Anda di halaman 1dari 25

RESUME MAKALAH MANAJEMEN DIKLAT DAN PELATIHAN

Disusun untuk memenuhi tugas midterm mata kuliah Manajemen Diklat dan
Pelatihan pada program studi Manajemen Pendidikan Islam

Oleh:

Ariska Nadira (200206079)

Dosen pengampu:

Drs. Mardin, M.A

FAKULTAS TARBIYAH DAN


KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


AR-RANIRY

DARUSSALAM - BANDA ACEH

2022

1. PENDAHULUAN

A. Pengertian Manajemen Diklat dan pelatihan


Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran/latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang” (Undang-undang No. 2 Tahun 1999, tentang Sistem
Pendidikan Nasional). Sementara pelatihan adalah pembelajaran yang
dipersiapkan agar pelaksanaan pekerjaan sekarang meningkat (kinerjanya).

 Kamus Istilah Manajemen (1994), Pelatihan adalah bimbingan yang


diberikan oleh instruktur untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan melalui penyelesaian tugas dan latihan.
 Robert, L. Graigh (1996), Pendidikan dan pelatihan adalah pengalihan
pengetahuan dan keterampilan dari seseorang kepada orang lain. d. Edwin,
B. Flippo dalam Nunu Jumena (2000), latihan adalah kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai dalam
melaksanakan suatu pekerjaan tertentu.

Manajemen diklat adalah upaya pengelolaan yang dilakukan dalam


mencapai sebuah tujuan yang sesuai dengan UUD yang berlaku. Manajemen
diklat merupakan aktivitas pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan secara
sistematis dan terencana oleh suatu lembaga tertentu agar mencapai skill tertentu
yang diselenggarakan dalam waktu tertentu.

B. Tujuan dan Manfaat Manajemen Diklat dan Pelatihan


 Tujuan manajemen diklat untuk mencapai tujuan diklat secara efektif dan
efisien, mengembangkan kompetensi membangun kinerja yang lebih baik,
memupuk rasa loyalitas dan meningkatkan SDM.
Berdasarkan PP RI No. 101 tahun 2000, disebutkan bahwa tujuan diklat
antara lain: meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap untuk
dapat melakukan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi
kepribadian dan etika PNS sesuai kebutuhan instansi, memantapkan sikap
dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman
dan pemberdayaan masyarakat, menciptakan kesamaan visi dan dinamika
pola pikir.

2
 Manfaat Pendidikan dan Pelatihan; Simamora (1995:29) menyebutkan
manfaat-manfaat yang diperoleh dari diadakannya pendidikan dan
pelatihan (Diklat) yaitu:  Meningkatkan kualitas dan kuantitas
produktivitas, Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk
mencapai standar-standar kinerja yang ditentukan, Menciptakan sikap,
loyalitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan, Memenuhi
persyaratan perencanaan sumber daya manusia, Mengurangi jumlah dan
biaya kecelakaan kerja, Membantu karyawan dalam peningkatan dan
pengembangan pribadi mereka.
C. Sasaran Manajemen Diklat dan Pelatihan

Sasaran utama yang berinteraksi langsung dalam pendidikan dan pelatihan


dengan berbagai komponen lainnya, seperti peserta pelatihan, kurikulum,
metode, media, waktu, proses pembelajaran, lingkungan, dan lain sebagainya
adalah pelatih/fasilitator yang memiliki kompetensi, baik dari sisi subtansi
maupun metodelogi pelatihan.

Sasaran pendidikan dan pelatihan adalah tersedianya petugas/ pegawai yang


memiliki kualitas tertentu guna memenuhi persyaratan untuk diangkat dalam
jabatan tertentu. Dalam PP No. 101 Tahun 2000, sasaran Diklat adalah
terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan
jabatan masing-masing.

 Men atau manusia.


 Mesin atau machines.
 Methods atau metoda.
 Material.
 Money atau uang
 Pasar atau market.
 Milieu atau lingkungan

D. Arah Manajemen Diklat dan Pelatihan

3
Arah manajement diklat dan pelatihan adalah penjabaran tentang langkah-langkah
ataupun metode dalam memanage diklat dan pelatihan agar mencapai tujuan yang
diinginkan.

Arah manajemen diklat dan pelatihan adalah untuk penyempurnaan, pelayanan


kemajuan IPTEK, wahana promosi, aspirasi masyarakat, pemasuk ide inovatif,
pengembang keterampilan perantara pendidikan seumur hidup dan pembentukan
etos kerja bermutu.

E. Prinsip-prinsip Manajemen Diklat dan Pelatihan

Prinsip-prinsip manajemen diklat menurut Heidjrachman dan Husnan (2002:82)


adalah:
 Motivasi, semakin tinggi motivasi peserta pelatihan,semakin cepat ia akan
mempelajari keterampilan atau pengetahuan baru tersebut.
 Laporan kemajuan, yang diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh
seorang peserta telah memahami pengetahuan yang baru.
 Praktek, sedapat mungkin peserta pelatihan yang dilatih bisa
mempraktekkan keterampilan tersebut pada suasana pekerjaan yang
sebenarnya.
 Perbedaan Individual, pada hakekatnya para peserta pelatihan itu berbeda
antara satu dengan lainnya. Karenanya latihan yang efektif hendaknya
menyesuaikan kecepatan dan kerumitan dengan kemampuan masing-
masing individu.
Prinsip Manajemen diklat secara umum yaitu:
 Materi harus diberikan secara bertahap
 Tahapan-tahapan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan
 Penatar harus mampu memotivasi dan meyebar respon
 Adanya penguat (reinforcement)
 Menggunakan konsep shaping perilaku

4
2. KOMPONEN YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN DIKLAT
DAN PELATIHAN

A. Tujuan
Tujuan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah sebagai berikut:
 Diklat bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai dalam
menghadapi pekerjaan-pekerjaan yang sedang dihadapi.
 Diklat diharapkan dapat membentuk sikap dan tingkah laku para
pegawai dalam melakukan pekerjaannya. Menitikberatkan pada
peningkatan partisipasi dari para pegawai, kerjasama antar pegawai
dan loyalitas terhadap organisasi.
 Diklat membantu memecahkan masalah-masalah operasional
organisasi sehari-hari seperti mengurangi kecelakaan kerja,
mengurangi absen, mengurangi labor turnover, dan lain-lain.
 Diklat tidak hanya mempunyai tujuan jangka pendek tetapi juga jangka
panjang yaitu mempersiapkan pegawai memperoleh keahlian dalam
bidang tertentu yang dibutuhkan perusahaan.
B. Narasumber
Narasumber adalah seseorang yang memiliki ahli yang berkaitan dengan
tema atau topik yang sedang di bahas dalam sebuah wawancara atau tanya-
jawab, yaitu orang yang memberikan materi diklat.
Syarat Narasumber Untuk menjadi seorang narasumber, seseorang harus
mampu memenuhi sejumlah syarat berikut agar dapat menyampaikan
informasi dengan optimal:
 Memiliki pemahaman yang mendalam tentang informasi yang akan
disampaikan Memiliki metode penyampaian atau pengajaran yang
menarik
 Jujur dan objektif
 Responsif
 Interaktif dan komunikatif

5
 Mampu memanfaatkan kemajuan teknologi
 Disiplin dan menghargai meoderator atau pewawancara
 Sopan dan santun di dalam bertutur kata

Jenis Narasumber Ada banyak pihak yang bisa menjadi seorang narasumber,
karena narasumber setidaknya terbagi atas 5 jenis, antara lain:

 Ilmuwan
 Humas
 Mahasiswa
 Masyarakat yang Terdampak

C. Peserta

Peserta diklat (orang yang akan mengikuti diklat) merupakan orang atau
pegawai yang menjadi sumber daya manusia dalam sebuah instansi atau lembaga
yang membutuhkan sebuah bimbiungan pendidikan dan pelatihan, baik itu
perorangan dan sekelompok orang yang mana tujuannya untuk kemajuan dan
perkembangan kompetensinya supaya bisa berguna untuk lembaga tempatnya
bekerja.

D. Sarana prasarana

Pengertian sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk
mencapai makna dan tujuan. Sebagai contoh: sarana diklat diartikan sebagai alat
untuk mencapai tujuan pelatihan, misalkan buku, tas, pulpen, komputer, dll.

Sedangkan pengertian prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan


penunjang utama terselenggaranya suatu proses Sebagai contoh, prasarana diklat
atau pelatihan berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pelatihan,
misalnya lokasi, bangunan sekolah, lapangan olahraga, kantin, dll. Dengan kata
lain, secara umum dari pengertian sarana lebih ditujukan untuk alat atau benda-
benda yang bergerak sedangkan prasarana lebih ditujukan untuk alat atau benda-
benda yang tidak bergerak.

6
Fungsi sarana dan prasarana dapat berbeda sesuai lingkup dan penggunaannya,
misalkan sarana dan prasarana diklat atau pelatihan berbeda dengan transportasi,
wisata dan sebagainya, namun memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mencapai
hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. Fungsi utama sarana dan prasarana
pada dasarnya memiliki tujuan :

 Menciptakan kenyamanan.
 Menciptakan kepuasan.
 Mempercepat proses kerja.
 Memudahkan proses kerja
 Meningkatkan produktivitas.
 Hasil lebih berkualitas.

E. Materi
Menurut Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 3 Tahun 2010,
bahan ajar adalah materi pelengkap modul berbentuk tulisan/narasi yang
dibagikan kepada peserta dan digunakan oleh widyaiswara dalam proses
pembelajaran guna mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.

Syarat-Syarat Materi Yang Dibuat oleh Widyaiswara

 Bahan ajar diketik dalam bentuk naskah.


 Jumlah kata minimal 1250 kata.
 Jenis huruf yang digunakan Times New Roman, Arial, Pica, dsb.
 Ukuran huruf maks 12.

Isi materi adalah bab-bab yang berisi materi sesuai tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Bab-bab yang diuraikan dalam materi harus menggambarkan materi
pokok dan sub materi pokok

Daftar pustaka memuat buku-buku, jurnal, dan sumber lain yang digunakan
sebagai acuan dalam penyusunan materi.

F. Metode

7
Metode atau model pembelajaran yaitu cara menyampaikan. Metode Pendidikan
dan pelatihan merupakan suatu cara sistematis yang dapat memberikan deskripsi
secara luas serta dapat mengkondisikan penyelenggaraan Pendidikan/Pelatihan
(Diklat) untuk mengembangkan aspek kognitif, efektif dan psikomotorif tenaga
kerja terhadap tugas dan pekerjaannya.

Menurut Casico metode dalam pendidikan dan pelatihan dibagi menjadi 3 cara,
yaitu :

1. Metode presentasi informasi


Metode ini melibatkan seorang peserta pelatihan yang menjadi penerima
informasi secara pasif.Informasi yang diterima berupa fakta, proses dan
pemecahan masalah. Metode presentasi informasi terdiri atas:
a. Diskusi
b. Ceramah
c. Pelatihan online/berbasis internet
d. Audiovisual
e. Pelatihan jarak jauh
2. Teknik Simulasi
Teknik simulasi merupakan metode pendidikan dan pelatihan dengan
melakukan peniruan perilaku tertentu sehingga peserta pelatihan dapat
merealisasikan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Berikut bentuk metode
simulasi:
a. Bermain peran
b. Studi kasus
c. Behavior modelling
d. Permainan bisnis

3. Metode On the job training


Metode ini disebut juga dengan metode latihan sambil kerja.Tujuan
metode ini yaitu memberikan keahlian atau kecakapan yang diperlukan

8
sesuai dengan kemampuan dalam pekerjaan tertentu. Metode on the job
training terdiri dari :
a. Magang
b. Orientasi
c. Conseling
d. Coaching (pembinaan)
e. Penugasan understudy.

G. Media

Media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam


menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Media pembelajaran ini lebih sering
disebut alat peraga, karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu
dalam proses pendidikan dan pengajaran. Masing–masing alat peraga ini disusun
berdasarkan prinsip, bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu
diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang
digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula
pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain alat peraga ini dimaksudkan untuk
mengarahkan indera sebanyak mungkin terhadap suatu objek, sehingga mampu
mempermudah persepsi.

Menurut Azhar Arsyad mengemukakan bahwa terdapat 4 media pembelajaran


dalam pendidikan dan latihan (Diklat) yaitu :

 Media hasil teknologi cetak


 Media hasil audio-visual
 Media hasil teknologi berbasis computer
 Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

H. Keuangan

9
Pembiayaan (dana) pendidikan dan pelatihan (diklat) merupakan salah satu
komponen masukan (input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan dan
pelatihan, baik tujuan-tujuan yang bersifat kuantitatif, pembiayaan pendidikan
memiliki peran yang sangat menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan
yang dapat mengabaikan peranan pembiayaan, sehingga dapat dikatakan bahwa
tanpa biaya, proses pendidikan tidak akan berjalan. Keberhasilan suatu program
pendidikan dan pelatihan lebih banyak ditentukan oleh seberapa besar pembiayaan
(dana) yang dianggarkan dalam perencanaan penyelenggaraan suatu diklat.

I. Waktu pelaksanaan

Time schedule (jadwal pelaksana) adalah suatu alat pengendali prestasi


pelaksanaan proyek secara menyeluruh agar dalam pelaksanaan atau pengerjaan
suatu proyek dapat berjalan dengan lancar dan tertata. Di sini menerangkan kapan
waktu selesainya pekerjaan, waktu yang dibutuhkan pekerjaan atau durasi kerja
dan perkiraan waktu selesainya pekerjaan.

Tujuan Time Schedule

Selain itu, maksud dan tujuan dalam pembuatan jadwal pelaksanaan untuk suatu
proyek konstruksi diantaranya :

1. Dapat mengetahui kapan dimulainya suatu item pekerjaan, lama pekerjaan


dan rencana selesainya
2. Sebagai pedoman untuk mempersiapkan sumber daya manusia sesuai
dengan waktunya
3. Pedoman untuk penyediaan alat-alat kerja yang sesuai dengan waktunya
4. Sebagai sumber data untuk memantau kecepatan dan keterlambatan
progres dari suatu item
5. Pekerjaan dapat dilakukan koreksi langsung di lapangan untuk
mempercepat pekerjaan tersebut

10
6. Pedoman dalam mempersiapkan material pekerjaan yang mana sesuai
dengan waktunya
J. Panitia
Panitia dapat diartikan kelompok orang yang ditunjuk atau dipilih untuk
mempertimbangkan atau mengurus hal-hal yang ditugaskan kepada kelompok
tersebut. panitia dapat disebutkan juga dengan komite.
Sehingga dapat disimpulkan panitia adalah kumpulan individu yang dibentuk
secara sengaja untuk melaksanakan tugas tertentu yang diberikan. Terdapat
tanggung jawab untuk membuat suatu program atau tugas yang diberikan dapat
berjalan.

Tujuan pemebntukan panitia

 Memastikan terselenggaranya suatu acara


 Melaksanakan fungsi manajemen dengan baik. Misalnya perencanaan,
pelaksanaan pengorganisasian, pengawasan, dan evaluasi seluruh tahapan
acar
 Mengatur jalannya acara mulai dari persiapan hingga acara selesai
 Mengelola materi acara
 Mempublikasikan acara yang direncanakan
 Menjalin komunikasi dengan pihak-pihak yang diajak kerjasama demi
terselenggaranya acara
 Mengatur dan menciptakan suasana kondusif saat pelaksanaan acara
 Mengendalikan kegiatan operasional
 Memastikan segala keperluan dan kebutuhan selama acara. Entah sebelum
hari H atau setelah hari H
 Membuat laporan perencanaan dan penyelenggaraan acara sebagai salah
pemenuhan data administrasi, dan sebagainya.

3. MODEL DIKLAT

11
Model pelatihan menurut mustofa kamil (2010:35) yaitu

A. Model Magang

Magang (apprenticeship) merupakan cara yang paling umum dilakukan pada


zaman dulu dan masih berlangsung sampai sekarang. Magang merupakan salah
satu bentuk pendidikan yang memiliki prinsip belajar sambil bekerja (belajar-
bekerja). Magang merupakan proses pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah
yang artinya Belajar sambil bekerja. Dalam proses magang terjadi hubungan
perjanjian antara seorang pemagang dengan seorang permagang. Pemagang
adalah orang yang belajar sambil melaksanakan proses pekerjaan dengan
pengalaman praktek yang dibimbing oleh permagang dengan instruksi-instruksi
formal.

Tujuan magang atau pemagangan

Dalam pelakasanaannya, magang dilaksanakan sebagai proses pembelajaran yang


bertujuan untuk:

 memantapkan penguasaan keterampilan yang diinginkan dan ditekuni


untuk dijadikan mata pencaharian,
 mempermudah dan mempercepat jangkauan pengadaan tenaga-tenaga
terampil yang cukup mampu untuk segera berpartisipasi dalam proses
pembangunan, dan
 meningkatkan kemampuan, keterampilan dan sikap karyawan sehingga
lebih efektif dan efesien dalam mencapai saran-saran program ataupun
tujuan organisasi.
B. Model Intership

Model pelatihan intership ini mengarah pada proses penerimaan karyawan baru,
yang bekerja bersama dan dibawah bimbingan praktisi ahli untuk beberapa waktu
tertentu. Pelatihan ini mengarah pada kekosongan pekerjaan yang menuntut
pendidikan formal yang lebih tinggi. Keefektifan pelatihan ini tergantung pada

12
kemampuan praktisi yang ahli dalam mengawasi proses pelatihan. Secara umum
internship adalah sebutan lain dari magang, sebuah program berupa pelatihan
kerja, program ini diselenggarakan oleh sebuah lembaga dan perusahaan. Melalui
program itu nantinya seseorang akan mendapatkan berbagai bimbingan dalam
pekerjaan. Manfaat yang didapat seperti skillset atau networking di dunia kerja.

Internship juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan magang singkat yang biasa
dilakukan selama paling sebentar satu minggu dan paling lama hingga satu tahun.
Biasanya orang yang tergabung dalam kegiatan ini dibayar secara sukarela, namun
ada juga lembaga atau perusahaan yang menyediakan uang saku bagi peserta
magangnya. Program internship diadakan untuk memberi bantuan kepada
seseorang, agar orang tersebut dapat menguasai sebuah keahlian atau sesuatu yang
sedang ia pelajari melalui posisi pekerjaan di tempat orang tersebut melakukan
magang. Selebihnya orang tersebut bisa bersiap berada di dunia kerja yang nyata.

Tujuan dari internship sebenarnya luas karena peserta dapat melihat seperti apa
dunia pekerjaan sebelum terjun langsung menjadi seorang pegawai atau
karyawan. Internship juga ditujukan agar seseorang memulai merintis kariernya,
mereka bisa memilih dan menentukan apakah cocok dengan suasana dari
perusahaan tempatnya melakukan magang. Mengikuti program internship mampu
meningkatkan pengalaman dan pengetahuan, hal ini bisa membuat seseorang
memiliki kepercayaan diri yang lebih besar. Selain itu, pencapaian ketika
melakukan magang juga akan membuat perusahaan tempatnya magang tertarik
memberi satu tempat bekerja saat masa magang selesai dilakukan.

Contoh dari internship Yaitu education project maksudnya adalah pelatihan bagi
siswa yang bekerja disuatu perusahaan dan diperlakukan sama seperti karyawan
dalam perusahaan, tetapi tetap dibawah pengawasan ahli

C. Model Pelatihan Kerja

Pelatihan merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian,


konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja karyawan .Menurut
Hamalik menyatakan bahwa model pelatihan adalah suatu bentuk pelaksanaan

13
pelatihan yang didalamnya terdapat program pelatihan dan tata cara
pelaksanaanya. Menurut Pasal 1 ayat (9) Undang-undang No.13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan, pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk
memberi, memperoleh, meningkatkan, mengembangkan kompetensi kerja,
produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan tertentu
sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan. Pelatihan mengacu
pada metode yang digunakan untuk memberikan karyawan baru atau karyawan
yang ada saat ini dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk melakukan
pekerjaan.

Tujuan pelatihan ditinjau dari sisi individu karyawan menurut Mangkuprawira


(2004:20), yaitu perubahan dalam peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan
dan pengembangan karir. Sedangkan tujuan pelatihan ditinjau dari kepentingan
perusahaan adalah tercapainya kinerja perusahaan yang maksimum sebagai buah
dari hasil pelatihan yang terjadi pada karyawan. Program pelatihan bertujuan
untuk menutupi gap antara kecakapan karyawan dengan permintaan jabatan,
selain itu untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam
mencapai sasaran kerja.

model model pelatihan job training

 Model induktif: Model ini digunakan untuk mengidentifikasi jenis


kebutuhan belajar yang bersifat kebutuhan terasa (felt needs) atau
kebutuhan belajar dalam pelatihan yang dirasakan langsung oleh peserta
pelatihan. Keuntungannya yaitu dapat memperoleh informasi langsung
mengenai kebutuhan peserta pelatihan, sehingga memudahkan pelatih
untuk memilih materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan.
Kerugiannya yaitu menetapkan materi pelatihan secara menyeluruh dan
umum, juga membutuhkan waktu, dana dan tenaga yang banyak
 Model deduktif: model ini dilakukan secara deduktif, di mana pemahaman
tentang identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan secara umum, dengan
tujuan yang luas. Keuntungan dari jenis ini adalah bahwa hasil identifikasi
dapat diperoleh dari target yang luas, sehingga ada kecenderungan untuk

14
menyelesaikannya menggunakan harga murah dan relatif lebih efisien
daripada tipe induktif, karena informasi tentang kebutuhan belajar dapat
digunakan untuk penerapan.
 Model klasik: Model klasik ini ditujukan untuk menyesuaikan bahan
belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum atau program belajar
dengan kebutuhan belajar yang dirasakan peserta pelatihan (sasaran).
D. Model pelatihan Keaksaraan

Pendidikan keaksaraan adalah salah satu bentuk layanan pendidikan non


formal atau pendidikan luar sekolah bagi warga masyarakat yang belum dapat
membaca, menulis dan berhitung. Program pendidikan keaksaraan merupakan
bentuk layanan pendidikan luar sekolah untuk membelajarkan warga masyarakat
penyandang buta aksara agar memiliki kemampuan menulis, membaca dan
berhitung, mengamati dan menganalisis yang berorientasi pada kehidupan sehari-
hari dengan memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan sekitarnya, untuk
meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.

Tujuan pendidikan keaksaraan:

 membuka wawasan untuk mencari sumber-sumber kehidupan,


 melaksanakan kehidupan sehari-hari secara efektif dan efisien,
 mengunjungi dan belajar pada lembaga pendidikan yang diperlukan,
 memecahkan masalah keaksaraan dalam kehidupannya sehari-hari,
 menggali dan mempelajari pengetahuan, keterampilan dan sikap
pembaharuan untuk meningkatkan mutu dan taraf hidupnya serta ikut
berpartisipasi dalam pembangunan.

E. Model Pelatihan Kewirausahaan

Pelatihan Kewirausahaan Pengembangan dalam melaksanakan pendidikan dan


pelatihan Kewirausahaan dibanyak negara seluruh dunia patut menjadi acuan bagi
pendidikan Kewirausahaan di Indonesia, hal ini dilakukan sebagai tolak ukur
dalam melakukan pembelajaran berkualitas bagi peserta didik dibidang

15
Kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan memiliki potensi untuk
memungkinkan peserta didik mendapatkan keterampilan dan menciptakan
lapangan kerja sendiri, Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendidikan
kewirausahaan secara signifikan meningkatkan tingkat wirausaha di kalangan
lulusan universitas sekitar satu tahun setelah lulus.

Program-Program Pelatihan Kewirausahaan Abad 21

Program Kreativitas Kewirausahaan. Pelatihan ini dilakukan dengan tujuan untuk


melatih peserta memanfaatkan kreativitas pribadi sebagai proses kreatif,
menerapkan konsep kegiatan mengamati, membuat prototipe, selanjutnya
melakukan latihan pengembangan karir dan inovasi bisnis.

Program Analisis Keuangan Dilakukan untuk mengembangkan kemampuan


pengambilan keputusan, pelatihan ini dilakukan untuk yang ingin cepat
memahami elemen-elemen keuangan untuk memulai sebuah perusahaan.

Pelatihan Dasar menjadi Wirausaha Pelatihan ini memiliki bagian untuk


memberikan pengetahuan dan kemampuan tentang Mitos paling umum tentang
menjadi wirausaha, cara menetapkan sasaran untuk bisnis, Bagaimana cara
mengidentifikasi peluang, Cara melakukan riset pasar dan memilih target audiens.

Tujuan dari dilaksanakannya pelatihan kewirausahaan untuk mahasiswa


menurut Muhtarom, dkk (2017) ialah untuk menumbuhkembangkan industri kecil
menengah melalui penciptaan mahasiswa menjadi wirausaha baru, memberikan
pengetahuan dan wawasan mengenai konsep kewirausahaan dan membangkitkan
motivasi dan semangat guna menumbuhkembangkan usaha yang mandiri dan
professional sesuai potensi yang dimiliki dan mengembangkan sumber daya
manusia yang mampu menciptakan lapangan kerja.

F. Model Pelatihan Manajemen Peningkatan Mutu (Quality


Management training)

Pelatihan adalah manajemen pendidikan dan pelatihan secara menyeluruh


mencakup fungsi yang terkandung di dalamnya, yakni perencanaan, pengaturan,

16
pengendalian dan penilaian kegiatan umum maupun latihan keahlian, serta
pendidikan dan latihan khusus bagi para pegawai pengaturannya meliputi kegiatan
formulasi, kebutuhan pemberian servis yang memuaskan, bimbingan, perijinan
dan penyelaan. Adapun soekamto, dkk mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”

MODEL INDUKATIF Pendekatan yang digunakan dalam model induktif


berfokus pada upaya yang dikerahkan dari bagian terdekat, langsung, luas dan
lengkap. Oleh karena itu, berkat pendekatan ini, itu dinilai langsung dengan
kapasitas bahwa setiap target adalah peserta pelatihan, kemudian
membandingkannya dengan kapasitas yang diharapkan atau harus termasuk sesuai
dengan permintaan yang datang ke sana. Model ini digunakan untuk
mengidentifikasi jenis persyaratan pembelajaran (persyaratan yang dirasakan) atau
pelatihan untuk pelatihan langsung dengan pelatihan peserta. Implementasi
identifikasi juga harus dilakukan langsung kepada peserta pelatihan sendiri. Untuk
alasan ini, model pendekatan ini digunakan untuk peserta dalam pelatihan yang
ada (hadir untuk menjadi peserta pelatihan).

MODEL DEDUKTIF Pendekatan model ini dilakukan secara deduktif, di mana


pemahaman tentang identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan secara umum,
dengan tujuan yang luas. Jika akan menentukan kebutuhan pelatihan
(pembelajaran) untuk peserta pelatihan yang memiliki karakteristik yang sama,
implementasi identifikasi disampaikan oleh semua peserta pelatihan (target). Hasil
identifikasi harus diperlukan untuk total peserta pelatihan (tujuan) yang memiliki
karakteristik yang sama. Hasil dari jenis identifikasi ini digunakan dalam
persiapan materi pelatihan massa dan secara keseluruhan. Ini telah dilakukan
untuk menentukan kebutuhan pelatihan minimum untuk peserta pelatihan dengan
tujuan tertentu seperti visualisasi sejarah pendidikan, usia atau posisi, dll.

17
MODEL KLASIK Model klasik ini dimaksudkan untuk menyesuaikan media
pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum atau pembelajaran dengan
kebutuhan belajar yang dikumpulkan oleh trainee (target). Berbeda dengan model
pertama, dalam model ini, pelatih (wali) memiliki pedoman dalam bentuk
kurikulum, seperti kurikulum pelatihan pra-dilarang, program pelatihan
kepemimpinan, unit pembelajaran dalam pelatihan, modul, dll. Mengidentifikasi
kebutuhan pelatihan untuk pelatihan terbuka secara terbuka dan langsung ke
peserta pelatihan (tujuan) yang sudah ada di kelas. Tujuan dari model klasik ini
adalah untuk menempatkan kapasitas yang telah dimiliki dengan kemampuan
untuk dipelajari, sehingga peserta pelatihan (tujuan) tidak akan menerima
kesenjangan dan kesulitan mempelajari materi pembelajaran baru.

4. KOMPETENSI KEPEMIMPINAN LEMBAGA DIKLAT DAN


PELATIHAN
A. Kompetensi Akademik

Kompetensi akademik adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu
kompetensi dan akademik, yang mana kompetensi dan akademik memiliki arti
yang berbeda. Kompetensi dalam Bahasa Inggris disebut competency, merupakan
kebulatan penguasaan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang ditampilkan
melalui unjuk kerja yang dicapai setelah menyelesaikan suatu program
pendidikan.1 Pengertian dasar kompetensi (competency) yaitu kemampuan atau
kecakapan. Kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen penuh
tanggungjawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap
mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.

Stephen P. Becker dan Jack Gordon dalam Bernawi mengemukakan beberapa


unsur atau elemen yang terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu:

 Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran di bidang kognitif.


 Pengertian (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan efektif yang
dimiliki siswa.

18
 Keterampilan (skill), yaitu kemampuan individu untuk melakukan suatu
tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
 Nilai (value), yaitu suatu norma yang telah diyakini atau secara psikologis
telah menyatu dalam diri individu.

Aspek yang berkaitan dengan kompetensi akademik

 kompetensi penguasaan konsep dan materi, dengan indikatornya adalah


mengidentifikasi tujuan program,
 menggunakan informasi belajar, dengan indikatornya adalah mengetahui
jenis-jenis informasi belajar, menerapkan informasi belajar yang didapat
dari berbagai sumber untuk menyelesaikan tugas,
 menguasai pengetahuan dan memecahkan tugas belajar, dengan
indikatornya adalah mengetahui cara mengerjakan tugas sesuai dengan
aturan yang benar,
 menguasai pengetahuan dalam menganalisis dan memecahkan masalah
dalam belajar
B. Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional merupakan penguasaan guru terhadap materi


pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan dia mengantarkan
peserta didik mencapai standar kompetensi yang ditetapkan . Kriteria kompetensi
yang melekat pada kompetensi profesional, yaitu:
 Menguasai materi, struktur, konsep,dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu
 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau
bidang pengembangan yang diampu
 Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif
 Mengembangkan keprofesional secara berkelanjutan dengan melakukan
kegiatan reflektif
 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri
Kompetensi profesional bertujuan untuk dapat melaksanakan profesi
keguruannya secara professional. tentang tujuan kompetensi guru yaitu guna
mencapai standar kualitas dalam menjalankan tugas atau pekerjaan nyata.

19
Kompetensi profesional guru sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa,
karena dengan kompetensi profesional guru, maka dapat menghasilkan
pembelajaran yang kreatif, profesional, dan menyenangkan. Sehingga siswa
tertarik dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.
C. Kompetensi Androgoik (Pembelajaran Orang Dewasa)
Andragogi yang berasal dari kata aner atau andra, yang berarti orang dewasa
dan agogy, yang berasal dari kata agogos, yang berarti memimpin/membimbing,
sehingga pengertian andragogi diartikan sebagai proses pendidikan membantu
orang dewasa menemukan dan menggunakan penemuan-penemuan dari bidang
pengetahuan yang berhubungan dengan latar belakang sosial dan situasi
pendidikan untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan individual, organisasi
dan masyarakat. Knowles menegaskan adanya perbedaan antara belajar orang
dewasa dengan belajar anak-anak dilihat dari segi perkembangan kognitif.
Menurut Knowles ada empat (4) asumsi utama yang membedakan andragogi
dengan paedagogi, yaitu :
 Perbedaan dalam konsep diri, orang dewasa memiliki konsep diri yang
mandiri dan tidak tergantung, bersifat pengarahan diri.
 Perbedaan pengalaman, orang dewasa mengumoulkan pengalaman yang
makin meluas yang menjadi sumber daya yang kaya dalam belajar.
 Kesiapan untuk belajar, orang dewasa ingin mempelajari bidang
permasalahan yang kini dihadapi dan dianggap relevan.
 Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar, orang dewasa
orientasinya berpusat pada masalah dan kurang kemungkinan berpusat
pada subjek
Penerapan konsep andragogi dalam Pendidikan orang dewasa Dalam andragogi
peranan guru, pengajar atau pembimbing yang sering disebut dengan fasilitator
adalah mempersiapkan seperangkat atau prosedur untuk mendorong dan
melibatkan secara aktif seluruh warga belajar yang dikenal dengan pendekatan
partisipatif, yang meliputi elemen-elemen :
 Menciptakan iklim dan suasana yang mendukung proses belajar mandiri
 Menciptakan mekanisme dan prosedur untuk perencanaan bersama dan
partisipatif
 Melakukan diagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar yang spesifik
 Merumuskan tujuan program yang memenuhi kebutuhan belajar
 Merencanakan pola pengetahuan belajar
 Melakukan dan menggunakan pengalaman belajar dengan metode dan
Teknik yang memadai
 Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali kebutuhan-
kebutuhan belajar, sebagai model belajar.

20
5. PROSES MANAJEMEN DIKLAT DAN PELATIHAN

A. Perencanaan
Perencanaan merupakan faktor penting dalam program Diklat.Perencanaan yang
baik dapat membantu lembaga penyelenggara dalam melaksanakan kegiatan nya
dengan terpadu sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Perencanaan suatu
Diklat atau pelatihan adalah Menentukan sasaran yang ingin di capai dalam
pelatihan (course training objectivs) dan merupakan petunjuk atau arahan tentang
waktu pelaksanaan dan cara pelatihan di laksanakan serta peserta pelatihan,yang
di sah kan oleh pejabat yang berwenang menangani masalah Diklat, khusus nya
masalah yang menyangkut anggaran,waktu,dan sasaran yang ingin di capai.

Menurut Roesmingsih (2009:46), perencanaan pelatihan meliputi hal berikut.

1. Menetapkan tujuan pelatihan


Tujuan sangat penting karena berfungsi sebagai pemandu arah dari seluruh
kegiatan Diklat. Tujuan pelatihan yang ingin di capai di rumuskan secara
jelas,terukur,dan dapat di capai. Tujuan yang di tetapkan meliputi tujuan
umum dan tujuan khusus.
2. Menyusun strategi pelatihan
Penyusunan strategi pelatihan ini di lakukan untuk mengatur mekanisme
pelatihan agar pelaksanaan nya efektif dan evisien.
3. Menentukan metode pelatihan
Ada beberapa metode yang dapat di terapkan dalam kegiatan Diklat:
 Membuat silabus
 Menentukan materi pelatihan, materi pelatihan yang akan di
berikan harus sesuai dengan tujuan pelatihan.Materi pelatihan
(Modul pelatihan,Diklat/buku buku referensi,unit unit kompetensi
yang di pilih,dan lain lain)yang akan di berikan kepada peserta
pelatihan di susun berdasarkan silabus pelatihan.
 Membuat sessionplan, membuat sessionplan berisi tentang struktur
dan prosedur dari Diklat.

21
B. Pengorganisasian
Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu langkah untuk
menetapkan,menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan yang di
pandang. Seperti bentuk fisik yang tepat bagi suatu ruangan kerja administrasi,
ruanganlaboratorium, serta penetapan tugas dan wewenang seseorang
pendelegasianwewenang dan seterusnya dalam rangka untuk mencapai tujuan.
Menurut Siagian pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-
orang, alat-alat, tugas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu
kegiatankesatuan yang telah ditetapkan. Dari definisi tersebut bisa dimaknai,
bahwa organisasi yang berada di masyarakat, kelembagaan ataupun instansi
umumnya memiliki arah tujuan yang sinergis antara satu sama lainnya. Terdapat
kesadaran, kebersamaan, dan kesepakatan antar sesama.
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan dapat diartika sebagai suatu usaha atau kegiatan tertentu yang
dilakukan untuk mewujudkan program atau rencana dalam bentuk kenyataan.
Komponen pelaksanaan diklat
 Tujuan Dalam usaha pelatihan/ diklat, sebelum pelaksanaannya terlebih
dahulu disusun perencanan yang disesuaikan dengan tujuan akhir. Apabila
proses pendidikan dan latihan dilihat kembali kembali tujuan akhir proses
tersebut adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan.
 Materi Materi diklat adalah keseluruhan topik yang dibahas dalam diklat
yang akan berlangsung. Materi yang dibahas harus berkaitan dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pilihan materi yang diambil
tergantung pada isi pelatihan, desain instruktusional dan alat bantu
pelatihan. Selain itu rumusan materi harus tersusun sesuai struktur materi
yang telah terintegrasi yaitu memenuhi kebutuhan peserta akan
pengetahuan , keterampilan dan sikap kerja.
 Metode
 Media yang digunakan Menurut hamlik media yang dapat dipilih adalah:
Media cetak, Media gambar, Media audio, Media visual, Media
audiovisual, Media proyeksi dan non pproyeksi Alat peraga ( media
pendidikan) harus digunakanuntuk membantu penyajian, bukan sebagai
penolong untuk menggantikan penyajian.
 Instruktur juga sering disebut trainer. Seorang instruktur harus selalu
mengembangkan diri sesuai dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya dalam bidang pekerjaan yang digeluti. Instruktur
harus dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dengan
memberikan kesan yang baik.

22
 Evaluasi Evaluasi pelatihan merupakan suatu proses yang sifatnya terus
menerus dan harus direncanakan bersamaan waktu dengan program
pelatihan. Keseluruhan proses harus dilaksanakan secara ilmiah,
menggunakan metode ujian yang tepat.

D. Pengawasan
Pengecekan/pengawasan adalah menilai hasil-hasil dari pelaksanaan latihan yang
telah dilakukan serta mengetahui apa-apa yang masih perlu
disempurnakan.pengawasan adalah proses pengamatan pelaksanaan seluruh
kegiatan diklat untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.pelaksanaannya
sering digunakan secara bergantian dengan istilah pengawasan, pemeriksaan , dan
inspeksi. Penjelasannya sebagai berikut :
 Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar
pekerjaan dilakukan sesuai dengan ketentuan.
 Pemeriksaan adalah untuk melihat suatu kegiatan yang dilaksanakan telah
menapai tujuan.
 Inspeksi adalah untuk mengetahui kekurangan – kekurangan atau
kesalahan yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan.
Tujuan pengawasan diklat adalah:
 mencegah terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang telah
direncanakan
 agar proses kerja sesuai dengan prosedur yang telah digariskan dan
ditetapkan
 mencegah dan menghilangkan hambatan dan kesulitan yang akan sedang
atau mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan diklat
 mencegah penyimpangan penggunaan sumber daya agar hasil pelaksanaan
kegiatan diklat diperoleh secara berdaya guna ( efisien) dan berhasil guna (
efektif) dengan rencana yang telah ditentukan Sebelumnya Pengawasan
merupakan kegiatan memastikan apakah kinerja sesuai dengan rencana.
Hal ini membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah
ditentukan. Jika terjadi perbedaan yang signifikanantara kinerja aktual dan
yang diharapkan, manajer harus mengambiltindakan yang sifatnya
mengoreksi.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses mencari data atau informasi tentang objek
atau subjek yang dilaksanakan untuk tujuan pengambilan keputusan terhadap
objek atau subjek (Sudjana, 2006:40). Kegiatan evaluasi merupakan salah satu
tahapan dalam proses manajemen diklat. Purwanto dan Suparman (1999), evaluasi

23
merupakan salah satu mata rantai dalam sistem diklat yang bisa dilaksanakan dari
awal proses perencanaan, proses pelaksanaan, pada akhir penyelenggaraan diklat
sampai dengan setelah peserta diklat itu berada di tempat kerja. Sebagai suatu
tahapan dalam pengelolaan program diklat, peran evaluasi amat menetukan karena
evaluasi menjadi alat bagi pemimpin organisasi untuk mengetahui apakah diklat
itu sudah mencapai tujuan atau belum. Dalam konteks evaluasi program diklat,
fokus evaluasi dapat diarahkan untuk menilai dua hal yaitu:
 evaluasi penyelenggaraan diklat
 evaluasi dampak atau manfaat diklat.

Jenis evaluasi dampak diklat ini dikenal dengan evaluasi pasca diklat (Holton &
Baldwin, 2000). Fase evaluasi dilakukan untuk perbaikan sistem yang lebih baik
lagi dengan cara mengolah data yang sudah didapat dari tahapan yang dilakukan.
Evaluasi pelatihan dilakukan dengan tujuan :
 Sikap peserta pelatihan terhadap kegiatan pelatihan keseluruhan.
 Peningkatan kompetensi dalam diri peserta pelatihan.
 Keuntungan yang dirasakan oleh tempat pelatihan.

Model Evaluasi

Dikembangkan oleh Donald Kirkpatric tahun 1954 , evaluasi terdiri dari 4


level,yaitu :

 Reaction, Mengukur bagaimana para peserta bereaksi terhadap pelatihan


yang diikuti ataumengukur kepuasan peserta lelatihan
 Learning, Mengukur proses belajar terhadap pelatihan atau mengukur
sejauh mana pembelajaran terjadi berdasar transfer of learning
 Behavior, Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan
keterampilanditerapkan dalam pekerjaan. Evaluasi level ini tidak bisa
dilakukan sebelum evaluasi level pertama dan kedua dilakukan.
 Result, Hasil akhir setelah peserta pelatihan mengikuti pelatihan

F. Pelaporan
Pelaporan hasil evaluasi Diklat
Secara umum pelaporan evaluasi diklat adalah melaporkan seluruh kegiatan
yang dilakukan selama proses evaluasi, mulai dari perencanaan sampai pada
kesimpulan dan tindak lanjut. Format laporan dapat dikelompokan dalam 3
kelompok besar yaitu:
 Data program pelatihan yang dievaluasi

24
 Data serta bukti-bukti yang diperoleh selama pelaksanaan evaluasi dan
kesimpulan
 Serta tindak lanjut dari hasil evaluasi diklat ini. Secara sederhana
format laporan evaluasi diklat dapat disajikan sebagai berikut:
Bagian I : Data Umum Program Diklat
a. Nama Program Diklat
b. Tujuan Program Diklat
c. Karakteristik dari program Diklat
d. Peserta Diklat
e. Pihak-pihak yang terkait dengan program diklat
f. Hal lain yang relevan dengan program diklat
Bagian II : Evaluasi Hasil Diklat
a. Tujuan evaluasi dan Hasil yang diharapkan
b. Rancangan evaluasi diklat
c. Data dan bukti yang diperoleh selama evaluasi diklat
d. Analisis terhadap data dan bukti
e. Tanggapan dan diskusi hasil evaluasi
Bagian III – Simpulan dan tindak lanjut
a. Simpulan dan rekomendasi
b. Tindak Lanjut
Tindak Lanjut
Pada umumnya evaluasi diklat tidak dapat dilakukan hanya sekali saja, praktik
yang terbaik adalah dengan melakukan beberapa kali evaluasi diklat. Hasil
evaluasi diklat perlu ditindak lanjuti, dan selanjutnya dilakukan evaluasi diklat
kembali untuk melakukan analisis dan evaluasi diklat selanjutnya dengan
memperhatikan data dan hasil analisis evaluasi diklat sebelumnya. Pengelola
program diklat perlu menindaklanjuti rekomendasi laporan hasil evaluasi diklat,
sehingga pelaksanaan diklat selanjutnya dapat terus ditingkatkan

25

Anda mungkin juga menyukai