Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KELUARGA

KOLESTEROL

DISUSUN OLEH :

AYU PUPUT BUDI KUMALA

22650272

PRODI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Di Susun Oleh : Ayu Puput Budi Kumala

Judul : Kolesterol

Lembar pengesahan ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas


praktik keperawatan komunitas dan keluarga. Mahasiswa Program Studi Profesi
Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Pada
tanggal 01 Juni – 09 Juli 2023 di Dusun Tangkil Desa Banaran Pulung, Ponorogo.

Penyusun

Ayu Puput Budi Kumala

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(………………..…………) (…………………..………)
BAB I
KONSEP KELUARGA
1.1 PENGERTIAN KELUARGA
Duvall dan Logan (1986) menunjukkan dalam Setyowati dan Murwani
(2018) bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki hubungan
perkawinan, kelahiran, dan adopsi, bertujuan untuk menciptakan, memelihara
budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, emosional dan
sosialnya dalam setiap anggota keluarga.
Menurut Friedman (2003), dalam Nadirawati (2018) keluarga adalah
dua orang atau lebih yang dipersatukan melalui kesatuan emosional dan
keintiman serta memandang dirinya sebagai bagian dari keluarga. Whall
(1986) mengemukakan dalam Nadirawati (2018) bahwa keluarga yaitu
sekelompok dua orang atau lebih yang disatukan oleh persatuan dan ikatan
emosional tidak hanya berdasarkan keturunan atau hukum, tetapi mungkin
atau mungkin tidak Dengan cara ini, mereka menganggap diri mereka sebagai
keluarga dan mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga
1.2 TIPE KELUARGA
Dalam Setyowati dan Murwani (2018) Keluarga membutuhkan layanan
kesehatan untuk berbagai gaya hidup. Dengan perkembangan masyarakat,
jenis keluarga juga akan berkembang. Untuk melibatkan keluarga dalam
meningkatkan kesehatan, maka kita perlu memahami semua tipe dalam
keluarga.
a. Tradisional
1) Keluarga inti mengacu pada keluarga (biologis atau adopsi) yang
terdiri dari suami, istri dan anak
2) Keluarga besar mengacu pada keluarga inti dan keluarga lain yang
berhubungan dengan kerabat sedarah, seperti kakek nenek,
keponakan, paman dan bibi.
3) Keluarga Dyad adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri
tanpa anak.
4) Single Parent “Orang tua tunggal" adalah keluarga yang terdiri dari
orang tua (ayah / ibu) dan anak (dikandung / diadopsi). Perceraian
atau kematian dapat menyebabkan situasi ini.
5) Single Adult "Orang dewasa lajang" mengacu pada sebuah keluarga
yang hanya terdiri dari satu orang dewasa (misalnya, seorang dewasa
yang kemudian tinggal di kantor asrama untuk bekerja atau belajar).
b. Non tradisional
1) The unmariedteenege mather (Remaja yang belum menikah)
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dan anak-anak
dari hubungan tanpa nikah
2) The stepparent family Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family (Keluarga komunal)
4) Beberapa pasangan keluarga yang tidak terkait (dan anak-anak
mereka) tinggal bersama di rumah yang sama, sumber daya dan
fasilitas yang sama, dan pengalaman yang sama: mensosialisasikan
anak melalui kegiatan kelompok atau membesarkan anak bersama.
5) The nonmarital heterosexual cohabiting family keluarga yang tinggal
bersama namun bisa saja berganti pasangan tanpa adanya menikah
6) Gay and lesbian families orang dengan jenis kelamin yang sama
hidup dengan "pasangan nikah"
7) Cohabitating family dengan beberapa alasan yang memungkinkan
dimana orang dewasa tinggal dalam satu rumah tanpa adanya suatu
pernikahan.
8) Group marriage-family dalam pernikahan di mana orang dewasa
menggunakan peralatan keluarga bersama-sama, mereka merasa
bahwa hubungan romantis yang mereka jalani adalah pernikahan dan
berbagi beberapa hal, termasuk seks dan pengasuhan anak
selanjutnya.
9) Group network family kelompok jaringan keluarga dimana keluarga
inti memiliki ikatan atau aturan yang sama dan mereka hidup
bersama untuk berbagi kebutuhan sehari-hari dan memberikan
layanan dan tanggung jawab untuk mengasuh anak.
10) Foster family keluarga angkat ketika orang tua anak membutuhkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya, keluarga akan
menerima sementara anak yang tidak ada hubungannya dengan
keluarga / saudara kandung.
11) Homeless family Keluarga tunawisma Karena krisis pribadi yang
berkaitan dengan kondisi ekonomi dan atau masalah kesehatan
mental, keluarga yang terbentuk tanpa adanya perlindungan yang
tetap diberikan.
12) Gang Bentuk keluarga yang merusak, dalam arti mereka mencari
ikatan emosional dan merawat keluarga, tetapi tumbuh dalam
lingkungan yang penuh kekerasan dan kejahatan dalam hidup
mereka.
1.3 STRUKTUR KELUARGA
Menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) Salah satu
pendekatan dalam keluarga adalah pendekatan struktural fungsional, Struktur
keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun atau bagaimana unit unit
ditata dan saling terkait satu sama lain. Struktur dalam keluarga terbagi
menjadi 4 yaitu:
1) Pola komunikasi
Komunikasi sangatlah penting dalam suatu hubungan namun tidak
hanya untuk keluarga, tetapi juga untuk semua jenis hubungan. Tanpa
komunikasi, tidak akan ada hubungan yang dekat dan intim, atau bahkan
saling pengertian. Dalam keluarga ada beberapa interaksi yang efektif
dan beberapa tidak.
2) Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari
posisi tertentu. Ayah berperan sebagai kepala keluarga, ibu berperan
sebagai daerah domestik keluarga, dan anak memiliki perannya masing-
masing dan berharap dapat saling memahami dan mendukung. Selain
peran utama terdapat peran informal, peran tersebut dilakukan dalam
kondisi tertentu atau sudah menjadi kesepakatan antar anggota keluarga.
Misalnya, jika suami mengizinkan istrinya bekerja di luar rumah, maka
istri akan berperan informal. Begitu pula suami akan melakukan tugas
informal tanpa sungkan dengan membantu istrinya mengurus rumah.
3) Struktur Kekuatan
Kondisi struktur keluarga yang menggambarkan adanya kekuasaan
yang digunakan untuk mengontrol dan mempengaruhi anggota keluarga
lainnya dalam sebuah keluarga, setiap individu dalam keluarga memiliki
kekuatan untuk mengubah perilaku anggotanya ke arah yang lebih positif
dalam hal perilaku dan kesehatan. ketika seseorang memiliki kekuatan
sebenarnya dia dapat mengontrol interaksi. Dimana kekuatan ini dapat
dibangun dengan berbagai cara.
4) Nilai-Nilai Dalam Kehidupan Keluarga
Di dalam kehidupan keluarga sikap maupun kepercayaan sangat
penting dimana didalamnya terdapat nilai yang merupakan sistematis.
Nilai-nilai kekeluargaan juga dapat digunakan sebagai pedoman dalam
menetapkan norma dan aturan. Norma merupakan perilaku sosial yang
baik berdasarkan sistem nilai keluarga. Nilai-nilai dalam keluarga tidak
hanya dibentuk oleh keluarga itu sendiri, tetapi juga turunkan oleh
keluarga istri atau suami. Perpaduan 7 dua nilai dengan nilai berbeda
akan menciptakan nilai baru bagi sebuah keluarga.
1.4 FUNGSI KELUARGA
1) Fungsi Afektif
Fungsi afektif yaitu dimana dalam suatu rumah tangga saling
mengasuh dan memberikan cinta, fungsi emosional sangat berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Dari kebahagiaan dan kegembiraan
semua anggota keluarga itu dapat dilihat bahwa terwujudnya fungsi
emosional yang berhasil pada setiap anggota keluarga mempertahankan
suasana yang positif. Ini dapat dipelajari dan dikembangkan melalui
interaksi dan hubungan dalam keluarga. Oleh karena itu, dalam keluarga
yang berhasil menjalankan fungsi emosional, semua anggota keluarga
dapat mengembangkan konsep diri yang positif serta saling menerima
dan mendukung satu sama yang lain. Ada beberapa komponen yang perlu
untuk dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi yang afektif,
sebagai berikut:
a. Saling peduli
b. Saling menghormati
c. Ketika suami dan istri sepakat untuk memulai hidup baru, mereka
mulai menjalin hubungan intim dan menentukan hubungan keluarga
mereka. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses
mengidentifikasi dan menyesuaikan semua aspek kehidupan anggota
keluarga. Para orang tua hendaknya membentuk proses identifikasi
positif agar anak dapat mencontoh perilaku positif kedua orang tua
2) Fungsi sosialisasi
Menurut Friedman (1986) dalam Setyowati dan Murwani (2018)
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan pengalaman
pribadi, yang mengarah pada interaksi sosial dan pembelajaran berperan
dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai dengan kelahiran manusia, keluarga merupakan
tempat dimana individu belajar bersosialisasi, misalnya seorang anak
yang baru lahir akan melihat ayahnya, ibunya dan orang-orang
disekitarnya. Kemudian ketika masih balita, ia mulai belajar
bersosialisasi dengan lingkungannya, meskipun keluarga tetap
memegang peranan penting dalam interaksi sosial. Keberhasilan
perkembangan pribadi dan keluarga dicapai melalui interaksi atau
hubungan antar anggota keluarga yang ditunjukkan dalam proses
sosialisasi. Anggota keluarga mempelajari disiplin, norma, budaya, dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga
3) Fungsi reproduksi
Setiap keluarga setelah melangsungkan pernikahan adalah memiliki
anak, dimana fungsi reproduksi utamanya ialah sebagai sarana
melanjutkan generasi penerus serta secara tidak langsung meneruskan
kelangsungan keturunan sumber daya manusia. Oleh sebab itu dengan 9
adanya hubungan pernikahan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani pasangan, tujuan didirikannya sebuah
keluarga adalah untuk mempunyai keturunan yang bertujuan untuk
memperpanjang garis keturunan keluarga atau sebagai penerus
4) Fungsi ekonomi
Dalam hal ini fungsi ekonomi pada keluarga yaitu untuk memenuhi
segala kebutuhan finansial seluruh anggota keluarga misalnya untuk
pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Seperti saat ini, yang
terjadi adalah banyaknya pasangan yang melihat masalah yang berujung
pada perceraian karena hal pendapatan yang sedikit atau tidak sesuai
dengan kebutuhan sehari hari antara suami dengan istri
5) Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga memegang peranan penting dalam pelaksanaan
praktik kesehatan, yaitu dengan mengurus masalah kesehatan dan / atau
anggota keluarga, pada saat sakit maka kemampuan keluarga dalam
memberikan pelayanan kesehatan akan mempengaruhi kesehatan
keluarga. Dari kinerja tugas kesehatan keluarga dapat dilihat kemampuan
medis dan kesehatan keluarga. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti dapat menyelesaikan masalah kesehatan.
1.5 PERAN KELUARGA
Menurut Asuhan Keperawatan Keluarga (2019) peran keluarga, diantaranya:
1) Peranan ayah
a. Pemimpin/kepala keluarga
b. Mencari nafkah
c. Partner ibu
d. Melindungi
e. Memberi semangat
f. Pemberi perhatian
g. Mengajar dan mendidik
h. Sebagai teman
i. Menyediakan kebutuhan
2) Peranan ibu
a. Pengasuh dan pendidik
b. Partner ayah
c. Manajer keluarga
d. Menteri keuangan keluarga
e. Memberikan tauladan
f. Psikologi keluarga
g. Perawat dan dokter keluarga
h. penjaga bagi anak anaknnya
3) Peranan anak
a. Memberikan kebahagiaan
b. Memberi keceriaan keluarga
c. Menjaga nama baik keluarga
d. Sebagai perawat untuk orang tua
1.6 TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga yangmeliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara
anggotanya disepanjang waktu. Tahap perkembangan tersebut disertai dengan
fungsi dan tugas perawat pada setiap tahapan perkembangan.
a. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki
(suami) dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan
yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan
keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga
baru yang masih tinggal dengan orang tuanya. Tugas perkembangan :
1) Membina hubungan intim dan memuaskan.
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak. Keluarga baru ini merupakan
anggota dari tiga keluarga, meliputi keluarga suami, keluarga istri, dan
keluarga sendiri.
b. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut
sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5tahun.
Tugas perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah:
1) Persiapan menjadi orangtua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua, bagaimana


orang tua berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu memfasilitasi
hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan
kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.

c. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)


Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seeperti kebutuhan tempat
tingal, privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anaknya baru lahir. Sementara kebutuhan anak
lain juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun
dengan masyarakat
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang
d. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children)
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah) dan
berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya
keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk.
Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri.
Demikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga:

1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan


2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkat kesehatan anggota keluarga.

Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi
kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik disekolah
maupun diluar sekolah.

e. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)


Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggang jawab serta kebebasan
yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
3) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antar anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.

Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya


dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul
konflik orang tua dan remaja.

f. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center


family)
Dimulai pada saat pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung
jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua memasuki masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
g. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada
beberapa pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut,
perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan:
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan

Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet


seimbang, olahraga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.

h. Tahap VIII keluarga usia lanjut


Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal
dan keduanya meninggal.
Tugas perkembangan:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review
Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini.
1.7 STRES DAN KOPING KELUARGA
Friedman dalam Nadiraw ati (2018) Keluarga selalu menghadapi
perubahan, dan pendorong perubahan ini datang dari luar dan dalam,
rangsangan ini disebut pemicu stres. Stresor adalah pemicu atau pemicu stres
yang dapat memicu stres, misalnya, kejadian serius dalam kehidupan
(lingkungan, ekonomi, sosial budaya) dapat menyebabkan perubahan pada
sistem keluarga. Adaptasi adalah proses beradaptasi terhadap perubahan, baik
yang bersifat positif maupun negatif, dan dapat mempengaruhi peningkatan
atau penurunan kesehatan keluarga. While dalam Nadirawati (2018) yaitu ada
3 strategi untuk adaptasi:
1) Mekanisme pertahanan
Mekanisme pertahanan diri adalah metode respons otomatis yang
dipelajari dan kebiasaan yang dirancang untuk menghindari masalah
dengan penyebab stres, dan biasanya digunakan ketika tidak ada solusi
yang jelas dalam keluarga
2) Strategi koping
Strategi koping adalah perilaku koping atau upaya koping yang
merupakan strategi positif, aktif, dan spesifik yang disesuaikan dengan
masalah keluarga
3) Penguasaan Penguasaan
Merupakan strategi adaptasi yang paling aktif, karena tindakan respon
yang efektif dan efektif berdasarkan kemampuan keluarga dapat
sepenuhnya mengatasi situasi koping tersebut
Sumber koping internal keluarga meliputi kemampuan persatuan
keluarga, oleh karena itu jika keluarga memiliki karakteristik seperti kontrol,
subsistem, mode komunikasi, dan memiliki integrasi yang baik, maka
keluarga memiliki kemampuan koping internal yang baik, gaya koping
eksternal terkait dengan penggunaan sistem dukungan sosial oleh keluarga.
1.8 Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Menurut Freeman (1981) dalam Setyawan (2012) sesuai dengan
fungsikeluarga dalam pemeliharaan kesehatan, maka keluarga juga
mempunyaitugas dalam bidang kesehatan, yang antara lain adalah :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga.Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian dan tanggung jawab keluarga, oleh karena itu perlu mencatat
dan memperhatikan segala perubahan yang terjadi dalam keluarga.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluaraganya yang sakit
atauyang tidak dapat membantu dirinya sendiri.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
BAB 2
KONSEP DASAR KOLESTEROL

1
2
2.1 DEFINISI
Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak atau lipid. Lemak
adalah salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh kita selain zat gizi
lain, seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Lemak merupakan
salah satu sumber energy yang memberikan kalori paling tinggi. Selain
sebagai salah satu sumber energy, sebenarnya lemak atau khususnya kolesterol
memang zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita dan memiliki peranan
penting dalam kehidupan manusia (Anies, 2015).
Hiperkolestrol adalah suatu kondisi jumlah kolesterol darah melebihi batas
normal. Kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh, tetapi kolesterol
dalam jumlah tinggi bisa menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang akhirnya
akan berdampak pada penyakit jantung coroner (Mumpuni,Y dan Wulandari A,
2011).
2.2 ETIOLOGI
Kolesterol secara terus menerus di bentuk atau disintetis di dalam hati
(liver). Bahkan , sekitar 70 % kolestrol dalam darah merupakan hasil sintesis
di dalam hati, sedangkan sisanya berasal dari asupan makanan. Oleh karena itu
tidak benar anggapan bahwa sumber utama kolestrol justru berasal dari
makanan. Kolestrol juga merupakan salah satu bahan dasar pembentukan
hormon-hormon steroid. Kolestrol yang kita butuhkan tersebut, secara normal
diproduksi sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang tepat, namun kolestrol bisa
meningkat jumlahnya karena asupan makanan yang berasal dari lemak
hewani, telur dan junkfood atau biasa di sebut dengan makanan sampah
(Sasongko, 2013).Pola makan yang sehat harus memperhatikan keseimbangan
nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, dengan porsi yang tepat atau tidak
berlebihan dan bersumber dari bahan-bahan alami (Noviyanti, 2015).
2.3 KLASIFIKASI
Klasifikasi hiperkolestrol yaitu :
1. Hiperkolestrol ringan, ditandai dengan nilai kolestrol antara 140-159
mg/dl.
2. Hiperkolestrol sedang, apabila kadar kolestrol lebih spesifik bila kadar
kolestrol berkisar antara 160-189 mg/dl.
3. Hiperkolestrol berat, dengan kolestrol >190 mg/dl. Kolestrol LDL
merupakan kolestrol yang paling aterogenik yang artinya kadar kolestrol
dalam darah yang paling tinggi akan memicu terbentuknya atheroma
(plaque lemak) pada pembuluh darah, sehingga meningkatkan resiko
terjadinya jantung coroner (Aurora dkk, 2012).
Menurut Kemenkes RI tahun 2017, kadar kolesterol total dalam darah
meningkat melebihi rentang normal yaitu diatas rentang 190mg/dl atau
lebih. Sedangkan menurut National Cholesterol Education Program dalam
Adult Treatment Panel III (ATP III) didalam buku Ruslianti tahun 2014,
klasifikasi kadar kolesterol total dalam darah yaitu:

Koesterol Total
<200 Optimal
200-239 Batas Tinggi
(Borderline)
>240 Tinggi
Kolesterol LDL
<100 Optimal
100-129 Mendekati Optimal
130-159 Batas Tinggi
(Borderline)
160-189 Tinggi
>190 Sangat Tinggi
Kolesterol HDL
<40 Rendah
>60 Tinggi

1.
2.
2.4 JENIS-JENIS KOLESTEROL
Kolesterol yang ada di dalam tubuh sebenarnya terdiri dari beberapa
kompenen dan masing – masing komponen tersebut memiliki sebuah peran,
karakreristik dan jumlah masing – masing mengindikasikan kondisi tubuh
secara spesifik (Sarlito, 2014).
1. Kolesterol LDL (High Density Lipoprotein)
LDL disebut sebagai kolesterol jahat, yang membawa kolesterol dari
hati ke sel-sel tubuh lainnya, dan menyimpan kolesterol sepanjang
dinding pembuluh arteri. Jika terlalu banyak yang di bawa, maka biasanya
terjadi penumpukan yang membentuk plak, sehingga menyebabkan
pembuluh darah arteri menjadi keras dan sempit. Semakin tinggi kadar
LDL maka semakin tinggi pula resiko terkena penyakit jantung (Anies,
2015). Timbunan lemak di dalam lapisan pembuluh darah (plak
kolesterol) membuat saluran pembuluh darah menjadi sempit sehingga
aliran darah kurang lancar. Plak kolesterol pada pembuluh darah bersifat
rapuh dan mudah pecah, meninggalkan “luka” pada dinding pembuluh
darah yang dapat mengaktifkan pembentukan bekuan darah. Karena
pembuluh darah sudah mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak
kolesterol, maka bekuan darah ini mudah menyumbat pembuluh darah
secara total dan dapat berpeluang besar menjadi factor resiko terjadinya
stroke.
2. Kolesterol HDL (Low Density Lipoprotein)
Kolesterol HDL mengangkut kolesrerol lebih sedikit dari LDL dan
sering disebut kolesterol baik karena dapat membuang kelebihan
kolesterol jahat di pembuluh darah arteri kembali ke hati, untuk di proses
dan di buang. HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri dan
melindungi pembuluh darah dari proses Aterosklerosis (terbentuknya plak
pada pembuluh darah). Dari hati kolesterol diangkut oleh LDL untuk
dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan, termasuk otot jantung, otak
dan lain-lain agar berfungsi sebagaimana mestinya. Kelebihan kolesterol
akan di angkut kembali oleh lipoprotein untuk dibawa kembali ke hati
yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu
sebagai asam (cairan) empedu. Protein utama yang membentuk HDL
adalah Apo-A (Apoliprotein) yang mempunyai kandungan lemak lebih
sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi sehingga lebih berat. Kadar dari
HDL menunjukkan seberapa besar kolesterol baik yang dimiliki di dalam
darah. Semakin tinggi angka dari HDL semakin baik (Anies, 2015).
3. Trigliserida
Selain LDL dan HDL terdapat juga Trigliserida, yaitu satu jenis
lemak yang diserap oleh usus setelah mengalami hidrolisis, kemudian
masuk ke dalam plasma. Trigliserida terdapat di dalam darah dan berbagai
organ dalam tubuh. Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah juga
dapat dapat meningkatkan kadar kolesterol. Ketika tubuh membutuhkan
energy dan tidak ada makanan sebagai sumber energy, trigliserida maka
akan melepaskan dari sel-sel lemak dan akan digunakan sebagai energy
(proses ini dikendalikan oleh hormon). Trigliserida yang tinggi biasanya
diikuti oleh kolesterol total dan LDL yang tinggi serta HDL yang rendah
(Anies, 2015).
1.5 MANIFESTASI KLINIS
Pada permulaan biasanya belum terlihat gejala. Apabila lama, bisa
ditemukan, antara lain :
1. Pengendapan lemak pada tendon dan kulit atau yang disebut xanthoma
2. Hati dan limpa membesar yang dapat ditemukan pada pemeriksaan
palpasi.
3. Nyeri perut yang berat akibat adanya radang pancreas (pancreastitis)
4. Nyeri dada (Yatim, 2011)
Namun apabila kadar kolesterol dirasakan sudah memasuki stadium yang
cukup parah atau semakin tinggi kadar kolesterolnya baru akan
memperlihatkan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Sakit kepala pada bagian tengkuk dan kepala bagian belakang sekitar
tulag leher bagian belakang
2. Merasa pegal pada bagian pundak
3. Merasa cepat lelah dan capek
4. Sendi terasa sakit
5. Kaki terkadang bengkak
6. Mudah mengantuk
7. Merasakan vertigo atau migrain
2.5
2.6 PATHOFISIOLOGIS
Hiperkolesterol merupakan tingginya fraksi lemak darah, yaitu berupa
peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan kadar LDL kolesterol dan
penurunan kadar HDL kolesterol. Kolesterol dimetabolisme di hati, jika kadar
kolesterol berlebih maka akan dapat mengganggu proses matabolisme
sehingga kolesterol tersebut menumpuk di hati. Kolesterol yang masuk ke
dalam hati tidak dapat diangkut seluruhnya oleh lipoprotein menuju ke hati
dari aliran darah diseluruh tubuh. Apabila keadaan ini dibiarkan untuk waktu
yang cukup lama, maka kolestrol berlebih tersebut akan menempel di dinding
pembuluh darah yang semula elastis (mudah berkerut dan mudah melebar)
akan menjadi tidak elastis lagi (Notoatmodjo, Soekidjo, 2013).
Kolesterol di dalam jaringan meningkat akibat dari : lipoprotein yang
mengandung kolesterol oleh reseptor, misalnya reseptor LDL. Kolesterol
bebas dan lipoprotein yang kaya akan kolesterol akan menembus membran
sel. Sintesis kolestrol. Hidrolisis ester kolestteril oleh enzim ester kolesteril
hidrlase.
2.7 PATHWAYS
2.8 KOMPLIKASI
Menurut (Anies, 2015) penyakit-penyakit berbahaya diakibatkan oleh
kolesterol tinggi antara lain :
1. Stroke
2. Hipertensi
3. Jantung coroner
4. Angina (nyeri dada)
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mendapatkan hasil kolesterol yang akurat, disarankan sebelum
melakukan pemeriksaan untuk menghindari olahraga berat selama 24 jam
sebelum tes, tidak makan atau minum apapun kecuali air selama 12 jam
sebelum dan jika hasil tes normal, tes kedua harus dilakukan antara 1 minggu
dan 2 bulan setelah tes pertama.
1. Pemeriksaan lengkap di laburatorium
Pengambilan sampel darah kemudian hasilnya dikirim ke
laboratorium untuk dianalisis. Pemeriksaan lemak darah meliputi
pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL kolesterol.
Untuk pemeriksaan lemak darah sebaiknya berpuasa selama kurang lebih
12 jam. (Mulyanto, 2012).
2. Pemeriksaan menggunakan alat portable
Test kolesterol biasanya dilakukan dirumah umumnya untuk
mengukur kadar lemak total dalam darah saja, meskipun ada juga
beberapa alat tes yang sudah dilengkapi untuk mengukur kadar kolesterol
HDL dan kadar kolestrol LDL. Untuk menggunakan tes kolestrol
dirumah seseorang hanya perlu menusuk jari dengan jarum khusus dan
menaruh setetes darah diselembar kertas menggunakan bahan kimia
diatasnya, setelah itu dimasukkan kedalam alat hingga muncul hasilnya
(Mulyanto, 2012)
2.10 PENATALAKSANAAN
1. Terapi non-farmakologi
a. Mengurangi asupan lemak jenuh
Diet tinggi kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL
dalam darah. Makanan tinggi kolesterol dapat ditemukan pada
makanan yang berasal dari hewan, seperti daging dan produk susu.
b. Memilih sumber makanan yang dapat menurunkan kolesterol
Merekomendasikan untuk memilih buah-buahan, sayur, gandum
dan makanan yang rendah lemak untuk menurunkan kadar
kolesterol total dalam darah. Diet serat larut seperti oatmeal,
kacang-kacangan, apel, jeruk dan strawberry.
c. Menurunkan berat badan
Obesitas berkaitan dengan peningkatan resiko terjadinya
hyperlipidemia, CHD, sindrom metabolic, hipertensi, diabetes
mellitus, dan stroke. Menekankan penurunan berat badan pada
pasien obesitas sebagai bagian dari intervensi dan penurunan berat
badan.
d. Meningkatkan aktivitas fisik yang teratur
Aktivitas fisik diketahui dapat menurunkan factor resiko penyakit
pembuluh perifer dan arteri koroner, termasuk obesitas, stress
fisiologi, control glikemik yang lemah dan hipertensi. Latihan fisik
juga dapat meningkatkan sirkulasi HDL dan fungsi jantung serta
pembukuh darah (Stapleton dkk, 2010).
2. Terapi farmakologi
Terapi menggunakan obat-obatan bertujuan untuk mengurangi kadar
kolesterol total, namun potensi dari masing-masing obat sangat bervariasi.
Berikut adalah golongan obat yang biasanya digunakan dalam terapi
untuk menurunkan kadar kolesterol LDL :
a. Bile acid sequestrant (Resin)
Obat ini menurunkan kadar kolesterol dengan mengikat asam empedu
dalam saluran cerna yang dapat mengganggu sirkulasi enterohepatik
sehingga eksresi steroid yang bersifat asam dalam tinja meningkat.
Terdapat tiga jenisnya yaitu kolestiramin, kolestipol, dan kolesevelam.
Terapi menggunakan resin dapat menimbulkan beberapa gejala
gastrointestinal seperti, mual perut kembung dan nyeri abdomen.
b. Hydroxymethylglutaryl-Coenzime A Reductase (Statin)
Obat yang sangat efektif dalam menurunkan kolesterol total dan LDL
didalam darah statin dan telah terbukti mengurangi kejadian jantung
coroner bahkan juga mengurangi kematian total akibat jantung
coroner. Ada 5 jenis statin yang tesedia, dua diantaranya dalam
generic yaitu simvastatin (generik), ravastatin (generik), atorvastatin
(ipitor), fluvastatin (lescol), rosuvastatin (cretor).
c. Derivat Asam Fibrat
Terdapat empat jenis derivat asam fibrat yaitu gemfibrozil, bezafibrat,
siprofibrat, dan fenofibrat. Obat ini dapat menurunkan sintesis
trigliserida dihati, obat ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol.
Obat ini dapat menyebabkan pusing, dan keluhan gastrointestinal.
d. Ezetimibe
Terdapat empat jenis derivat asam fibrat yaitu gemfibrozil, bezafibrat,
siprofibrat, dan fenofibrat. Obat ini dapat menurunkan sintesis
trigliserida dihati, obat ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol.
Obat ini dapat menyebabkan pusing, dan keluhan gastrointestinal.
2.11 PENCEGAHAN
Cara mencegah agar terhinadar dari kolestrol yaitu, menerapakan gaya
hidup sehat merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah
hiperkolestrol. Caranya adalah mengatur pola makan (tinggi serat, batasi
lemak), berolahraga dengan teratur, tidak merokok, dan menghindari
obesitas (Nurrahmani, Ulfah, 2012).

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN


OSTEOPOROSIS

1.
2.
3.
3.1 PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Identitas klien yang dikaji pada penyakit system musculoskeletal adalah
usia, karena ada beberapa penyakit musculoskeletal banyak terjadi pada
klien diatas usia 60 tahun.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada lansia dengan penyakit
musculoskeletal seperti: osteoporosis, arthritis rheumatoid, gout arthritis,
dan osteoarthritis, sering mengeluh nyeri pada bagian punggung tulang
yang terkena, adanya keterbatasan gerakan yang menyebabkan gangguan
rasa tidak nyaman. Berdasarkan pengkajian karakteristik nyeri (Potter,
2018).
P (Provokative) : Faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya
nyeri.
Q (Qualitiy) : Seperti apa (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (Region) : Daerah perjalanan nyeri
S (Scale) : Keparaha/intesitas nyeri
T (Time) : Lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan saat ini
Riwayat kesehatan saat ini berisi uraian mengenai penyakit yang
diderita oleh klien dari mulai keluhan yang dirasakan sampai klien
seperti : Osteoporosis, lansia mengeluh nyeri punggung dimana tulang
yang sudah mengeropos, adanya keterbatasan gerak yang
menyebabkan juga gangguan rasa nyaman. (Yuli, 2019).
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit musculoskeletal
sebelumnya, penggunaan obat-obatan, riwayat mengkonsumsi alkohol
dan merokok. (Yuli, 2019)
c. Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
yang sama baik karena faktor genetik maupun keturunan. (Yuli, 2019)
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Biasanya keadaan umum lansia yang mengalami gangguan
muskuloskeletal tampak lemah, pembengkakan pada otot kaki dan
punggung, kekakuan pada otot- otot.
b. Kesadaran
Kesadaran klien lansia biasanya composmentis atau apatis
c. Tanda – Tanda Vital
 Suhu meningkat (>370C)
 Nadi meningkat (N : 70-80x/menit)
 Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal
 Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat
d. Pemeriksaan Sistem Muskuloskeletal
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi pada area
jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan otot, kontraktur,
atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan warna.
Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi). Rasa nyeri kronis dan
kekakuan (terutama pada pagi hari, malam hari, dan ketika bangun
tidur).
5. Pola Fungsi Kesehatan
Yang perlu dikaji adanya aktivitas apa saja yang bisa dilakukan
sehubungan dengan adanya nyeri pada pada punggung, ketidakmampuan
aktivitas yang menimbulkan rasa tidak nyaman.
a. Pola Nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, dan
makanan kesukaan.
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi
makanan/cairan adekuat khususnya tinggi kalsium untuk menjaga
tulang agar tidak cepat mengeropos. Mual, anoreksia, kesulitan
mengunyah (keterlibatan TMJ).
Tanda : Penurunan BB, kekeringatan pada memberan mukosa.
b. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi sekresi, kandung kemih, defekasi, ada
tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi, dan pengguanaan kateter.
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktifitas perawatan
pribadi. Ketergantungan pada orang lain.
c. Pola Tidur dan Istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energi,
jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomia.
d. Pola Aktivitas dan Istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan
sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman
pernafasan.
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan
stress pasa sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara
bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya
hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak (atropi otot), kulit
(kontraktur/kelainan pada sendi dan otot).
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis
2. Gangguan Mobilitas fisik
3. Risiko jatuh
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Luaran/kriteria hasil Intervensi keperawatan


O keperawatan
1. D. 0078 L.08066 I.08238
Nyeri kronis Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Definisi : Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Pengalaman sensorik keperawatan 3x24 jam di 1. Identifikasi lokasi,
atau emosional yang harapkan tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
berkaitan dengan dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
kerusakan jaringan 1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
aktual atau fungsional 2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
dengan onset 3. Gelisah menurun 3. Identifikasi respon nyeri
mendadak atau lambat 4. Kesulitan tidur menurun 4. Identifikasi faktor yang
dan berintensitas 5. Frekuensi nadi membaik memperberat dan
ringan hingga berat memperingan nyeri
dan konsisten, yang 5. Monitor keberhasilan
berlangsung kurang komplementer yang sudah
lebih dari 3 bulan. diberikan
Terapeutik
6. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
7. Kontrol lingkungan yang
memberberat rasa nyeri
8. Fasilitas istirahat tidur
Edukasi
9. Jelaskan penyebab periode
dan pemicu nyeri
10. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
11. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
12. Kolaborasikan pemberian
analgetik jika perlu
2. D. 0054 L.05042 I.05173
Gangguan mobilitas Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi
fisik Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Definisi : keperawatan 3x24 jam di 1. Identifikasi adanya nyeri
Keterbatasan dalam harapkan mobilitas fisik atau keluhan fisik lainnya
gerakan fisik dari meningkat dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi toleransi fisik
salah satu atau lebih 1. Pergerakan ekstermitas melakukan pergerakan
ekstermitas secara meningkat 3. Monitor frekuensi jantung
mandiri 2. Kekuatan otot meningkat dan tekanan darah sebelum
3. Kaku sendi menurun memulai mobilitas fisik
4. Gerakan terbatas menurun Terapeutik
5. Kelemahan fisik menurun 4. Fasilitasi aktivitas mobilitas
dengan alat bantu
5. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
6. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
7. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilitas
8. Anjurkan melakukan
mobilitas dini
9. Anjarkan mobilitas
sedeharna yang harus
dilakukan (duduk ditempat
tidur)
3. D.0143 L. 14138 I.12407
Risiko jatuh Tingkat jatuh Edukasi pencegahan jatuh
Definisi ; Setelah dilakukan tindakan Observasi
Berisiko mengalami keperawatan 3x24 jam di 1. Identifikasi gangguan
kerusakan fisik dan harapkan tingkat jatuh menurun kognitif dan fisik yang
gangguan kesehatan dengan kriteria hasil : memunkinkan jatuh
akibat terjatuh 1. Jatuh dari tempat tidur 2. Periksa kesiapan,
menurun kemampuan menerima
2. Jatuh saat berdiri menurun informasi dan persepsi
3. Jatuh saat duduk menurun terhadap risiko jatuh
4. Jatuh saat berjalan menurun Terapeutik
3. Siapkan materi, media
tentang faktor-faktor
penyebab, cara identifikasi
dan pencegahan risiko jatuh
dirumah sakit maupun
dirumah
4. Jadwalkan waktu yang tepat
untuk memberikan
pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan dengan pasien
dan keluarga
5. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
6. Ajarkan mengidentifikasi
perilaku dan faktor yang
berkontribusi terhadap
risiko jatuh dan cara
mengurangi semua faktor
risiko
7. Anjurkan meminta bantuan
saat ingin menggapai
sesuatu yang sulit
8. Jelaskan pentingnya alat
bantu jalan untuk mencegah
jatuh seperti tongkat,
walker, ataupun kruk
9. Jelakan pentingnya handrail
pada tangga, kamar mandi
dan area jalan dirumah
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, F. et al. (2021) ‘Wonomulyo, Pelatihan dan Pendampingan Kader


Posyandu Lansia di Kecamatan’, Jurnal Abdidas, 1(3), pp. 149–156.

Cahyani, F. D., Surachmi, F., & Setyowati, S. E. (2019). Effect on The Decrease
Intensity Gymnastic osteoporosis in Patients osteoporosis. JENDELA
NURSING JOURNAL, 3(2), 89-97.

Kholifah, siti N. (2016) Modul bahan Ajar Keperawatan Gerontik. 1st edn.
Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Nasrullah, D. (2017) Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 1, Dengan


Pendekatan Asuhan keperawatan nAnDA 2015 - 2017 NOC dan NIC. 1st
edn. Edited by Taufik Islmail. Jakarta: Perpustakaan Nasional : Katalog
Dalam Penerbitan (KDT).

Sukmaniah, S. (2004). ‘Nutrisi Pada Lanjut Usia’ Majalah Gizi Medik vol. 8 hal :
8-10: Jakarta.

Supariasa, IDN., Bakri, B., Fajar, I. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

Suryati, Surachmi, F., & Setyowati, S. E. (2019). Effect on The Decrease Intensity
Gymnastic osteoporosis in Patients osteoporosis. JENDELA NURSING
JOURNAL, 3(2), 89-97. Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu (2020).
Prevelensi Osteoporosis di Kota Bengkulu

Tamher, S dan Noorkasiani, 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan


Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Potter, P. G & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses, dan Praktik vol 2 edisi 4, trans. Komalasari, R et al., EGC,Jakarta.

Widianti, Hapipah, Elisa Oktaviana, (2016). Pengaruh senam osteoporosis untuk


mengurangi nyeri osteoporosis. Jurnal kreativitas pengabdian kepada
masyarakat (PKM). Vol 3, No 1,2020

Anda mungkin juga menyukai