Anda di halaman 1dari 103

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/357339311

BUKU AJAR KEPERAWATAN KELUARGA

Book · December 2021

CITATIONS READS

6 7,114

1 author:

Safruddin Yahya
sekolah tinggi ilmu kesehatan panrita
35 PUBLICATIONS   9 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

BUKU AJAR KEPERAWATAN KELUARGA View project

TALK SHOW TENTANG PENCEGAHAN HIV/ AIDS PADA REMAJA DI DESA BIALO KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA View project

All content following this page was uploaded by Safruddin Yahya on 27 December 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BAB I
KONSEP DASAR KELUARGA
Setelah mengikuti proses perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu :

a. Menjelaskan Pengertian Keluarga

b. Menjelaskan Tipe Keluarga

c. Menjelaskan Sturuktur Keluarga

d. Menjelaskan Fungsi Keluarga

e. Menjelaskan Peran keluarga

f. Menjelaskan Tahap perkembangan keluarga

g. Menjelaskan Tingkatan Praktek Keperawatan Keluarga

h. Menjelaskan Stres dan Koping Keluarga

i. Menjelaskan Tugas Keluarga dalam pemeliharaan kesehatan

j. Menjelaskan Peran perawat keluarga

A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Duvall dan Logan (1986) menunjukkan dalam Setyowati dan
Murwani (2018) bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki
hubungan perkawinan, kelahiran, dan adopsi, bertujuan untuk
menciptakan, memelihara budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,
psikologis, emosional dan sosialnya dalam setiap anggota keluarga.
Menurut Friedman (2003), dalam Nadirawati (2018) keluarga
adalah dua orang atau lebih yang dipersatukan melalui kesatuan emosional
dan keintiman serta memandang dirinya sebagai bagian dari keluarga.
Whall (1986) mengemukakan dalam Nadirawati (2018) bahwa
keluarga yaitu sekelompok dua orang atau lebih yang disatukan oleh
persatuan dan ikatan emosional tidak hanya berdasarkan keturunan atau
hukum, tetapi mungkin atau mungkin tidak Dengan cara ini, mereka
menganggap diri mereka sebagai keluarga dan mengidentifikasi diri
mereka sebagai bagian dari keluarga.

1
2. Tipe Keluarga
Dalam Setyowati dan Murwani (2018) Keluarga membutuhkan
layanan kesehatan untuk berbagai gaya hidup. Dengan perkembangan
masyarakat, jenis keluarga juga akan berkembang. Untuk melibatkan
keluarga dalam meningkatkan kesehatan, maka kita perlu memahami
semua tipe dalam keluarga.
a. Tradisional
1) Keluarga inti mengacu pada keluarga (biologis atau adopsi) yang
terdiri dari suami, istri dan anak
2) Keluarga besar mengacu pada keluarga inti dan keluarga lain yang
berhubungan dengan kerabat sedarah, seperti kakek nenek,
keponakan, paman dan bibi.
3) Keluarga Dyad adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri
tanpa anak.
4) Single Parent “Orang tua tunggal" adalah keluarga yang terdiri dari
orang tua (ayah / ibu) dan anak (dikandung / diadopsi). Perceraian
atau kematian dapat menyebabkan situasi ini.
5) Single Adult "Orang dewasa lajang" mengacu pada sebuah keluarga
yang hanya terdiri dari satu orang dewasa (misalnya, seorang dewasa
yang kemudian tinggal di kantor asrama untuk bekerja atau belajar).
b. Non Tradisional
1) The unmariedteenege mather (Remaja yang belum menikah)
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dan anak-anak
dari hubungan tanpa nikah
2) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family (Keluarga komunal)
4) Beberapa pasangan keluarga yang tidak terkait (dan anak-anak
mereka) tinggal bersama di rumah yang sama, sumber daya dan
fasilitas yang sama, dan pengalaman yang sama: mensosialisasikan
anak melalui kegiatan kelompok atau membesarkan anak bersama.

2
5) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang tinggal bersama namun bisa saja berganti pasangan
tanpa adanya menikah
6) Gay and lesbian families
Orang dengan jenis kelamin yang sama hidup dengan "pasangan
nikah"
7) Cohabitating family
Dengan beberapa alasan yang memungkinkan dimana orang dewasa
tinggal dalam satu rumah tanpa adanya suatu pernikahan.
8) Group marriage-family
Dalam pernikahan di mana orang dewasa menggunakan peralatan
keluarga bersama-sama, mereka merasa bahwa hubungan romantis
yang mereka jalani adalah pernikahan dan berbagi beberapa hal,
termasuk seks dan pengasuhan anak selanjutnya.
9) Group network family
Kelompok jaringan keluarga dimana keluarga inti memiliki ikatan
atau aturan yang sama dan mereka hidup bersama untuk berbagi
kebutuhan sehari-hari dan memberikan layanan dan tanggung jawab
untuk mengasuh anak.
10) Foster family
Keluarga angkat Ketika orang tua anak membutuhkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga aslinya, keluarga akan menerima
sementara anak yang tidak ada hubungannya dengan keluarga /
saudara kandung.
11) Homeless family
Keluarga tunawisma Karena krisis pribadi yang berkaitan dengan
kondisi ekonomi dan atau masalah kesehatan mental, keluarga yang
terbentuk tanpa adanya perlindungan yang tetap diberikan.
12) Gang
Bentuk keluarga yang merusak, dalam arti mereka mencari ikatan
emosional dan merawat keluarga, tetapi tumbuh dalam lingkungan
yang penuh kekerasan dan kejahatan dalam hidup mereka.

3
3. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) Salah satu
pendekatan dalam keluarga adalah pendekatan struktural fungsional,
Struktur keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun atau
bagaimana unit unit ditata dan saling terkait satu sama lain. Struktur dalam
keluarga terbagi menjadi 4 yaitu:
a. Pola komunikasi keluarga
Komunikasi sangatlah penting dalam suatu hubungan namun tidak
hanya untuk keluarga, tetapi juga untuk semua jenis hubungan. Tanpa
komunikasi, tidak akan ada hubungan yang dekat dan intim, atau
bahkan saling pengertian. Dalam keluarga ada beberapa interaksi yang
efektif dan beberapa tidak.
Mode interaktif yang berfungsi dalam keluarga memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1) Terbuka, jujur, berpikiran positif, dan selalu berusaha menyelesaikan
konflik keluarga.
2) Komunikasi berkualitas tinggi antara pembicara dan audiens
Dalam pola komunikasi ini biasanya disebut stimulus respons,
komunikasi semacam ini kadang terjadi ketika orang tua mengasuh
bayi ataupun sebaliknya. Orang tua lebih aktif dan kreatif dalam
merespon (stimulus). Melalui model komunikasi yang berfungsi
dengan baik ini, penyampaian pesan (pembicara) akan
mengungkapkan pendapat, meminta dan menerima umpan balik. Di
sisi lain, penerima pesan selalu siap mendengarkan, memberikan
umpan balik, dan verifikasi.
Pada saat yang sama, keluarga dengan metode komunikasi yang buruk
dapat menimbulkan berbagai masalah, terutama beban psikologis
anggota keluarga. Ciri-ciri mode komunikasi ini antara lain:
a. Fokus dialog hanya pada satu orang, misalnya penanggung jawab
keluarga memutuskan apa yang terjadi dan apa yang dilakukan
anggota keluarga;

4
b. Tidak ada diskusi di dalam keluarga, semua anggota keluarga
setuju, tidak peduli apakah mereka setuju atau harus setuju;
c. Keluarga kehilangan rasa simpati, karena setiap anggota keluarga
tidak dapat mengungkapkan pendapatnya.
Karena cara komunikasi dan pertumbuhan ini, komunikasi dalam
keluarga akhirnya menjadi tertutup.
b. Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari
posisi tertentu. Ayah berperan sebagai kepala keluarga, ibu berperan
sebagai daerah domestik keluarga, dan anak memiliki perannya
masing-masing dan berharap dapat saling memahami dan mendukung.
Selain peran utama terdapat peran informal, peran tersebut dilakukan
dalam kondisi tertentu atau sudah menjadi kesepakatan antar anggota
keluarga. Misalnya, jika suami mengizinkan istrinya bekerja di luar
rumah, maka istri akan berperan informal. Begitu pula suami akan
melakukan tugas informal tanpa sungkan dengan membantu istrinya
mengurus rumah.
c. Struktur Kekuatan
Kondisi struktur keluarga yang menggambarkan adanya kekuasaan
yang digunakan untuk mengontrol dan mempengaruhi anggota
keluarga lainnya dalam sebuah keluarga, setiap individu dalam
keluarga memiliki kekuatan untuk mengubah perilaku anggotanya ke
arah yang lebih positif dalam hal perilaku dan kesehatan. ketika
seseorang memiliki kekuatan sebenarnya dia dapat mengontrol
interaksi. Dimana kekuatan ini dapat dibangun dengan berbagai cara.
Selain itu, terdapat banyak faktor dalam struktur kekuatan keluarga,
diantaranya:
1) Kekuatan hukum (kekuatan / kewenangan hukum)
Dalam korteks kekeluargaan, kekuatan ini sebenarnya tumbuh
secara mandiri, karena adanya hirarki (pemimpin) yang merupakan
struktur masyarakat kita. Kepala keluarga merupakan pemegang

5
kemampuan interaktif dalam keluarga. Ia berhak mengontrol
tingkah laku anggota keluarga lainnya, terutama pada anak-anak.
2) Referent power
Dalam masyarakat orang tua merupakan contoh teladan dalam
keluarga, terutama kedudukan sang ayah sebagai kepala keluarga.
Apa yang dilakukan sang ayah akan menjadi teladan bagi pasangan
dan anak-anaknya.
3) Reward power/ Kemampuan menghargai
Imbalan penting untuk memiliki dampak yang mendalam didalam
keluarga. Hal ini tentunya sering terjadi di masyarakat kita, jika
anak-anak mereka mencapai nilai terbaik di sekolah, mereka akan
diberikan hadiah.
Cara ini memang bisa secara efektif menstimulasi semangat si
anak, tapi jika si anak tidak berhasil, maka itu tidak akan
menghadiahinya. Cara yang lebih baik adalah bahwa anak tetap
akan diberi penghargaan, tetapi jika berhasil, itu akan lebih rendah
dari standar yang dijanjikan. Namun, meskipun orang tua tidak
berhasil, usaha anak anaknya akan tetap dihargai oleh orangtuanya.
4) Coercive power
Dalam memperkuat hubungan disebuah rumah tangga peraturan
sangat penting untuk diterapkan. Konsekuensinya apabila
melakukan pelanggaran atau tidak mematuhi peraturan yang ada
maka ancaman atau berupa hukuman akan diterima.
d. Nilai-Nilai Dalam Kehidupan Keluarga
Di dalam kehidupan keluarga sikap maupun kepercayaan sangat
penting dimana didalamnya terdapat nilai yang merupakan sistematis.
Nilai-nilai kekeluargaan juga dapat digunakan sebagai pedoman
dalam menetapkan norma dan aturan. Norma merupakan perilaku
sosial yang baik berdasarkan sistem nilai keluarga.
Nilai-nilai dalam keluarga tidak hanya dibentuk oleh keluarga itu
sendiri, tetapi juga turunkan oleh keluarga istri atau suami. Perpaduan

6
dua nilai dengan nilai berbeda akan menciptakan nilai baru bagi
sebuah keluarga.
4. Fungsi Keluarga
Struktur dan fungsi sangat erat kaitannya, dan ada interaksi yang
berkelanjutan antara satu sama lain. Strukturnya didasarkan pada model
organisasi atau keanggotaan dan hubungan yang berkelanjutan.
Menurut Friedman (1986) dalam Setyowati dan Murwani (2018)
mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, diantaranya:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif yaitu dimana dalam suatu rumah tangga saling mengasuh
dan memberikan cinta, fungsi emosional sangat berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Dari kebahagiaan dan kegembiraan
semua anggota keluarga itu dapat dilihat bahwa terwujudnya fungsi
emosional yang berhasil pada setiap anggota keluarga mempertahankan
suasana yang positif. Ini dapat dipelajari dan dikembangkan melalui
interaksi dan hubungan dalam keluarga. Oleh karena itu, dalam
keluarga yang berhasil menjalankan fungsi emosional, semua anggota
keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif serta saling
menerima dan mendukung satu sama yang lain.
Ada beberapa komponen yang perlu untuk dipenuhi oleh keluarga
dalam melaksanakan fungsi yang afektif, sebagai berikut:
1) Saling peduli, cinta, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan cinta dan
dukungan dari anggota lainnya. Kemudian kemampuannya untuk
memberikan cinta akan meningkat, yang pada gilirannya menjalin
hubungan yang hangat dan suportif. Keintiman dalam keluarga
merupakan modal dasar untuk membangun relasi dengan orang lain
di luar keluarga / komunitas.
2) Saling menghormati. Jika anggota keluarga saling menghormati,
mengakui keberadaan dan hak masing-masing anggota keluarga,
serta senantiasa menjaga suasana positif, maka fungsi emosional
akan terwujud.

7
3) Ketika suami dan istri sepakat untuk memulai hidup baru, mereka
mulai menjalin hubungan intim dan menentukan hubungan keluarga
mereka. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui
proses mengidentifikasi dan menyesuaikan semua aspek kehidupan
anggota keluarga. Para orang tua hendaknya membentuk proses
identifikasi positif agar anak dapat mencontoh perilaku positif
kedua orang tua
Fungsi emosional adalah kebahagiaan yang ditentukan dari sumber
energi atau kekuatan sebaliknya adanya kerusakan dalam keluarga
itu disebabkan karena ketidakmampuan dalam mewujudkan fungsi
emosional didalam keluarga itu sendiri.
b. Fungsi sosialisasi
Menurut Friedman (1986) dalam Setyowati dan Murwani (2018)
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan pengalaman
pribadi, yang mengarah pada interaksi sosial dan pembelajaran berperan
dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai dengan kelahiran manusia, keluarga merupakan
tempat dimana individu belajar bersosialisasi, misalnya seorang anak
yang baru lahir akan melihat ayahnya, ibunya dan orang-orang
disekitarnya.
Kemudian ketika masih balita, ia mulai belajar bersosialisasi
dengan lingkungannya, meskipun keluarga tetap memegang peranan
penting dalam interaksi sosial. Keberhasilan perkembangan pribadi dan
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota
keluarga yang ditunjukkan dalam proses sosialisasi. Anggota keluarga
mempelajari disiplin, norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan
dan interaksi keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Setiap keluarga setelah melangsungkan pernikahan adalah memiliki
anak, dimana fungsi reproduksi utamanya ialah sebagai sarana
melanjutkan generasi penerus serta secara tidak langsung meneruskan
kelangsungan keturunan sumber daya manusia. Oleh sebab itu dengan

8
adanya hubungan pernikahan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani pasangan, tujuan didirikannya sebuah
keluarga adalah untuk mempunyai keturunan yang bertujuan untuk
memperpanjang garis keturunan keluarga atau sebagai penerus
d. Fungsi ekonomi
Dalam hal ini fungsi ekonomi pada keluarga yaitu untuk memenuhi
segala kebutuhan finansial seluruh anggota keluarga misalnya untuk
pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Seperti saat ini,
yang terjadi adalah banyaknya pasangan yang melihat masalah yang
berujung pada perceraian karena hal pendapatan yang sedikit atau tidak
sesuai dengan kebutuhan sehari hari antara suami dengan istri
Isi yang akan dipelajari tentang fungsi ekonomi keluarga adalah:
1) Fungsi pendidikan
Jelaskan upaya yang diperoleh dari sekolah atau masyarakat sekitar
dan upaya pendidikan yang dilakukan oleh keluarga
2) Fungsi religius
Jelaskan penelitian keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
dan kegiatan keagamaan
3) Fungsi waktu luang
Jelaskan kemampuan keluarga untuk menghibur bersama di dalam
dan di luar rumah serta kegiatan keluarga, dan jumlah yang
diselesaikan.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga memegang peranan penting dalam pelaksanaan praktik
kesehatan, yaitu dengan mengurus masalah kesehatan dan / atau
anggota keluarga, pada saat sakit maka kemampuan keluarga dalam
memberikan pelayanan kesehatan akan mempengaruhi kesehatan
keluarga. Dari kinerja tugas kesehatan keluarga dapat dilihat
kemampuan medis dan kesehatan keluarga. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti dapat menyelesaikan masalah
kesehatan.

9
Adapun fungsi keluarga menurut Allender & Spardley (2001) dalam
Nadirawati (2018), sebagai berikut:
a. Affection
 Untuk menciptakan persaudaraan atau memelihara kasih sayang
 Perkembangan kehidupan seksual dan kebutuhan seksual
 menambahkan anggota baru (anak)
b. Security and acceptance
 Memenuhi kebutuhan fisik
 menerima individu sebagai anggota
c. Identity and satisfaction
 Tetap atau mempertahankan motivasi
 kembangkan peran dan citra diri
 Tentukan tingkat sosial dan kepuasan aktivitas
d. Affiliation and companionship
 Kembangkan metode komunikasi
 pertahankan hubungan yang harmonis
e. Socialization
 Memahami budaya (nilai dan perilaku),
 Aturan atau pedoman untuk hubungan internal dan eksternal,
membebaskan anggota
f. Control
 Pertahankan kontrol sosial,
 pembagian kerja,
 penempatan dan penggunaan sumber daya yang ada
5. Peran keluarga
Menurut Asuhan Keperawatan Keluarga (2019) peran keluarga,
diantaranya:
a. Peranan Ayah
Peran ayah dalam keluarga, yaitu:
1) Pemimpin/kepala keluarga
2) Mencari nafkah

10
3) Partner ibu
4) Melindungi
5) Memberi semangat
6) Pemberi perhatian
7) Mengajar dan mendidik
8) Sebagai teman
9) Menyediakan kebutuhan
b. Peranan Ibu
Peran ibu dalam keluarga, yaitu
1) Pengasuh dan pendidik
2) Partner ayah
3) Manajer keluarga
4) Menteri keuangan keluarga
5) Memberikan tauladan
6) Psikologi keluarga
7) Perawat dan dokter keluarga
8) penjaga bagi anak anaknnya
c. Peranan anak
Peran anak dalam keluarga, yaitu:
1) Memberikan kebahagiaan
2) Memberi keceriaan keluarga
3) Menjaga nama baik keluarga
4) Sebagai perawat untuk orang tua
6. Tahap Perkembangan Keluarga
Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) mengemukakan bahwa
dalam siklus kehidupan keluarga, ada tahapan yang dapat diperkirakan,
seperti hak individu untuk tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.
Layaknya keluarga, perkembangan keluarga merupakan proses
perubahan dalam sistem keluarga, termasuk perubahan pola interaksi dan
hubungan antar anggotanya dari waktu ke waktu. Tahap-tahap
perkembangan keluarga dibagi menurut kurun waktu yang dianggap

11
stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga
yang beranjak remaja.
a. Tahap 1: Pasangan baru ( Begining Family )
Tahap perkembangan keluarga dari pasangan yang baru menikah
yang dimulai dengan pernikahan seorang anak adam menandai
dimulainya sebuah keluarga baru, keluarga atau suami istri yang
bertujuan untuk menghasilkan keturunan sudah menikah, perpindahan
dari keluarga asli atau status lajang ke hubungan dekat yang baru.
Kedua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan
kehidupan keluarga yang baru, karena keduanya perlu menyesuaikan
peran dan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang belajar
hidup bersama dan beradaptasi dengan kebiasaannya sendiri, seperti
makan, tidur, dan bangun pagi
Tugas perkembangan tahap ini, sebagai berikut:
a. Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan
Friedman (2003) mengemukakan bahwa ketika seseorang terikat
oleh sebuah hubungan pernikahan yang harus dilakukan adalah
fokus pada tujuan hidup bersama asal muasal kedua orang ini
bergabung bersama peran mereka berubah, dan pasangan mereka
harus beradaptasi dengan banyak tugas sehari-hari. misalnya,
mereka harus bersama-sama menyusun rangkaian rutinitas, yaitu
makan, tidur, bangun pagi, membersihkan halaman, bergiliran ke
toilet, mencari kesempatan hiburan, dan lain sebagainya. Namun
karena ketidaktahuan dan misinformasi banyak pasangan yang
kerap menghadapi masalah terkait adaptasi seksual, yang bisa
berujung pada kekecewaan dan ekspektasi yang lebih rendah.
faktanya, banyak pasangan membawa kebutuhan dan keinginan
yang tidak terpenuhi ke dalam hubungan mereka, yang mungkin
berdampak negatif pada hubungan seksual.
b. Hubungkan secara harmonis jaringan saudara, yaitu menjalin
hubungan dengan keluarga pasangan, mertua, ibu mertua dan lain-
lain. Perubahan peran dasar terjadi pada perkawinan pertama suatu

12
pasangan karena mereka pindah dari kediaman orang tua ke
kediaman yang baru menikah. Pada saat yang sama, mereka
menjadi anggota tiga keluarga, yaitu anggota keluarga dari leluhur
masing-masing, pada saat yang sama, keluarga mereka sendiri baru
saja terbentuk. Pasangan tersebut dihadapkan pada tugas berpisah
dari keluarga asal dan menjaga berbagai hubungan dengan orang
tua, saudara dan ipar, karena kesetiaan utama mereka harus diubah
untuk kepentingan hubungan perkawinan. Bagi pasangan ini, hal
ini membutuhkan pembinaan hubungan baru dengan kedua orang
tua.Hubungan ini tidak hanya memungkinkan adanya saling
mendukung dan menikmati, tetapi juga memiliki kemandirian
untuk melindungi pasangan baru dari gangguan eksternal yang
dapat merusak bahtera pernikahan yang bahagia.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak (menjadi orang tua)
Littlefield (1977) dalam (Friedman, 2003)menekankan
pentingnya mempertimbangkan keluarga berencana ketika bekerja
di bidang kesehatan ibu, keinginan untuk memiliki anak dan waktu
kehamilan merupakan keputusan keluarga yang sangat penting,
jenis perawatan medis yang diterima keluarga sebelum melahirkan
sangat memengaruhi kemampuan keluarga untuk secara efektif
mengatasi perubahan non-konvensional setelah bayi lahir.
Adapun masalah yang dapat terjadi ditahap ini, ialah:
Permasalahan utama yang terjadi pada tahap ini adalah
penyesuaian gender dan peran perkawinan, konseling dan
konseling KB, sosialisasi, serta konseling dan komunikasi prenatal.
Informasi yang tidak mencukupi sering kali menyebabkan masalah
seksual dan emosional sebelum dan sesudah menikah ketakutan,
internal kehamilan yang tidak diinginkan, dan gangguan
kehamilan. Hal-hal yang tidak menyenangkan ini dapat
menghalangi pasangan untuk merencanakan hidupnya dan
membangun hubungan yang kuat

13
b. Tahap II: Keluarga “Child-Bearing” (Kelahiran anak pertama)
Tahap kedua dimulai dari kelahiran anak pertama dan berlangsung
hingga anak pertama berusia 30 bulan kedatangan bayi membawa
perubahan transformatif bagi anggota keluarga dan setiap kelompok
kerabat. Pasangan yang sudah menikah perlu mempersiapkan
kehamilan dan persalinan melalui beberapa tugas perkembangan yang
penting
Tugas perkembangannya yaitu:
• Siap menjadi orang tua
• Beradaptasi dengan anggota keluarga yang berubah: peran, interaksi,
hubungan dan aktivitas seksual
• Menjaga hubungan yang memuaskan dengan pasangan
Masalah yang dapat terjadi pada tahap ini adalah:
Sang suami diabaikan oleh istri dengan kelahiran anak pertama
membawa perubahan besar dalam keluarga, sehingga pasangan
harus beradaptasi dengan peran mereka agar dapat memenuhi
kebutuhan anak. Pada tahap ini yang ditandai dengan kelahiran
sang buah hati, pasangan tersebut merasa terabaikan karena kedua
belah pihak memusatkan perhatiannya pada sang buah hati.
Masalah kedua, pertengkaran yaitu pertengkaran antara suami dan
istri sering meningkat, dan ada interupsi terus menerus (selalu
lelah), tanggung jawab utama perawat keluarga adalah memeriksa
peran orang tua bagaimana orang tua berinteraksi dengan bayi dan
merawat bayi serta tanggapan bayi, perawat perlu mengedepankan
hubungan yang positif dan ramah antara orang tua dan bayi untuk
mencapai hubungan yang akrab antara orang tua dan bayi.
c. Tahap III: Keluarga dengan Anak Prasekolah
Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama pada usia 2,5
tahun dan berakhir pada usia 5 tahun, pada tahap ini fungsi
keluarga dan jumlah serta kompleksitas masalah telah berkembang
dengan baik.
Tugas perkembangan keluarga dengan Anak Prasekolah

14
• Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan
perumahan, privasi dan keamanan
• Bantu anak-anak bersosialisasi
• Beradaptasi dengan bayi yang baru lahir sekaligus harus
memenuhi kebutuhan anak lainnya
• Menjaga hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan)
• Alokasikan waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak
• Bagikan tanggung jawab anggota keluarga
• Kegiatan dan waktu untuk merangsang tumbuh kembang anak
Friedman (2010) mengemukakan bahwa meningkatkan
jumlah anggota keluarga dapat menyebabkan perubahan peran,
ketegangan peran, dan konflik peran antara suami dan istri, yang
disebabkan oleh ketidaktahuan akan peran, tanggung jawab, atau
prestasi kerja, yang mengancam stabilitas perkawinan.
kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk, dan anak sangat
bergantung pada orang tuanya, kedua orang tua harus mengatur
waktu sendiri untuk memenuhi kebutuhan anak, suami istri dan
pekerjaan yaitu full time / paruh waktu. Orang tua menjadi
arsitek keluarga yang merancang dan membimbing
perkembangan keluarga sehingga menjaga keutuhan dan
keberlangsungan hidup perkawinan dengan memperkuat
hubungan kerjasama antara suami dan istri, orang tua dapat
berperan dalam menstimulasi perkembangan individu anak,
terutama kemandirian anak, sehingga dapat menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan anak pada tahap ini.
Adapun masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini,
diantaranya:
• Kecelakaan anak di dalam rumah, seperti jatuh, terbakar,
tenggelam, dll.

15
• Frustrasi atau konflik peran orang tua yang mengarah pada
perlindungan dan disiplin yang berlebihan dapat menghambat
kreativitas anak
• Merasa frustasi dengan perilaku anak atau masalah lain
dalam keluarga yang menyebabkan pelecehan anak.
• Terjadi kesalahan peran, menyebabkan orang tua menolak
untuk berpartisipasi dalam peran pengasuhan, yang
menyebabkan kelalaian anak
• Masalah anak-anak dengan kesulitan makan
• Masalah kecemburuan dan persaingan di antara anak-anak.
d. Tahap IV: Keluarga dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6
tahun dan berakhir pada usia 12 tahun, pada tahap ini biasanya
anggota keluarga paling banyak, jadi keluarga sangat sibuk,
selain aktivitas sekolah, setiap anak memiliki aktivitas dan
minatnya masing-masing. Demikian pula orang tua melakukan
kegiatan yang berbeda dengan anak anaknya. Menurut Erikson
(1950), orang tua bergumul dengan berbagai kebutuhan, yaitu
berusaha mencari kepuasan dalam mengasuh generasi
berikutnya (tugas perkembangan reproduksi) dan
memperhatikan perkembangannya sendiri, sedangkan anak usia
sekolah sedang berjuang mengembangkan rasa diri.
Kemampuan untuk menikmati pekerjaan dan eksperimen,
mengurangi atau menahan perasaan rendah diri. oleh karena itu,
keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas-tugas
pembangunan.
Tugas perkembangan keluarga dengan Anak Sekolah
• Membantu anak-anak dengan kegiatan penjangkauan,
tetangga, sekolah dan lingkungan, termasuk meningkatkan
kinerja sekolah dan mengembangkan hubungan teman sebaya
yang sehat
• Jaga hubungan intim dengan pasangan Anda

16
• Memenuhi kebutuhan hidup dan biaya hidup yang terus
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga
Pada tahap ini, orang tua perlu belajar untuk berpisah dari
anaknya dan memberikan kesempatan sosial kepada anaknya di
sekolah dan kegiatan di luar sekolah.
Adapun masalah yang terjadi pada tahap ini adalah:
Pada tahap ini, orang tua akan merasakan tekanan yang luar
biasa dari masyarakat di luar keluarga melalui sistem sekolah
dan berbagai pergaulan di luar keluarga, tekanan tersebut
menuntut anaknya untuk mematuhi standar komunitas anak. Hal
ini cenderung mempengaruhi keluarga kelas menengah untuk
menekankan nilai-nilai pencapaian dan produktivitas yang lebih
tradisional. Cacat anak akan diketahui selama menstruasi anak.
Selain kesulitan belajar, gangguan perilaku dan perawatan gigi
yang tidak memadai, penganiayaan anak, penyalahgunaan obat
dan penyakit menular, perawat sekolah dan guru juga akan
menemukan banyak efek, seperti penglihatan, pendengaran, dan
bicara.

Selain itu, akibat pencemaran lingkungan yang disebabkan


oleh berbagai proses kegiatan pembangunan, maka risiko
timbulnya gangguan kesehatan pada anak semakin meningkat,
misalnya meluasnya gangguan akibat paparan asap, emisi gas
buang dari sarana transportasi, kebisingan, industri dan rumah
tangga. sampah, dan gangguan kesehatan akibat bencana. Selain
lingkungan, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah
pembentukan perilaku sehat di kalangan anak sekolah. Secara
epidemiologi penyebaran penyakit lingkungan di kalangan siswa
sekolah dasar di Indonesia masih tinggi, demam berdarah
dengue, diare, cacingan, infeksi saluran pernafasan akut dan
reaksi makanan yang merugikan yang disebabkan oleh
kebersihan dan keamanan makanan yang buruk.

17
Selain menjadi konsultan perawat dan pendidik di bidang
kesehatan mereka juga dapat memulai rujukan untuk
pemeriksaan lebih lanjut dan juga dapat menjadi konsultan guru
sekolah, hal ini memungkinkan guru untuk secara lebih efektif
memenuhi kebutuhan atau kebiasaan kesehatan pribadi siswa
banyak kecacatan ditemukan selama tahun ajaran, termasuk
epilepsi, cerebral palsi, keterbelakangan mental, kanker dan
penyakit ortopedi fungsi utama perawat kesehatan tidak hanya
memberikan referensi, tetapi juga mengajarkan orang tua
tentang situasi dan konseling untuk membantu keluarga
mengatasi, sehingga meminimalkan efek merugikan dari
kecacatan.

e. Tahap V: Keluarga dengan Anak Remaja


Masa remaja dianggap penting karena adanya perubahan
tubuh dan perkembangan kecerdasan yang pesat, selama masa
transisi dari masa kanak-kanak hingga dewasa, perkembangan
psikologis remaja biasanya tidak berdampak negatif pada tahap
psikologis remaja, oleh karena itu diperlukan penyesuaian
psikologis dan pembentukan sikap, nilai, dan minat baru. Tahap
ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan
meninggalkan rumah orang tuanya setelah 6-7 tahun.
Tujuan keluarga ini adalah melepaskan pemuda ini dan
mendorong tanggung jawab ke tahap berikutnya.
Adapun tahap perkembangan keluarga dengan Anak Remaja
• Mempertimbangkan bertambahnya usia dan kemandirian
kaum muda, berikan kebebasan untuk menyeimbangkan
tanggung jawab dan tanggung jawab
• Menjaga hubungan dekat dengan keluarga
• Menjaga komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, permusuhan dan keraguan
• Mengubah peran dan aturan tumbuh kembang keluarga

18
Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit karena orang
tua menyerahkan kewenangannya dan mengarahkan anaknya
untuk bertanggung jawab dengan kewenangan atas diri
sendiri dalam peran dan fungsinya, konflik sering terjadi
antara orang tua dan remaja karena anak ingin bebas
melakukan aktivitas, dan orang tua berhak mengontrol
aktivitas anaknya. dalam hal ini, orang tua perlu menjalin
komunikasi yang terbuka untuk menghindari kecurigaan dan
permusuhan, agar hubungan antara orang tua dan remaja
dapat harmonis.
f. Tahap VI: Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan)
Fase ini dimulai dari terakhir kali anda meninggalkan rumah
dan diakhiri dengan terakhir kali anda meninggalkan rumah.
Lamanya tahapan ini tergantung dari jumlah anak dalam
keluarga atau apakah anak sudah menikah dan terus tinggal
bersama orang tuanya tujuan utama tahapan ini adalah menata
kembali keluarga untuk terus berperan melepaskan anak untuk
hidup sendiri.
Adapun tugas perkembangan keluarga dengan anak dewasa,
sebagai berikut:
• Perluas keluarga inti menjadi keluarga besar
• Jaga hubungan intim dengan pasangan anda
• Membantu orang tua dari suami / istri yang sakit dan
memasuki usia lanjut
• Membantu anak-anak untuk mandiri dalam masyarakat
• Sesuaikan peran dan aktivitas keluarga
Keluarga perlu mempersiapkan keluarganya sendiri untuk
anak yang lebih tua dan terus membantu anak terakhir agar
lebih mandiri ketika semua anak meninggalkan rumah
pasangan perlu membangun kembali dan mengembangkan
hubungan mereka seperti yang mereka lakukan di masa masa
awal. orang tua akan merasa kehilangan peran dalam

19
mengasuh anak dan merasa "hampa" karena anaknya tidak lagi
tinggal di rumah. Untuk mengatasi keadaan tersebut, orang tua
perlu melakukan aktivitas pekerjaan, meningkatkan perannya
sebagai partner, dan menjaga hubungan interpersonal yang
baik.
g. Tahap VII: Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai dari terakhir kali anak meninggalkan
rumah hingga pensiun atau kematian pasangannya. pada
beberapa pasangan sulit pada tahap ini karena masalah usia
tua, perpisahan dari anak, dan rasa bersalah gagal menjadi
orang tua.
Adapun tugas perkembangan keluarga dengan usia
pertengahan
 Tetap sehat
 Menjaga hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak
 Tingkatkan keintiman pasangan
Namun, setelah anak-anak meninggalkan rumah, pasangan
tetap sehat melalui berbagai aktivitas, antara lain pola hidup
sehat, pola makan seimbang, olahraga teratur, serta menikmati
hidup dan pekerjaan, pasangan juga mengadakan pertemuan
keluarga antargenerasi (anak dan cucu) untuk menjaga
hubungan dengan teman sebaya dan keluarganya agar
pasangan bisa merasa bahagia seperti kakek nenek, hubungan
antar pasangan perlu diperkuat dengan memperhatikan
ketergantungan dan kemandirian masing-masing pasangan.
h. Tahap VIII: Keluarga Usia Lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah
satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan
meninggal sampai keduanya meninggal proses masa tua dan
masa pensiun merupakan kenyataan yang tidak terhindarkan
karena berbagai tekanan dan kerugian yang harus dialami

20
keluarga, tekanan tersebut adalah perasaan kehilangan
pendapatan, hilangnya berbagai hubungan sosial, kehilangan
pekerjaan, serta penurunan produktivitas dan fungsi kesehatan.
Tugas perkembangan keluarga dengan usia lanjut
• Menjaga suasana kekeluargaan yang menyenangkan
• Beradaptasi dengan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan perubahan pendapatan
• Menjaga hubungan intim antara suami istri dan saling
menjaga
• Menjaga hubungan dengan anak-anak dan kelompok sosial
• Melakukan tinjauan hidup
Pada tahap ini mempertaruhkan tatanan hidup yang
memuaskan adalah tanggung jawab utama keluarga. Orang yang
lebih tua biasanya lebih baik dalam beradaptasi dengan hidup
sendiri di rumah dari pada tinggal dengan anak-anak. Menurut
penelitian Day and Day (1993), dibandingkan dengan wanita
yang tinggal bersama pasangan, wanita yang tinggal bersama
pasangan menunjukkan penyesuaian yang lebih positif dalam
memasuki usia tua, orang tua juga perlu melakukan “life
review” dengan mengingat kembali pengalaman hidup dan
prestasi masa lalu, hal ini berguna untuk membuat orang tua
merasa hidupnya berkualitas dan bermakna.
7. Tingkatan Praktek Keperawatan Keluarga
Menurut Freidman (2003), tingkat perawatan di rumah yang
diterapkan bergantung pada bagaimana perawat rumah
mengkonseptualisasikan keluarga dan bekerja dengannya, terdapat
5 tingkatan praktik keperawatan dalam keluarga, sebagai berikut:
Tingkat I: Keluarga sebagai konteks
Ciri dari keluarga sebagai konteks diantaranya:
 Perawatan di rumah dikonseptualisasikan sebagai bidang di
mana keluarga dianggap sebagai latar belakang pengunjung atau
anggota keluarga

21
 Peduli individu
 Keluarga adalah latar belakang atau fokus sekunder, dan
individu adalah fokus terpenting atau utama yang terkait dengan
evaluasi dan intervensi
 Perawat dapat melibatkan anggota keluarga sampai batas
tertentu
 Sebagian besar bidang profesional menganggap keluarga
sebagai lingkungan sosial yang kritis bagi pelanggan. Oleh
karena itu, keluarga menjadi sumber dukungan utama untuk apa
yang disebut "perawatan yang berpusat pada keluarga".
Tingkat II: Keluarga sebagai penjumlahan anggotanya
• Keluarga dianggap kumpulan atau jumlah anggota keluarga
perorangan, jadi semua anggota keluarga harus diperlakukan
dengan hati-hati
• Model tersebut secara implisit dipraktikkan dalam perawatan
kesehatan komunitas
• Pada level ini, baris pertama adalah setiap pelanggan yang
dianggap sebagai unit terpisah dari unit interaksi
Tingkat III: Subsistem keluarga sebagai klien
• Subsistem keluarga adalah fokus dan penerima evaluasi dan
intervensi
• Keluarga inti, keluarga besar, dan subsistem keluarga lainnya
adalah unit analisis dan pemeliharaan
• Fokus pengasuhan adalah hubungan antara anak dan orang tua,
hubungan pernikahan, masalah pengasuh, dan perhatian pada
keterikatan.
Tingkat IV: Keluarga sebagai klien
• Keluarga dianggap sebagai klien atau fokus utama evaluasi atau
perawatan
• Keluarga menjadi meja depan dan anggota individu keluarga
sebagai latar belakang atau latar belakang
• Keluarga dipandang sebagai sistem interaktif

22
• Fokus pada seluruh subsistem keluarga dan seluruh lingkungan
eksternal, hubungan internal dan dinamika keluarga, fungsi dan
struktur keluarga sama baiknya.
• Sistem perawatan di rumah didasarkan pada perawatan
komprehensif, terapi keluarga, dan teori sistem, menggunakan
penilaian klinis tingkat lanjut dan keterampilan intervensi.
Tingkat V: Keluarga sebagai komponen sosial
Pada level ini keluarga digambarkan sebagai bagian dari sistem
yang lebih besar (subsistem), komunitas (masyarakat). Keluarga
dianggap sebagai salah satu institusi dasar dalam masyarakat,
seperti pendidikan, kesejahteraan atau institusi keagamaan
8. Stres dan Koping Keluarga
Friedman dalam Nadiraw ati (2018) Keluarga selalu
menghadapi perubahan, dan pendorong perubahan ini datang dari
luar dan dalam, rangsangan ini disebut pemicu stres. Stresor adalah
pemicu atau pemicu stres yang dapat memicu stres, misalnya,
kejadian serius dalam kehidupan (lingkungan, ekonomi, sosial
budaya) dapat menyebabkan perubahan pada sistem keluarga.
Adaptasi adalah proses beradaptasi terhadap perubahan, baik yang
bersifat positif maupun negatif, dan dapat mempengaruhi
peningkatan atau penurunan kesehatan keluarga.
While dalam Nadirawati (2018) yaitu ada 3 strategi untuk adaptasi:
1) Mekanisme pertahanan
Mekanisme pertahanan diri adalah metode respons otomatis
yang dipelajari dan kebiasaan yang dirancang untuk menghindari
masalah dengan penyebab stres, dan biasanya digunakan ketika
tidak ada solusi yang jelas dalam keluarga
2) Strategi koping
Strategi koping adalah perilaku koping atau upaya koping yang
merupakan strategi positif, aktif, dan spesifik yang disesuaikan
dengan masalah keluarga

23
3) Penguasaan
Penguasaan merupakan strategi adaptasi yang paling aktif,
karena tindakan respon yang efektif dan efektif berdasarkan
kemampuan keluarga dapat sepenuhnya mengatasi situasi koping
tersebut
Sumber koping internal keluarga meliputi kemampuan persatuan
keluarga, oleh karena itu jika keluarga memiliki karakteristik seperti
kontrol, subsistem, mode komunikasi, dan memiliki integrasi yang baik,
maka keluarga memiliki kemampuan koping internal yang baik, gaya
koping eksternal terkait dengan penggunaan sistem dukungan sosial
oleh keluarga.
Krisis perkembangan (kedewasaan) merupakan krisis yang
bersumber dari peristiwa stresor yang dialami anggota keluarga dalam
tahapan kehidupan normal dalam proses perkembangan sosial dan
psikologis. Krisis adalah kecelakaan, seperti kematian anggota
keluarga.
1. Teori krisis keluarga menurut Hill (1949)
Teori stres klasik Hill (1949, Nadirawati, 2018) adalah model yang
paling mengesankan dan ekonomis, menggambarkan faktor-faktor
yang menyebabkan krisis keluarga dan non-krisis. Hill mengajukan
beberapa variabel utama yang dapat menyebabkan krisis keluarga,
yaitu teori ABCX. Teori tersebut memiliki dua kerangka kerja, yaitu:
a. Penentu krisis keluarga meliputi: A (tingkat insiden dan tingkat
kesulitan) dan interaksi B (sumber daya kepuasan krisis keluarga)
dan interaksi C (peristiwa yang ditentukan keluarga) untuk
menghasilkan X (krisis)
b. Setelah pernyataan berorientasi proses, dengan
mempertimbangkan proses penyesuaian setelah krisis, proses
tersebut meliputi: A. (periode kacau) B. (perspektif pemulihan)
dan C (restrukturisasi dan tingkat organisasi baru hubungan
dengan fungsi keluarga Hill ( 1965)).

24
2. Teori Krisis ABCX Keluarga Menurut McCubbin dan Patterson
Model ABCX yang dikembangkan oleh McCubbin dan Patterson
merupakan perpanjangan dari teori ABCX Hill. Teori McCubbin dan
Patterson menjelaskan perbedaan dalam adaptasi keluarga setelah
krisis.
a. Tuntutan Keluarga; Bertumpuk
McCubbin dan Patterson menunjukkan bahwa ada beberapa
penyebab stres utama (akumulasi penyebab stres keluarga), dan
faktor-faktor ini penting dalam memprediksi ketidaksesuaian
keluarga. Ada 5 sumber utama stres, yaitu:
1) Sumber tekanan awal dan bahayanya
2) Transisi normatif
3) Ketegangan sebelumnya
4) Konsekuensi dari upaya keluarga untuk mengatasinya
5) Contoh anggota keluarga yang ambigu (dalam keluarga dan
sosial) dengan kanker payudara.
b. Sumber-sumber Adaptif Keluarga
Sumber daya adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. Sumber-sumber ini mencakup sumber-
sumber pribadi anggota keluarga, termasuk: pendidikan.
Kesehatan, karakteristik kepribadian, dan sumber daya internal
keluarga, seperti peran fleksibel, kemampuan, komunikasi yang
jelas, dan ikatan keluarga.
c. Pengertian dan arti keluarga
Pengertian dan makna keluarga merupakan penilaian
terhadap stresor positif dan negatif
d. Adaptasi keluarga
Pada ABCX ganda terdapat 3 tingkatan analisis yaitu
anggota keluarga, unit keluarga dan komunitas.
a. Sumber dasar stres keluarga

25
Menurut Minuchin (1974) dalam Nadirawati (2018),
keluarga menghadapi banyak sekali perubahan dan
tekanan dari waktu ke waktu, yang utamanya bersumber
dari empat aspek berikut:
1) Anggota keluarga mengalami tekanan yang berlebihan
di luar keluarga. Sumber stres meliputi: pengangguran,
kejahatan, masalah sekolah, masalah perkawinan, dll.
2) Semua anggota keluarga melakukan kontak intens
dengan pasukan di luar keluarga. Sumber stres
meliputi: kemiskinan, krisis ekonomi, krisis keamanan,
dll.
3) Stres situasional
Stres semacam itu biasanya tidak diharapkan dan dapat
menimbulkan kemampuan koping stres, misalnya
anggota keluarga pernah dirawat di rumah sakit,
sehingga peran dan fungsi keluarga perlu
didistribusikan kembali.
4) Stresor Tradisional
Stresor tradisional merupakan masalah transisi yang
sering terjadi dalam perkembangan keluarga, seperti:
keluarga dengan bayi; keluarga dengan keluarga remaja
dengan orang tua (kakek-nenek); keluarga dengan anak
dewasa; dan keluarga dengan pasangan yang ditinggal
sendirian
b. Tahap waktu stres dan tugas koping
Ketika perawat bekerja dengan anggota keluarga,
mereka harus menyadari ketepatan waktu stres dan tujuan
penanggulangan yang mungkin digunakan anggota
keluarga dalam masing-masing dari tiga periode stres
berikut:
1. Periode anti stres

26
Periode sebelum konfrontasi yang sebenarnya
dengan pemicu stres. Contoh anak memasuki jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Anda sudah mengetahui
kejadian atau ancaman yang akan datang, dan Anda
juga bisa menantikannya
2. Periode stres aktual
Strategi adaptasi dalam periode stres biasanya
mengadopsi intensitas dan jenis strategi yang berbeda
sebelum stresor dan stresor. Cara paling efektif untuk
mengatasi stres biasanya dengan respons dari keluarga
3. Periode paskah stres
Strategi ini digunakan untuk memulihkan
homeostasis sehingga keluarga perlu bersatu,
mengekspresikan perasaan satu sama lain, dan
menyelesaikan masalah bersama.
c. Dampak Stessor
Setiap hari, keluarga diserang oleh rangsangan yang
menimbulkan stres, beberapa di antaranya sangat
menjengkelkan sehingga hampir tidak terlihat, seperti
kebisingan dan rumah yang buruk. Dampak stresor sangat
tergantung pada kualitas dan kuantitas, sehingga Holmes
dan Rahe (1967) dalam Nadrawati (2018) mengemukakan
bahwa ada lima peristiwa yang dapat menyebabkan stres
paling besar, sehingga paling membuat stres:
1) Waktu penjara
2) Kematian salah satu anggota keluarga
3) Nyeri dan cedera
4) Pernikahan
5) Pengangguran
d. Strategi koping keluarga
Coping adalah cara yang diambil seseorang ketika
memecahkan masalah, beradaptasi dengan keinginan

27
untuk direalisasikan, dan menanggapi situasi yang
menimbulkan ancaman bagi individu. Dua jenis koping
keluarga adalah strategi koping internal / internal
keluarga dan strategi koping keluarga eksternal.
Strategi koping keluarga internal memiliki 7 jenis strategi,
yaitu:
1) Pengendalian kelompok keluarga
Beberapa keluarga menjadi lebih bergantung pada
sumber mereka saat berada di bawah tekanan.
Persatuan adalah salah satu proses terpenting dalam
badai kehidupan keluarga. Keluarga memecahkan
masalah dengan membangun struktur dan organisasi
yang lebih besar, yang merupakan upaya untuk lebih
mengontrol keluarga.
2) Humor
Humor tidak hanya membangkitkan semangat, tetapi
juga dapat memperkuat sistem kekebalan dan
mempercepat pemulihan. Bagi keluarga, selera humor
juga menjadi aspek yang penting. Humor dapat
meningkatkan sikap keluarga terhadap masalah dan
perawatan kesehatan, serta mengurangi kecemasan dan
ketegangan. Humor dan tawa dapat dilihat sebagai alat
perawatan diri untuk mengatasi stres, karena
kemampuan tertawa dapat membuat seseorang merasa
mampu mengendalikan keadaan. Humor dan tawa
dapat menumbuhkan sikap dan harapan positif,
daripada merasa tidak berdaya atau frustrasi dalam
situasi stres. Saat ini, humor telah digunakan sebagai
salah satu bentuk pengobatan stres.
3) Pengungkapan masalah bersama
Salah satu aspek untuk mendekatkan keluarga dan
mengelola tekanan dan moral yang dibutuhkan oleh

28
keluarga adalah melalui berbagi perasaan dan
pemikiran serta berpartisipasi dalam kegiatan keluarga.
Persatuan yang lebih besar mengarah pada kohesi
keluarga yang lebih tinggi. Untuk meningkatkan
kekompakan, moral dan kepuasan keluarga, kegiatan
reuni anggota keluarga di waktu senggang merupakan
sumber respon yang sangat penting. Tujuan akhir dari
strategi penanggulangan ini adalah untuk membangun
integrasi, kohesi, dan ketahanan yang lebih besar dalam
keluarga.
4) Mengontrol arti dan makna masalah
Keluarga yang menggunakan strategi koping ini
cenderung melihat aspek positif dari peristiwa kehidupan
yang penuh tekanan dan membuat peristiwa yang
membuat stres menjadi kurang penting dalam sistem nilai
keluarga. Hal ini ditandai dengan kepercayaan anggota
keluarga untuk mengatasi anomali, menjaga pandangan
optimis terhadap acara, penuh harapan, dan fokus pada
kekuatan dan potensi.
5) Penyelesaian masalah bersama
Reiss mengacu pada keluarga yang menggunakan
proses pemecahan masalah yang efektif sebagai keluarga
yang peka terhadap lingkungan. Keluarga jenis ini
tampaknya melihat esensi masalah sebagai sesuatu yang
"ada" dan tidak mencoba menjadikan masalah sebagai
masalah internal.
6) Fleksibilitas peran
Fleksibilitas peran merupakan salah satu aspek utama
adaptasi keluarga. Keluarga harus mampu beradaptasi
dengan perkembangan dan perubahan lingkungan. Jika
respons keluarga berhasil, keluarga dapat menjaga
keseimbangan dinamis antara perubahan dan stabilitas.

29
Fleksibilitas peran memungkinkan keseimbangan ini
berlanjut.
7) Menormalkan
Strategi koping keluarga yang praktis adalah ketika
keluarga menghadapi stres jangka panjang yang dapat
mengganggu kehidupan keluarga dan kegiatan keluarga,
mereka akan mencoba menormalkannya sebanyak
mungkin.
9. Tugas Keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
Menurut (Fridman dalam Achjar, 2010) fungsi pelayanan
kesehatan, keluarga mempunyai tanggung jawab yang harus dipahami
dan dilaksanakan di departemen kesehatan. 5 tanggung jawab
keluarga harus dipenuhi dalam bidang kesehatan
a. Setelah mengetahui masalah kesehatan masing-masing anggota,
perubahan terkecil yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga.Oleh
karena itu, jika mengetahui perubahan tersebut perlu segera
dicatat kapan terjadi, perubahan apa yang terjadi, dan apa yang
terjadi. Berapa banyak yang telah berubah.
b. Buat keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat untuk
keluarga. Tugas ini merupakan tugas utama keluarga, tujuannya
untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan
keluarga, memberikan pertimbangan penuh kepada keluarga
yang memiliki kemampuan untuk memutuskan tindakan
keluarga, dan kemudian segera mengambil tindakan yang tepat
untuk mengurangi atau bahkan mengurangi solusi masalah
kesehatan. Jika keluarga memiliki keterbatasan, carilah bantuan
orang lain di lingkungan sekitar keluarga.
c. Mudah untuk merawat anggota keluarga yang sakit atau tidak
bisa mengurus dirinya sendiri karena cacat atau usia. Jika
keluarga memiliki kemampuan untuk melakukan layanan gawat
darurat atau layanan kesehatan untuk mengambil tindakan lebih

30
lanjut, perawat dapat melakukannya di rumah sehingga tidak
akan terjadi masalah yang lebih serius
d. Mengubah lingkungan keluarga, seperti pentingnya kebersihan
keluarga, upaya pencegahan penyakit keluarga, upaya
lingkungan peduli keluarga, kekompakan anggota keluarga
dalam mengelola lingkungan internal dan eksternal keluarga.
Dampaknya terhadap kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti
kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada,
manfaat keluarga menggunakan fasilitas kesehatan, apakah
pelayanan kesehatan terjangkau bagi keluarga, dan apakah
mereka memahami dengan baik pengalaman sebuah keluarga.
10. Peran perawat keluarga
Menurut Setyowati & Murwani (2008), dalam home care
perawat banyak berperan dalam membantu keluarga dalam
menyelesaikan masalah atau melaksanakan perawatan kesehatan
keluarga, antara lain:
a. Pendidik
Peran utama perawat keluarga adalah mendistribusikan
informasi tentang kasus tertentu dan kesehatan keluarga secara
umum bila diperlukan. Oleh karena itu perawat juga
melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam keluarga. Ini
dilakukan untuk:
1) Keluarga dapat secara mandiri melaksanakan rencana
perawatan kesehatan keluarga; dan
2) Bertanggung jawab atas masalah kesehatan keluarga.
b. Koordinator
Perawat kesehatan di rumah dapat bertindak sebagai
koordinator untuk perawatan pasien. Perlu berkoordinasi untuk
mengatur kegiatan atau rencana perawatan untuk menghindari

31
duplikasi dan pengulangan dan mempromosikan proses
perawatan
c. Pelaksana
Perawat harus memberikan perawatan langsung kepada
pasien, baik di rumah, di klinik atau di rumah sakit. Ini sudah
menjadi tanggung jawab perawat. Perawat dapat menunjukkan
kepada anggota keluarga perawatan yang mereka berikan, dan
anggota keluarga yang ingin sehat dapat memberikan perawatan
langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Pengawas Kesehatan
Perawat kesehatan wajib melakukan kunjungan rumah atau
kunjungan rumah rutin untuk mengontrol pasien. Jika ada cacat
atau sesuatu yang dianggap perlu, perawat wajib
memberitahukannya. Selain itu, perawat dituntut untuk
menentukan atau melakukan asesmen kesehatan keluarga. Pada
saat yang sama, keluarga berhak menerima semua informasi
terkait anggota keluarga yang sakit.
e. Konsultan
Sebagai konsultan, perawat harus bersedia menjadi
narasumber untuk semua masalah keluarga pasien. Begitu juga
jika anggota keluarga meminta nasehat dan pendapatnya. Oleh
karena itu, hubungan keluarga pasien dengan perawat harus dijaga
dengan baik. Perawat harus bisa tetap terbuka dan dapat
dipercaya.
f. Kolaborasi
Selain berkoordinasi dan bekerja sama dengan keluarga
pasien, perawat juga harus menjalin komunitas atau jaringan
dengan perawat atau layanan rumah sakit lain. Hal tersebut
diperlukan untuk mengantisipasi berbagai kejadian yang tidak
terduga. Jika Anda memiliki kebutuhan yang mendesak, Anda
dapat segera pergi ke service center terdekat untuk mendapatkan
bantuan.

32
g. Fasilitator
Mewajibkan perawat untuk memahami sistem pelayanan
medis, seperti rujukan, biaya pengobatan dan fasilitas medis
lainnya. Pengetahuan ini dibutuhkan agar perawat dapat menjadi
penolong yang baik. Selain itu, apabila keluarga menemui
berbagai kendala akan sangat bermanfaat.
h. Peneliti
Yang dimaksud peneliti di sini adalah bahwa perawat juga
harus mampu berperan sebagai pengenal kasus-kasus dalam
keluarga. Karena setiap keluarga memiliki kepribadian yang
berbeda, terkadang pengobatan dan dampak penyakit juga
berbeda. Oleh karena itu perawat juga berperan sebagai peneliti
yang kemudian dapat menjadi penemuan baru dalam kesehatan
masyarakat.
i. Modifikasi lingkungan
Selain memberikan edukasi informasi kesehatan kepada
keluarga, perawat juga harus mampu merubah lingkungan. Jika
beberapa bagian lingkungan menjadi penyebab penyakit, perawat
dapat mengkomunikasikannya kepada keluarga dan komunitas
sekitarnya. Terlepas dari lingkungan keluarga atau lingkungan
masyarakat, transformasi lingkungan harus dilakukan untuk
menciptakan lingkungan yang sehat.

33
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

Setelah mengikuti proses perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu :

a. Menjelaskan Defenisi Keperawatan Keluarga


b. Menjelaskan Tujuan Keperawatan Keluarga
c. Menjelaskan Sasaran Keperawatan Keluarga
d. Menjelaskan Persiapan Pemberian Asuhan Keperawatan Keluarga
e. Menjelaskan Peran dan Fungsi Perawat Keluarga

1. Defenisi Keperawatan Keluarga


Pada tahun 2010, Kementerian Kesehatan berkeyakinan bahwa home care
merupakan pelayanan holistik yang menjadikan keluarga dan komponennya
sebagai fokus pelayanan, serta melibatkan anggota keluarga dalam tahap
evaluasi, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Menurut peraturan Kementerian Kesehatan (2010), pelayanan home care
merupakan area pelayanan pengasuhan masyarakat, menjadikan keluarga dan
komponennya sebagai fokus pelayanan, dan menggerakkan anggota keluarga
untuk berpartisipasi dalam evaluasi. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
sumber daya layanan kesehatan keluarga yang tersedia dan sumber daya
profesional lainnya, termasuk penyedia layanan kesehatan dan sektor
masyarakat lainnya.
Sedangkan menurut Setyowati & Murwani (2008), home care merupakan
rangkaian kegiatan yang diberikan kepada keluarga melalui praktek
keperawatan dengan menggunakan metode proses untuk membantu
memecahkan masalah kesehatan keluarga.

2. Tujuan Keperawatan Keluarga


Menurut Setyowati & Murwani (2008) bahwa Tujuan home care ada dua
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan keseluruhan perawatan di rumah
adalah kemandirian keluarga dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan.

34
Tujuan khusus perawatan dirumah adalah untuk memungkinkan keluarga
melakukan tugas perawatan kesehatan keluarga dan menangani masalah
kesehatan berikut.
a. Kenali masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.
Kemampuan keluarga untuk mengenali masalah kesehatan semua
anggota keluarga. Misalnya, apakah keluarga memahami arti dan gejala
diabetes dalam keluarga?
b. Mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
anggota keluarga
Kemampuan keluarga untuk mengambil keputusan yang memungkinkan
anggota keluarga memperoleh pelayanan kesehatan. Misalnya, langsung
memutuskan untuk memeriksakan anggota keluarga yang mengidap
diabetes di lembaga pelayanan kesehatan.
c. Memberi perhatian bagi anggota keluarga yang bermasalah kesehatan.
Kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit.
Misalnya, keluarga dapat merawat anggota keluarga yang menderita
diabetes dengan memberikan diet DM, pemantauan penggunaan obat
antidiabetes, mengingatkan mereka untuk berolahraga, dan mengontrol
pelayanan kesehatan.
d. Ubah lingkungan pendukung
Kemampuan keluarga dalam mengelola lingkungan memungkinkannya
menjaga kesehatan dan menjaga tumbuh kembang setiap anggota keluarga.
Misalnya, keluarga memelihara lingkungan fisik dan mental yang nyaman
bagi semua anggota keluarga (termasuk anggota keluarga yang sakit).
Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk merawat dan merawat
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Misalnya keluarga
menggunakan puskesmas, rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
lain untuk anggota keluarga yang sakit.
3. Sasaran Keperawatan Keluarga
Setyowati & Murwani (2008) mengemukakan bahwa Tujuan perawatan
di rumah adalah keluarga yang rentan terhadap kesehatan, yaitu keluarga

35
yang mengalami gangguan kesehatan atau berisiko mengalami gangguan
kesehatan, adapun sasaran yang dituju adalah:
a. Keluarga sehat
Keluarga yang sehat adalah anggota keluarga yang tidak mengalami
gangguan kesehatan, namun tetap memerlukan harapan yang berkaitan
dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh kembang
keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan
Jika satu atau lebih anggota keluarga memerlukan perhatian khusus
dan perlu beradaptasi dengan siklus perkembangan anggota keluarga
dengan faktor risiko yang menurunkan kondisi kesehatan, maka dapat
didefinisikan keluarga berisiko tinggi.
c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut
Keluarga yang memerlukan tindak lanjut adalah mereka yang
mengalami gangguan kesehatan dan memerlukan tindak lanjut atau
pelayanan kesehatan, seperti penyakit kronis, penyakit degeneratif,
pembedahan, dan pasien yang sakit parah pasca rawat inap.
4. Persiapan Pemberian Asuhan Keperawatan Keluarga
Dalam Setyowati & Murwani (2008) mengemukakan ada beberapa hal
dalam persiapan pemberian asuhan keperawatan, diantaranya:
a. Dengan memilih kasus di Puskesmas / Puskesmas pendampingan
berdasarkan prioritas, maka ditentukan keluarga sasaran yang akan
dikunjungi dan ditentukan kasus-kasus yang perlu ditindaklanjuti di
rumah.
b. Atur jadwal akses:
1) Buat jadwal kunjungan dan nama belakang yang akan dikunjungi
2) Buat kesepakatan dengan anggota keluarga untuk menentukan waktu
kunjungan dan waktu kehadiran keluarga mereka.
c. Siapkan peralatan lapangan
1) Meneliti rekam medis klien dari status / rekam kesehatan keluarga dan
rekam lain yang berhubungan dengan klien

36
2) Membuat catatan singkat tentang klien dan masalah keluarga sebagai
dasar untuk melanjutkan pembelajaran dalam keluarga
3) Formulir atau catatan penilaian keluarga dan catatan lain yang
diperlukan
4) PHN kit, termasuk:
a. Peralatan
b. Obat sederhana
5) Alat bantu penyuluhan
Saat melakukan kunjungan rumah, target kegiatannya antara lain:
a. Ciptakan suasana yang baik / bangun hubungan dengan semua
anggota keluarga
b. Gunakan bahasa sederhana
c. Perkenalkan diri Anda dengan sopan dan ramah
d. Menginformasikan tujuan kunjungan dan meyakinkan keluarga
bahwa perawat ada di sini untuk membantu keluarga mengatasi
masalah kesehatan dalam keluarga.
6. Peran dan Fungsi Perawat Keluarga
Friedman (2010) mengemukakan bahwa peran dan fungsi keluarga adalah:
a. Pelaksana
Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan
pelayanan keperawatan melalui metode proses keperawatan mulai dari
evaluasi hingga evaluasi. Karena kelemahan fisik dan mental,
pengetahuan yang terbatas dan kurangnya rasa aman dalam kemampuan
untuk mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari maka layanan
diberikan. Kegiatan yang dilakukan adalah promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.
b. Pendidik
Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah menentukan
kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan dan
melaksanakan pendidikan kesehatan agar keluarga dapat bertindak
mandiri secara sehat.
c. Konselor

37
Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan
konsultasi atau bimbingan kepada individu atau keluarga untuk
menggabungkan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu
untuk membantu mengatasi masalah kesehatan keluarga.
d. Kolaborator
Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah bekerjasama dengan
semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian masalah kesehatan
keluarga.
Selain peran perawat keluarga tersebut di atas, peran perawat keluarga
dalam pencegahan primer, sekunder, dan tersier adalah sebagai berikut.
a. Pencegahan primer
Peran perawat dalam pencegahan primer berperan penting dalam
pencegahan penyakit dan menjaga hidup sehat.
b. Pencegahan sekunder
Upaya perawat adalah mendeteksi penyakit secara dini pada
populasi risiko, mendiagnosisnya dan segera mendapatkan pengobatan
oleh perawat. Penemuan kasus baru merupakan upaya pencegahan
sekunder yang bertujuan untuk mengendalikan perkembangan penyakit
dan mencegah kecacatan lebih lanjut. Tugas perawat adalah merujuk
semua anggota keluarga untuk pemeriksaan dan riwayat kesehatan.
c. Pencegahan tersier
Peran perawat dalam pencegahan tersier adalah untuk mengurangi
derajat dan beratnya masalah kesehatan, sehingga meminimalkan
kecacatan dan memulihkan atau mempertahankan fungsi fisik. Fokus
utamanya adalah rehabilitasi. Rehabilitasi melibatkan pemulihan
orang-orang yang telah cacat karena sakit dan cedera sehingga mereka
dapat mencapai tingkatan tertinggi secara fisik, sosial dan emosional.

38
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Setelah mengikuti proses perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu :

a. Menjelaskan Pengkajian keperawatan keluarga


b. Menjelaskan Diagnose keperawatan keluarga
c. Menjelaskan Intervensi keperawatan keluarga
d. Menjelaskan Implementasi keperawatan keluarga
e. Menjelaskan Evaluasi keperawatan keluarga
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Friedman dalam Nadirawati (2018) pengkajian merupakan tahap
awal dari proses keperawatan. Penilaian keluarga meliputi 6 kategori, yaitu:
data identifikasi, tahapan dan riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur
keluarga, fungsi keluarga, stres, koping dan adaptasi keluarga, dan harapan
keluarga.
a. Data Umum
1) Identitas kepala keluarga
Nama atau inisial kepala keluarga, umur, alamat dan nomor telpon,
pekerjaan dan tingkat pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga
termasuk nama, jenis kelamin, umur, hubungan dengan kepala keluarga,
agama, pendidikan tingkat, status imunisasi dan peta gen tiga generasi.
2) Tipe Keluarga
Menjelaskan jenis tipe keluarga (tipe keluarga tradisional atau tipe non-
tradisional).
3) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga dan tentukan budaya suku bangsa
atau kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan.
4) Agama
Mengkaji agama dan kepercayaan keluarga yang mungkin
mempengaruhi kesehatan.
5) Status sosial ekonomi keluarga

39
Status sosial ekonomi suatu keluarga bergantung pada pendapatan
semua anggota keluarganya, termasuk pendapatan anggota keluarga dan
anggota keluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi keluarga
juga bergantung pada kebutuhan keluarga dan harta benda yang
dimiliki.
6) Aktivitas rekreasi
Waktu luang keluarga tidak hanya terlihat saat keluarga pergi ke tempat
hiburan bersama, tetapi juga bisa memanfaatkan waktu senggang atau
waktu senggang keluarga.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Menurut Duval, tahap perkembangan keluarga ditemukan oleh
anak tertua dari keluarga inti dan dinilai sejauh mana keluarga
memenuhi tanggung jawab tahap perkembangan keluarga.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum selesai menggambarkan
bagaimana keluarga tidak dapat menyelesaikan tugas perkembangan dan
hambatannya.
3) Riwayat kesehatan keluarga inti. Jelajahi riwayat kesehatan setiap
anggota keluarga inti, bekerja keras untuk mencegah dan merawat
anggota keluarga yang sakit, dan menggunakan fasilitas layanan medis.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya. Jelaskan kesehatan keluarga
kedua orang tua.
c. Data lingkungan
1) Ciri-ciri dan denah rumah. Menjelaskan gambaran rumah, luas rumah,
pembagian dan penggunaan ruang, ventilasi, kondisi rumah, tata letak
furnitur, kebersihan dan sanitasi lingkungan, apakah ada saran-saran
sebagai berikut: air bersih dan sistem pengolahan limbah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas. Menjelaskan jenis dan kondisi
lingkungan hidup yang mempengaruhi kesehatan, nilai, dan norma atau
aturan warga setempat.

40
3) Mobilitas keluarga. Ini ditentukan oleh apakah keluarga tersebut tinggal
secara permanen di satu tempat atau apakah memiliki kebiasaan
berpindah tempat tinggal.
4) Pertemuan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Menjelaskan
waktu yang dihabiskan keluarga dalam berkumpul atau berinteraksi
dengan komunitas tempat mereka tinggal.
5) Sistem pendukung keluarga. Sumber dukungan dari keluarga dan fasilitas
sosial atau masyarakat sekitar, serta jaminan kesehatan yang dimiliki
keluarga untuk meningkatkan kesehatan.
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Jelaskan bagaimana menggunakan sistem tertutup dan terbuka untuk
berkomunikasi antar anggota keluarga, kualitas dan frekuensi
komunikasi, serta isi pesan yang disampaikan.
2) Struktur kekuasaan keluarga
Periksa kekuatan atau model kekuatan yang digunakan oleh keluarga
dalam pengambilan keputusan.
3) Struktur dan peran keluarga
Menjelaskan peran setiap anggota keluarga secara formal dan informal.
4) Nilai dan norma keluarga
Menjelaskan nilai normatif yang dianut oleh keluarga dalam kelompok
atau masyarakat dan bagaimana nilai dan norma tersebut mempengaruhi
kesehatan keluarga.
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Evaluasi citra diri anggota keluarga, rasa memiliki keluarga, dukungan
terhadap anggota keluarga, hubungan sosial dan psikologis dalam
keluarga, dan bagaimana keluarga mengembangkan rasa saling
menghormati.
b) Fungsi sosial

41
Menjelaskan hubungan antara anggota keluarga, sejauh mana anggota
keluarga mempelajari disiplin, nilai, norma, dan budaya, serta perilaku
umum dalam keluarga dan masyarakat.
c) Melakukan fungsi kesehatan (perawatan / pemeliharaan)
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan
perlindungan bagi anggota keluarga yang sakit. Pengetahuan keluarga
tentang kesehatan dan sakit, kemampuan keluarga untuk
melaksanakan tugas perawatan keluarga yaitu:
(1) Kenali masalah kesehatan keluarga
(2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang benar
(3) Merawat anggota keluarga yang sakit
(4) Modifikasi lingkungan
(5) Memanfaatkan fasilitas sanitasi yang ada
d) Fungsi reproduksi
Evaluasi jumlah anak, jumlah anggota keluarga yang direncanakan,
dan metode apa yang digunakan keluarga untuk mengontrol jumlah
anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Jelaskan bagaimana keluarga berusaha untuk memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan, serta bagaimana menggunakan
lingkungan keluarga untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
f) Stres dan koping keluarga
1) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
Stresor jangka pendek adalah penyebab stres yang dialami keluarga
yang perlu diselesaikan dalam waktu 6 bulan. Sumber tekanan jangka
panjang adalah sumber tekanan yang dialami saat ini, dan situasi
sumber tekanan saat ini perlu diselesaikan.
2) Kemampuan keluarga dalam menghadapi situasi / stres
Kaji tingkat respons keluarga terhadap stresor yang ada
3) Strategi koping yang digunakan
Strategi penanggulangan apa yang akan diterapkan keluarga saat
menghadapi masalah

42
4) Strategi adaptasi disfungsi
Menjelaskan disfungsional kapasitas adaptif (perilaku keluarga non-
adaptif) saat keluarga menghadapi masalah.
g) Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Termasuk kondisi pasien, kesadaran, tinggi badan, berat badan dan
tanda-tanda vital, biasanya pada penderita diabetes berat badan lebih
tinggi dari normal / obesitas.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, kondisi rambut, apakah leher bengkak, kondisi
mata, hidung, mulut, dan kelainan pendengaran. Biasanya pada
penderita DM, penglihatan kabur dan lensa kacamata buram, tinitus,
lidah tebal, air liur kental dan kadang menebal, gigi mudah goyang,
dan gusi mudah bengkak dan berdarah.
3) Sistem integumen
Biasanya penderita diabetes akan menemukan bahwa kulit terasa
kurang penuh, dan kulit kering serta gatal, jika terdapat luka maka
warna disekitar luka akan berubah menjadi merah dan kehitaman saat
sudah kering. Pada luka kering, biasanya menjadi gangren.
4) Sistem pernapasan
Kaji apakah penderita sesak nafas, batuk, dahak, nyeri dada, biasanya
pada penderita DM, mudah sekali menginfeksi sistem pernafasan.
5) Sistem kardiovaskular
Penderita DM biasanya mengalami penurunan perfusi jaringan,
melemahnya denyut perifer, hipertensi / hipotensi, aritmia, dan
hipertrofi jantung.
6) Sistem gastrointestinal
Pada penderita DM dapat terjadi polifagia, bentuk poligonal, mual,
muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar perut dan obesitas.
7) Sistem kemih

43
Penderita diabetes biasanya menemukan poliuria, retensi urin,
inkontinensia urin, rasa terbakar atau nyeri saat buang air kecil.
8) Sistem muskuloskeletal
Penderita diabetes biasanya menemukan penyebaran lemak,
penyebaran massa otot, perubahan tinggi badan, kelelahan, kelemahan
dan nyeri, serta gangren pada anggota tubuh.
9) Sistem saraf
Pada penderita DM, tangan dan kaki biasanya mengalami kehilangan
sensasi, tumpul, lesu, refleks lambat, kebingungan, disorientasi, dan
kesemutan.
h) 5 Fungsi kesehatan keluarga
1) Kenali masalah kesehatan
Yang perlu dikaji adalah pengetahuan atau fakta keluarga tentang
masalah kesehatan, termasuk pemahaman tentang diabetes, tanda dan
gejala diabetes, faktor penyebab dan akibat dan yang mempengaruhi,
serta pengetahuan keluarga tentang masalah tersebut.
2) Buat keputusan kesehatan
Sejauh mana keluarga memahami sifat dan tingkat masalah diabetes.
Masalah yang dirasakan keluarga, apakah keluarga pasrah terhadap
masalah yang dihadapi, apakah keluarga takut akan akibat diabetes,
apakah keluarga bersikap negatif terhadap gangguan kesehatan,
apakah keluarga dapat memperoleh fasilitas kesehatan yang ada,
keluarga prihatin tentang masalah ini, dan apakah keluarga kurang
percaya terhadap masalah kesehatan.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga memahami sejauh mana kondisi diabetes (sifat penularan,
komplikasi prognostik dan cara mengobatinya). Sejauh mana
pemahaman keluarga tentang sikap dan perkembangan rawat-
kesehatan diabetes yang dibutuhkan, sejauh mana pemahaman
keluarga tentang keberadaan sarana sanitasi yang membutuhkan
perawatan, dan sejauh mana pemahaman keluarga terhadap sumber
daya yang ada di dalam keluarga (tanggung jawab keluarga terhadap

44
keuangan / sumber daya keuangan). Bagaimana sikap keluarga
terhadap diabetes, dan sejauh mana pemahaman keluarga tentang
sumber keluarga yang mereka miliki
4) Meningkatkan kesehatan lingkungan
Keluarga bisa mengubah lingkungan dengan baik
5) Memanfaatkan fasilitas sanitasi
Keluarga dapat menggunakan fasilitas medis yang ada
2. Diagnosis Keperawatan Keluarga
Shoemaker (1984) dalam Setyowati & Murwani (2008) diagnosis
keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan status kesehatan
atau potensi masalah. Kemudian diagnosis perawatan di rumah berdasarkan
data yang diperoleh dalam pengkajian.
Menurut Simamora (2020) Diagnosa keperawatan disusun
berdasarkan jenis diagnosis seperti:
1. Diagnosis sehat/wellness
Diagnosis kesehatan / pelayanan kesehatan digunakan bila keluarga
perlu potensi untuk ditingkatkan tetapi belum ada maladaptif.
Ungkapan diagnosis perawatan di rumah yang mungkin hanya terdiri
dari bagian masalah (P) atau bagian P (masalah) dan S (gejala /
tanda), tanpa bagian penyebabnya.
2. Diagnosis ancaman
Diagnosis ancaman digunakan bila tidak terpapar pada masalah
kesehatan, tetapi beberapa data maladaptif telah ditemukan untuk
memungkinkan terjadinya penyakit. Rumusan diagnosis perawatan
di rumah berisiko meliputi masalah (P), penyebab (E) dan gejala /
tanda (S).
3. Diagnosis / penyakit yang sebenarnya
Diagnosis penyakit yang digunakan pada saat ada penyakit /
gangguan kesehatan dalam keluarga didukung oleh beberapa data
indikasi yang merugikan. Rumusan diagnosis perawatan di rumah
yang sebenarnya meliputi masalah (P), penyebab (E), dan gejala /
tanda (S).

45
Ungkapan masalah (P) merupakan respon terhadap interupsi dalam
pemenuhan kebutuhan dasar. Penyebab (E) melibatkan 5 tanggung
jawab keluarga, yaitu:
1. Keluarga tidak dapat mengidentifikasi masalah, termasuk:
a. Persepsi tingkat keparahan penyakit
b. Definisi
c. Tanda dan gejala
d. Sebab
e. Pandangan keluarga tentang masalah tersebut
2. Keluarga tidak dapat mengambil keputusan, termasuk:
a. Pengetahuan keluarga tentang sifat dan tingkat masalah
b. Keluarga merasakan masalahnya
c. Keluarga itu menyerah atas masalah yang dialaminya
d. Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
e. Kurangnya kepercayaan pada petugas kesehatan
f. Informasinya salah
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
meliputi:
a. Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit?
b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
c. Sumber sumber yang ada didalam keluarga
d. Sikap keluarga terhadap yang sakit
4. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga, meliputi:
a. Keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan
b. Pentingnya hygiene sanitasi
c. Upaya pencegahan penyakit
5. Keluarga tidak dapat menggunakan fasilitas keluarga, antara lain:
a. Keberadaan fasilitas kesehatan
b. Manfaat
c. Kepercayaan keluarga pada petugas kesehatan
d. Pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi keluarga.

46
Setelah dilakukan analisis data dan penentuan masalah perawatan
keluarga maka perlu diutamakan masalah kesehatan keluarga yang
ada dalam keluarga dengan menitikberatkan pada sumber daya dan
sumber dana yang dimiliki oleh keluarga.

Tabel 2.1 Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga


Kriteria Bobot Skor
Sifat Masalah 1 Aktual = 3
Risiko= 2
Potensial= 1
Kemungkinan 2 Mudah= 2
Masalah untuk Sebagaian= 1
Dipecahkan Tidak dapat=0

Potensial 1 Tinggi= 3
Masalah untuk Cukup=2
Dicegah Rendah=1

Menonjolnya 1 Segera diatasi=2


masalah Tidak segera
diatasi= 1
Tidak dirasakan
adanya masalah=0

(Simamora, 2020)

a. Aktual
Deskripsi masalah yang sedang terjadi harus sesuai dengan
data klinis yang diperoleh.
b. risiko
Menjelaskan masalah kesehatan yang dapat terjadi tanpa
intervensi keperawatan.
c. Potensi
Diperlukan lebih banyak data untuk menentukan masalah
perawatan yang mendasari. Dalam hal ini tidak ada data
pendukung dan masalah yang ditemukan, tetapi ada faktor-
faktor yang dapat menyebabkan masalah tersebut.

47
d. Jaga kesehatan/willness
Diagnosis perawatan kesejahteraan (kesehatan) mengacu pada
kemampuan klinis individu, keluarga dan / atau komunitas
untuk beralih dari tingkat kesejahteraan tertentu ke tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi.
e. Sindroma
Diagnosis perawatan gejala adalah diagnosis yang terdiri dari
serangkaian diagnosis aktual dan berisiko tinggi yang
disebabkan oleh peristiwa atau situasi tertentu.
Diagnosis keperawatan yang mungkin sering muncul pada
keluarga diabetes adalah (Nanda, 2015):
a. Manajemen kesehatan keluarga yang tidak memadai
b. Gula darah tidak stabil
c. Nutrisi yang dibutuhkan tubuh tidak mencukupi
d. Risiko komplikasi diabetes
e. Risiko syok hipovolemik
f. Merusak integritas kulit

3. Intervensi Keperawatan
Nadirawati (2018) berpendapat bahwa intervensi keperawatan
merupakan tindakan yang diputuskan bersama oleh perawat dan objek
sasaran (keluarga) sehingga masalah kesehatan yang teridentifikasi dan
masalah keperawatan dapat diselesaikan. Langkah-langkah juga harus
diambil untuk merancang alternatif dan menentukan sumber kekuatan
keluarga (kemampuan perawatan diri, sumber dukungan / bantuan yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah keluarga). Kegiatan apa
yang direncanakan perawat keluarga, kapan, bagaimana, siapa yang akan
melakukannya, dan apa yang akan dilakukan.
Perencanaan pada diagnosis keperawatan yang muncul pada penderita
DM antara lain:
Dengan tujuan meningkatkan pengetahuan penderita DM tentang
gejala, penyebab, komplikasi, diet, perawatan kaki DM.
Intervensi: Penyuluhan Kesehatan, senam dan perawatan kaki DM.

48
4. Implementasi keperawatan
Menurut Nadirawati (2018), implementasi home care merupakan
implementasi dari rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat dan
keluarga. Inti dari menyediakan layanan perawatan di rumah adalah
perhatian. Jika perawat tidak memiliki filosofi yang harus diperhatikan,
maka mustahil bagi perawat untuk ikut bekerjasama dengan keluarga. Pada
tahap ini perawat dihadapkan pada kenyataan dimana keluarga harus
menggunakan seluruh kreativitasnya untuk melakukan perubahan, bukan
frustasi, sehingga tidak berdaya. Perawat harus menunjukkan keinginan
untuk bekerja sama dalam operasi keperawatan.
Friedman (2003) mengemukakan dalam Nadirawati (2018) bahwa dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan rumah tangga hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Imbaulah anggota keluarga untuk memutuskan tindakan yang benar
melalui metode berikut:
a. Kenali konsekuensi dari tidak mengambil tindakan
b. Tentukan sumber tindakan dan langkah, serta sumber yang diperlukan
c. Kenali konsekuensi dari setiap tindakan alternatif
2. Mendorong kesadaran dan penerimaan masyarakat atas masalah dan
kebutuhan kesehatan melalui cara-cara berikut:
a. Perluas informasi keluarga
b. Membantu memahami dampak dari kondisi yang ada
c. Hubungan antara kebutuhan kesehatan dan tujuan keluarga
d. Saat menghadapi masalah, doronglah sikap emosional yang sehat.
3. Berikan keyakinan dalam merawat keluarga yang sakit melalui metode
berikut:
a. Tunjukkan cara merawat
b. Gunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
c. Awasi perawatan keluarga
4. Langkah-langkah intervensi untuk mengurangi ancaman psikologis:
a. Tingkatkan keterbukaan dan keintiman: perbaiki pola komunikasi /
interaksi, tingkatkan peran dan tanggung jawab

49
b. Memilih intervensi keperawatan yang tepat
c. Pilih metode kontak yang tepat: kunjungan rumah, pertemuan klinik /
abses, metode kelompok
5. Bantu keluarga menemukan cara untuk membuat lingkungan sehat
dengan:
a. Temukan sumber daya yang dapat digunakan keluarga
b. Ubah lingkungan keluarga sebaik mungkin
6. Dorong keluarga untuk menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dengan
cara-cara berikut:
a. Memperkenalkan fasilitas sanitasi yang ada di lingkungan rumah
b. Bantu keluarga menggunakan fasilitas medis yang ada.
5. Evaluasi keperawatan
Menurut Nadirawati (2018), asesmen keperawatan merupakan langkah
mengevaluasi hasil keperawatan dengan membandingkan respon keluarga
terhadap tindakan yang dilakukan dengan indikator yang ditetapkan. Hasil
perawatan dapat diukur dengan metode berikut:
a. Keadaan fisik
b. Sikap / psikologi
c. Pengetahuan atau perilaku belajar
d. Perilaku sehat
Hasil asesmen pengasuhan di rumah akan menentukan apakah keluarga
dapat dibebaskan dari konseling / keperawatan dengan tingkat kemandirian
yang disyaratkan, atau apakah tindak lanjut masih diperlukan. Jika aksesnya
berkelanjutan, Anda perlu mencatat kemajuannya. Jika tujuan tidak tercapai,
Anda harus memeriksa: 1) Apakah tujuan itu realistis
2) Melakukan tindakan yang tepat, dan
3) Bagaimana mengatasi faktor lingkungan.

50
BAB IV
KONSEP PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KELUARGA

Setelah mengikuti proses perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu :


a. Memahami Pedoman Pengisian Format Pengkajian keluarga
b. Memahami Format Pengkajian keperawatan keluarga

A. PEDOMAN PENGISIAN FORMAT PENGKAJIAN


I. Data Umum
1. Nama KK : Cukup jelas, isi nama lengkap, gelar, dsb.
2. Pekerjaan KK : Cukup jelas.
3. Pendidikan KK : Jenjang pendidikan yang telah diselesaikan, bila
perlu berikan keterangan tentang pendidikan yang
sementara dijalani.
4. Alamat/Telpon : Isi secara lengkap nama jalan (kampung) dan
nomor rumah, RT/RW, Desa/Kelurahan,
Kabupaten/Kota dan Provinsi. Tuliskan nomor
telepon bila ada.
5. Daftar Keluarga : Isi secara lengkap identitas seluruh anggota
keluarga, mulai dari keluarga inti (kepala keluarga,
isteri dan anak-anak) kemudian anggota keluarga
serumah.
Genogram :
 Buat genogram 3 generasi, G1 (keluarga asal), G2 (pasangan suami
isteri, G3 (anak-anak)
 Gunakan simbol-simbol yang telah ditentukan sebagai berikut:

: Laki-laki : Laki-laki,
meninggal

: Perempuan : Perempuan,
meninggal

51
: Menikah : Pisah :

Cerai

: Anak : Anak angkat

: Aborsi : Anak kembar

: A, B, C dst.
bersaudara

A B C dst.

 Tuliskan akronim nama individu di bawah simbol yang


bersangkutan:

Abd Kdr Ahm

 Tuliskan umur (dalam tahun) di tengah-tengah simbol:


39 1
 Urutkan penempatan simbol anak-anak dari yang tertua ke yang
0
termuda, dari kiri ke kanan
 Buat garis putus-putus yang melingkari seluruh anggota keluarga
yang tinggal se rumah.
 Tuliskan keterangan genogram seperlunya tentang tahun dan
penyebab meninggalnya anggota keluarga dan masalah kesehatan
yang dialami anggota keluarga.
6. Tipe Keluarga : Tuliskan tipe keluarga (keluarga inti, keluarga
besar, dsb)

52
7. Suku/Bangsa : Cukup jelas.
8. A g a m a : Cukup jelas.
9. Status Ekonomi : Kaji jenis dan besar penghasilan keluarga,
bandingkan dengan perkiraan kebutuhan belanja
keluarga kemudian tentukan status ekonomi
keluarga (rujuk ke klasifikasi status kesejahteraan
keluarga menurut BKKBN: keluarga pra-sejahtera,
keluarga sejahtera tahap 1, keluarga sejahtera tahap
2, keluarga sejahtera tahap 3, keluarga sejahtera
tahap 3 plus)
10. Aktivitas Rekreasi : Kaji jenis aktivitas rekreasi dan pemanfaatan
waktu luang yang dilakukan keluarga, jenis
kegiatan, frekuensi, termasuk fasilitas hiburan
dalam rumah (tv, radio, tape, vcd player, dsb)

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


11. Tahap perkembangan keluarga saat ini:
Kaji tahap perkembangan keluarga saat ini (rujuk ke teori tahap-tahap
perkembangan keluarga: 1. pasangan baru menikah, 2. chield bearing, 3.
keluarga dengan anak pra sekolah, 4. keluarga dengan anak sekolah, 5.
keluarga dengan anak remaja, 6. keluarga dengan anak dewasa muda, 7.
pasangan usia pertengahan, 8. keluarga lansia)

12. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:


Kaji tugas-tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan
masalah-masalah yang ditimbulkannya,; rujuk ke teori tahap-tahap
perkembangan keluarga.

13. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti:


Kaji penyakit-penyakit atau masalah masalah kesehatan yang pernah
dialami oleh anggota keluarga inti, kapan, berapa lama, seberapa sering,
apakah dirawat di rumah sakit, apakah mengalami pembedahan, adakah

53
anggota keluarga yang merokok/minum alkohol, adakah anggota
keluarga yang mengalami alergi terhadap zat tertentu, dsb.

14. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya:


Kaji riwayat kesehatan orang tua dan kerabat keluarga asal suami-isteri,
kaji kemunginan adanya penyakit-penyakit keturunan yang dibawah
oleh suami-isteri.

III. Data Kesehatan Lingkungan


15. Karakteristik rumah:
Tuliskan data selengkapnya tentang rumah tempat tinggal keluarga yang
meliputi:
a. luas rumah : dalam meter persegi
b. permanen/semi permanen/darurat : pilih salah satu
c. rincian ruangan : ruang tamu, ruang keluarga,
kamar tidur, dapr, ruang
makan, kamar mandi, dsb.
d. keteraturan penempatan perabot : kaji kerapihan penempatan
perabot rumah tangga,
penyekat ruangan, dsb.
e. persentase luas jendela : tetapkan secara
kuantitatif/kualitatif proporsi
luas jendela terhadap luas
dinding.
f. ventilasi : tetapkan secara
kuantitatif/kualitatif fungsi
ventilasi
g. pencahayaan : tetapkan secara kualitatif fungsi
pencahayaan dalam rumah,
baik cahaya matahari maupun
sumber cahaya buatan.
h. kebersihan : tetapkan kualitas kebersihan
dalam rumah yang meliputi

54
lantai, dinding, langit-langit
dan perabot di dalamnya.
i. sumber air bersih/air minum : kaji sumber dan kulaitas air
bersih/air minum yang
digunakan keluarga
j. sarana MCK : kaji jenis dan kelayakan sarana
MCK yang digunakan keluarga
k. sarana pembuangan air limbah : kaji jenis dan kelayakan SPAL
yang digunakan keluarga
l. sarana pembuangan sampah : kaji jenis dan kelayakan sarana
pembuangan sampah yang
digunakan keluarga
m. denah rumah : gambar secara sederhana tapi
jelas skema yang menunjukkan
detail lokasi rumah, ukuran,
rincian ruangan dan
penempatan sarana air bersih,
MCK, SPAL dan tempat
sampah keluarga.
16. Karakteristik tetangga/komunitas: Cukup jelas
a. Siapa dan bagaimana hubungan interaksi dengan tetangga terdekat

b. Kebiasaan masyarakat yang mempengaruhi kesehatan

c. Keadaan lingkungan setempat

17. Riwayat mobilitas geografis keluarga:


 Tuliskan riwayat mobilitas geografis keluarga,; sebelumnya tinggal
di mana, berapa lama, apakah ada rencana pindah ke temapt lain
dalam waktu dekat?
18. Organisasi/perkumpulan yang diikuti keluarga:
 Kaji tingkat yang menunjukkan partisipasi keluarga dalam kegiatan
organisasi kemasyarakatan setempat (PKK, LPM, Karang Taruna,
Kelompok Arisan, Posyandu, dsb.)

55
19. Sistem Pendukung keluarga
 Kaji seluruh potensi yang dimiliki keluarga dalam upaya
peningkatan kesehatan keluarga (jumlah anggota keluarga yang
sehat, fasilitas fisik seperti kendaraan, fasilitas produksi ekonomis,
dukungan dari masyarakat setempat, dukungan dari keluarga
lainnya, dukungan dari institusi/rekan sekerja, asuransi
sosial/kesehatan, dsb.)
IV. Struktur Keluarga
20. Struktur peran keluarga
 Jelaskan peran yang disandang masing-masing anggota keluarga
(ayah/suami, ibu/isteri, kakak, adik, pencari nafkah keluarga,
penghibur keluarga, biang kerusuhan, dsb.)
21. Nilai/norma keluarga
 Jelaskan sistem nilai dan norma yang mempengaruhi aktivitas
kehidupan keluarga terutama yang bekaitan dengan kesehatan.
22. Pola komunikasi keluarga
 Kaji intensitas hubungan antar anggota keluarga, termasuk tingkat
keakraban di antara mereka dan adanya gangguan hubungan di
antara mereka (bermusuhan, meremehkan, dsb).
23. Struktur kekuatan keluarga
 Kaji susunan urutan tingkat kekuasaan anggota keluarga, siapa yang
paling menentukan jalannya kehidupan keluarga, bagaimana
mekanisme pengambilan keputusan bersama dalam keluarga, adakah
pola kekuasaan otoriter, egoisme, dsb.
V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi ekonomi:
 Kaji bagaimana upaya keluarga dalam memenuhi kebutuhan
sandang, pangan, papan, pendidikan dan kebutuhan lainnya. Apa
sumber penghasilan utama dan sumber-sumber lain yang diupayakan
keluarga dalam meningkatkan penghasilan keluarga.
25. Fungsi mendapatkan status sosial:

56
 Kaji bagaimana upaya keluarga dalam memperoleh status sosial
dalam masyarakatnya. Bagaimana partisipasi keluarga dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan setempat.
26. Fungsi pendidikan:
 Kaji bagaimana upaya keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pendidikan bagi anggota keluarga. Apakah semua anak smemperoleh
kesemapatan mengikuti pendidikan sesuai minta dan usianya?
Adakah hambatan yang dialami dalam memenuhi kebutuhan ini dan
bagaimana upaya keluarga mengatasinya?
27. Fungsi sosialisasi:
 Kaji bagaimana upaya keluarga dalam menanamkan
nilai/norma/aturan sosial kemasyarakatan setempat bagi anggota
keluarganya. Apakah keluarga berasal dari latar belakang
kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat setempat, apa
hambatan atau masalah yang dihadapi keluarga dan bagaimana
upaya keluarga mengatasinya?
28. Fungsi perawatan kesehatan:
a. Kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan:
o Kaji masalah kesehatan yang pernah atau sedang dialami
keluarga dan masalah kesehatan yang sering dialami masyarakat
setempat. Kaji tingkat pengetahuan keluarga (pengertian,
penyebab, mekanisme sederhana bagaimana terjadinya masalah,
tanda-gejala, apa akibatnya bagi individu dan kehidupan
keluarga, bagimana upaya mengatasinya) tentang masalah
kesehatan tersebut.
b. Kemampuan memutuskan tindakan kesehatan yang tepat:
o Kaji kemampuan keluarga dalam memahami sifat dan luasnya
masalah.
o Apakah masalah dirasakan berbahaya bagi keluarga, apakah
keluarga menyepelekan masalah, apakah keluarga menyerah
terhadap masalah yang dihadapi?

57
o Apakah keluarga masih cenderung mempraktekkan perawatan
kesehatan tradisional (dukun, mantera, ramuan, dsb)
dibandingkan dengan metode pelayanan kesehatan modern?
o Apakah keluarga mengetahui fasilitas dan jenis pelayanan
kesehatan yang tersedia di wilayahnya?
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan:
o Kaji tingkat pengetahuan yang dimiliki keluarga tentang cara
merawat anggota kelurga bila mengalami masalah kesehatan
yang lazim terjadi dalam keluarga (misalnya cara memandikan
bayi, cara merawat payudara untuk memperlancar proses laktasi,
cara pembuatan dan pemberian makanan tambahan atau
makanan pendamping ASI bagi bayi balita, cara pembuatan dan
pemberian larutan oralit atau larutan gula garam bagi anak diare,
cara kompres untuk meredakan demam pada anak, cara
perawatan luka sederhana, cara-cara pencegahan cedera pada
anak dan lansia, pengaturan diet bagi penderita diabetes, dsb).
d. Kemampuan menciptakan lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan:
o Kaji tingkat kemampuan keluarga dalam memelihara kebersihan
rumah, menghindarkan perkembangan bibit penyakit yang
bersumber dari lingkungan rumah, pemanfaatan pekarangan
dengan tanaman hias, tanaman obat dan tanaman produktif
lainnya dan minimalisasi sumber-sumber lingkungan yang dapat
mengakibatkan cedera bagi penghuni rumah, dsb.
e. Kemampuan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan:
o Kaji tingkat pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan setempat
dan hambata-hambatan yang dialami keluarga dalam
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

58
29. Fungsi religius:
 Kaji bagaimana keluarga mengamalkan ajaran agama/kepercayaan
yang dianutnya dan bagaimana upaya keluarga dalam meningkatkan
pengetahuan dan pengamalan ajaran agama/kepercayaan tersebut.
30. Fungsi rekreasi:
 Kaji aktivitas rekreasi yang dilakukan keluarga baik di dalam
maupun di luar rumah.
31. Fungsi reproduksi:
 Kaji bagaimana keluarga merencanakan dan mengendalikan
reproduksi dalam keluarga, metode kontrasepsi yang digunakan,
adakah masalah reproduksi yang dialami pasangan suami-isteri dan
bagaimana upaya keluarga dalam mengatasi masalah?
32. Fungsi afeksi:
 Kaji kualitas keakraban antar anggota keluarga (rasa saling asah,
saling asih dan saling asuh dalam keluarga), masalah-masalah yang
ada dan upaya keluarga untuk mengatasinya.
VI. Stres dan Koping Keluarga
33. Stresor jangka pendek/jangka panjang:
 Kaji stresor (sumber/pemicu terjadinya stres) jangka pendek
(membutuhkan waktu kurang dari 6 bulan untuk mengatasinya) dan
jangka panjang (membutuhkan waktu lebih dari 6 bulan untuk
mengatasinya) yang dialami keluarga.
34. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor:
 Uraikan secara naratif penjelasan tentang bagaimana keluarga
berespon terhadap kejadian tersebut.
35. Strategi koping yang digunakan keluarga:
 Identifikasi strategi koping yang digunakan keluarga (berdasarkan
uraian pada No. 34 di atas)
36. Strategi adaptasi disfungsional:
 Identifikasi strategi adaptasi disfungsional (berdasarkan uraian pada
No. 35 di atas) dan kaji bagaimana upaya keluarga membantu
anggota keluarga yang mengalami masalah tersebut

59
VII. Harapan Keluarga
 Eksplorasi dan tuliskan bantuan apa yang diharapkan keluarga terhadap
perawat dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan dalam keluarga.
Keterangan ini penting untuk menetapkan prioritas masalah keluarga
yang membutuhkan bantuan segera.
VIII. Pemeriksaan Kesehatan Setiap Anggota Keluarga
Lakukan pengkajian kesehatan secara individual pada seluruh anggota keluarga,
sebagaimana pelaksanaan pengkajian data klien keperawatan klinis

B. FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA


Fasilitas Yankes No. Register

Nama Perawat yang Tanggal


mengkaji Pengkajian

1. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Bahasa sehari-
hari

Alamat Rumah & Telp Jarak yankes


terdekat

Agama & Suku Alat Transportasi

DATA ANGGOTA KELUARGA

N Nama Hub Um J Suk Pendidika Pekerja Status Gizi TTV Status Alat
o dgn KK ur K u n an Saat (TB, BB, (TD, N, Imunisasi Bantu/
Terakhir Ini BMI) S, P) Dasar Protesa

60
LANJUTAN

N Nama Penampilan Status Kesehatan Riwayat Penyakit/ Analisis Masalah


o Umum Alergi Kesehatan INDIVIDU
Saat ini

2. DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT (terlampir)


3. DATA PENUNJANG KELUARGA
Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga

 Kondisi Rumah :  Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan :
Ya/ Tidak* ................................................................................................
..................................................................................................................  Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif :
Ya/ Tidak* ...............................................................................................
..................................................................................................................  jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :
Ya/ Tidak* ................................................................................................
..................................................................................................................
 Menggunakan air bersih untuk makan & minum:
Ya/ Tidak* ................................................................................................
 Ventilasi :
 Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri:
Cukup/Kurang*........................................................................................... Ya/ Tidak* ................................................................................................
 Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :
.................................................................................................................... Ya/ Tidak* ................................................................................................
 Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :

61
.................................................................................................................... Ya/ Tidak* ...............................................................................................
 Menjaga lingkungan rumah tampak bersih :
 Pencahayaan Rumah : Ya/ Tidak* ...............................................................................................
 Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari :
Baik/ Tidak* .............................................................................................. Ya/ Tidak* ...............................................................................................
 Menggunakan jamban sehat :
..................................................................................................................
Ya/ Tidak* ..............................................................................................
 Memberantas jentik di rumah sekali seminggu :
..................................................................................................................
Ya/ Tidak* ..............................................................................................
 Saluran Buang Limbah :  Makan buah dan sayur setiap hari : Ya/ Tidak* ....................................
 Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya/ Tidak* ..................................
Baik /Cukup/Kurang*................................................................................  Tidak merokok di dalam rumah : Ya/ Tidak* ........................................
.................................................................................................................

 Sumber Air Bersih :

Sehat/Tidak Sehat*....................................................................................

..................................................................................................................

 Jamban Memenuhi Syarat :

Ya/Tidak* …………………..............................................................................

..................................................................................................................

 Tempat Sampah:

Ya/Tidak*…………………….................................................................................
.....

 Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah Anggota Keluarga


8m2/orang : Ya/Tidak*………………............................................................

4. KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA


1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit:  Ada  Tidak karena ................................................
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :  Ya  Tidak
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:  Ya  Tidak
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :  Ya  Tidak
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat :
 Ya  Tidak
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:  Keluarga 
Tetangga
 Kader  Tenaga kesehatan, yaitu.................
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:  Tidak perlu ditangani karena akan
sembuh sendiri biasanya
 Perlu berobat ke fasilitas yankes  Tidak terpikir
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif :
 Ya  Tidak,jelaskan ...................................................................................
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami anggota keluarganya :
 Ya  Tidak , Jelaskan............................................................................
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya:
 Ya  Tidak, jelaskan
........................................................................................................................................................................................................
.........
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
 Ya  Tidak, jelaskan..........................................................................
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan :
 Ya  Tidak, jelaskan

62
........................................................................................................................................................................................................
..........
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota
keluarganya :
 Ya  Tidak,
jelaskan...........................................................................................................................................................................................
........................

5. HASIL PEMBINAAN BERDASARKAN TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA


Kunjungan Pertama (K-1) : Kunjungan Keempat (K-4) :
Perawat : Perawat :

Kunjungan Kedua (K-2) : Kunjungan Kelima (K-5) :


Perawat : Perawat :

Kunjungan Ketiga (K-3) : Kunjungan Keenam (K-6) :


Perawat : Perawat :

Penjelasan cara menilai Tingkat Kemandirian Keluarga terlampir.

Lampiran

2. DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT

Nama Individu yang sakit : Diagnosa Medik :

Sumber Dana Kesehatan : Rujukan Dokter/ Rumah Sakit :

Keadaan Umum Sirkulasi/ Cairan Perkemihan Pernapasan


 Pola BAK …x/hr,vol
Kesadaran :  Edema  Bunyi jantung: ..... ..ml/hr  Sianosis
 Hematuri  Poliuria
GCS :  Asites  Akral dingin  Oliguria  Disuria  Sekret / Slym
 Inkontinensia  Retensi
TD : mm/Hg  Tanda Perdarahan:  Irama ireguler
 Nyeri saat BAK
P : x/ menit purpura/ hematom/  Wheezing
 KemampuanBAK :
S : 0C Mandiri/
petekie/ hematemesis/  Ronki
........................................
N : x/ menit Bantu
melena/ epistaksis*
sebagian/tergantung*
 Otot bantu napas
 Takikardia  Tanda Anemia : Pucat/ ..................
 Alat bantu: Tidak/Ya*………
 Bradikardia Konjungtiva pucat/ Lidah  Gunakan Obat
 Alat bantu nafas
:Tidak/Ya*...
....................
 Tubuh teraba hangat
 Kemampuan BAB

63
 Menggigil pucat/ Bibir pucat/ :Mandiri/  Dispnea

Akral pucat* Bantu  Sesak


sebagian/tergantung*
 Tanda Dehidrasi:  Alat bantu: Tidak/Ya*...  Stridor

mata cekung/ turgor kulit  Krepirasi

berkurang/ bibir kering *

 Pusing  Kesemutan

 Berkeringat  Rasa Haus

 Pengisian kapiler  2 detik

Pencernaan Muskuloskeletal Neurosensori

 Mual Muntah  Kembung  Tonus otot Fungsi Penglihatan : Fungsi perabaan :

Nafsu Makan :  Kontraktur  Buram  Kesemutan pada …….............


 Tak bisa melihat  Kebas pada ..........................…
Berkurang/Tidak*  Fraktur  Alat bantu …........  Disorientasi  Parese
 Visus ………........  Halusinasi 
 Sulit Menelan Nyeri otot/tulang* Disartria
Fungsi pendengaran :  Amnesia  Paralisis
 Disphagia  Drop Foot Lokasi
 Kurang jelas  Refleks patologis ……
……...........…
 Tuli  Kejang : sifat …….. lama ..……
 Bau Nafas
 Alat bantu frekwensi
 Tremor Jenis
....................................
 Kerusakan gigi/gusi/ lidah/ ……......…......…..
 Tinnitus Fungsi Penciuman
geraham/rahang/palatum*  Malaise / fatique Fungsi Perasa  Mampu
 Mampu  Terganggu
 Distensi Abdomen  Atropi  Terganggu

 Bising Usus:  Kekuatan otot


................................ ....….............….. Kulit

 Konstipasi  Postur tidak normal  Jaringan parut  Memar  Laserasi  Ulserasi  Pus
................. ………
 Diare .......x/hr
 RPS Atas : bebas/ terbatas/  Bulae/lepuh  Perdarahan bawah  Krustae
 Hemoroid, grade
..................... kelemahan/ kelumpuhan  Luka bakar Kulit ...... Derajat ......  Perubahan warna…….

 Teraba Masa abdomen (kanan / kiri)*  Decubitus: grade … Lokasi ………..….


.........
 RPS Bawah Tidur dan Istirahat
 Stomatitis  Warna :bebas/terbatas/
...................  Susah tidur
kelemahan/kelumpuhan
 Riwayat obat pencahar  Waktu tidur ………………………………………………………………
......... (kanan / kiri)*
 Bantuan obat, …………………………………………..………………
 Maag  Berdiri : Mandiri/ Bantu
 Konsistensi ..........
sebagian/tergantung*
Diet Khusus:
Tidak/Ya*................  Berjalan : Mandiri/ Bantu

64
 Kebiasaan makan-minum : sebagian/tergantung*

Mandiri/ Bantu sebagian/  Alat Bantu :


Tidak/Ya*..............
Tergantung*
 Nyeri :
 Alergi makanan/minuman : Tidak/Ya*.......................

Tidak/Ya*..................................

 Alat bantu :
Tidak/Ya*.............

Mental Komunikasi dan Budaya Kebersihan Diri Perawatan Diri Sehari-hari

 Cemas  Denial  Marah  Interaksi dengan Keluarga :  Gigi-Mulut kotor  Mandi : Mandiri/ Bantu

 Takut  Putus asa Baik/ tehambat*  Mata kotor  Kulit kotor sebagian/tergantung*
Depresi ......................
 Perineal/genital kotor  Berpakaian : Mandiri/
 Rendah diri  Menarik  Berkomunikasi : Bantu
diri  Hidung kotor  Kuku
Lancar/ terhambat* kotor sebagian/tergantung*
 Agresif Perilaku ...............
kekerasan  Telinga kotor  Menyisir Rambut :
 Kegiatan sosial sehari-hari : Mandiri/
 Respon pasca trauma .....  Rambut-Kepala kotor
 Tidak mau melihat bagian ……………………………………. Bantu
tubuh yang rusak sebagian/tergantung*

Keterangan Tambahan terkait Individu

Diagnosa Keperawatan Individu/ Keluarga

MENGETAHUI :

Nama Koordinator Tanggal/


Perkesmas Tandatangan

65
BAB V
CONTOH MASALAH KESEHATAN DALAM
KELUARGA

Setelah mengikuti proses perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu :

a. Menjelaskan Definisi Diabetes Mellitus

b. Menjelaskan Tipe Diabetes Mellitus

c. Menjelaskan Etiologi Diabetes Mellitus

d. Menjelaskan Patofisiologi Diabetes Mellinium

e. Menjelaskan Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

f. Menjelaskan Pemriksaan Penunjang

g. Menjelaskan Komplikasi Diabetes Melitus

h. Menjelaskan Penetalaksanaan Diabetes Melitus

1. Konsep penyakit Diabetes Mellitus

a. Definisi Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (2005), mendefinisikan

bahwa diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik

yang ditandai dengan hiperglikemia, yang terjadi karena sekresi insulin

yang tidak normal, kerja insulin yang tidak normal atau keduanya. Dahulu,

WHO (1980) meyakini bahwa diabetes tidak dapat diungkapkan dengan

jawaban yang jelas, namun secara umum dapat dikatakan sebagai

kumpulan masalah anatomi dan kimia yang disebabkan oleh berbagai

faktor, antara lain faktor absolut dan faktor patogen, serta faktor mutlak,

kekurangan dan disfungsi insulin relatif.

66
Hestiana (2007) menyatakan bahwa Diabetes melitus (DM) adalah

penyakit kronis yang ditandai dengan kadar gula darah (gula darah) yang

melebihi kadar normal yaitu kadar gula darah sama atau lebih tinggi dari

200 mg / dl, dan kadar glukosa darah puasa lebih tinggi atau sama sampai

126 mg/dl, alasan mengapa diabetes melitus disebut silent killer adalah

karena diabetes melitus biasanya tidak disadari oleh orang-orangnya juga

tidak disadari ketika komplikasi diketahui terjadi.

Marewa (2015) mengemukakan bahwa Diabetes melitus (DM)

adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula

(glukosa) darah dalam tubuh manusia yang lebih tinggi dari normal

(hiperglikemia). Kadar gula yang tinggi dikeluarkan melalui urine (urine),

sehingga urine mengandung gula atau rasa manis, sehingga disebut

kencing manis, akhirnya dapat menyebabkan komplikasi akut dan kronis

b. Konsep gula darah

Noviyanti (2008) Diabetes adalah penyakit di mana tubuh manusia

tidak dapat memproduksi insulin, dan insulin adalah hormon yang

mengatur kadar gula darah. Untuk diabetes biasanya insulin yang

diproduksi tidak cukup dan insulin tidak bekerja dengan baik ini bisa

menyebabkan gula darah naik.

Menurut Umami (2013) bahwa gula darah adalah gula yang terdapat

di dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan disimpan

di hati dan otot rangka dalam bentuk glikogen.

Harymbawa (2016) mengemukakan bahwa kadar glukosa darah

adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma. Faktor yang dapat

67
mempengaruhi kadar gula darah antara lain: peningkatan asupan makanan,

peningkatan stres dan faktor emosional, penambahan berat badan dan usia,

serta olahraga

Diabetes umumnya disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau

sebagian besar sel beta pulau langerhans di dalam pankreas fungsi dari sel

beta tersebut adalah untuk memproduksi insulin dan akibatnya adalah

kekurangan insulin.

Selain itu, diabetes juga dapat terjadi akibat gangguan fungsi insulin

pada sel input glukosa. Penyakit ini dapat terjadi karena obesitas atau

alasan lain yang tidak diketahui.

Bagi tubuh kita glukosa adalah sumber energi utama, glukosa hanya

dapat diubah menjadi energi dalam sel jaringan (seperti sel otot). Glukosa

membutuhkan alat (hormon) untuk masuk ke jaringan sel yaitu insulin.

Situasi terjadi ketika glukosa tidak dapat memasuki sel otot, penyebabnya

adalah kekurangan insulin atau insulin tidak dapat bekerja secara normal

karena beberapa alasan. Akibatnya, glukosa tidak dapat diubah menjadi

energi, dan otot akan kekurangan energi.

Untuk memenuhi kebutuhan energi bagi sel untuk bertahan hidup

tubuh membakar simpanan lemak yang ada. Jika tidak bisa diatasi dengan

cepat, berat badan pasien akan turun drastis dalam waktu singkat.

Penggunaan cadangan lemak juga menyebabkan peningkatan kandungan

lemak di dalam darah. Jika kadarnya terlalu tinggi akan menyebabkan

sesak nafas.

68
Karena glukosa tidak dapat dimasukkan ke dalam sel jaringan,

glukosa akan menumpuk di dalam darah sementara darah kekurangan

energi. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah

dan menimbulkan berbagai komplikasi. Jika kadar gula darah melebihi

kapasitas ginjal, maka kelebihan glukosa tersebut akan dikeluarkan dari

tubuh melalui urin. Proses ini membutuhkan banyak air. Inilah sebabnya

mengapa penderita sering buang air kecil (rasanya manis) dan selalu

merasa haus serta kulit menjadi kering.

Menurut kristina (2012) bahwa selain itu, penurunan kadar glukosa

pada sel jaringan membuat sistem saraf menstimulasi sistem saraf pusat

sehingga penderita merasa lapar. Akibatnya penderita sering makan

sehingga kadar gula darahnya pun semakin tinggi.

Kriteria objektif glukosa darah:


a. Hipoglikemia: penurunan kadar glukosa darah di bawah normal (<70
mg/dl)
b. Normoglikemia: kadar glukosa darah dalam batas normal (70-140 mg/dl)
c. Hiperglikemia: peningkatan kadar glukosa darah di atas normal (>140
mg/dl).
2. Tipe Diabetes Mellitus

Ada beberapa jenis diabetes dengan karakteristik yang berbeda-beda.


Diabetes terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Diabetes Melitus Tipe I
Rahmatul (2016) mengemukakan bahwa diabetes tipe 1 disebabkan
oleh produksi hormon insulin pankreas yang tidak mencukupi, akar
penyebab diabetes tipe 1 adalah karena kerusakan atau kesalahan genetik
pada sel pankreas pasien, sehingga sistem kekebalan tubuh terganggu dan
tidak dapat memproduksi hormon insulin. Akibatnya, kadar gula darah
meningkat pada pasien diabetes tipe 1, sangat tergantung pada insulin

69
eksternal. Untuk bertahan hidup penderita diabetes membutuhkan suntikan
hormon insulin secara teratur dan terencana. Oleh karena itu diabetes tipe
1 juga disebut diabetes tergantung insulin atau IDDM. Pada diabetes tipe 1
diabetes biasanya menyerang remaja. Oleh karena itu diabetes tipe ini
sering disebut dengan diabetes remaja, diabetes tipe 1 selalu muncul secara
tiba-tiba, disertai gejala haus, sering buang air kecil (sering buang air kecil
pada anak), berat badan cepat turun, dan lemas. Jika insulin tidak segera
diberikan maka pasien bisa tiba-tiba kehilangan kesadaran dan mengalami
koma diabetik.
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah jenis diabetes yang paling banyak menyerang
penderita diabetes, dan bahkan proporsi ini mencapai 90% dari semua
penderita diabetes. Diabetes tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan oleh
kurangnya respons tubuh terhadap insulin sehingga penggunaan hormon
ini tidak efektif. Respon tubuh yang tidak mencukupi terhadap hormon
insulin mencegah tubuh menggunakan insulin yang diproduksi oleh
pankreas. Bahkan jika pankreas memproduksi insulin secara normal,
hormon yang dihasilkannya tidak dapat digunakan secara efektif oleh
tubuh. Tubuh manusia resisten terhadap hormon insulin (kekebalan).
Ketidakmampuan tubuh manusia untuk menggunakan hormon insulin
biasanya karena persaingan yang ketat antara sel manusia dan sel lemak
tubuh. Sel lemak yang menumpuk di dalam tubuh akan menyerap hormon
insulin dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, diabetes tipe 2 terutama
menyerang orang dengan pola makan dan gaya hidup yang buruk, yang
menyebabkan penumpukan lemak dan obesitas. Dalam kaitan ini, obesitas
akan mengganggu sistem kerja pankreas, sehingga sistem metabolisme
juga akan ikut hancur.
c. Diabetes Melitus Tipe 3
Diabetes tipe 3 disebabkan oleh penghambat respons hormon yang
diproduksi oleh plasenta selama kehamilan yang menyebabkan tubuh
gagal merespons hormon insulin. Diabetes tipe ini merupakan gabungan
dari diabetes tipe 1 dan tipe 2. Hal ini terjadi ketika penderita diabetes tipe

70
1 terus menerus menyuntikkan insulin yang membuat sebagian pasien
resisten terhadap hormon dari luar dan akhirnya menjadi diabetes tipe 2.
Pada akhirnya akan menderita tipe 2 diabetes pada waktu bersamaan.
Rahmatul (2016) menyatakan bahwa Diabetes tipe 3 juga dapat terjadi
karena obat yang diminum oleh penderita diabetes tipe 2 merangsang lebih
banyak produksi insulin, yang membuat pankreas lelah, lemah dan
akhirnya kolaps.
3. Etiologi Diabetes Mellitus

1) Diabetes Melitus tipe 1


Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin, yang
ditandai dengan:
a. Faktor genetik, yaitu pasien tidak mewarisi diabetes tipe 1, tetapi
mewarisi kerentanan atau kerentanan genetik terhadap diabetes tipe 1.
b. Faktor autoimun (imunologi)
c. Faktor lingkungan, yaitu racun atau virus tertentu yang dapat memicu
proses autoimun dan menyebabkan rusaknya sel β.
2) Diabetes Melitus tipe 2
Kusuma (2015) menyatakan bahwa diabetes tipe 2 disebabkan oleh
resistensi insulin dan kegagalan relatif sel beta. Resistensi insulin adalah
penurunan kemampuan insulin dalam merangsang jaringan di sekitarnya
untuk menyerap glukosa sedangkan kemampuan hati dalam menghambat
produksi glukosa menurun.
Faktor risiko diabetes tipe 2 berkaitan dengan terjadinya diabetes tipe 2,
yaitu:
a. Usia
Dalam jurnal Siringoringo & Haerati (2018) mengemukakan bahwa
umur adalah seseorang atau ciri yang melekat sejak lahir. Setelah umur 40
tahun penurunan fisiologis seseorang menurun tajam. Pengurangan ini
akan berisiko menurunkan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi
insulin.

71
b. Obesitas
Obesitas menyebabkan hipertrofi sel beta pankreas yang mengurangi
produksi insulin. Hipertrofi pankreas disebabkan oleh peningkatan beban
metabolisme glukosa pada pasien obesitas, yang akan menyebabkan suplai
energi sel menjadi berlebihan.
c. Riwayat Keluarga
Menurut silsilah keluarga penderita diabetes, diabetes dapat diturunkan.
Hal ini terjadi karena DNA penderita diabetes juga akan diinformasikan
tentang gen selanjutnya yang terkait dengan penurunan produksi insulin.
d. Pola Makan
Ketidakstabilan sel beta pankreas mungkin disebabkan oleh pola makan
yang tidak teratur dan seringkali terlambat. Malnutrisi dapat merusak
pankreas dan pola makan yang tidak teratur juga dapat menyebabkan
ketidakstabilan pankreas.
e. Stres
Stres akan meningkatkan kerja metabolisme dan kebutuhan sumber
energi, yang akan menyebabkan peningkatan kerja pankreas. Akibat
beban yang tinggi pankreas mudah rusak yang berujung pada
penurunan insulin.
f. Infeksi
Fadi (2015) mengatakan bahwa bakteri atau virus yang masuk ke
pankreas dapat menyebabkan kerusakan sel pankreas. Kerusakan ini
akan menyebabkan penurunan fungsi pankreas.
4. Patofisiologi Diabetes Mellitus
Menurut Utama (2018) bahwa pankreas yang disebut kelenjar ludah
lambung adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di bagian belakang
lambung. Di dalamnya terdapat sekumpulan sel berbentuk pulau di sebuah
pulau, karena itu disebut Pulau Langerhans, yang mengandung sel β, yang
mengeluarkan hormon insulin yang sangat penting untuk mengatur kadar gula
darah.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel β dapat dibandingkan dengan kunci
yang membuka pintu glukosa untuk masuk ke dalam sel, sehingga glukosa

72
dimetabolisme menjadi energi di dalam sel. Jika tidak ada insulin, maka
glukosa di dalam darah tidak akan bisa masuk ke dalam sel karena terjadi
peningkatan kadar glukosa di dalam darah, inilah diabetes tipe 1.
Dalam kasus diabetes tipe 2, jumlah insulin bisa normal atau bahkan
lebih tinggi, tetapi jumlah reseptor insulin di permukaan sel bahkan lebih
rendah. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan kekurangan lubang kunci,
sehingga walaupun terdapat banyak anak kunci (insulin), karena kekurangan
lubang kunci (reseptor), glukosa yang masuk ke dalam sel sangat kecil,
sehingga sel kekurangan bahan bakar ( glukosa) dan meningkatkan kadar
Glukosa darah.
Oleh karena itu keadaan ini sama dengan keadaan diabetes tipe 1, hanya
saja pada diabetes tipe 2, selain kadar gula darah tinggi, kadar insulin juga
tinggi atau normal. Pada diabetes tipe 2 juga ditemukan jumlah insulin yang
mencukupi atau lebih tetapi kualitasnya kurang baik, sehingga glukosa tidak
dapat dibawa ke dalam sel. Selain alasan di atas, DM juga dapat terjadi akibat
terganggunya transpor glukosa intraseluler, sehingga tidak dapat digunakan
sebagai bahan bakar metabolisme energi.
5. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

a. Gejala umum
Gejala diabetes sebenarnya berbeda. Biasanya gejala awal yang
dirasakan penderita diabetes adalah sebagai berikut:
2) Haus dan banyak minum
3) Lapar dan makan banyak
4) Sering buang air kecil
5) Menurunnya berat badan
6) Mata kabur
7) Lukanya lama sembuh
8) Kulit, saluran kemih dan gusi mudah terkena infeksi atau gatal-gatal
9) Nyeri atau mati rasa di tangan atau kaki
10) Kelemahan
11) Mudah untuk tidur

73
Gejala di atas biasanya ringan dan tidak disadari, pada banyak pasien
gejala-gejala ini biasanya ditemukan tetapi dalam beberapa kasus tidak
ditemukan sama sekali. Untuk mengetahui apakah seseorang menderita
diabetes diperlukan pemeriksaan lebih lanjut diagnosis diabetes diperoleh
ketika hasil pemeriksaan berikut ditemukan.
1) Glukosa darah puasa lebih besar dari atau sama dengan 126 mg / dl
2) Ketika glukosa darah lebih dari atau sama dengan 200 mg / dl
3) 75 gram larutan glukosa (dalam uji toleransi glukosa oral) 2 jam
setelah pemberian gula. memberikan hasil lebih dari atau sama
dengan 200 mg / dl
Dalam Rahmatul (2016) Jika seseorang memiliki gejala khas
diabetes, seperti buang air kecil berlebihan, minum banyak, makan
banyak, berat badan turun dengan cepat, dan lemas, maka hasil tes di
atas dapat memastikan bahwa seseorang hanya menderita diabetes 1
kali. Namun jika tidak ada gejala yang khas diperlukan 2 tes untuk
memastikan diagnosis diabetes seperti yang dijelaskan di atas.
b. Gejala awal
Tiga gejala awal yang dapat dijadikan dasar untuk memastikan bahwa
seseorang menderita diabetes, antara lain sebagai berikut:
1) Poliuria
Poliuria adalah kebiasaan sering buang air kecil pada penderita
diabetes. Kebiasaan ini biasanya terjadi pada malam hari. Hal ini
terjadi karena kadar gula darah yang sangat tinggi sehingga ginjal
tidak dapat mentolerirnya. Akhirnya, gula dalam urin terkonsentrasi
dan selanjutnya memaksa ginjal untuk memompa sejumlah besar air
dari tubuh, sehingga konsentrasi urin atau urine tidak terlalu tinggi.
2) Polidipsi
Adalah kebiasaan sering merasa sangat haus kejadian ini terjadi
karena ginjal memompa banyak cairan pada saat itu. Sebab,
penderita diabetes akan cepat merasa haus dan ingin minum terus
menerus.

74
3) Polifagi
Rahmatul (2016) mengemukakan bahwa kebiasaan penderita
diabetes yang seringkali merasa lelah dan lemas. Alasannya adalah
sel manusia kekurangan energi karena ketidakmampuan untuk
mengimpor gula ke dalam sel. Akibatnya sel manusia terasa lemas
dan lelah Pada saat yang sama, otak akan menjawab bahwa pasien
tersebut kurang makan sehingga sering merasa lapar dan merangsang
mereka untuk terus makan. Inilah akhirnya Jika anda makan banyak
makanan setelah anda lapar, situasinya akan menjadi lebih buruk.
Kemudian kadar gula darah pada penderita diabetes akan meningkat.
a. Gejala diabetes tahap lanjut
1) Berat badan turun dengan cepat
Jika penderita diabetes menurunkan berat badan dengan cepat
mereka perlu berhati-hati agar tidak terlalu senang. Peristiwa ini
terjadi bukan karena pola makan yang berhasil melainkan karena
kerusakan pankreas. Tugas pankreas adalah menghasilkan insulin,
yang digunakan untuk mengubah glukosa menjadi sumber energi.
Akibat kerusakan tersebut pankreas tidak dapat mengolah gula
secara optimal. Karena pankreas pasien diabetes tidak dapat
mengubah gula menjadi energi mereka mengembangkan resistensi
insulin. Kemudian tubuh manusia akan mencari sumber energi
alternatif yaitu membakar lemak tubuh. Jika cadangan makanan
tidak mencukupi, otot menjadi sasaran berikutnya. Akibatnya, meski
nafsu makan pasien tergolong normal berat badan pasien akan terus
menyusut.
2) Sering kesemutan
Kesemutan adalah sensasi bagian tubuh tertentu (seperti tangan
dan kaki) seperti digigit semut. Peristiwa ini terjadi karena pembuluh
darah rusak yang mengurangi aliran darah di ujung saraf.
3) Luka yang sulit sembuh
Rahmatul (2016) bahwa Gejala diabetes lainnya adalah luka
yang sulit disembuhkan. Ini adalah efek lain yang merusak

75
pembuluh darah dan saraf selain sensasi kesemutan. Kerusakan ini
menyebabkan penderita diabetes merasa tidak nyeri saat terluka.
Mereka bahkan tidak memperhatikan ketika tubuhnya terluka,
dikombinasikan dengan kadar gula darah yang tinggi dan tidak nyeri,
luka kecil awal akan membesar menjadi bisul dan akhirnya
membusuk. Jika sudah sampai tahap ini amputasi menjadi satu-
satunya cara untuk menyembuhkannya.
6. Pemeriksaan Penunjang

a. Kadar glukosa darah


Kadar glukosa darah sewaktu
Tabel 2.1
Kadar gula darah sewaktu
Kadar glukosa darah
DM Belum pasti DM
sewaktu
Plasma vena >200 mg/dl 100-200
Darah Kapiler >200 mg/dl 80-100
Tabel: kadar glukosa darah sewaktu dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring
Kadar glukosa darah puasa
Tabel 2.2
Kadar Gula Darah Puasa
Kadar Glukosa Darah
DM Belum pasti DM
Puasa
Plasma vena >200 mg/dl 110-120
Darah Kapiler >110 mg/dl 90-110
Tabel: kadar glukosa darah puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring.
b. Kriteria Diagnostik Diabetes WHO untuk setidaknya dua pemeriksaan:
1) Kejang terjadi bila glukosa> 200 mg / dl
2) Glukosa darah puasa> 140 mg / dl
3) Dapatkan glukosa plasma dari sampel 2 jam setelah mengonsumsi 75
gram karbohidrat.

76
c. Pemeriksaan laboratorium diabetes
Tes skrining, tes pemantauan pengobatan, tes diagnostik dan tes untuk
menemukan komplikasi adalah jenis tes untuk pasien diabetes.
d. Tes filter
Glukosa urin, glukosa darah puasa dan tes glukosa darah acak adalah
jenis tes skrining diabetes.
e. Tes diagnostik
Diagnosis diabetes meliputi glukosa darah puasa, glukosa darah acak,
dan glukosa darah 2 jam postprandial.
f. Tes monitoring terapi
Tes monitoring terapi diabetes mellitus adalah
1) GDP: plasma vena, darah kapiler
2) GD2PP: plasma vena
3) A1c: darah vena, darah kapiler
g. Tes untuk mendeteksi komplikasi
Kusuma (2015) Tes untuk mendeteksi komplikasi diabetes
mellitus
1) Mikroalbuminuria: urin
2) Ureum, kretinin, asam urat
3) Kolestrol total: plasma vena
4) Koletrol LDL: Plasma vena
5) Koletrol HDL: plasma vena
6) Trigliserida: plasma vena
7. Komplikasi Diabetes Melitus

Dalam Noviyanti (2015) Adapun komplikasi yang dapat tejadi adalah:


1. Saraf
Kerusakan saraf dan pembuluh darah kecil dapat menyebabkan
mati rasa dan kepekaan yang tidak memadai terhadap rasa sakit.
Akibatnya, pasien bisa kehilangan kesadaran akan luka kecil, yang
kemudian bisa terinfeksi.
2. Ginjal

77
Orang dengan kadar gula darah tinggi lebih cenderung menginfeksi
kandung kemih dan ginjal. Diabetes merusak pembuluh darah kecil.
3. Jantung
Penderita diabetes sensitif terhadap masalah sirkulasi darah, yang
dapat menyempitkan arteri koroner, menyebabkan angina pektoris dan
meningkatkan risiko serangan jantung.
4. Mata (Gangguan penglihatan)
Retinopati diabetik terjadi karena perubahan pembuluh darah di mata

yang mempengaruhi penglihatan.

8. Penetalaksanaan Diabetes Melitus

a. Farmakologi
1) Metformin
2) Gliben clamide
3) Chlorpropamide
4) Tolbutamide
5) insulin
b. Non Farmakologi
1) Pengaturan makanan
2) Melakukan aktivitas fisik
3) Edukasi berkelanjutan
4) Pengobatan tradisional

78
BAB VI
CONTOH PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA

Setelah mengikuti proses perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu :


a. Memahami proses pengkajian keluarga
b. Memahami Analisa data keluarga
c. Memahami Prioritas diagnosekeluarga
d. Memahami Penegakan Diagnose keperawatan keluarga
e. Memahami Intervensi keperawatan keluarga
f. Memahami Implementasi keluarga
g. Memahami Evaluasi keperawatan kelurga

1. Identitas dan Data Pengkajian


a. Data Keluarga
Nama kepala keluarga yaitu Tn M, alamat borongkalukue, beragama islam,
suku bugis, bahasa sehari-hari bahasa Indonesia & bugis, jarak pelayanan
kesehatan terdekat ± 8 km, alat transportasi yaitu motor.
b. Data anggota keluarga
1) Ny. H merupakan istri dari Tn M, umur 48 tahun, jenis kelamin perempuan,
suku bugis, pendidikan terakhir SD , dengan pekerjaan sebagai IRT, tinggi
badan 155 cm, berat 57 kg, hasil pemeriksaan TTV: tekanan darah: 130/80
mmHg, nadi: 88 x/i, suhu 36.8 ˚C, penapasan: 22 x/i, status imunisasi dasar
lengkap, tidak menggunakan alat bantu. Penampilan umum nampak bersih
dan rapih, status kesehatan saat ini kurang sehat, riwayat penyakit alergi tidak
ada, analisis masalah kesehatan individu: Ny. H menderita DM sejak 4 tahun
yang lalu. Awal mulainya mengeluh kesemutan, lemas, sering merasa haus,
sering buang air kecil, hingga kram dan penglihatan kabur.
2) Tn. M merupakan anak pertama, umur 23 tahun, jenis kelamin laki laki, suku
bugis, pendidikan terakhir SMA, Pekerjaan wiraswasta, tinggi badan 158 cm,
berat badan 55 kg, hasil pemeriksaan TTV: tekanan darah: 120/60 mmHg,

79
nadi 75 x/i, suhu 36,5˚C, pernapasan 20x/i, status imunisasi dasar lengkap,
tidak menggunakan alat bantu. Penampilan umum bersih dan rapih, status
kesehatan saat ini sehat, riwayat penyakit alergi tidak ada, analisis masalah
kesehatan individu tidak ada.
3) Tn. R merupakan anak kedua, umur 19 tahun, jenis kelamin laki-laki, suku
bugis, pendidikan terakhir SMK, seorang pelajar, tinggi badan 160 cm, berat
badan 58 kg, hasil pemeriksaan TTV: tekanan darah: 100/60 mmHg, nadi 70
x/i, suhu 36,5˚C, pernapasan 20x/i, status imunisasi dasar lengkap, tidak
menggunakan alat bantu. Penampilan umum bersih dan rapih, status
kesehatan saat ini sehat, riwayat penyakit alergi tidak ada, analisis masalah
kesehatan individu tidak ada.
4) An. N merupakan anak ketiga, umur 12 tahun, jenis kelamin perempuan, suku
bugis, pendidikan terakhir SD, tinggi badan 105 cm, berat badan 29 kg, hasil
pemeriksaan TTV: Nadi 110 x/i, suhu 36,5˚C, pernapasan 27x/i, status
imunisasi dasar lengkap, tidak menggunakan alat bantu. Penampilan umum
bersih dan rapih, status kesehatan saat ini sehat, riwayat penyakit alergi tidak
ada, analisis masalah kesehatan individu tidak ada.
c. Data pengkajian invidu yang sakit
Nama individu yang sakit yaitu Ny H, sumber dana kesehatan BPJS/KIS,
diagnosa medis diabetes mellitus, keadaan umum: kesadaran composmentis,
GCS: 15 (E: M: V: ), Td: 130/80 mmHg, nadi 88 x/i, Suhu 36.8 ˚C,
pernapasan 22 x/i, sirkulasi: adanya: bibir pucat. kesemutan, rasa haus.
Perkemihan: pola BAK lebih dari 8 kali/hari, poliuria, kemampuan BAK
mandiri. Pencernaan: nafsu makan tidak berkurang. Muskuloskeletal:
malaise, fatigue, kekuatan otot lemah, RPS atas: kelemahan, RPS bawah:
kelemahan. Neurosensori: penglihatan buram, fungsi perabaan: kesemutan
pada kaki dan tangan. Waktu tidur siang kadang-kadang, waktu tidur malam
: pukul 22.00. Keterangan tambahan : klien lemas, klien mengaatakan
beberapa hari yang lalu digigit nyamuk lalu digaruk dan terjadi luka sehingga
lama sembuh dan juga klien mengatakan beberapa minggu yang lalu
memeriksakan gula darahnya, didapatkan nilai : 436 mg/dl.

80
d. Data penunjang keluarga
1) Rumah dan sanitasi lingkungan
a. Kondisi rumah cukup baik. Secara keseluruhan rumah memang tidak
terlalu besar tetapi keadaan rumah cukup bersih dan tertata rapi. Dan juga
halaman depan dan halaman samping bersih.
b. Ventilasi : Ventilasi rumah cukup baik. Udara bisa masuk dengan baik dan
ketika berada di dalam rumah tidak ada perasaan pengap.
c. Pencahayaan Rumah : Pencahayaan rumah juga cukup baik. Jendela yang
ada diruangan dan kamar cukup memadai.
d. Saluran Buang Limbah : Pembuangan limbah langsung menuju ke selokan
e. Sumber Air Bersih : Keluarga menggunakan air dari sumur bor yang
berada di depan samping rumah. Air dimasak untuk diminum.
f. Jamban Memenuhi Syarat : Keluarga menggunakan wc jongkok atau leher
angsa.
g. Tempat Sampah: Keluarga mempunyai tempat sampah yang disimpan di
dapur dan di samping rumah.
2) PHBS di rumah tangga
a. Menggunakan air bersih untuk makan & minum: ya, anggota keluarga
memasak airnya sebelum diminum.
b. Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri: ya, anggota keluarga mandi
dengan air bersih.
c. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun: ya, keluarga cukup menjaga
kebersihan tangan dengan rutin mencuci tangan pakai sabun.
d. Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya: ya, Keluarga membuang
sampah pada tempatnya.
e. Menjaga lingkungan rumah tampak bersih: ya, keluarga membersihkan
rumah setiap hari.
f. Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari: ya, keluarga membersihkan rumah
setiap hari.
g. Menggunakan jamban sehat: Keluarga mempunyai 1 wc di dalam rumah
(wc jongkok).

81
h. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu: Keluarga mengatakan
membersihkan rumah setiap hari dan air yang digunakan selalu air mengalir
jadi tidak ada jentik.
i. Makan buah dan sayur setiap hari: tidak, Keluarga mengkonsumsi sayur
setiap hari, sedangkan buah kadang-kadang.
j. Melakukan aktivitas fisik setiap hari: ya
k. Tidak merokok didalam rumah: tidak, Kepala keluarga merupakan seorang
yang menolak untuk merokok.
e. Data status sosial
1) Status sosial keluarga
Keluarga dapat beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
2) Aktivitas rekreasi keluarga
Setiap harinya keluarga hanya menghabiskan waktu di rumah saja, menonton
tv bersama dan melakukan kegiatan yang lainnya.
f. Data tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. M dalam tahap perkembangan tahap VI yaitu keluarga dengan
anak dewasa (pelepasan). Tahap ini dimulai pada saat terakhir kali
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir kali meninggalkan
rumah.
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Sebagian keluarga masih dalam tahap perkembangan dan masih ada anaknya
yang masih berumur 12 tahun.
3) Riwayat kesehatan keluarga inti
a. Tn. M sebagai Kepala keluarga tidak memiliki keluhan kesehatan.
b. Ny. H menderita DM sudah sejak 4 tahun yang lalu. Awal mulainya Ny. H
hanya mengeluh sering mengalami kesemutan pada kaki dan tangan,
sering merasa haus, sering buang air kecil.
c. Tn. M sebagai anak tidak memiliki keluhan kesehatan.
d. Tn. A sebagai anak tidak memiliki keluhan kesehatan.
e. An. N sebagai anak tidak memiliki keluhan kesehatan.
g. Data fungsi keluarga

82
1) Fungsi ekonomi
Tn.M sebagai KK bekerja sebagai seorang petani. Sedangkan istrinya
sebelum sakit kadang-kadang ikut membantu suami bekerja di sawah.
Penghasilan Tn.M setiap hari ± Rp 150.000. Keluarga dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Keluarga mendapat bantuan BPJS dari pemerintah.
2) Fungsi mendapatkan status sosial
Keluarga Tn.M kadang mengikuti kegiatan yang diadakan di desanya, dan
bersosialisasi dengan baik dengan warga sekitar.
3) Fungsi pendidikan
Keluarga mendidik anak-anaknya, membentuk perilaku yang baik. anak-anak
Tn. M tidak melanjutkan sekolahnya sampai ke perguruan tinggi.
4) Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn.M mempunyai hubungan baik antar sesama, keluarga merasakan
nyaman dan hangat satu sama lain antar keluarga. Begitu juga warga sekitar
lingkungan rumahnya. Khususnya Tn. M dan Ny.H sering berinteraksi
dengan masyarakat yang ada disekitar rumah.
5) Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
a. Keluarga Tn. M tahu tentang masalah penyakitnya, tetapi belum tahu
dengan penyebabnya, gejalanya, akibatnya, dan belum tahu tentang
perawatan dan senam kaki DM.
b. Mengambil keputusan
Kalau ada anggota keluarga yang sakit tidak langsung di bawa ke dokter
terdekat atau puskesmas
c. Tn. M dan keluarga kurang mengetahui bagaimana cara merawat penderita
penyakit DM.
d. Modifikasi lingkungan
Keluarga kurang mengerti tentang manfaat dan pemeliharaan kebersihan
lingkungan bagi kesehatan.
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
Keluarga Tn. M kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
6) Fungsi religius
Keluarga Tn. M taat menjalankan ibadah dan melaksanakan shalat 5 waktu.

83
7) Fungsi rekreasi
Keluarga Tn.M jarang berekreasi. Hanya menghabiskan waktu di rumah saja.
8) Fungsi reproduksi
Keluarga Tn.M dikaruniai 3 orang anak, 1 orang perempuan dan 2 orang laki-
laki. Anak pertama dan kedua belum menikah dan belum pisah rumah. Anak
ketiga nya berusia 12 tahun,. Ny. H masih dalam usia produktif.
h. Data stres dan koping keluarga
1. Stres jangka pendek
Harapan keluarga Tn.M bisa menjadi keluarga yang sehat dan sejahtera.
2. Stres jangka panjang
Ny. H mengatakan dia selalu memikirkan penyakitnya. Apakah bisa sembuh
atau tidak.
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor :
Keluarga mengatakan bahwa hanya memeriksakan keadaan anggota
keluarganya dan belum tahu cara penanganannya.
4. Strategi koping yang digunakan :
Bila terjadi sesuatu masalah dalam keluarga selalu berembung atau
bermusyawarah, keputusan diambil dari kesepakatan musyawarah.
i. Kemampuan keluarga melaksanakan fungsi kesehatan
1. Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit: √ Ada
2. Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya : √ Ya
3. Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami
anggota dalam keluarganya: √ Tidak
4. Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang
dialami anggota dalam keluarganya : √ Tidak
5. Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota
dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat : √ Tidak
6. Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan
yang dialami anggota keluarganya: √ Tenaga kesehatan.
7. Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya: √ Perlu berobat ke fasilitas yankes

84
8. Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami
anggota keluarganya secara aktif : √ Tidak
9. Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang
dialami yang dialami anggota keluarganya : √ Tidak
10. Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan yang dialaminya: √ Tidak
11. Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang
dialami anggota keluarganya: √ Tidak
12. Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
: √ tidak
13. Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat
untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya: √ tidak

2. Analisa Data
No Analisa Data Penyebab Masalah
1. Data Subjektif:  Ketidakmampuan Ketidakstabilan
 Ny.H keluarga merawat kadar gula
mengeluh anggota keluarga yang darah
badannya sakit
lemas, mudah
haus, sering
BAK,
badannya
sering
kesemutan,
dan kram
pada kaki
 Ny.H
mengatakan
beberapa
minggu yang

85
lalu
memeriksaka
n gula
darahnya 438
mg/dl
 Ny.H
mengatakan
terkadang
penglihatanny
a kabur
 Ny.H
mengatakan
tidak
membatasi
makanannya
 Ny.H
mengatakan
selalu
memikirkan
penyakitnya
Data objektif:
 Ny.H tampak
lemas
 Ny.H tampak
pucat
 Ny. H
tampak
pemeriksaan
gula darah
436 mg/dl
2.  Keluarga  Ketidakmampuan Manajemen
Tn.M tidak keluarga mengenal kesehatan

86
mengetahui masalah kesehatan keluarga tidak
penyebab  Ketidakmampuan efektif
masalah keluarga mengambil
kesehatan keputusan untuk
 Keluarga mengatasi masalah
Tn.M tidak diabetes mellitus
mengetahui  Ketidakmampuan
tanda dan keluarga
gejala memanfaatkan
masalah fasilitas kesehatan
kesehatan
 Keluarga
Tn.M tidak
mengetahui
akibat
masalah
kesehatan
yang
dialami
anggota
keluarganya
bila tidak
diobati/dira
wat
 Keluarga
belum
mampu
memahami
tentang
pengobatan
masalah
kesehatan

87
yang
dialami oleh
anggota
keluarga
 Kelurga
Tn.M belum
mampu
melakukan
pencegahan
masalah
kesehatan
yang
dialami
anggota
keluarganya
 Keluarga
tidak
langsung
membawa
anggota
keluarga
kepelayanan
kesehatan
jika ada
yang sakit
 Keluarga
kurang
mengerti
tentang
manfaat dan
pemeliharaa
n kebersihan

88
lingkungan
bagi
kesehatan
 Keluarga
Tn.M
kurang
memanfaatk
an fasilitas
kesehatan
yang ada
Data Objektif:
Keluarga nampak
kurang mengerti
dalam menangani
masalah
kesehatan

3. Data Subjektif:  Ketidakmapuan Resiko tinggi


 Ny.H keluarga mengenal terjadi
mengatakan masalah diabetes komplikasi
penglihatanny melitus diabetes
a terganggu melitus
menjadi kabur
 Ny.H
mengatakan
pada kedua
kakinya
terkadang
terasa kram
 Ny.H
mengatakan
beberapa

89
waktu yang
lalu Ny.H
digigit
nyamuk lalu
digaruk dan
menjadi luka,
luka
membesar dan
lambat
sembuh saat
itu
 Ny.H
mengatakan
tidak pernah
melakukan
aktivitas
olahraga rutin
 Ny.H dan
Keluarga
mengatakan
tidak tau
aktivitas
olahraga
untuk pasien
diabetes
melitus
Data Objektif:
 Tampak
bekas luka
gigitan
nyamuk yang
sudah sembuh

90
menjadi hitam
pada bagian
kaki kiri
Ny.H
 Ny.H
menggunakan
salep untuk
mengatasi
luka

3. PRIORITAS DIAGNOSA
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN SKOR

1 Ketidakstabilan gula darah 5

2 Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif 2


43

3 Resiko tinggi komplikasi diabetes 1


42

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
2. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
3. Resiko tinggi komplikasi diabetes berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah Kesehatan

91
5. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka status kenyamanan
membaik dengan kriteria hasil
a. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Intervensi:
1) Berikan asupan cairan oral
2) Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
2. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka manajemen kesehatan
keluarga meningkat dengan kriteria hasil
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu memutuskan untuk menerima pendidikan kesehatan
c. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Intervensi:
1) Jelaskan tentang penyebab dan faktor risiko penyakit
2) Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit
3) Jelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit
4) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
5) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
6) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
7) Anjurkan menggunakan fasilitas yang ada
3. Resiko tinggi komplikasi diabetes melitus berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah diabetes melitus
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka manajemen kesehatan
keluarga meningkat dengan kriteria hasil

92
a. Mampu memodifikasi lingkungan dirumah merawat keluarga dengan
DM
Intervensi:
1) Jelaskan akibat dari diabetes melitus yang tidak diobati adalah gagal
ginjal, stroke, penyakit jantung koroner, luka yang sukar sembuh dan
kebutaan.
6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
(Tanggal: 27 Februari 2021)
a. Memberikan asupan cairan oral
Hasil : keluarga memberikan asupan cairan oral kepada klien
b. Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
Hasil : keluarga menganjurkan klien untuk melakukan diet dan olahraga
(Tanggal: 27 Februari 2021)
a. Memberikan asupan cairan oral
Hasil : keluarga memberikan asupan cairan oral kepada klien
b. Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
Hasil : keluarga menganjurkan klien untuk melakukan diet dan olahraga
ringan misalnya senam kaki diabetic
( Tanggal : 28 Februari 2021)
a. Memberikan asupan cairan oral
Hasil : keluarga memberikan asupan cairan oral kepada klien
b. Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
Hasil : keluarga menganjurkan klien untuk melakukan diet dan olahraga
ringan misalnya senam kaki diabetic
2. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
(Tanggal: 28 Februari 2021)
a. Menjelaskan tentang penyebab dan faktor risiko penyakit
Hasil : keluarga dan klien tampak memperhatikan dan memahami
penjelasan yang disampaikan

93
b. Menjelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit
Hasil : keluarga dan klien tampak memperhatikan dan memahami
penjelasan yang disampaikan
c. Menjelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit
Hasil : keluarga dan klien tampak memperhatikan dan memahami
penjelasan yang disampaikan
d. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Hasil : keluarga dan klien siap dan mau menerima informasi
e. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Hasil : pendidikan kesehatan dijadwalkan pada tanggal 28 Februari
2021
f. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Hasil : materi yang diberikan dalam bentuk leaflet
g. Menganjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Hasil : keluarga dan klien mau menggunakan fasilitas kesehatan
3. Resiko tinggi komplikasi diabetes melitus berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah diabetes melitus
( Tanggal : 01 Maret 2021)
a. Jelaskan akibat dari diabetes melitus yang tidak diobati adalah gagal
ginjal, stroke, penyakit jantung koroner, luka yang sukar sembuh dan
kebutaan.
1) Menjelaskan akibat lanjut apabila diabetes melitus tidak diobati dengan
baik dan berdiskusi dengan keluarga
2) Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali akibat lanjut dari
diabetes melitus yang tidak diobati
3) Mendiskusikan dengan keluarga tentang keinginan untuk merawat
anggota keluarga yang sakit

94
7. EVALUASI FORMATIF
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Evaluasi (Tgl 27 Februari 2021)
S: Keluarga mengatakan telah mengetahui tentang penyakit yang di
alami oleh klien seperti, penyebab, tanda dan gejala, dan cara
pencegahannya. namun klien mengatakan masih merasakan
kesemutan, kram pada kaki dan belum mampu melakukan perawatan
yang diajarkan seperti senam diabetik.
O: Keluarga dan klien nampak memahami dan mampu mematuhi anjuran
yang diberikan terkait diet yang tepat untuk penyakit diabetes serta
klien nampak mengikuti senam diabetik dengan penuh antusias
A: Tidak terjadi ketidakstabilan gula darah
P: lanjutkan intervensi
Evaluasi (Tgl 27 Februari 2021)
S: Keluarga mengatakan telah mengetahui tentang penyakit yang di
alami oleh klien seperti, penyebab, tanda dan gejala, dan cara
pencegahannya. klien mengatakan masih merasakan kesemutan,
kakinya masih terasa kram tetapi sudah berkurang. Klien belum
mampu melakukan perawatan yang diajarkan seperti senam diabetik
secara mandiri
O: Keluarga dan klien nampak memahami dan mampu mematuhi anjuran
yang diberikan terkait diet yang tepat untuk penyakit diabetes serta
klien nampak mengikuti senam diabetik dengan penuh antusias
A: Tidak terjadi ketidakstabilan gula darah
P: lanjutkan intervensi
Evaluasi (Tgl 28 Februari 2021)
S: Keluarga mengatakan telah mengetahui tentang penyakit yang di alami
oleh klien seperti, penyebab, tanda dan gejala, dan cara
pencegahannya. klien mengatakan kesemutan yang dirasakan sudah
berkurang, kakinya sudah tidak kram. serta mampu melakukan
perawatan yang diajarkan seperti senam diabetik secara mandiri

95
O: Keluarga dan klien nampak memahami dan mampu mematuhi anjuran
yang diberikan terkait diet yang tepat untuk penyakit diabetes serta
klien nampak mengikuti senam diabetik dengan penuh antusias
A: Tidak terjadi ketidakstabilan gula darah
P: Pertahankan intervensi
2. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Evaluasi (Tgl 28 Februari 2021)
S: Keluarga mengatakan telah mengetahui tentang penyakit yang di
alami oleh klien seperti, penyebab, tanda dan gejala, dan kurang
pengetahuan tentang cara pencegahannya.
O: Keluarga nampak memahami apa yang telah di sampaikan
terhadap penyakit yang di alami oleh klien
A: Manajamen kesehatan keluarga tidak efektif teratasi
P: Pertahankan intervensi
3. Resiko tinggi komplikasi diabetes melitus berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah diabetes melitus
Evaluasi (Tgl 28 Februari 2021)
S: Klien mampu menyebutkan kembali akibat dari diabetes melitus
yang tidak diobati adalah gagal ginjal, stroke, penyakit jantung
koroner, luka yang sukar sembuh dan kebutaan
O: Keluarga dan klien tampak mampu menyebutkan kembali akibat
lanjut dari diabetes melitus
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang keinginan untuk
merawat anggota keluarga yang sakit
Evaluasi (Tgl 01 Maret 2021)
S: Keluarga klien mengatakan akan merawat klien dengan baik,
sesuai yang sudah di ajarkan
O: Klien terlihat senang karena keluarga mau merawat klien dengan
baik

96
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
ii. EVALUASI SUMATIF
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Evaluasi (Tgl 02 Maret 2021)
S: Keluarga Ny. H telah memahami cara memodifikasi lingkungan
untuk mengurangi Resiko ketidak stabilan gula darah.
O: Keluarga Ny. H mampu memahami tentang Resiko ketidak
stabilan gula darah
A: Tidak terjadi ketidakstabilan gula darah
P: Pertahankan pengetahuan Keluarga dan klien tentang Resiko
ketidak stabilan gula darah serta cara perawatan yang telah
diajarkan
2. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Evaluasi (Tgl 02 Maret 2021)
S : Keluarga Tn.M dapat mengetahui tentang penyakit Diabetes
Melitus
O : Keluarga Tn.M nampak memahami tentang penyakit Diabetes
Melitus
A : Pengetahuan tentang Diabetes Melitus dapat teratasi
P : Pertahankan pengetahuan Keluarga dan klien tentang Diabetes
Melitus
3. Resiko tinggi komplikasi diabetes melitus berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah diabetes melitus
Evaluasi (Tgl 02 Maret 2021)
S: Keluarga Ny. H mengatakan akan merawat klien dengan baik,
sesuai yang telah diajarkan
O: Keluarga Ny. H mampu memahami tentang Resiko tinggi
komplikasi diabetes melitus
A: Tidak terjadi komplikasi diabetes melitus

97
P: Pertahankan pengetahuan Keluarga dan klien tentang Resiko tinggi
komplikasi diabetes melitus serta cara perawatan yang telah
diajarkan

98
DAFTAR PUSTAKA

Alfiatun. (2016). Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. S Dengan Gangguan


Sistem Endokrin: Diabetes Melitus Pada Tn. S Di Wilayah Kerja Puskesmas
Gatak Blimbing, Sukoharjo’,. 9(1), pp. 76–99. doi: 10.1558/jsrnc.v4il.24.
Andini, B. (2018). Analisis keperawatan pada Ny.E dengan Diabetes Melitus
dalam penerapan Modern Dressing Di ruangan Ambun Suri Lantai IV RSUD
Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi.
Ariyani Nadhia. (2019). Asuhan keperawatan keluarga dengan diabetes melitus di
wilayah kerja puskesmas sempaja Samarinda.
Ayu, N. P. M., & Damayanti2, S. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dalam
Pencegahan Ulkus Kaki Diabetik Di Poliklinik Rsud Panembahan Senopati
Bantul. Ii, 1–10.
Azis, W. A., Muriman, L. Y., & Burhan, S. R. (2020). Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan Dengan Gaya Hidup Pada Penderita Diabetes Mellitus.
Bailon, G, M. (1978). Perawatan Kesehatan Keluarga. Jakarta: Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8
volume 2.
Eliana, S. (2016). Kesehatan Masyarakat. Jakarta Selatan.
Fatimah, R. N. (2016). DIABETES MELITUS TIPE 2 Restyana. Indonesian
Journal of Pharmacy, 27(2), 74–79.
https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74
Friedman. (2003). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktek.
Hestiana, D. W. (2017). Faktor faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
dalam pengelolaan diet pada pasien raawat jalan Diabetes Melitus Tipe 2
Dikota Semarang. Jurnal of Health Education.
Khaeriyah, A. (2020). Faktor risiko kasus Diabetes Mellitus Tipe II Dengan Ulkus
Diabetik DI RSUD Kabupaten Sidrap.
Maulana. (2009). Patofisiologi untuk keperawatan.
Nadirawati, S.Kp., M. K. (2018). Buku ajar asuhan keperawatan keluarga teori

99
dan aplikasi praktik (anna (Ed.); p. 10).
Notoatmodjo. (2010). Metologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta.
Sari, I. P., & Effendi, M. (2020). Efektifitas Senam Diabetes Terhadap Kadar
Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Lamongan.
Sari, I. P., & Effendi, M. (2020). Efektifitas Senam Diabetes Terhadap Kadar
Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Lamongan. Indonesian
Journal for Health Sciences, 4(1), 45. https://doi.org/10.24269/ijhs.v4i1.2345
Simamora, R. (2020). Asuhan keperawatan pada keluarga Tn.A dengan diabetes
mellitus Tipe II pada Ny.S Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai Pesisir
Pekanbaru.
Sri Setyowati, S.Kep dan Arita Murwani, S. K. (2018). Asuhan keperawatan
keluarga konsep dan aplikasi kasus.
Standar Diagnosis Keperawatan indonesia: definisi dan indikator diagnostik (1st
ed.). (2016). DPPPPNI.
Susanto, T. (2012). Buku Ajar kepererawatan keluarga.

100
RIWAYAT HIDUP

Aszrul AB, S.ST, S.Kep, Ns, M.Kes


Aszrul AB dilahirkan di Kabupaten Watan Soppeng Sulawesi Selatan, 01
Nopember 1978. Mengawali pendidikan vokasi dijenjang D-III dalam bidang
Keperawatan YAPMA Makassar dengan gelar Ahli Madya Keperawatan (AMK),
Gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST) dari Universitas Hasanuddin Makassar,
Sarjana Keperawatan (S.Kep) dari Stikes Nani Hasanuddin Makassar, Profesi
Ners (Ns) dari Stikes Yapika Makassar, Megister Kesehatan (M.Kes) dari
Universitas Indonesia Timur Makassar.
Penilus sebagai Pengawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) 2003 di Kabupaten
Bulukumba, Sebagai Ka.Bag Kemahasiswaan 2005 di Akper Pemda Bulukumba,
alih status Kepegawaian; Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) ke PNS di
KEMENRISTEKDIKTI sebagai dosen 2012, sebagai Wakil Ketua III bidang
kemahasiswaan STIKes Panrita Husada Bulukumba 2012 – sekarang, anggota
senat akademik STIKes 2012 –sekarang. Sebagai anggota Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI).

Penulis merupakan dosen pengajar di STIKes Panrita Husada Bulukumba, Mata


Kuliah yang diampu adalah Mata kuliah keperawatan komunitas, keperawatan
keluarga, komunikasi dalam keperawatan, promosi kesehatan, Kesehatan
keselamatan Kerja, Sebagai seorang akademisi penulis aktif sebagai naras umber
diberbagai pelatihan, memberikan penyuluhan dan pengabdian masyarakat

101
RIWAYAT HIDUP

Safruddin, S.Kep, Ns, M.Kep


Safruddin dilahirkan di Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan, 01 Desember
1981. Mengawali pendidikan Sarjana dalam bidang Keperawatan Universitas
Hasanuddin Makassar dengan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep), Profesi Ners
(Ns) Universitas Hasanuddin, Megister Keperawatan Konsentrasi Manajemen
(M.Kep) Juga dari Universitas Hasanuddin Makassar.
Penulis sebagai Pengawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) 2006 di Kabupaten
Bulukumba dan ditempatkan sebagai Staf Di Akademi Keperawatan Pemda
Bulukumba, Sebagai Ka.Bag Kemahasiswaan 2007 - 2012 di Akper Pemda
Bulukumba, alih status Kepegawaian; Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) ke
PNS di KEMENRISTEKDIKTI sebagai dosen 2019, sebagai Kepala Bagian
kemahasiswaan STIKes Panrita Husada Bulukumba 2012 – 2018, Kepala
Lembaga penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat STIKes 2018 – sekarang
anggota senat akademik STIKes 2012 – sekarang. Sebagai Wakil Ketua Bidang
Infokom dan Penelitian DPD II Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
Tahun 2017 - Sekarang.

Penulis merupakan dosen pengajar di STIKes Panrita Husada Bulukumba, Mata


Kuliah yang diampu adalah Mata kuliah keperawatan komunitas, keperawatan
keluarga, Metodologi penelitian, Biostatistik, Sebagai seorang akademisi penulis
aktif sebagai narasumber diberbagai pelatihan, memberikan penyuluhan dan
pengabdian masyarakat

102

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai