Di Susun Oleh:
Kelompok 5
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................1
A.Latar Belakang..................................................................................1
B.Rumusan Masalah.............................................................................2
C.Tujuan...............................................................................................2
BAB II..............................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................3
BAB III
PENUTUP.......................................................................................................20
A.Kesimpulan.......................................................................................21
B.Saran..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak perusahaan yang menyelenggarakan
kegiatan pelatihan atau training yang berguna untuk mengembangkan
kemampuan yang dimiliki para karyawan.
Pelatihan yang dilakukan merupakan salah satu bentuk nyata
dalam pengelolaan kemampuan karyawan, karena dengan adanya
pelatihan dapat menunjang dan meningkatkan kemampuan karyawan,
baik karyawan yang baru diterima pada suatu perusahaan maupun
karyawan yang sudah lama bekerja dan ditugaskan oleh perusahaan
untuk mengikuti pengembangan.
Salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia adalah
training and development artinya bahwa untuk mendapatkan tenaga
kerja pendidikan yang bersumberdaya manusia yang baik dan tepat
sangat perlu pelatihan dan pengembangan. Hal ini sebagai upaya untuk
mempersiapkan para tenaga kerja pendidikan untuk menghadapi tugas
pekerjaan jabatan yang dianggap belum menguasainya.
Kami membahas pelatihan dikarenakan pentingnya peranan
pelatihan dalam suatu perusahaan. Dengan adanya pelatihan akan
memberikan manfaat bagi perusahaan, karyawan, dan masyarakat
konsumen. Dalam program pengembangan harus dituangkan sasaran,
kebijaksanaan, prosedur, anggaran, peserta, kurikulum, tempat dan
waktu pelaksanaan.
Program pengembangan suatu organisasi hendaknya
diinformasikan secara terbuka kepada semua karyawan supaya mereka
mempersiapkan dirinya masing- masing.
3
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud pelatihan dan pengembangan karyawan ?
b. Bagaimana Cara Menyusun Rencana Diklat dengan Optimal dan Tepat
Sasaran ?
C. Tujuan
a. Mengetahui Apa yang dimaksud pelatihan dan pengembangan karyawan
?
b. Mengetahui Bagaimana Cara Menyusun Rencana Diklat dengan
Optimal dan Tepat Sasaran ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Menurut Andrew E Pelatihan (training) adalah suatu proses
pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur
sistematis dan terorginisir dimana pegawai non manajerial
mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan
terbatas.
b. Pengembangan
6
dan teoritis guna mencapai tujuan yang umum.
7
B. Cara Menyusun Rencana Diklat dengan Optimal dan Tepat Sasaran
Pada dasarnya perusahaan bisa bekerja sama dengan pihak dari luar
perusahaan atau menetapkan semua cara menyususn rencana pelatihan secara
mandiri. Rencana pelatihan biasanya meliputi pengembangan program, cara
penerapapan program dan hasil akhir yang harus dicapai dalam sebuah program
pelatihan. Berikut ini adalah beberapa pedoman cara menyusun rencana pelatihan
untuk sebuah organisasi atau perusahaan.
8
Banyak pelatihan yang dianggap kurang bermanfaat karena tidak diikuti
oleh peserta yang tepat.
Namun Anda bisa menentukan dengan perusahaan personalia. Berikut ini adalah
metode untuk menentukan tujuan perusahaan agar sesuai dengan harapan
perusahaan.
9
pelatihan berjalan dengan baik. Tentukan jenis dokumen yang akan dibuat,
apakah itu harus dalam bentuk email atau dokumen yang sudah dicetak.
Untuk menentukan jenis dokumen maka perusahaan juga harus bisa
menentukan dokumen yang paling mudah diterima oleh peserta pelatihan.
Memakai sebuah data karyawan saja tidak cukup untuk menentukan siapa
peserta pelatihan. Anda bisa melakukan berbagai macam cara pengamatan
sehingga menemukan jenis pelatihan dan target pelatihan.
10
Pertemuan dengan berbagai macam bidang dalam perusahaan. Sebuah
perusahaan yang kuat akan memberikan pelatihan kepada semua karyawan
pada bidang Setiap bidang yang akan memiliki ketua dengan level yang
berbeda seperti manajer atau pengawas.
Anda bisa melakukan berbagai macam program diskusi dengan bidang yang
terlibat sehingga bisa menentukan jenis pelatihan yang paling tepat. Beberapa
orang yang akan memberikan ide bisa memancing jenis pelatihan yang lebih
tepat. Cara menyusun rencana pelatihan tidak bisa dibuat dengan cara yang
spontan.
11
kebutuhan yang diekspresikan (expressed need), kebutuhan komparatif
(comparative need). Selanjutnya, Burton dan Merril dalam Kemp menyatakan
terdapat 6 tipe atau sumber data untuk mengetahui adanya suatu kebutuhan,
yaitu kebutuhan normatif (normative need), kebutuhan yang dirasakan (felt
need), kebutuhan yang diekspresikan (expressed need), kebutuhan komparatif
(comparative need), kebutuhan antisipatif (anticipated or future needs) dan
kebutuhan kritis dan mendesak (critical incident needs). Dari dua pendapat
tentang tipe kebutuhan tersebut, dapat ditemukan 6 (enam) tipe kebutuhan
yang dapat dijadikan dasar dalam penemuan kebutuhan pendidikan dan
pelatihan.
12
bensin terdekat. Tindakan membeli bensin tersebut merupakan wujud dari
kebutuhan yang diekspresikan.
Kebutuhan kritis dan mendesak (critical incident needs), tipe kebutuhan ini
bukan semata ditujukan untuk mengatasi kegagalan dalam pelaksanaan suatu
kegiatan, namun juga untuk mengatasi berbagai konsekuensi kerja yang
sangat riskan, misalnya bencana alam, kebocoran reaktor nuklir, kesasalan
terapi dan lain-lain. Kebutuhan ini diidentifikasi melalui analisis potensi
13
masalah dengan pertanyaan ”apa yang akan dilakukan bila”, misalnya ”Apa
yang akan dilakukan bila terjadi kerusakan pada sistem jaringan telepon atau
komputer?”
14
dinyatakan sebagai studi sistematik tentang suatu masalah atau inovasi,
memasukkan data dan opini dari berbagai sumber yang dimaksudkan untuk
mengambil keputusan atau memberikan rekomendasi tentang jenis
kemampuan apa yang akan diberikan kepada calon peserta diklat.
Hal lainnya yang terkait dengan pelaksanaan analisis kebutuhan diklat adalah
tingkatan atau level pelaksanaan analisis kebutuhan diklat yang meliputi
level organisasi, pekerjaan dan individu. Pada level organisasi, analisis
ditujukan untuk melihat kelemahan umum yang terdapat pada organisasi.
15
Misalnya unit atau bidang yang paling membutuhkan pelatihan berdasarkan
kinerja yang dicapai. Analisis kebutuhan diklat pada level pekerjaan
bertujuan untuk mengetahui jenis keterampilan, pengetahuan dan sikap yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan
tertentu. Misalnya, pekerjaan arsiparis membutuhkan jenis keterampilan,
pengetahuan atau sikap apa saja sehingga pekerjaan arsiparis menjadi lebih
baik. Selanjutnya, analisis kebutuhan diklat pada level individu bertujuan
untuk mengetahui siapa diantara pegawai yang akan mengikuti diklat tertentu.
Model Alpha dimulai dari seluruh bagian yang terkait dengan analisis
kebutuhan (dewan pendidikan, fasilitator, penyelenggara dan pengguna
lulusan) saling menghargai pendapat yang ada tentang solusi yang
diberlakukan saat ini. Selanjutnya ditentukan kesenjangan antara hasil yang
diperoleh dengan hasil dipersyaratkan dan yang diharapkan. Model Beta
dilakukan pada saat semua unsur yang terkait dengan pelaksanaan diklat telah
merasa yakin bahwa tujuan dan kebijakan yang diterapkan sudah benar, hal
ini akan menjadi prasyarat untuk menentukan kesenjangan dalam kinerja
peserta sekarang dengan kinerja yang diharapkan. Model Gamma dimulai
pada saat timbul pertanyaan untuk mengurutkan hasil (goal) dan tujuan
(objective) yang telah ada untuk menghasilkan urutan hasil yang diharapkan
berdasarkan prioritas, alternatif program maupun material yang menunjang
pencapaian kinerja organisasi. Model Delta lebih memfokuskan perhatian
pada tugas-tugas manajerial untuk menunjang pelaksanaan analisis
kebutuhan. Selanjutnya model Epsilon dan Zeta mempunyai peranan untuk
16
melakukan evaluasi sehingga secara konstan dan berkelanjutan terjadi
perubahan.
17
causes dan solusions) dari berbagai pihak. Teknik needs
assessment mensyaratkan melakukan kontak dengan sumber informasi untuk
mendapatkan perspektif dan informasi baru yang terkait dengan kinerja yang
telah dicapai oleh setiap orang atau organisasi. Teknik terakhir adalah
melakukan subject matter analysis, yaitu melakukan pengkajian terhadap
bangun pengatahuan, keterampilan atau sikap yang akan dibelajarkan,
sehingga calon peserta diklat dapat meningkatkan kinerjanya.
Seluruh teknik analisis yang dikemukakan di atas, perlu didukung oleh alat
yang tepat. Dengan memperhatikan demikian luasnya teknik analisis yang
dapat dilakukan, maka alat analisispun menjadi bervariasi, yaitu dapat
menggunakan wawancara, observasi, analisis kelompok dan survey.
Berdasarkan pilihan alat tersebut, survey dengan menggunakan kuesioner
menjadi pilihan yang banyak dilakukan oleh pengembang program diklat.
18
analisis kebutuhan diklat. Tahap selanjutnya adalah dapat
menemukan actuals, yaitu pengembang program memiliki penjelasan yang
lebih detail tentang mengapa arus dokumen yang menyangkut sesuatu hal
tertentu berjalan tidak sebagaimana mestinya atau salah dan di lain pihak
dokumen yang lain dapat berjalan sebagaimana mestinya.
BAB III
PENUTUP
19
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
20
Carrel, & Kuzmits. (1982). Pelatihan Tenaga Kerja. Jakarta: PT Pradnya.
Jackson. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.
Priansa, D. (2014). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Bandung: Alfabeta.
Simamora, H. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia . Yogyakarta: STIE
YKPN.
21