Pengertian Transkultural
Definisi transkultural bila ditinjau dari makna kata, transkultural berasal dari kata trans
dan culture, trans berarti alur perpindahan, jalan lintas atau penghubung. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang, melintas, menembus, melalui. Sedangkan
Culture berarti budaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti; kebudayaan,
cara pemeliharaan, pembudidayaan. Kepercayaan, nilai–nilai dan pola perilaku yang umum
berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya, sedangkan cultural
berarti; sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti : akal budi, hasil
dan adat istiadat. Dan kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)
manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat atau keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi pedoman tingkah lakunya.
Budaya merupakan salah satu perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia
yang bersifat sosial. Jadi, transkultural dapat diartikan sebagai lintas budaya yang mempunyai
efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain atau juga pertemuan kedua
nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial.
Transcultural Nursing merupakan suatu area yang berkaitan dengan perbedaan maupun
kesamaan nilai– nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, ras, yang mempengaruhi pada
seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien/pasien) menurut Leininger
(1991). Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman
budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Transkultural
Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini 8 digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
B. Karakteristik Budaya
Karakteristik Kebudayaan adalah sesuatu yang dapat dipelajari, dapat ditukar dan
dapat berubah, itu terjadi ‘hanya jika’ ada jaringan interaksi antarmanusia dalam
bentuk komunikasi antarpribadi maupun antarkelompok budaya yang terus menerus.
Karakteristik budaya dapat diidentifikasi ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu (Ernawan, 2011):
1. Cakupan Budaya. Budaya yang mencakup semua aspek kehidupan manusia yaitu
semua yang berkaitan dengan berbagai hasil karya manusia mulai dari ilmu
pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat kebiasaan dan segala bentuk
kapabilitas manusia lainnya termasuk di dalamnya organisasi, baik organisasi dalam
pengertian yang luas (masyarakat) maupun organisasi dalam pengertian yang lebih
kecil (perusahaan). Semua hasil karya atau kreasi manusia tanpa kecuali adalah
ekspresi budaya atau hasil kebudayaan.
2. Wadah terbentuknya budaya. Hasil kreasi manusia bukan sekedar hasil kreasi
individual melainkan kesepakatan dari sekelompok orang atau masyarakat.
Masyarakat merupakan wadah terbentuknya budaya. Dalam pengertian budaya tidak
akan pernah ada tanpa masyarakat. Budaya merupakan properti kelompok/masyarakat
bukan milik individual. Boleh jadi kelompok tersebut adalah kelompok kecil,
misalnya organisasi, atau sebaliknya, kelompok tersebut adalah kelompok yang lebih
besar, misalnya Bahkan kelompok yang lebih besar lagi, misalnya masyarakat global.
3. Hubungan antar Budaya, Masyarakat, dan Peradaban. Budaya dan masyarakat saling
berhubungan dan saling mengisi. Kesalahan persepsi terjadi ketika menyamakan
pengertian antara budaya dengan Budaya dan masyarakat harus dibedakan.
Masyarakat (sistem sosial) merupakan sebuah sistem yang menghubungkan interaksi
seseorang dengan kelompoknya. Budaya merupakan hasil dari suatu kelompok atau
masyarakat tertentu. Peradaban merupakan produk dari kehidupan masyarakat dalam
sebuah negara, atau merupakan indikator kualitas budaya sekelompok orang
(masyarakat).
5. Masalah Keuangan
Problem ekonomi keluarga terutama yang menyangkut masalah keuangan termasuk persoalan
serius. Suatu keluarga, seperti apapun situasinya, akan rapuh jika memiliki masalah keuangan
yang serius. Penanganan keuangan yang tidak jelas bisa menjadi problem yang berujung pada
perceraian. Sudah bukan rahasia lagi bahwa mayoritas keluarga di indonesia pernah
menghadapi masalah tekanan ekonomi berupa minimmya aliran keuangan. Jika diurai secara
detail, masalah keuangan di dalam keluarga umumnya muncul oleh beberapa penyebab
berikut ini :
· Pertama, suami belum bisa menjalankan peran secara optimal. Sebagai kepala keluarga,
suami mempunyai tanggung jawab untuk mencari nafkah agar dapat memenuhi kebutuhan
keluarga. Betapapun beratnya suami harus mampu mencari cara dan mengerahkan seluruh
kemampuannya dalam mendatangkan aliran keuangan keluarga. Ketika suami malas bekerja
atau sengaja menganggur maka keluarga akan menghadapi masalah rumit dan pertengkaran
suami istri tak dapat lagi dihindari.
· Kedua, masalah ekonomi dalam keluarga bisa terjadi akibat gaya hidup istri atau suami yang
terlalu tinggi. Mungkin seorang suami sudah bekerja mapan dengan penghasilan besar, tetapi
jika ia mempunyai istri boros yang tak dapat mengatur keuangan keluarga maka mereka bisa
terjebak pada hutang.
6. Perceraian
faktor penyebab perceraian antara lain adalah sebagai berikut :
Ketidakharmonisan dalam rumah tangga
Alasan tersebut di atas adalah alasan yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan suami –
istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain,
krisis keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain, istilah
keharmonisan adalah terlalu umum sehingga memerlukan perincian yang lebih mendetail.
· Krisis moral dan akhlak
Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh landasan
berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami
ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan perilaku
lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun istri, misal mabuk, berzinah, terlibat tindak
kriminal, bahkan utang piutang.
· Perzinahan
Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian adalah
perzinahan, yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun
istri.
· Pernikahan tanpa cinta
Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah
perkawinan adalah bahwa perkawinan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya
cinta. Untuk mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta, pasangan harus
merefleksi diri untuk memahami masalah sebenarnya, juga harus berupaya untuk mencoba
menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.
· Adanya masalah-masalah dalam perkawinan
Dalam sebuah perkawinan pasti tidak akan lepas dari yang namanya masalah. Masalah dalam
perkawinan itu merupakan suatu hal yang biasa, tapi percekcokan yang berlarut-larut dan
tidak dapat didamaikan lagi secara otomatis akan disusul dengan pisah ranjang seperti adanya
perselingkuhan antara suami istri. Langkah pertama dalam menanggulangi sebuah masalah
perkawinan adalah :
1. Adanya keterbukaan antara suami – istri
2. Berusaha untuk menghargai pasangan
3. Jika dalam keluarga ada masalah, sebaiknya diselesaikan secara baik-baik
4. Saling menyayangi antara pasangan
D. Keperawatan Transkultural
Definisi transkultural bila ditinjau dari makna kata, transkultural berasal dari kata
trans dan culture, trans berarti alur perpindahan, jalan 13 lintas atau penghubung.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang, melintas,
menembus, melalui. Sedangkan Culture berarti budaya. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia kultur berarti; kebudayaan, cara pemeliharaan, pembudidayaan.
Kepercayaan, nilai–nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok
dan diteruskan pada generasi berikutnya, sedangkan cultural berarti; sesuatu yang
berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti : akal budi, hasil dan adat
istiadat. Dan kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)
manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat atau keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi pedoman tingkah
lakunya. Budaya merupakan salah satu perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata
sebagai manusia yang bersifat sosial. Jadi, transkultural dapat diartikan sebagai lintas
budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang
lain atau juga pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses
interaksi sosial. Transcultural Nursing merupakan suatu area yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, ras,
yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan
kepada klien/pasien) menurut Leininger (1991). Leininger beranggapan bahwa
sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Transkultural Nursing adalah suatu
area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang
fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai
asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Keperawatan transkultural merupakan area keperawatan yang menekankan
pentingnya budaya terhadap pelayanan keperawatan. Aplikasi teori dalam
keperawatan transkultural mengharapkan adanya kesadaran terhadap perbedaan
budaya. Perbedaan budaya memberikan pengaruh dalam pemberian asuhan
keperawatan yang menuntut pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan
dengan menghargai nilai budaya individu. Asumsi mendasar dari teori transkultural
keperawatan adalah perilaku caring. Tindakan caring adalah tindakan yang dilakukan
dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku ini seharusnya
sudah tertanam di dalam diri manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan
pertumbuhan, masa pertahanan sampai individu tersebut meninggal. Kesehatan fisik
selalu berkolaborasi dengan kondisi manusia sebagai makhluk psikologis.
E. Kompetensi budaya yang harus dimiliki oleh perawat
Nilai adalah konsepsi abstrak pada diri manusia, mengenal apa yang dianggap
baik dan apa yang dianggap tidak baik. Nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan
dan ditetapkan oleh penganut budaya yang baik atau yang buruk Nilai dan norma
yang diyakini oleh individu tampak di dalam masyarakat sebagai gaya hidup sehari-
hari. Hal yang berkaitan dengan nilai dan budaya hidup adalah jabatan, bahasa sehari-
hari, kebiasaan kebersihan diri, kebersihan makan, dll.
Kompetensi budaya adalah seperangkat perilaku, sikap dan kebijakan, yang
bersifat saling melengkapi dalam suatu sistem kehidupan sehingga memungkinkan
untuk berinteraksi secara efektif dalam dalam hubungan antar budaya didunia
Kompetensi budaya mencakup memahami dan menghormati perbedaan antara klien
dan keluarga mengenai sistem nilai yang dianut, harapan dan pengalaman menerima
pelayanan kesehatan. Pendekatan transkultural merupakan perspektif yang unik
karena bersifat kompleks dan sistematis secara ilmiah yang nelibatkan banyak hal.
Komunikasi antara perawat dan klien merupakan komunikasi lintas budaya.
Komunikasi lintas budaya dapat dimulai melalui proses diskusi. Dalam proses
komunikasi perlu dulu untuk diidentifikasi bagaimana cara berkomunikasi.
Pentingnya komunikasi dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami adalah
penting.
Kecenderungan kesehatan saat ini condong ke arah yang lebih inklusif dari
preferensi pribadi dan budaya. Hal mi menuntut tanggapan yang luas dan terbuka dari
para perawat. Apa yang bisa perawat lakukan untuk memfasilitasi kecenderungan ini,
yakni menghormati pilihan dan keyakinan individu, bahkan ketika perawat tidak
sepenuhnya menyadarinya? Dengan menggabungkan tiga praktik berikut, perawat
diharapkan dapat membuat interaksi dengan pasien menjadi lebih mudah dan lcbih
berhasil.
3. Bertanya (Asking) Perawat tidak bisa selalu dituntut untuk menyadari dan
mempraktikkan kepekaan budaya setiap saat, karena kebanyakan agama dan
budaya telah berkembang selama berabad-abad dan penuh dengan praktik
yang membawa makna simbolis. Bila ragu, cara terbaik untuk memberikan
perawatan sensitif kepada pasien dengan beragam budaya adalah dengan
bertanya, Saat perawat memulai perawatan (pengkajian), perawat sebaiknya
menanyakan apakah ada praktik budaya, agama, atau keyakinan yang perlu
diketahui untuk menghormati dan mendukung kebutuhan mereka. Banyak dari
mereka terbiasa tinggal di luar subkultur mereka sendiri di dalam budaya yang
. lebih besar dan mereka mungkin akan tahu dengan pengalaman bagaimana
memberitahukan perawat dalam perawatan mereka. Jika mereka tidak yakin
atau tidak menyadari kebutuhan unik mereka di lingkungan perawatan
kesehatan, perawat perlu meyakinkan pasien bahwa mereka bersedia
menyesuaikan perawatan berdasarkan nilai mereka jika mereka menyadari.
Daftar Pustaka
Ernawan, E.R. (2011). Organizational Culture: Budaya organisasi dalam perspektif
ekonomi dan bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta. ISBN: 978-602-8800-83-9.