Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN KURIKULUM DAN PELATIHAN

Oleh
Ainur Latifah

Abstract : The main purpose of this research is to find out a detailed description
of the management of education and training curriculum. The method used in this
research is a qualitative method of literature study. The results of this research in
designing curriculum programs, development is oriented and aimed at developing
human resources, supporting each other to achieve national development goals.
Education and training activities have a positive impact on individual employees
and within the organization. It can be said that in curriculum management and
training itself in carrying out organizational effectiveness does not only depend on
managerial abilities, but the employee performance factor in an
organization/education is also very influential. The results of this study expect
educational institutions to be able to understand the importance of good
management and human resources in order to improve the vision, mission and
quality of an educational institution.

Keywords: Curriculum Management, training

Abstrak : Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
rinci tentang manajemen kurikulum pendidikan dan pelatihan. Adapun Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif penelitian studi
pustaka. Hasil dari penelitian ini dalam merancang program kurikulum,
pembangunan diorientasikan dan ditujukan untuk mengembangkan sumber daya
manusia, saling mendukung untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Kegiatan pendidikan dan pelatihan memberikan dampak positif bagi individu
karyawan maupun dalam organisasi. Dapat dikatakan bahwa dalam Manajemen
kurikulum dan pelatihan sendiri dalam melaksanakan efektivitas organisasi tidak
hanya tergantung dari kemampuan manajerial saja, melainkan faktor kinerja
karyawan dalam sebuah organisasi/pendidikan juga sangat beperngaruh. Hasil dari
kajian ini mengharapkan lembaga pendidikan mampu memahami pentingnya
sebuah manajemen dan SDM yang baik guna meningkatkan visi misi dan kualitas
dari sebuah lembaga pendidikan.

Kata Kunci: Manajemen Kurikulum, pelatihan

Pendahuluan

Pendidikan adalah dimensi pembangunan. Pendidikan sangat erat


kaitannya dengan pembangunan. Sedangkan pembangunan diorientasikan dan
ditujukan untuk mengembangkan sumber daya manusia dan pembangunan
ekonomi yang berkualitas, saling mendukung untuk mencapai tujuan
pembangunan nasional. Proses pendidikan menyangkut segala upaya untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang
berkualitas pada dasarnya digambarkan dan dibentuk secara jelas dalam rumusan
tujuan pendidikan. Perkembangan teknologi di era sekarang terjadi sangat cepat,
perkembangan teknologi ini berarti masyarakat juga harus menguasai teknologi,
untuk pengelolaan sumber daya manusia hal yang sangat penting untuk dibahas
adalah pengembangan kebutuhan kapasitas pegawai, agen tenaga kerja.
Persyaratan tersebut menuntut pegawai untuk menerima tindakan khusus yang
memerlukan proses pembelajaran yang berkesinambungan, terencana, terarah, dan
terukur yang seringkali berbentuk pendidikan dan pelatihan.
Kegiatan pendidikan dan pelatihan memberikan dampak positif bagi
individu karyawan maupun dalam organisasi. Smith Menjelaskan bahwa profil
kompetensi atau kemampuan individu berkaitan dengan keterampilan
(kompetensi) yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Perkembangan
teknologi terjadi di segala bidang kehidupan manusia dengan sangat cepat.
Perkembangan teknologi ini membuat lembaga pendidikan juga dituntut
menguasai teknologi untuk pengelolaan sumber daya manusia, pertanyaan yang
sangat penting untuk dibahas adalah pengembangan persyaratan kompetensi para
pelaku dalam bekerja. Persyaratan tersebut menuntut pegawai sekolah untuk
menerima tindakan khusus yang memerlukan proses pembelajaran yang
berkesinambungan, terencana, terarah dan terukur yang seringkali berbentuk
pendidikan dan pelatihan.
Kegiatan pendidikan dan pelatihan memberikan dampak positif bagi
individu pegawai maupun dalam organisasi. Dari uraian di atas terlihat betapa
pentingnya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi staf, guru dan
organisasi. Mengingat peran pendidikan dan pelatihan yang strategis dalam
organisasi, maka program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan harus
benar-benar efektif dalam arti agar tujuan pendidikan dan pelatihan tercapai
semaksimal mungkin.1
Menurut PP No. 31 Tahun 2006 tentang sistem pelatihan kejuruan
nasional, pelatihan kejuruan atau yang sering kita sebut pelatihan adalah
serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memberikan, memperoleh,
meningkatkan, dan mengembangkan keterampilan kejuruan, produktivitas,
disiplin, sikap, dan etos kerja kepada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu
tergantung pada kualifikasi dan kapasitas jabatan atau pekerjaan. Singkatnya,
pendidikan dan pelatihan kejuruan adalah proses penyampaian pengetahuan,
pengembangan keterampilan dan sikap profesional agar pegawai memiliki
kompetensi dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan lebih baik
sesuai standar. Pendidikan dan pelatihan sebagai konsep program yang ditujukan
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang (target audience)
berkembang sangat pesat dan ke arah yang modern.
Perkembangan pendidikan dan pelatihan (capacity building,
empowerment, training) tidak hanya berlangsung dewasa ini di dunia usaha, tetapi
di sejumlah lembaga pendidikan dan pelatihan profesional yang berkembang
pesat. proses dari pendidikan), penilaian, tujuan dan tantangan lainnya (dunia
global). Terry menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses tunggal yang
terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan/penggerak (acting) dan pengawasan (controlling) yang dilaksanakan

1
Smith, A. 1997. Training and Development, Human Resources Management in
Australia. South Melborne, Addison Wesley Longman.
untuk menetapkan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
menggunakan alam, manusia. dan sumber daya lainnya.2 Pendapat ini sangat
mirip dengan pendapat Siagian, yang menyatakan bahwa manajemen adalah
kemampuan dan kesanggupan untuk mencapai hasil guna mencapai tujuan melalui
kegiatan individu.orang lain.
Proses manajemen berkaitan dengan fungsi utama yang dilakukan oleh
manajer atau pemimpin, yaitu perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
mengendalikan. Ada beberapa pendapat ahli tentang fungsi manajemen
diantaranya : William H. Newman, mengatakan bahwa ada 5 fungsi manajemen,
yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (arranging), pengumpulan
sumber daya (collecting resources), pengendalian pekerjaan (supervising),
pemantauan dan pengendalian. Sedangkan b. Dalton E. Mc Farland berpendapat
bahwa ada tiga fungsi manajemen, yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (arranging) dan pengawasan (control). Dan menurut F.W.
Taylor mengemukakan bahwa ada tiga fungsi manajemen: perencanaan,
pengarahan dan pengorganisasian pekerjaan dan Gading K. Davis mengemukakan
bahwa ada empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian.3
Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu kegiatan manajemen
sumber daya manusia yang paling banyak dibicarakan dan dipraktekkan dalam
organisasi. Pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai salah satu alat yang efektif
untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan dan pelatihan,
masyarakat dapat meningkatkan pengalaman, pengetahuan, sikap dan
keterampilan, sehingga menjadi lebih produktif. Pendidikan dan pelatihan
merupakan bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan khusus seseorang atau kelompok. Karena
pendidikan dan pelatihan merupakan bagian integral dari sistem pengembangan

2
Terry, G.R Principles of Management Homewood: Richard D Irwin, Inc, 1968
3
Mantja, W, Etnografi: Desain Penelitian Kualitatif Pendidikan dan Manajemen
Pendidikan Malang: IKIP Malang, 2007
sumber daya manusia. Dengan demikian, pendidikan memiliki arti yang sama
dengan pendidikan dan pelatihan tetapi berbeda dalam hal peserta, pendekatan
pelaksanaan dan penggunaan keterampilan yang diperoleh.4
Menurut Pasal 9 UU Ketenagakerjaan tahun 2003, pendidikan dan
pelatihan kejuruan diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,
meningkatkan, dan mengembangkan keterampilan kejuruan untuk meningkatkan
kompetensi, produktivitas, dan kesejahteraan. Dengan demikian dapat dijelaskan
bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuan, kapasitas, keterampilan dan mengubah sikap setiap individu dalam
perusahaan sehingga memberikan pengaruh yang terbaik dalam menjalankan misi.
Dengan kata lain, setiap karyawan dan individu membutuhkan program
pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kinerjanya.
Secara khusus, Dessler menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan
adalah upaya untuk mengembangkan keterampilan dasar yang diperlukan bagi
karyawan baru atau mantan karyawan agar berhasil sebagai organisasi kinerja
pendidikan, termasuk lembaga pendidikan dan pelatihan, memerlukan manajemen
yang tepat. Manajemen diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan atau
pendidikan dan pelatihan. Gordonmenyatakan bahwa aspek manajemen sekolah,
termasuk lembaga pendidikan dan pelatihan, meliputi: 1) manajemen personalia
atau tenaga kerja, 2) manajemen siswa, 3) manajemen manajemen hubungan
sekolah-masyarakat, ) manajemen instruksional dan pengembangan kurikulum, 5)
manajemen keuangan, 6) manajemen pertumbuhan sekolah, dan 7) manajemen
umum lainnya. Semua ide manajemen pedagogis ini harus dilaksanakan sebaik
mungkin untuk mencapai tujuan pedagogis yang telah ditetapkan. Pada saat yang
sama, manajemen kurikulum di lembaga pendidikan dan pelatihan lebih
menekankan pada semua aspek penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan,
termasuk: 1) manajemen kurikulum, 2) manajemen sumber daya manusia, 3)
manajer pemasaran, ) manajer pelaksana diklat.5

4
Soenarto, Training Needs Assesment (Analisis Kebutuhan Belajar) Dalam Vis
Media informasi pendidikan luar sekolah No. 05/TH.iv/1998.
5
Dessler, G. Personal managemen (terjemahan Agus Dharma),(Jakarta: Erlangga,
1984).
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan. Menurut Denzin dan Lincoln,
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan kerangka alamiah
dengan tujuan menjelaskan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
menggunakan berbagai metode yang tersedia saat ini. Erickson mengatakan
penelitian kualitatif bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan secara
naratif aktivitas yang dilakukan dan dampak tindakan yang dilakukan terhadap
kehidupan mereka.6
Teknik pengumpulan data dalam tulisan ini, penulis menggunakan kajian
Pustaka. Kajian Pustaka sering juga disebut literature review. Kajian pustaka
adalah kegiatan penyelidikan, pengamatan, pemeriksaan, dan identifikasi
pengetahuan. Tinjauan literatur akan mengarah pada pandangan kritis pada studi
yang dilakukan yang penting untuk penelitian yang sedang atau akan kita
lakukan.7
Pada artikel ini penulis mengidentifikasi data-data penelitian melalui
artikel, buku, hasil penelitian, koran, majalah, ebook, dan dari data yang
dikumpulkan kemudin penulis mengelompokkan data, memilah data, kemudian
membuat kesimpulan.
Pembahasan
Pengertian Manajemen Kurikulum
Istilah kurikulum mulai dikenal di Amerika Serikat pada tahun 1920,
tentang asal muasal kata kurikulum yang berasal dari kata latin Curere yang
berarti menjalankan. Oleh karena itu, kurikulum aslinya memiliki konsep arena
pacuan kuda. Secara tradisional, kurikulum berarti tentang mata pelajaran atau
ruang akademik dan pelatihan untuk menghasilkan pendidikan. Program
pendidikan dan pelatihan berorientasi pembelajaran adalah motto
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan dalam bentuk
rencana proses pembelajaran pendidikan dan pelatihan yang menekankan pada

6
Albi Anggito dan Johan, metode penelitian kualitatif, (Sukabumi : CV Jejak 2018), hal.7
7
Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian Penelitian Kualitatif Tindakan Kelas
& Studi Kasus,(Sukabumi : CV Jejak 2017), hal. 137
penggunaan metode pendidikan dan pelatihan, pembelajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pelatihan. bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan,
peserta memperoleh peningkatan keterampilan yang diperlukan.8
Menurut Hamalik, yang mengatakan bahwa kurikulum disusun untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahapan
perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan
pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kesenian menurut jenis dan jenjang masing-masing satuan pengajaran. Definisi
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang berkaitan dengan
tujuan, isi dan bahan pelajaran atau pendidikan dan pelatihan, dan cara
pelaksanaannya serta metode yang digunakan sebagai pedoman. belajar untuk
mencapai tujuan pendidikan dan pelatihan tertentu.9
UU. Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Kebangsaan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang
berkaitan dengan tujuan, isi, dan bahan serta metode pembelajaran yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
tertentu. Manajemen Kurikulum adalah sistem manajemen kurikulum kolaboratif,
global, sistematis dan sistematis untuk mencapai mencapai tujuan kurikulum.
Bahkan, berdasarkan manajemen sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan
(KTSP). Jadi, memberikan otonomi lembaga pendidikan dalam pengelolaan
kurikulum kemandirian dengan memprioritaskan kebutuhan dan mencapai tujuan
dalam visi dan misi lembaga pendidikan tidak mengabaikan kebijakan nasional
yang diperbaiki.
Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum bertujuan untuk
mampu memahami, mendukung dan mengontrol pelaksanaan program, untuk
Lembaga pendidikan tidak hanya dituntut untuk bekerja sama, tetapi juga dapat
bekerja secara mandiri identifikasi kebutuhan kurikulum, desain kurikulum,

8
Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Cet. I, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011)
9
Hamalik, O pengembangan Sumber Daya ManusiaManajemen Pelatihan Ketenagaan
Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001).
supervisi, dan mempertimbangkan sumber daya dan hasil kurikulum, baik untuk
masyarakat maupun pemerintah.
Ruang Lingkup, Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan bagian integral dari level curriculum
Satuan Pendidikan (KTSP) dan Manajemen Sekolah (MBS). Jangkauan
Manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan pengajaran, kegiatan kurikulum lebih
banyak Prioritas yang ingin dicapai dan keselarasan antar kurikulum standar
nasional (standar kompetensi/kompetensi inti) dengan kebutuhan daerah dan
status sekolah yang bersangkutan, sehingga program tersebut keutuhan kurikulum
dengan siswa dan dengan lingkungan di dalamnya Lokasi sekolah
Ada lima prinsip yang harus diperhatikan dalam: menerapkan manajemen
kurikulum, yaitu: Satu, Produktivitas, hasil yang diperoleh dalam kegiatan
kurikulum adalah aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kurikulum.
Pertimbangan Bagaimana memastikan bahwa siswa dapat mencapai hasil belajar
yang sesuai tujuan kurikulum harus menjadi jantung dari manajemen kurikulum.
Dua, Demokratisasi, pelaksanaan pengelolaan program harus berbasis demokrasi,
menempatkan pengelola, pelaksana dan mahasiswa jabatan yang dibutuhkan
dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab Bertanggung jawab
untuk mencapai tujuan. Ketiga, kooperatif, untuk mencapai hasil yang diharapkan
dalam kegiatan manajemen kurikulum, harus ada kerjasama aktif dari para pihak
mereka yang terlibat. Keempat, Efektif dan efisien, berbagai kegiatan manajemen
kurikulum harus meninjau efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan program
untuk kegiatan manajemen kurikulum untuk menghasilkan hasil yang berguna
dalam waktu, tenaga dan biaya yang relatif singkat. Kelima, Memimpin visi, misi
dan tujuan yang ditetapkan dalam program dan proses manajer kurikulum harus
mampu memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan program.10
Selain prinsip-prinsip tersebut, kebijaksanaan juga harus diperhatikan
departemen pemerintah dan pendidikan, seperti USPN 2003 No. model program
nasional, panduan pelaksanaan program, kebijakan penerapan Manajemen

10
Rusman, Manajemen Kurikulum, Seri II (Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada: 2009).
Sekolah, implementasi kebijakan Kurikulum Tingkat unit kursus, peraturan dan
peraturan pemerintah yang relevan dengan lembaga pendidikan atau kelas/jenis
sekolah yang bersangkutan. Dalam proses pendidikan, perlu adanya pengelolaan
program agar perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum yang efektif dan
efisien, optimal dalam memberdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman
belajar, dan komponen kurikulum.
Ada beberapa fungsi manajemen kurikulum antara lain: Meningkatkan
efektivitas penggunaan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber daya dan
komponen program dapat ditingkatkan melalui manajemen terencana dan efisien.
Meningkatkan kesetaraan dan peluang keberhasilan siswa hasil maksimal,
kapasitas maksimal yang dapat dicapai siswa tidak hanya melalui kegiatan
ekstrakurikuler, tetapi juga melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler
dikelola dengan integritas dalam mencapai tujuan Program belajar. Meningkatkan
relevansi dan efektivitas pembelajaran berbasis kebutuhan siswa dan lingkungan,
kurikulum yang dikelola dengan baik dapat memberikan peluang dan hasil yang
disesuaikan dengan kebutuhan peserta siswa dan lingkungan. Meningkatkan
kinerja guru dan aktivitas siswa dalam berprestasi tujuan pembelajaran, mengelola
kurikulum secara profesional, efektif dan efisien integrasi dapat meningkatkan
kinerja guru dan aktivitas siswa dalam penelitian. Meningkatkan keterlibatan
masyarakat untuk mendukung pembangunan kurikulum, khususnya untuk mengisi
bahan ajar atau sumber belajar yang seharusnya menyesuaikan dengan
karakteristik kebutuhan pembangunan wilayah.11
Manajemen perencanaan kurikulum
Tujuan manajemen dalam perencanaan program adalah keahlian
"manajemen" dalam arti kemampuan untuk merencanakan dan mengatur Program
belajar. Pertimbangan dalam perencanaan kurikulum siapa yang bertanggung
jawab atas perencanaan kurikulum, dan bagaimana perencanaan kurikulum
direncanakan secara profesional. Hal pertama yang disebutkan adalah bahwa
adanya gap atau ide-ide strategis dan pendekatan dalam suatu program dengan
upaya yang dilakukan. Perbedaan ini karena masalah keterlibatan individu dalam

11
Rusman, Manajemen Kurikulum, Seri II. Hal.5
perencanaan kurikulum. Komitmen pribadi ini banyak tergantung pada
pendekatan perencanaan kurikulum yang diadopsi. Dalam pendekatan kurikulum
“pendekatan administratif” rencana atasan kemudian dikirim ke instansi Asisten
guru. Jadi terbentuk dari atas ke bawah. Dalam kondisi ini, guru tidak dilibatkan
mereka memiliki lebih banyak lagi pasif yaitu sebagai penerima dan pelaksana di
lapangan. Semua ide, ide dan inisiatif adalah milik atasan.12
Di sisi lain, pendekatan "dasar" adalah mulai dari bawah yaitu guru atau
sekolah individu dengan harapan memperluasnya ke sekolah lain. Pengelola dan
guru dapat merencanakan atau mengubah program karena melihat kekurangan
dalam program saat ini. Mereka tertarik pada ide-ide baru yang tersembunyi
tentang program dan bersedia menerapkannya di sekolah mereka untuk
meningkatkan kualitas pelajaran.
Jika guru adalah manajer (guru sebagai Pengelola) maka J.G Owen
menekankan perlunya keterlibatan guru dalam kurikulum Karena pada
kenyataannya, mereka menerapkan kurikulum disusun bersama.13 Di Inggris, ide
ini berbentuk "pusat guru" didirikan secara lokal sebagai tempat dimana para guru
dapat bertemu dan berdiskusi mengenai inovasi pendidikan. Jika guru adalah
manajer J.G Owen lebih menekankan bahwa seorang guru harus ikut andil dan
mempertimbangkan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perencanaan program
belajar.
Ada dua kondisi yang harus dianalisis dalam merencanakan kurikulum :
pertama, kondisi sosial budaya Keterampilan manajemen profesional
membutuhkan kemampuan mengolah atau menggunakan berbagai sumber daya
yang ada di masyarakat, untuk digunakan sebagai sumber daya. J.G Owen
menyebutkan peran guru dalam mendidik karena kegiatan pendidikan adalah
kegiatan perilaku dimana berbagai interaksi sosial yang terjadi antara guru dan
siswa, siswa dan siswa, dan atau guru ke siswa dengan lingkungannya. Kedua,
Ketersediaan fasilitas Salah satu penyebab terjadinya kesenjangan antara
perencana program dan guru sebagai siswa jika program disiapkan tanpa
12
Oemar Hamalik, , Manajemen Pengembangan Kurikulum, Cet. IV; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya: 2010), Hal.150
13
Oemar Hamalik, , Manajemen Pengembangan Kurikulum, hal.151
keterlibatan guru, dan Apalagi perencana kurang memperhatikan persiapan guru
di lapangan. Inilah sebabnya mengapa J.G Owen menyebutkan perlunya suatu
pendekatan, yaitu pengembangan kurikulum dari bawah ke atas di atas.14
Karakteristik Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan belajar untuk
mendorong siswa/peserta didik untuk mengubah perilaku mereka diinginkan dan
menilai sejauh mana perubahan telah terjadi dalam diri siswa/siswa. Kurikulum
adalah pengalaman holistik diperoleh lembaga pendidikan baik internal maupun
eksternal, telah direncanakan secara sistematis dan terpadu, dengan tujuan untuk
mempersiapkan siswa mencapai tujuan pendidikannya.
Fokus perencanaan kurikulum dikembangkan dalam bentuk kerangka teori
dan penelitian tentang kekuatan sosial, pengembangan masyarakat, kebutuhan,
dan gaya belajar siswa. Beberapa keputusan harus dibuat saat merencanakan
kurikulum dan keputusan tersebut harus menghasilkan spesifikasi berdasarkan
Standar. Perencanaan pelajaran adalah bagian yang sangat penting dari
perencanaan kurikulum karena pembelajaran itu penting berorientasi pada siswa
daripada program itu sendiri.15
Pemimpin harus merencanakan dengan cermat, teliti, cermat dan detail,
karena memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: a) Perencanaan kurikulum
berfungsi sebagai pedoman atau alat manajemen, berisi instruksi tentang jenis dan
sumber peserta yang diperlukan, artinya pengiriman, tindakan yang akan diambil,
sumber biaya, personel, fasilitas persyaratan, sistem pemantauan dan evaluasi,
peran faktor tenaga kerja untuk mencapai tujuan manajemen organisasi. b)
Bertindak sebagai kekuatan pendorong di belakang organisasi dan manajemen
melakukan perubahan dalam perusahaan sejalan dengan tujuan organisasi.
Perencanaan kurikulum yang cermat akan sangat membantu pengambilan
keputusan oleh manajemen dan oleh ka informasi terkait kebijakan, serta seni
kepemimpinan dan pengetahuan yang dimilikinya. c) Merupakan motor

14
Oemar Hamalik, hal.151
15
Rusman, Manajemen Kurikulum, Seri II. hal.21
penggerak bagi terselenggaranya sistem pendidikan untuk mencapai hasil yang
optimal.16
Model Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah suatu proses social yang kompleks yang
menuntut berbagai jenis dan tingkat pembuatan keputusan kebutuhan
mendiskusikan dan mengkoordinasikan proses menghendaki penggunaan model-
model untuk menyajikan aspek-aspek kunci kendatipun penyajian tersebut pada
gilirannya harus menyederhanakan banyak aspek dan mungkin mengabaikan
beberapa aspek lainnya sebagaimana dengan model-model pembuatan keputusan
umumnya, maka rumusan suatu model perencanaan berdasarkan asumsi-asumsi
rasionalitas yakni asumsi tentang pemrosesan secara cermat informasi misalnya
tentang mata ajaran, siswa, lingkungan, dan hasil belajar. Beberapa model
perencanaan, yaitu : a) Model perencanaan rasional deduktif atau rasional tyler,
menitik beratkan logika dalam merancang program kurikulum dan bertitik tolak
dari spesifikasi tujuan (goals and objectives) tetapi cenderung mengabaikan
problematika dalam lingkungan tugas. Model itu dapat diterapkan pada semua
tingkat pembuatan keputusan, misalnya rasionalisasi proyek pengembangan guru,
atau menentukan kebijakan suatu planning by objecktives di lingkungan
departemen. Model ini cocok untuk system perencanaan pendidikan yang
sentralistik yang menitik beratkan pada system perencanaan pusat, dimana
kurikulum dianggap sebagai suatu alat untuk mengembangkan/ mencapai maksud-
maksud di bidang social ekonomi. b) Model interaktif rasional (the rational
interactive model), memandang rasionalitas sebagai tuntutan kesepakatan antara
pendapat-pendapat yang berbeda, yang tidak mengikuti urutan logic. Perencanaan
program dipertimbangkan masalahnya adalah "merencanakan dengan" daripada
rencana (rencana). Model ini sering disebut sebagai model situasi, hipotesis
rasionalitas menekankan tanggapan yang fleksibel program dan inisiatif yang
tidak teratur di tingkat sekolah atau sekolah lokal. Ini mungkin cerminan dari
keyakinan ideologis masyarakat demokratis atau pengembangan kurikulum

16
Oemar Hamalik, , Manajemen Pengembangan Kurikulum, hal.152
sekolah. Implementasi rencana merupakan tahap penting dari proses
pembangunan kurikulum, membutuhkan adaptasi timbal balik antara perencana
dan pengguna kurikulum. c) The Diciplines Model, rencana ini berfokus pada
guru, mereka sendiri merencanakan program berdasarkan pertimbangan studi
sistematis tentang relevansi pengetahuan filosofis, (pertanyaan tentang
pengetahuan) makna), sosiologi (berdebat dari tren sosial), psikologi (untuk
berbicara tentang urutan subjek). d) Model tanpa rencana adalah model
berdasarkan pengamatan visual para guru di dalam ruangan kelas sebagai bentuk
pengambilan keputusan, sedikit usaha kecuali perumusan tujuan tertentu, mode
pendapat, dan analisis intelektual.
Empat model perencanaan kurikulum yang disebutkan di atas kenyataan
adalah tipe ideal, bukan model perencanaan kurikulum praktis. Secara umum,
perencanaan kurikulum meliputi: empat aspek model. Namun, untuk membedakan
antara satu dan di sisi lain, perlu untuk menganalisis signifikansi variabel untuk
praktek perencanaan. Asumsi kewajaran harus dibuat mengenai bagaimana
melihat informasi sebagai cerminan dari posisi sosial dan ideologis yang mengatur
perencanaan kurikulum.

Pelatihan
Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan peningkatan kinerja dan motivasi karyawan dalam
bekerja karyawan ditugaskan untuk itu, sehingga kemajuan karyawan
pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Pelatihan juga sering dikombinasikan dengan pendidikan. Namun, untuk
perbandingan, Berikut definisi pelatihan yang dikemukakan oleh beberapa ahli
adalah sebagai berikut menurut Gary Dessler yang diterjemahkan oleh Benjamin
adalah proses mengajarkan keterampilan dasar kepada karyawan baru sedangkan
menurut Barry Chusway keahlian dan memberikan pengetahuan dan sikap yang
diperlukan bagi mereka untuk melaksanakan tanggung jawab mereka sesuai
dengan standar Menurut Haris, ada alasan mengapa pelatihan dan pengembangan
dirasakan semakin penting oleh masing-masing organisasi. Alasannya adalah
bahwa pelatihan adalah proses belajar disebabkan oleh respons perilaku karyawan
dalam kaitannya dengan organisasi dan mengurangi tingkat biaya.
Dari mempelajari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pelatih adalah Pendidikan jangka pendek untuk mengajarkan keterampilan dan
kompetensi sains diperlukan untuk pemenuhan tugas dan kewajibannya, sehingga
karyawan berkontribusi pada agensi melalui keterampilan yang diperoleh
diterapkan dalam pekerjaan mereka dan terus meningkat kualitas kerja.
Prinsip dan indikator pelatihan
Sebagai upaya yang akan dilakukan, pelatihan mencakup beberapa prinsip
berikut: menjadi pedoman dalam pelaksanaan pelatihan. Prinsip-prinsip yang
disebutkan termasuk keterlibatan, (b) kedalaman, (c) relevansi, (c) pengalihan, (d)
umpan balik belakang, (e) Suasana nyaman dan (f) Memiliki Kriteria. Sementara
indikator pelatihan sumber daya manusia diterapkan menurut Hasibuan antara lain
sebagai berikut: 1) Efisiensi kerja pegawai, jika prestasi kerja atau produktivitas
pekerja setelah menyelesaikan pelatihan, kualitas dan kuantitas pekerjaan
meningkat itu berarti pelatihan dilakukan dengan cukup baik, tetapi jika prestasi
kerja dipertahankan, pelatihannya kurang baik dan perlu ditingkatkan. Disiplin
pegawai, apakah kedisiplinan pegawai setelah memantau perkembangannya dan
pelatihan ditingkatkan, pelatihan dilakukan dengan baik, akan tetapi jika disiplin
tidak meningkat, itu berarti pelatihan tidak dilakukan dengan baik 3) Employee
engagement, jika employee engagement setelah pelatihan meningkat maka
pelatihan dilakukan dengan baik, sebaliknya jika pelatihan tidak dilakukan dengan
baik ) Jika tingkat kerusakan produksi, peralatan mesin, setelah pekerja terlatih
berkurang, pelatihan dilakukan juga, sebaliknya jika tetap maka pengembangan
dan pelatihannya tidak bagus 5) Tingkat kecelakaan karyawan akan berkurang
setelah mengikuti program latihan, jika tidak berkurang berarti latihan yang
dilakukan harus disempurnakan Lagi 6) Tingkat pemborosan bahan, tenaga dan
waktu, pengurangan atau efisiensi semakin baik pelatihan yang dilakukan,
semakin baik, sebaliknya jika masih masuk akal pelatihan tidak dilakukan dengan
baik Tingkat kerjasama staf perlu lebih harmonis, dan lebih baik nanti mereka
menjalani pelatihan, jika tidak ada peningkatan kerjasama, maka pelatihan itu
tidak baik untuk dilakukan 8) Insentif karyawan meningkat setelah mengikuti
kursus pelatihan dan kemudian pelatihan yang dilakukan sudah baik, sebaliknya
jika diperpanjang maka pelatihannya kurang bagus. 9) Inisiatif karyawan harus
meningkat setelah pelatihan, jika tidak bertambah atau tersisa berarti kurang baik
latihannya. Dalam hal ini, karyawan diharapkan mampu bekerja mandiri dan
mengembangkan kreativitasnya 10) Kepemimpinan atau keputusan dibuat oleh
manajer setelahnya partisipasi dalam pelatihan harus lebih baik, kerjasama lebih
harmonis, tujuan mencapai lebih banyak, mengurangi stres dan puas dengan
pekerjaan staf meningkat, jika hal di atas tercapai maka pelatihan yang diberikan
baik.17
Sebaliknya jika hal di atas tidak tercapai berarti pelatihan tidak
dilaksanakan dengan baik, setiap program pelatihan harus dirancang sedemikian
rupa untuk meningkatkan kinerja kerja, mengurangi ketidakhadiran dan
perputaran kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja. Ada dua jenis utama program
pelatihan manajemen, yaitu: (1) metode Praktis (on the job training) dan (2)
teknik penyajian informasi dan metode simulasi kereta. Setiap kategori memiliki
tujuan pedagogis, sikap, konsep, atau pengetahuan dan/atau keterampilan yang
berbeda. Dalam memilih teknik mana yang akan digunakan dalam program
pelatihan, ada beberapa pengorbanan.
Artinya tidak ada teknik yang selalu baik dan selalu ada beberapa yang
memenuhi faktor-faktor berikut, seperti factor : (a) Profitabilitas. (b) Isi program
yang keinginan, (c) kelayakan fasilitas, (d) preferensi dan kemampuan peserta, (3)
Preferensi dan kemampuan instruktur atau pelatih, dan (f) Prinsip pembelajaran
Metode pelatihan yang paling banyak digunakan adalah teknik di tempat. Staf
dilatih dalam profesi baru dengan pengawasan langsung dari instruktur dialami
baik karyawan lain maupun karyawan dari dalam diri mereka sendiri. Istilah
lainnya Jenis teknik yang dapat digunakan dalam latihan adalah rotasi tugas,
latihan instruksi kerja, magang, pelatihan dan penugasan sementara. Melalui
pendekatan teknis di luar pekerjaan, peserta pelatihan akan menerima perwakilan

17
Hasibuan
artifisial) aspek organisasi yang diperlukan untuk merespons seperti dalam
keadaan yang sebenarnya.
Tujuan utama dari teknik penyajian informasi adalah mengajarkan sikap,
konsep, atau keterampilan yang berbeda kepada peserta. Metode yang mana dapat
digunakan adalah Kuliah, Studi Kasus, Belajar Mandiri, Program Komputer, dan
Presentasi Pelaksanaan program pelatihan bertindak sebagai transisi. Kekuasaan
karyawan yang tidak terlatih diubah menjadi karyawan yang terlatih, memiliki
kapasitas dan kualifikasi di tempat kerja sehingga mereka diberi tanggung jawab
yang lebih besar besar.18
Tujuan pelatihan
Pelatihan sumber daya manusia adalah masalah yang sangat
memprihatinkan dalam kepengurusan suatu organisasi, baik berbentuk organisasi,
korporasi maupun organisasi atau perguruan tinggi (sekolah). Kegiatan pelatihan
sumber daya manusia memiliki tujuan agar tercapainya rangkaian kegiatan yang
terencana, terstruktur dan sistematis. Target dan Manfaat dari pelatihan ini adalah
membantu dalam meningkatkan keterampilan/skill pegawai yang bersangkutan
dengan pekerjaan agar kualitas kinerjanya meningkat sehingga menguntungkan
untuk kemajuan perusahaan atau organisasi. Selanjutnya, bagi mereka untuk
memiliki kekuatan cukup untuk menghadapi beberapa situasi yang mungkin
timbul di dunia kerja. Program pelatihan sumber daya manusia mencakup proses
pendidikan karyawan dengan: proses standar dan sistematis untuk manfaat dan
nilai tambah untuk organisasi, akademi, perusahaan, sekolah/perguruan tinggi,
selain karyawan. Bahkan lebih Lebih khusus lagi, program pelatihan sumber daya
manusia bertujuan untuk meningkatkan keahlian, keterampilan atau keterampilan
jangka panjang. Seperti yang disebutkan sebelumnya, implementasi program
pelatihan adalah langsung sebagai transformasi. Pekerja yang tidak terlatih
(karyawan) diubah menjadi karyawan yang kompeten dan berkualitas di tempat
kerja, sehingga mereka dapat diberi tanggung jawab lebih. Jadi tujuan
pelatihannya bisa diindikasikan sebagai berikut : 1) Meningkatkan keterampilan

18
Irianto Jusuf, Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Pelatihan (Dari Analisis Kebutuhan
Sampai Evaluasi Program Pelatihan), (Jakarta: Insani Cendekia: 2001), hal.112
karyawan sesuai dengan perubahan Teknologi. 2) Meningkatkan produktivitas
organisasi. 3) Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru untuk dikuasai. 6)
Untuk membantu masalah operasional. 5) Memberikan wawasan kepada
karyawan untuk lebih memahami organisasi. 6) Meningkatkan kemampuan
peserta pelatihan untuk melakukan tugas mereka saat ini. 7) kemampuan untuk
menumbuhkan sikap empati untuk melihat sesuatu melalui mata orang lain 8)
Meningkatkan kemampuan interpretasi dan penalaran data karyawan. 9)
Meningkatkan kemampuan dan kemampuan analisis karyawan suatu masalah dan
mengambil keputusan.19
Kesimpulan
kurikulum disusun untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dengan
memperhatikan tahapan perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan
lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta kesenian menurut jenis dan jenjang masing-masing satuan
pengajaran. Definisi kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang
berkaitan dengan tujuan, isi dan bahan pelajaran atau pendidikan dan pelatihan,
dan cara pelaksanaannya serta metode yang digunakan sebagai pedoman belajar
untuk mencapai tujuan pendidikan dan pelatihan tertentu. Sedangkan Pelatihan
merupakan peningkatan kinerja dan motivasi karyawan dalam bekerja. Karyawan
ditugaskan untuk itu, sehingga kemajuan karyawan pengetahuan, keterampilan
dan keahlian sesuai dengan bidang pekerjaannya.

19
Gaspersz, Vincent. Perencanaan Strategik Untuk Peningkatan Kinerja Sektor Publik,
(Jakarta: Penerbit PTGramedia Pustaka Utama, 2004).
DAFTAR PUSTAKA

Albi Anggito dan Johan, metode penelitian kualitatif, Sukabumi : CV Jejak 2018.
Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Cet. I, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
Dessler, G. Personal managemen (terjemahan Agus Dharma),Jakarta: Erlangga,
1984.
Gaspersz, Vincent. Perencanaan Strategik Untuk Peningkatan Kinerja Sektor
Publik, Jakarta: Penerbit PTGramedia Pustaka Utama, 2004.
Hamalik, O pengembangan Sumber Daya ManusiaManajemen Pelatihan
Ketenagaan Terpadu,Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Irianto Jusuf, Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Pelatihan (Dari Analisis
Kebutuhan Sampai Evaluasi Program Pelatihan), Jakarta: Insani Cendekia:
2001.
Mantja, W, Etnografi: Desain Penelitian Kualitatif Pendidikan dan
Manajemen Pendidikan Malang: IKIP Malang, 2007
Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian Penelitian Kualitatif Tindakan
Kelas & Studi Kasus,Sukabumi : CV Jejak 2017.
Oemar Hamalik, , Manajemen Pengembangan Kurikulum, Cet. IV; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya: 2010.
Rusman, Manajemen Kurikulum, Seri II Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada:
2009.
Smith, A. 1997. Training and Development, Human Resources Management
in Australia. South Melborne, Addison Wesley Longman.
Soenarto, Training Needs Assesment (Analisis Kebutuhan Belajar) Dalam
Vis Media informasi pendidikan luar sekolah No. 05/TH.iv/1998.
Terry, G.R Principles of Management Homewood: Richard D Irwin, Inc,
1968.

Anda mungkin juga menyukai