Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL KEGIATAN

SOSIALISASI MENANAMKAN TOLERANSI UNTUK


MENCIPTAKAN ANAK BANGSA YANG
BERKARAKTER

Disusun oleh:
Gabriella Maria Br. Sianturi

Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia


Guru Pembimbing: Nur Fadillah (NF)
SMA NEGERI 6 BINJAI
(TAHUN AJARAN 2024)

1
A.Latar Belakang

Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan budaya, beragam suku,
agama, ras, dan antargolongan. Hal tersebut akan menjadi nilai tambah untuk
negara Indonesia karena kaya akan keragaman. Namun, tidak menutup
kemungkinan juga apabila keragaman tersebut bisa menjadi bumerang bagi
Indonesia itu sendiri. Intoleransi menjadi salah satu dari sekian kemungkinan hal
yang dapat menjadi bumerang bagi Indonesia itu sendiri. Lantas, apa itu
intoleransi? Intoleransi merupakan kebalikan dari semua prinsip yang terdapat
dalam toleransi. Intoleransi dapat terwujud dalam berbagai bentuk, seperti
menghalangi atau menentang pemenuhan hak kewarganegaraan kelompok yang
tidak disukai, kekerasan, dan diskriminasi. Dengan beragamnya suku, ras, agama,
serta golongan, memungkinkan munculnya sifat etnosentrisme, dimana
masyarakat Indonesia akan merasa bahwa golongannya lebih hebat daripada
golongan yang lain, sehingga terjadilah intoleransi pada masa anak-anak.
Anak-anak adalah aset berharga dan generasi penerus bangsa. Pendidikan
karakter dan pemahaman tentang toleransi adalah komponen kunci dalam
membentuk masa depan yang harmonis dan damai. Namun, seringkali pendidikan
ini kurang mendapatkan perhatian yang cukup. Anak-anak harus dilengkapi
dengan nilai-nilai toleransi, empati, dan pemahaman yang mendalam tentang
keberagaman agar mereka tumbuh menjadi warga negara yang berakhlak baik dan
mampu menjaga perdamaian di tengah perbedaan.
Dengan sikap toleransi dan keberagaman tersebut dapat menjadi suatu
kekuatan untuk bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional menuju
Indonesia yang lebih baik dan rasa kebersamaan dan persaudaraan yang terjalin
tidak akan pernah pudar di dalam masyarakat. Maka dari itu, toleransi merupakan
hal yang sangat penting kita jaga dan kita ajarkan kepada generasi penerus untuk
menciptakan kehidupan bermasyarakat yang harmonis kedepannya.

B. Rumusan Masalah

2
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
fokus permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi untuk menciptakan anak bangsa yang berkarakter?
2. Bagaimana pendidikan karakter dan sosialisasi dapat membantu mengatasi
intoleransi?
3. Apa pengaruh jika sikap toleransi diterapkan sejak usia dini?

C. Tujuan
Tujuan umum:
Pembuatan proyek ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang
menyebabkan munculnya sikap intoleran dan ketidakmampuan untuk menerima
perbedaan pada masa anak-anak, serta meningkatkan toleransi di kalangan anak-
anak dengan fokus pada penguatan pemahaman keberagaman budaya, suku,
agama, ras dan antargolongan.

Tujuan khusus:
a. mengetahui strategi untuk menciptakan anak bangsa yang berkarakter.
b. menciptakan pendidikan karakter dan sosialisasi dapat membantu
mengatasi intoleransi.
c. mengetahuhi pengaruh jika sikap toleransi diterapkan sejak usia dini

D. Materi Pelatihan
Dalam proyek ini akan dilakukan kegiatan peningkatan kesadaran dengan
mengunjungi sekolah dasar dan memberikan pemahaman yang menyenangkan
dan menarik tentang keberagaman di Indonesia serta makna toleransi
dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari anak usia dini. Langkah-
langkah yang akan dilakukan dalam proyek sosialisasi ini adalah sebagai berikut.
1. Menentukan topik dan jenis proyek yang akan dilaksanakan oleh kelompok.
2. Mendiskusikan proyek yang akan dilaksanakan dengan teman sekelompok.
3. Mengunjungi lokasi dan konfirmasi dengan pengelola.
4. Perkenalkan diri dan penjelasan dalam rangka apa kedatangan semua anggota
kelompok ke lokasi.

3
5. Memberikan materi tentang intoleransi yang mudah dipahami bagi anak usia
dini.
6. Memberikan bingkisan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
7. Membuat laporan akhir dan video dokumentasi untuk pengumpulan tugas akhir
semester.

MATERI PEMBAHASAN
1. Pengertian Intoleransi
Pengertian intoleransi adalah sikap-sikap yang tidak menghargai
pendirian pihak lain yang berbeda. Sikap intoleransi dapat mengarah pada prilaku
kekerasan baik fisik maupun non fisik yang tidak mengenal belas kasihan, seperti
melakukan pelecehan, diskriminasi, intimidasi, pengrusakan, penyerangan,
pengusiran, dan pembunuhan. Sikap-sikap intoleransi ini secara teoritik dapat
menjadi salah satu faktor yang dapat melahirkan konflik keagamaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti intoleransi adalah
ketiadaan tenggang rasa. Istilah ini tentu memiliki makna yang berbanding
terbalik dengan toleransi. Kejadian-kejadian intoleransi di dalam masyarakat
dapat diakibatkan oleh adanya individu atau masyarakat yang menjunjung tinggi
kelompoknya dan memandang rendah yang lain. Kasus intoleransi juga dapat
disebaban perbedaan pemahaman. Beberapa contoh sikap intoleransi di
antaranya:

1. Tidak menghargai dan menghormati hak orang lain.


2. Diskriminasi atau membeda-bedakan orang berdasarkan suku, agama, ras,
gender, dan lain-lain.
3. Mengganggu kebebasan orang lain, baik dalam memilih agama, keyakian
politik dan memilih kelompok.
4. Memaksa kehendak pada orang lain.
5. Tidak mau bergaul dan bersikap tidak baik dengan orang yang berbeda
keyakinan.
6. Membenci dan menyakiti perasaan orang yang berbeda pandangan atau
pendapat.

4
7. Mementingkan kelompok sendiri atau menganggap kelompoknya lebih baik.

2. Pengaruh Intoleransi Sejak Usia Dini


Intoleransi dapat muncul dalam berbagai bentuk seperti rasisme,
seksisme, diskriminasi agama, atau diskriminasi lainnya. Intoleransi dapat
memiliki dampak yang buruk pada lingkungan belajar, kesehatan mental siswa,
dan pencapaian akademik mereka.
Pendidikan karakter bagi anak usia dini ditujukan untuk menanamkan
nilai-nilai kebaikan agar menjadi suatu kebiasaan ketika anak sudah dewasa atau
pada jenjang pendidikan selanjutnya. Sebagaimana tujuan pendidikan karakter
adalah memberikan tuntunan kepada peserta didik untuk mengembangkan nilai-
nilai karakter secara sadar baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar.
Dalam menanamkan nilai toleransi pada anak usia dini, peran pendidik
dan orangtua adalah yang utama. Pada masa anak usia dini dapat disebut juga
dengan masa-masa keemasan atau disebut the golden age. Pada masa ini anak
memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan secara maksimal. Pada
masa inilah waktu yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai karakter kebaikan
salah satunya nilai toleransi yang kelak dapat membentuk kepribadian anak.
Namun jika lingkungan justru menunjukkan hal-hal yang cenderung negatif maka
akan berpengaruh buruk pula dengan karakter anak khususnya pada nilai karakter
toleransi. Penulis menemukan di lapangan sikap anak yang sudah menunjukkan
sikap intoleran yaitu anak tidak mau berteman dengan temannya yang berbeda
agama, kemudian anak usia dini sudah melakukan perundungan pada temannya
sendiri yang lebih lemah atau berbeda dengan dirinya. Sikap-sikap ini tidak lepas
dari pengaruh orangtua dan sekolah. Kenyataannya lagi, fenomena yang sering
terjadi yaitu tindakan intoleran yang diberitakan diberbagai media mengenai anak
usia dini yang melakukan adegan kekerasan, meniru ujaran kebencian, berbicara
tidak sopan. Kondisi ini disebabkan pada masa usia dini, anak sangat cepat
menyerap dalam hal meniru, jika lingkungan anak adalah lingkungan dengan
sikap intoleran yang tinggi maka akan mempengaruhi anak untuk menirunya.

3. Faktor Pemicu Intoleransi

5
Ada beberapa faktor penyebab intoleransi dalam kehidupan masyarakat.
Mulai faktor status ekonomi, kualitas pendidikan, hingga status sosial. Berikut
penjelasan beberapa faktor pemicu intoleransi yaitu:
1. Status Ekonomi
Ketimpangan kondisi finansial dan ekonomi serta kemiskinan menjadi faktor
yang berhubungan dan memengaruhi terjadinya sikap intoleransi. Terkadang
ada sekelompok orang yang merasa bahwa kelompok masyarakat yang berada
di bawahnya secara status ekonomi bukan menjadi bagian dari levelnya.

2. Status Sosial
Status sosial yang berbeda melahirkan intoleransi akibat perbedaan jabatan,
pekerjaan dan latar belakang. Seolah ada batas penghalang yang dibuat oleh
jabatan dan latar belakang yang membuat seseorang diperlakukan secara lebih
istimewa ketika memiliki jabatan yang lebih tinggi.

3.Kualitas Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat menyebabkan intoleransi dalam kehidupan
bermasyarakat. Pemegang jabatan tertentu dalam masyarakat mayoritas
diduduki oleh orang dengan tingkat pendidikan tinggiInformasi Keagamaan
dan

4.Fanatisme
Informasi keagamaan yang keliru memengaruhi terjadinya sikap intoleransi.
Ini biasanya dilakukan oleh oknum tertentu yang memakai nama agama untuk
menyuarakan kebencian kepada pengikutnya dari pola pikir dan tafsir agama
yang salah. Hal tersebut membuat suatu kelompok menjadi fanatik.

5.Politisasi Agama
Agama yang dicampurkan dalam urusan politik seringkali menimbulkan
permasalahan karena melihat dari salah satu sudut pandang agama saja.
Padahal politik dan agama merupakan dua hal yang berbeda dan tidak bisa
disatukan.

6
Lima hal di atas adalah faktor penyebab intoleransi dalam kehidupan
masyarakat. Untuk menghidari kondisi intoleransi, perlu ditingkatkan rasa
maklum terhadap perbedaan yang ada pada setiap kelompok yang hidup di
lingkungan tertentu.
4. Komponen Intoleransi
Intoleransi merupakan kebalikan dari semua prinsip yang terdapat dalam
toleransi. Ada setidaknya tiga komponen intoleransi, yaitu sebagai berikut.
1. Ketidakmampuan menahan diri saat tidak menyukai orang lain.
2. Sikap mencampuri dan atau menentang sikap/ keyakinan orang lain.
3. Tindakan sengaja menggangu orang lain.

5. Dampak Intoleransi
Dampak dari Intoleransi, atau minimnya sikap toleransi, bisa sangat
merugikan masyarakat dan negara. Minimnya sikap toleransi ini adalah bahwa
ketidakhormatan terhadap perbedaan suku, budaya, ras, agama, dan Bahasa dapat
berdampak buruk pada negara kita. Jika intoleransi meningkat maka akan
menimbulkan perpecahan dan mengganggu stabilitas negara. Konsekuensi lainnya
adalah meningkatnya polarisasi dan munculnya sikap etnosentris, dimana
beberapa orang mengganggap bahwa budaya yang merak anut adalah yang paling
superior.

6. Cara Mencegah serta Mengatasi Sikap Intoleransi


berikut adalah beberapa cara untuk mencegah sikap intoleransi
dilingkungan masyarakat:
1. Menumbuhkan simpati dan empati terhadap lingkungan sekitar.
2. Menghindari rasa ekslusif terhadap suku bangsa sendiri.
3. Tidak mengembangkan sikap dalam konteks SARA (Suku,Agama,Ras,dan
Antar Golongan).
4. Tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai suatu tujuan yang mana cara
tersebut dapat melanggar norma-norma yang berlaku.

7
5. Tidak mencari keuntungan untuk diri sendiri diatas ketidaksejahteraan orang
lain.
strategi yang efektif dalam menghilangkan sikap intoleransi di lingkungan
masyarakat adalah dengan memperbanyak ruang dialog (diskusi sosial),
memperbaiki interaksi masyarakat yang memiliki latar belakang yang berbeda
diharapkan menumbuhkan sikap saling mengerti dan menghargai. Selain itu,
mengikutsertakan individu-individu yang berperilaku intoleran untuk ikut serta
dalam mengurus kepentingan masyarakat juga berdampak baik bagi upaya
menyukseskan mengatasi sikap intoleransi di lingkungan masyarakat.

E. Lokasi dan Waktu Kegiatan/Proyek


Proyek ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 060882 yang beralamat di
Jl. Abdullah Lubis, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara. Waktu
pelaksanaannya akan dilakukan pada hari sabtu, 11 November 2023.

F.Anggaran biaya
Berikut adalah estimasi biaya atau anggaran konsumsi dan bahan yang
diperlukan Intoleransi disajikan dalam tabel berikut ini

No. Bahan yang Diperlukan Harga/ Satuan Jumlah Biaya


1. Chocolatos Rp 20.000,00 1 Kotak Rp 20.000,00
2. Permen Kiss Rp 8.000,00 2 Bungkus Rp 16.000,00
3. Arden Rp 23.000,00 2 Kotak Rp 46.000,00
4. Susu Milku Rp 32.000,00 2 Kotak Rp 64.000,00
5. Pulpen Standart Rp 34.000,00 1 Kotak Rp 34.000,00
6. Buku Tulis (30 lembar) Rp 60.000,00 1 Lusin Rp 40.000,00
7. Bungkus Kado Rp 3.000,00 3 Lembar Rp 9.000,00
8. Bolu Rp 80.000,00 1 Kotak Rp 80.000,00
9. Transportasi Rp 150.000,00 - Rp 150.000,00
Total Rp 483.000,00

8
7. Tinjauan Pustaka
Untuk menambah pemahaman sebelum melakukan wawancara, penulis
menyadari penelusuran secara ilmiah dengan objek yang serupa sudah dilakukan,
berikut beberapa penelitian yang berkaitan dengan intoleransi dikalangan anak
usia dini di sekolah dasar:
1. Dwi Rosyidatul Kholidah Dwi, dkk. Sosialisasi Nilai Moderasi Beragama
Melalui Media Poster Digital Terhadap Sikap Intoleransi Siswa Sekolah
Dasar. Tulisan ini mengatakan bahwa dalam membangun toleransi umat
beragama di Indonesia menjadi hal yang sangat penting dilakukan
gunamencegah dan mengurangi fenomena intoleransi yang terjadi. Dalam
membangun toleransi untuk mengatasi berbagai konflik yang ada, moderasi
beragama menjadi suatu hal yang harus dilaksanakan. Adapun tahapan
pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah tahap persiapan, tahap
pelaksanaaan, dan tahap monitoring dan evaluasi.
2. Asep Muhaemin Al-Ansori. Strategi Pembentukan Karakter Toleransi pada
Siswa Sekolah Dasar Multikultur dan Dwibahasa SD Pribadi di Kota
Bandung. Tulisan ini mengatakan bahwa pendidikan karakter toleransi di
sekolah merupakan pendidikan yang mengupayakan etika yang baik, saling
menghargai dan menghormati perbedaan antara siswa dan guru di sekolah.
Penelitian ini menggambarkan strategi pembentukan karakter toleransi yang
dilakukan oleh sebuah sekolah multikultur dan dwibahasa di Kota Bandung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah menerapkan dua strategi dalam
membentuk karakter toleransi pada siswa, yaitu melalui kegiatan belajar di
dalam kelas dan di luar kelas. Kegiatan belajar di dalam kelas dikemas dalam
mata pelajaran Rehbelik, Bahasa Inggris, dan mata pelajaran Tematik.
Kegiatan di luar kelas dikemas dalam bentuk pertunjukan assembly
performance, night performance, morning line, program charity days, dan
field trip. Kedua strategi ini menggambarkan sebuah proses sosialisasi dan
enkulturasi karakter toleransi dalam latar budaya pendidikan formal.

9
Beberapa penelitian di atas ini menunjukkan perbedaan dari penelitian
yang akan dilakukan yaitu perbedaan dari segi tempat dan juga metode dari
pelaksanaannya

9. Daftar Pustaka
Ananda, R. 2017. Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia
Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol. 1. No. 1.
Hlm. 19.
Ati, S. 2015. Analisis Literasi Informasi Pemakai Taman Bacaan Masyarakat.
Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan. Vol. 3 No. 1. Hlm. 89.
Kamaluddin, dkk. 2021. Intoleransi Menurut Tokoh Agama Islam dan Kristen.
Studia Sosia Religia. Vol. 4. No. 1. Hlm 4.
Kholidah, Dwi Rosyidatul, dkk. 2023. Sosialisasi Nilai Moderasi Beragama
Melalui Media Poster Digital Terhadap Sikap Intoleransi Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN). Vol. 4.
No. 1. Hlm. 155.
Rahma, Tsania, dkk. 2022. Intolerance in the Flow of Information in the Era of
Globalization: How to Approach the Moral Values of Pancasila and the
Constitution?. Indonesian Journal of Pancasila dan Global
Constitutionalism. Vol. 1. No 1. Hlm. 56.
Sudrirman, Lu, dkk. 2021. Sikap Toleransi Antar Budaya di Indonesia. Jurnal
NaCosPro. Vol. 03. No. 01. Hlm 668.
Tholkhah, Imam. 2013. Potensi Intoleransi Keagamaan Siswa Sekolah di Jawa
dan Sulawesi. Jurnal EDUKASI. Vol. 11. No. 11. Hlm 3.
Zuhroh, K dan M. Anang Sholikhudin. 2019. Nilai-Nilai Toleransi Antar Sesama
dan Antar Umat Beragama (Studi Pandangan Kh. Sholeh Bahruddin).
Multicultural Islamic Education. Vol. 3. No. 1. Hlm. 41–55.

10

Anda mungkin juga menyukai