PENDAHULUAN
1
didalamnya dalam perencanaan strategiknya untuk mengubah mode operasi
organisasi dari plan and control menjadi sense and respon. Dengan mekanisme
baru ini, diharapkan akan dapat terlihat dan terukur seluruh kinerja organisasi
dalam berbagai level.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen pelatihan?
2. Bagaimana penyusunan rencana pelatihan?
C. Tujuan Makalah
Adapun yang menjadi tujuan pada makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen pelatihan
2. Untuk mengetahui penyusunan rencana pelatihan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. MANAJEMEN PELATIHAN
Poerwadarminta (1984) memberikan arti kepada “pelatihan” sebagai
pelajaran untuk membiasakan atau memperoleh sesuatu kecakapan. Flippo (1961)
menegaskan bahwa pelatihan pada dasarnya merupakan suatu usaha pengetahuan
dan kecakapan agar karyawan dapat mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu
kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan sengaja, terorganisir dan sistematik di
luar sistem persekolahan untuk memberikan dan meningkatkan suatu pengetahuan
dan keterampilan tertentu kepada kelompok tenaga kerja tertentu dalam waktu
yang relatif singkat dengan metode yang mengutamakan praktek daripada teori,
agar mereka memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memahami
dan melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dengan cara yang efisien dan efektif.
Pelatihan dilaksanakan guna mengajarkan sejumlah pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dibutuhkan anggota / kader penggerak suatu
organisasi atau untuk peningkatan kemampuan dalam menjalankan aktivitas
tertentu. Telah banyak metode pelatihan yang telah dikenal, antara lain program
pelatihan di tempat kerja (On the job training), pelatihan di kelas, dan pelatihan
vestibule (balai), sejenis pelatihan dengan simulasi menggunakan peralatan dalam
laboratory setting. Saat ini telah dikembangkan pula pelatihan di alam terbuka
(outdoor) misalnya outbond management training, yaitu metode pelatihan di alam
terbuka dengan penekanan pada pengembangan kemampuan di bidang
manajemen organisasi dan pengembangan diri (personal development) yang
disimulasikan melalui permainan-permainan yang secara langsung bisa dirasakan
oleh peserta dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri
(personal development), berpikir kreatif (inovasi), rasa kebersamaan, saling
percaya (trust) dll.
Menurut Stoner (1996) Manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi
3
serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengelolaan program pelatihan tidak jauh berbeda dengan pengelolaan
sebuah proyek atau program tertentu. Akan tetapi, seringkali pengelolaan program
pelatihan dianggap sebagai suatu yang sederhana hingga banyak dikesampingkan.
Hal ini ditengarai dengan "tingkat keseriusan dan komitmen" berbagai pihak.
Banyak pihak lebih memperhatikan dan lebih menguntungkan "mengelola proyek
fisik" daripada "proyek pengembangan sumberdaya manusia melalui program
pelatihan". Di samping itu, tercermin pula dalam "penyediaan atau alokasi dana"
yang relatif kecil untuk komponen pelatihan, baik pelatihan bagi staf maupun
pelatihan bagi kelompok sasaran.
Sekaitan dengan judul tulisan ini, terdapat dua kata yang dikombinasikan,
yakni “manajemen” dan “pelatihan”. Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris
management, yang dalam bahasa Indonesia disebut “pengelolaan”, sedangkan
kata pelatihan merupakan asli bahasa Indonesia, yang dalam bahasa Inggris
disebut “training”. Dengan kata lain, judul tulisan ini dapat juga disebutkan
sebagai “manajemen training” atau “pengelolaan pelatihan”, yakni proses
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang berupa
kegiatan memahirkan.
Setiap pengelola pelatihan tidak dapat menggantungkan keberhasilan
pelatihan dari satu atau dua aspek saja, tetapi harus melihat secara komprehensif
semua faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pelatihan tersebut. Salah
satu aspek yang sangat penting tersebut adalah aspek manajemen, yaitu
bagaimana sebuah pelatihan dikelola dan diarahkan pada pencapaian tujuan.
Manajemen pelatihan, dalam konteks yang lebih luas manajemen pelatihan
memiliki dimensi tentang bagaimana pengelolaan pelatihan, supaya pelatihan bisa
berjalan dengan baik dan berhasil secara efektif dan efisien. Manajemen pelatihan
secara konsep bisa diartikan “Proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan dan Pengevaluasian terhadap kegiatan pelatihan dengan
memanfaatkan aspek-aspek pelatihan untuk mencapai tujuan pelatihan secara
efektif dan efisien”. Dalam konteks yang lain manajemen pelatihan atau
4
pengelolaan pelatihan identik dengan manajemen proyek atau pada istilah lain
sama dengan mengelola proyek.
5
baik berarti setengah pekerjaan telah terselesaikan". Pada umumnya, perencanaan
pelatihan lebih banyak membutuhkan waktu daripada pelaksanaannya. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam merencanakan program pelatihan, antara lain: (1)
latar belakang kegiatan, (2) tujuan pelatihan; (3) peserta pelatihan; (4)
biaya/sumber dana; (5) waktu dan tempat pelatihan, (6) jadwal pelatihan (waktu,
materi, dan pemateri); (7) susunan panitia pelaksana; (8) tata tertib; dan (9)
narasumber. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh penyelenggara pelatihan yang menyangkut komunikasi, logistik, fasilitator,
peserta dan prasarana pendukung lainnya.
Terakhir adalah evaluasi pelatihan dan tindak lanjut. Banyak pelatihan yang
dilakukan hanya menyelenggarakannya saja, setelah itu tidak ada tindak lanjutnya.
Evaluasi pelatihan dan tindak lanjut sangat penting untuk mengetahui berbagai
kekurangan, kelemahan, dan kelebihan, baik penyelenggaraan pelatihan maupun
proses yang terjadi (Stufflebeam & Shinkfield, 1985). Dalam melakukan penilaian
terdapat kegiatan menentukan nilai suatu program (judgement). Objek evaluasi
adalah program yang hasilnya memiliki banyak dimensi, antara lain, kemampuan,
kreativitas, sikap, minat, dan keterampilan. Melalui evaluasi dan tindak lanjut,
pelatihan dapat diketahui manfaat dan dampaknya.
Penyusunan rencana pelatihan secara hierarkis dapat diuraikan sebagai berikut:
Langkah 1: Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Pelatihan
Langkah 2: Menguji dan Analisis Jabatan dan Tugas
Langkah 3: Klasifikasi dan Menentukan dan Peserta Pelatihan
Langkah 4: Rumuskan Tujuan Pelatihan
Langkah 5: Pendesainan Kurikulum dan Silabus Pelatihan
Langkah 6: Perencanaan Program Pelatihan Langkah
Langkag 7: Penyusunan dan Pengembangan Kerangka Acuan (TOR) Langkah
Langkah 8: Pelaksanaan Program Pelatihan Langkah
Langkah 9: Evaluasi Program Pelatihan Langkah
Langkah 10: Tindak Lanjut Pelatihan
6
C. Menyusun dan Mengembangkan Kerangka Acuan (TOR)
Langkah penting selanjutnya adalah menyusun dan mengembangkan suatu
kerangka Acuan Pelatihan atau Terms of Reference (TOR). Pada umumnya garis
besar isi Kerangka Acuan Pelatihan (TOR) ini meliputi pokok pokok sebagai
berikut:
a. Latar Belakang/Pendahuluan (Mengapa);
b. Tujuan Pelatihan (Untuk Apa);
c. Pokok Bahasan/Materi Pelatihan (Apa);
d. Pendekatan dan Metodologi Pelatihan (Bagaimana);
e. Peserta Pelatihan dan Fasilitator (Siapa);
f. Waktu dan Tempat Pelatihan (Kapan dan Dimana);
g. Sumber dana dan Pembiayaan (Berapa);
7
BAB III
KESIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA