A. Latar Belakang
Pelatihan sumber daya manusia merupakan kemestian bagi setiap organisasi
maupun lembaga, karena penempatan sumber daya manusia secara langsung tanpa
pembekalan atau pelatihan dalam pekerjaan tidak menjamin mereka akan berhasil.
Sumber daya manusia yang baru sering merasa tidak pasti tentang peranan dan tanggung
jawabnya dalam lembaga tempat ia bekerja. Penggunaan istilah pelatihan menunjukkan
bahwa pekerjaan tersebut merupakan usahausaha berencana, yang diselenggarakan untuk
mencapai penguasaan skill, pengetahuan, dan sikap-sikap pegawai atau anggota
organisasi. Pelatihan biasanya selalu digandengkan dengan istilah pengembangan. Namun
pengembangan lebih terfokus pada peningkatan kemampuan dalam pengambilan
keputusan dan memperluas hubungan manusia (human relation) bagi manajemen tingkat
atas dan manajemen tingkat menengah, sedangkan pelatihan dimaksudkan untuk pegawai
pada tingkat bawah (pelaksana).
B. Tinjauan Pustaka
2.1 Tujuan Pelatihan
Menurut Wexley dan Latham dalam Marwansyah (2016) tujuan pelatihan
adalah sebagai berikut :
3. Manfaat dalam hubungan SDM, intra dan antar grup dan pelaksanaan kebijakan.
A. Pelatihan SDM
Pada dasarnya program pelatihan prospektifnya sangat luas, tetapi secara definitif
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pelatihan tingkat mikro dan pelatihan tingkat makro.
Perbedaannya adalah pelatihan tingkat mikro diselenggarakan oleh dan untuk lingkungan
perusahaan sesuai dengan tujuannya untuk meningkatkan kemempuan para pekerja.
Sedangkan pelatihan tingkat makro dilakukan dan dilaksanakan oleh dua atau lebih
perusahaan yang memiliki tujuan yang sama dalam usaha meningkatkan kualitas kerja
pekerjanya. Jadi istilah pelatihan ditujukan pada pegawai pelaksanaan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis, sedangkan pengembangan ditujukan
pada pegawai tingkat manajerial untuk meningkatkan kemampuan konseptual,
kemampuan dalam pengambilan keputusan, dan memperluas human relation.
Menurut Adrew E. Sikula dalam Mangkunegara, Pelatihan (training) adalah suatu proses
pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir,
pegawai non manajerial mempelajari pengetahuan dan ktrampilan tekhnis dalam tujuan
terbatas.Pengembangan merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang yang
mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi yang pegawai manajerialnya
mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk mencapai tujuan yang umum.
Menurut H. John Bernandian & Joyce E.A.Russell yang dikutip oleh Faustino, “Pelatihan
adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan yang
ada kaitannya dengan pekerjaannya.
Menurut Andrew F. Sikula dalam Suwatno dan Donni Juni Priansa, “Pengembangan
SDM adalah suatu proses pembelajaran jangka panjang yang menggunakan suatu
prosedur yang sistematis dan terorganisasi dengan mana manajer belajar pengetahuan
konseptual dan teoritis untuk tujuan umum.
Sedangkan menurut T. Hani Handoko, Latihan dan pengembangan adalah berbeda.
Latihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan
teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci, dan rutin. Latihan menyiapkan para karyawan
untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Di lain pihak, bila manajemen ingin
menyiapkan para karyawan untuk memegang tanggung jawab pekerjaan di waktu yang
akan datang, kegiatan ini disebut pengembangan sumberdaya manusia. Pengembangan
(development) mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap, dan sifat-sifat kepribadian.
Menurut Wayne F. Cascio dalam Suwatno&Donni Juni priansa, “Pelatihan merupakan
proses jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi dimana
pegawai non manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan
terbatas. Pelatihan terdiri dari program-program yang disusun terencana untuk
memperbaiki kinerja di level individual, kelompok, dan organisasi.
Tanpa adanya SDM yang berkualitas, perusahaan akan sulit untuk berjalan
maupun beroperasi sebagaimana mestinya. Sekalipun sumber daya yang lain sudah
terpenuhi, tetap saja untuk SDM harus terus dikembangkan sebab hadir sebagai penentu
kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, diperlukan strategi pengembangan dan manajemen
SDM yang tepat sehingga bisa membentuk karyawan yang tidak hanya loyal tetapi juga
terampil. Nah, untuk mengembangkan kualitas SDM yang ada di perusahaan Anda, maka
beberapa langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
a) Membuat perencanaan
Langkah pertama adalah dengan membuat perencanaan. Mempertimbangkan beberapa
hal sebelum melakukan penyusunan rencana pengembangan karyawan, seperti
penyusunan goals atau tujuan perusahaan, posisi apa saja yang dibutuhkan, dan lingkup
geografis. Tidak hanya rencana tujuan saja yang perlu ditentukan, perlu adanya analisis
kesulitan yang sekiranya bisa dialami oleh internal perusahaan secara dini. Dengan
begitu, cara ini bisa memudahkan dalam menemukan akar masalah dan solusi terbaik.
b) Melakukan Assessment
Cara manajemen SDM yang selanjutnya adalah dengan melakukan assessment.
Assessment perlu dilakukan untuk mengetahui apakah program pengembangan SDM
sudah bisa berjalan dengan semestinya dengan baik dan lancar atau belum. Itu sebabnya
perlu membuat standar penilaian untuk mengidentifikasi kinerja dari setiap karyawan
yang ada di perusahaan. Terdapat banyak sekali instrument assessment atau penilaian
yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Perusahaan juga perlu
mempertimbangkan hal lain seperti metode penilaian, kompetensi atau skill dari para
karyawan perusahaan, tantangan perusahaan, dan lainnya. Nah, dengan adanya
assessment perusahaan dapat lebih mudah dalam menjaring karyawan sesuai dengan
kebutuhan jabatan atau posisi tertentu yang dibutuhkan.
c) Mengadakan Pelatihan
Guna mengembangkan SDM perusahaan, perlu adanya pelatihan kepada karyawan.
Tujuan dari pelatihan yang diadakan ini adalah untuk mengembangkan individu baik dari
sisi pengetahuuan, keterampilan, maupun dari sikap karyawan. Melalui program pelatihan
yang diadakan oleh perusahaan, maka perusahaan bisa menggali potensi para
karyawannya dengan membuat program pelatihan internal. Selain itu mengundang
beberapa pihak eksternal untuk turut memberikan pelatihan tambahan bagi karyawan di
perusahaan juga dapat menjadikan solusi dari pengembangan karyawan dan tergolong
paling efektif, baik dalam segi waktu, cost, kualitas, dan lainnya.
d) Memberikan Rewards
Cara manajemen SDM untuk menunjang kinerja perusahaan adalah dengan memberikan
rewards. Rewards atau penghargaan adalah sebuah hal yang dapat digunakan sebagai
bentuk apresiasi khususnya bagi para karyawan yang berprestasi. Dapat membuat
karyawan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dan menjadikan karwayan lain
terdorong untuk turut memberikan kontribusi terbaik kepada perusahaan, dengan begitu
akan terjalin budaya kerja yang produktif.
e) Menarik Para Kandidat Yang Sesuai
Selanjutnya yakni dengan menarik para kandidat yang sesuai dengan keahliannya.
Dengan penyesuaian kandidat yang dilakukan sejak awal, maka proses belajar dan
pengembangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan juga tidak keluar jalur dengan
apa yang digelutinya. Itu sebabnya, untuk mempermudah penarikan kandidat yang sesuai,
bisa mempertimbangkan alur atau proses rekrutmen. Rekrutmen sendiri merupakan
gerbang utama dalam menyaring calon karyawan yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Selanjutkan dengan strategi-strategi di atas seperti melakukan pelatihan,
rewards, dan lain sebagainya.
G. Metode Pelatihan SDM
Sebagai upaya yang akan dilakukan, maka pelatihan memiliki beberapa prinsip
yang dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan pelatihan. Prinsip-prinsip
dimaksud antara lain : (a) Partisipasi, (b) Pendalaman, (c) Relevansi, (c) Pengalihan, (d)
Umpan balik, (e) Suasana nyaman dan (f) Memiliki kriteria Sedangkan Indikator-
indikator pelatihan sumber daya manusia yang diterapkan antara lain sebagaimana
berikut:
1) Prestasi kerja karyawan, apabila prestasi kerja atau produktifitas kerja karyawan setelah
mengikuti pelatihan, baik kualitas maupun kuantitas kerjanya meningkat maka berarti
pelatihan yang dilakukan cukup baik, tetapi jika prestasi kerjanya tetap, maka pelatihan
yang dilakukan kurang baik dan perlu adanya perbaikan1
2) Kedisiplinan karyawan, jika kedisiplinan karyawan setelah mengikuti pengembangan dan
pelatihan semakin baik, maka pelatihan yang dilakukan tersebut sudah baik, akan tetapi
jika kedisiplinan tidak meningkat berarti pelatihan yang dilakukan kurang baik
3) Absensi karyawan, kalau absensi karyawan setelah mengikuti pelatihan meningkat maka
pelatihan yang dilakukan tersebut sudah baik, sebaliknya apabila pelatihan yang
diterapkan kurang baik
4) Kalau tingkat kerusakan produksi, alat mesin, setelah karyawan mengikuti pelatihan
berkurang maka pelatihan yang dilakukan tersebut sudah baik, sebaliknya jika tetap maka
maka pengembangan dan pelatihan kirang baik
5) Tingkat kecelakaan karyawan harus berkurang setelah mereka mengikuti program
pelatihan, jika tidak berkurang berarti pelatihan yang dilakukan perlu disempurnakan lagi
6) Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga, dan waktu, berkurang atau efisiensi semakin
baik maka pelatihan yang dilakukan sudah baik, sebaliknya jika tetap berarti pelatihan
yang dilakukan itu kurang baik
7) Tingkat kerjasama karyawan harus semakin serasi, harmonis, dan baik setelah mereka
mengikuti pelatihan, jika tidak ada perbaikan kerja sama maka pelatihan yang dilakukan
itu kurang baik
8) Tingkat upah insentif karyawan meningkat setelah mengikuti pelatihan maka pelatihan
yang dilakukan itu baik, sebaliknya jika tetap maka pelatihan itu kurang baik
9) Prakarsa karyawan harus meningkat setelah mengikuti pelatihan, jika tidak meningkat
atau tetap berarti pelatihan kurang baik. Dalam hal ini karyawan diharapkan dapat bekerja
mandiri serta bisa mengembangkan kreatifitasnya
10) Kepemimpinan atau keputusan- keputusan yang ditetapkan oleh manajer setelah dia
mengikuti pelatihan harus semakin baik, kerjasama semakin serasi, sasaran yang dicapai
semakin besar, ketegangan- ketegangan berkurang serta kepuasan kerja karyawan
meningkat, kalau hal di atas tercapai maka pelatihan yang dilakukan baik, sebaliknya jika
hal diatas tidak tercapai berarti pelatihan yang dilakukan kurang baik
Efektivitas biaya.
Isi program yang dikehendaki,
Kelayakan fasilitas-fasilitas,
Preferensi dan kemampuan peserta,
Preferensi dan kemampuan instruktur atau pelatih.
Prinsip-prinsip belajar Metode latihan yang paling banyak digunakan adalah teknik-
teknik on the job.
Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan sepervise langsung oleh seorang pelatih
yang berpengalaman baik karyawan lain maupun karyawan dari dalam sendiri. Dari
berbagai macam teknik ini yang dapat digunakan dalam praktek adalah : Rotasi jabatan,
Latihan instruksi pekerjaan, Magang (apprenticeships), Coaching, dan Penugasan
sementara. Melalui pendekatan teknik off the job, para peserta latihan akan menerima
representasi tiruan (articial) suatu aspek organisasi yang diminta untuk menanggapinya
seperti dalam keadaan sebenarnya. Tujuan utama teknik presentrasi (penyajian) informasi
adalah untuk mengajarkan berbagai sikap, konsep atau keterampilan kepada para peserta.
Metode yang bisa digunakan adalah : Kuliah, Studi kasus, Studi sendiri, Program
computer, Konferensi, dan Presentasi Implementasi program pelatihan berfungsi sebagai
proses transformasi. Para tenaga kerja (karyawan) yang tidak terlatih diubah menjadi
karyawan-karyawan yang yang terlatih, berkemampuan, dan berkulitas dalam bekerja,
sehingga dapat diberikan tanggungjawab lebih besar.
1. On The Job
Para peserta latihan langsung bekerja di tempat untuk belajar dan meniru suatu
pekerjaan dibawah bimbingan seorang pengawas. Metode pelatihan dibedakan dalam
2 cara :
a. Cara informasi yaitu pelatih menyuruh peserta latihan untuk memperhatikan orang
lain yang sedang melakukan pekerjaan, kemudian ia diperintahkan untuk
mempraktekkannya.
b. Cara formal yaitu supervisor menunjuk seorang karyawan senior untuk melakukan
pekerjaan tersebut, selanjutnya para peserta pelatihan melakukan pekerjaan sesuai
dengan cara-cara yang dilakukan karyawan senior.
On the job dapat pula latihan dilakukan dengan menggunakan bagan, gambar,
pedoman, contoh yang sederhana, demonstrasi, dan lain-lain. Kebaikan cara on the
job ini ialah para peserta belajar langsung pada kenyataan pekerjaan dan peralatan.
Adapun keburukannya adalah pelaksanaan sering tidak teratur (tidak sistematis) dan
kurang efektif jika pengawas kurang pengalaman.
2. Vestibule
Vestibule adalah metode latihan yang dilakukan dalam kelas atau bengkel yang
biasanya diselenggarakan dalam suatu perusahaan industri untuk memperkenalkan
pekerjaan kepada karyawan baru dan melatih mereka mengerjakan pekerjaan
tersebut. Melalui percobaan dibuat suatu duplikasi dari bahan, alat-alat, dan kondisi
yang akan mereka tertentu dalam situasi kerja yang sebenarnya.
3. Demonstration and Example
Demonstration and example adalah metode latihan yang dilakukan dengan cara
peragaan dan penjelasan bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu pekerjaan melalui
contoh-contoh atau percobaan yang di demonstrasikan. Demonstrasi merupakan
metode latihan yang sangat efektif karena peserta melihat sendiri teknik
mengerjakannya dan diberikan penjelasan-penjelasannya, bahkan jika perlu boleh
dicoba mempraktekkannya.
4. Simulation
Simulation merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin
dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya merupakan tiruan saja. Simulasi
merupakan suatu teknik untuk mencontoh semirip mungkin terhadap konsep
sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumpainya.
5. Apprenticeship
Metode ini adalah suatu cara untuk mengembangkan keahlian pertukangan sehingga
para karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari segala aspek dari pekerjaannya.
6. Classroom Methods
Metode pertemuan dalam kelas lecture (pengajaran), conference (rapat), programmed
instruction, metode studi kasus, role playing, metode diskusi, dan metode seminar.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelatihan Sumber Daya Manusia adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam manajemen sebuah organisasi, baik berupa institusi, perusahaan, maupun lembaga
atau perguruan (sekolah). Kegiatan pelatihan sumber daya manusia memiliki tujuan yang
direalisasikan dalam rangkaian kegiatan terencana, terstruktur dan sistematis. Tujuan serta
manfaat pelatihan ini berguna untuk meningkatkan keahlian/skill karyawan yang berkaitan
dengan pekerjaan agar kualitas performa mereka meningkat sehingga memberikan manfaat
bagi kemajuan perusahaan atau institusi. Selain itu juga agar mereka memiliki kompetensi
yang memadai dalam menghadapi situasi-situasi tertentu yang bisa terjadi dalam dunia
kerja. Program pelatihan sumber daya manusia termasuk proses pendidikan karyawan
dengan prosedur yang terstandarisasi dan sistematis sehingga membawa manfaat dan nilai
tambah bagi organisasi/lembaga/perusahaan/ sekolah/perguruan, disamping karyawan.
Bahkan lebih spesifik lagi, program pelatihan sumber daya manusia memiliki tujuan untuk
meningkatkan keahlian, ketrampilan atau skill untuk jangka panjang pada masa depan.
Sebagaimana dikemukakan terdahulu bahwa implementasi program pelatihan berfungsi
sebagai proses transformasi. Para tenaga kerja (karyawan) yang tidak terlatih diubah
menjadi karyawan-karyawan yang berkemampuan dan berkulitas dalam bekerja, sehingga
dapat diberikan tanggungjawab lebih besar. Oleh karenanya tujuan pelatihan dimaksud
dapat dikemukakan sebagai berikut :
As’ad, M., Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Handoko, T. H., Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua.,
Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2003.
Alfabeta, 2011.
2005.
Aditama, 2011.
Indeks, 2003.
Pelajar, 2009.
Suwatno, H., & Donni, J. P. , Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis,