dipakai
untuk memberikan pelajaran
kepengurusan dan peraturan koperasi.
e.Permainan peran untuk pendekatan
manusiawi.
f.Pemutaran slide untuk menumbuhkan
motivasi.
g.Latihan eksperimensial untuk teknis
adminis
5. Apa yang akan mereka a.Falsafah kerja sama dalam kelompok.
pelajari? b.Keterampilan hubungan antara manusia
(hu man relations).
c.Teknis pengelolaan perkoperasian
6. Bagaiamana hasil pelatihan Hasil latihan akan dievaluasi dalam dua
akan dievaluasi? tahap:
a.Segera setelah selesai kegiatan pelatihan.
dengan menggunakan formulir evaluasi
yang diisi oleh para peserta.
b.Segera setelah peserta merintis
pembentukan koperasi kredit, peserta
diminta mengirim surat ke Biro Konsultasi
Koperasi Kredit.

II.9. Pengaturan Ruangan


Dalam kegiatan pendidikan, walaupun materi, bahan dan pendidik yang
bermutu sudah tersedia, tetapi jika pengaturan nangan kurang diperhatikan,
hasilnya bisa kurang memuaskan.
Dalam menata ruangan pelatihan, perlu diperhatikan beberapa penting
berikut ini.
1. Ruangan yang cukup luas untuk menampung semua peserta yang akan hadir.
2. Ruangan khusus, baik untuk diskusi kelompok kecil maupun untuk sidang
paripurna.
3. Penerangan yang cukup terang dan tidak menyilaukan, dan stop kontak untuk
berbagai alat bantu audiovisual.
4. Peredaran udara yang cukup baik dengan jendela-jendela yang cukup.
5. Ruangan yang cukup bersih.
6. Ruangan yang cukup tenang.
7. Toilet yang cukup dekat untuk peserta.
8. Kursi yang cukup jumlahnya dan baik kondisinya untuk sejumlah peserta
yang direncanakan.
Dalam pelaksanaan pendidikan itu sendiri perlu dipikirkan pengaturan
tempat duduk yang paling sesuai dengan metode pendidikan yang hendak
dipergunakan.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengaturan empat duduk
bagi pendidikan orang dewasa adalah sebagai berikut.
1. Agar peserta dapat melihat pendidik dengan jelas.
2. Agar peserta dapat saling memandang satu sama lain. Biasanya diatur
melingkar, bentuk U, atau setengah lingkaran.
3. Agar peserta dapat meninggalkan tempat duduknya dengan malah, jika ia
harus maju ke depan untuk menjelaskan sesuatu at harus pindah ke kelompok
kecil.
4. Agar setiap peserta dapat melihat dengan jelas alat-alat peraga yang
dipergunakan.
5. Agar tidak ada peserta yang duduknya menghadap cahaya yang menyilaukan.
6. Agar pembimbing bebas bergerak untuk berbagai keperluan, seperti dalam
menggunakan alat peraga, membuat variasi gerakan dalam menyampaikan
materi pelatihannya.
7. Agar tersedia sebuah meja di sudut ruangan untuk meletakkan bahan ajar yang
tidak segera digunakan atau yang akan dibagikan kemudian.2

III. Kesimpulan
Motode adalah suatu cara yang digunakan dalam melakukan sesuatu hal yang
disusun dengan langkah dan pertimbangan sesuai dengan pemahaman penyusunnya.
Dalam Pendidikan Anak Dewasa pengajaran memakai system pelatihan. Pelatihan
adalah salah satu metode dalam pendidikan orang dewasa yang dalam prakteknya
terjadi di dalam pertemuan, hal ini digunakan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan mengubah sikap peserta dengan cara yang spesifik. Pada
pembagiannya pelatihan dibagi menjadi: pelatihan kepekaan, pelatihan kepimpinan,
pelatihan kerja dan pelatihan partisifatif.
Pelatihan yang dimaksudkan mempunyai ranah dan titik focus masing-masing.
Pada pelatihan kepekaan focus penekanan supaya peserta dalam pelatihan peka dan
saling memahami sebagai suatu kelompok. Pelatihan lainnya adalah pelatihan
pimpinan, pelatihan ini ditujukan kepada pimpinan dengan maksud supaya pimpinan
dapat menjadi pemimpin yang ideal. Lain dengan pelatihan kerja, pelatihan ini
umumnya adalah program yang sistematis, yang sengaja disusun untuk
meningkatkan potensi peserta yang dilaksanakan dengan penyuluhan. Untuk
pelatihan yang terahir yaitu pelatihan partisipatif, pelatihan ini menggunakan konsep
belajar dari pengalaman peserta, pemimpin perlu menganalisis pendapat dari peserta
dengan menarik kesimpulan secara generalisasi demi memudahkan tahap evaluasi.
2
H. Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), 163.
Dari motode yang dibahas dan penjelasan yang sebelumnya masih belum satu
paket apabila kenyamanan, keamanan peserta atau pelaksana tidak saling mendukung.
Yang perlu diperhatikan misalnya: kecukupan ruangan, ketersediaan fasilitas yang
cukup, pengaturan sumber daya yang ada dengan semaksimal mungkin, kebersihan,
dan juga penyesuaian suasana pelatihan. Dari pemaparan yang sebelunya dijelaskan
perlu kita sadari itu semua tidak akan terlaksana dengan baik apabila objek atau
manusia itu sendiri tidak menerima atau salah pemahaman serta tidak mau
mengaplikasikanya dalam kehidupannya.

IV. Daftar Pustaka


Suprijanto, H., Pendidikan Orang Dewasa (Jakarta: Bumi Aksara, 2017)
Sumber Lain
http://eprints.undip.ac.id/58918/3/BAB_III_Pembahasan.pdf diakses pada 26/09/22,pukul 16:39

Anda mungkin juga menyukai