Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PELUANG DAN TANTANGAN PENERAPAN PANCASILA


DALAM MENGHADAPI MARAKNYA INTOLERASI

Nama Kelompok :
Azri Ferdiansyah Nainggolan
Ryan Alfiansyah Saragih
Fikri Zulfahri Nasution
M Zidane Alhabibi M

REKAYASA PERANGKAT LUNAK


SMK NEGERI 2 KOTA TEBING TINGGI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini merupakan hasil kerja keras dan kerjasama tim kami untuk
menggali dan menyajikan informasi yang relevan mengenai topik yang kami
bahas.
Dalam makalah ini, kami akan membahas Peluang dan Penerapan dalam
Menghadapi Maraknya Intoleransi yang merupakan isu yang memiliki dampak
signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan wawasan baru, mendidik, serta menginspirasi pembaca.
Tentu saja, kami menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna, dan masih
banyak hal yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan masyarakat pada umumnya.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………


II
Daftar Isi …....………………………………………………………………………………….
III
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang …………………..………………………………………………………... 1

BAB II PEMBAHASAN .…………….....……………………………………………………... 2


A. Pengertian Mengenai Maraknya Intoleransi …………………………………………... 2

B. Penyebab Terjadinya Intoleransi ……………………………………………………….. 2

C. Contoh Perilaku Intoleransi …………………………………………………………...... 2

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………... 3


A. Pendapat Ahli ……………………………………………………………………………. 3

B. Kesimpulan ………………………………………………………………………………. 3

DAFTAR PUSTAKA ………......…………………………………………………………….. IV


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia, sebagai negara dengan beragam etnis, agama, budaya, dan suku bangsa,
menghadapi tantangan serius dalam menjaga keharmonisan dan persatuan di tengah-tengah
keragaman ini. Belakangan ini, maraknya intoleransi, baik yang bersifat agama, etnis, maupun
ideologis, telah menjadi isu yang meresahkan di masyarakat. Intoleransi ini dapat menyebabkan
ketegangan sosial, konflik, dan bahkan ancaman terhadap kerukunan nasional.
Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, telah menjadi fondasi bagi persatuan dan
kerukunan dalam keberagaman. Prinsip-prinsip Pancasila, seperti Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia, seharusnya menjadi pedoman dalam menjaga toleransi dan keberagaman.
Namun, dalam beberapa kasus, terdapat ketidaksesuaian antara nilai-nilai Pancasila dan
perilaku intoleran yang muncul di masyarakat. Dalam konteks ini, sangat penting untuk
menyelidiki peran Pancasila dalam menghadapi maraknya intoleransi dan bagaimana prinsip-
prinsipnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengenalan dan pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan antara Pancasila dan
intoleransi serta penerapannya menjadi sangat penting. Hal ini akan membantu dalam upaya
mempromosikan nilai-nilai Pancasila sebagai fondasi yang kuat dalam menjaga kerukunan sosial
dan menanggulangi intoleransi.
Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk mengulas latar belakang, akar masalah, serta
peluang dan tantangan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi maraknya
intoleransi. Dengan pemahaman yang lebih mendalam, kita dapat mengambil langkah-langkah
yang lebih efektif dalam mempromosikan toleransi, persatuan, dan kerukunan di masyarakat
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mengenai Maraknya Intoleransi


Memerangi Sikap Intoleransi yang Semakin Marak di Indonesia pada Era Milenial

Pada dasarnya definisi dari toleransi adalah sebuah sikap untuk saling menghargai,
menghormati, membiarkan pendapat, pandangan, kepercayaan kepada antarsesama manusia
yang bertentangan dengan diri sendiri. Sikap toleransi inilah yang perlu kita pelihara sejak dini
demi menjaga perbedaan yang terjadi pada masyarakat.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah negara yang memiliki aneka ragam budaya, ras,
suku bangsa, adat istiadat, kepercayaan, agama dan bahasa. Banyaknya keberagaman yang kita
miliki tentunya menimbulkan beberapa perbedaan, maka toleransi itu sangat diperlukan dan
harus dipertahankan.
Dengan keberagaman negara Indonesia, sudah sepatutnya kita sebagai masyarakat untuk
menumbuhkan dan menerapkan sikap toleransi yang positif dalam kehidupan sehari-hari
terutama di era milenial sekarang.
Adanya sikap toleransi sangat penting untuk menciptakan keharmonisan dan kerukunan
dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila masyarakat dapat menjaga toleransi dengan baik, maka
kehidupan berbangsa dan bernegara pun akan berlangsung harmonis dan terhindar dari segala
tindakan kriminal dan intoleransi.
Selanjutnya apa yang dimaksud dengan intoleransi? Intoleransi adalah kebalikan dari semua
prinsip yang terdapat dalam toleransi. Dapat diartikan sikap intoleransi merupakan sikap tidak
tenggang rasa atau tidak toleran.
Sebagai masyarakat kita perlu menyadari bahwasanya saat ini kasus intoleransi di Indonesia
semakin hari semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena memudarnya sikap toleransi yang terjadi
pada kalangan masyarakat seperti perkembangan situasi global, demokrasi yang didominasi "low
class" dan perkembangan media sosial yang sangat cepat.
Lalu apa sajakah contoh kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia? pertama, terdapat
kelompok intoleran yang melarang jemaat melakukan ibadah Natal di GPI Tulang Bawang pada
25 Desember 2021.
Kedua, intoleransi juga pernah terjadi di SMAN 8 Yogyakarta, karena pihak kepala sekolah
mewajibkan siswanya untuk mengikuti kemah di Hari Paskah.
Ketiga, pada awal 2020, seorang siswa aktivis Kerohanian Islam (Rohis) SMA 1 Gemolong,
Sragen, merundung siswi lainnya karena tidak berhijab.
Jika permasalahan ini terus terjadi pada kalangan masyarakat, maka persatuan dan kesatuan
bangsa di Indonesia akan hancur dan terjadi perpecahan antar masyarakat serta memunculkan
berbagai konflik-konflik yang lainnya.
Oleh karena itu, untuk memberantas intoleransi kita perlu memulainya dari diri sendiri dengan
meningkatkan rasa nasionalisme, cinta tanah air dan pengetahuan kewarganegaraan kita serta
mengimplementasikannya dengan baik, maka masyarakat disekitar akan mulai terpengaruh dan
mulai menyadari serta nantinya akan ikut mengimplementasikan hal tersebut.
Dalam buku Pluralisme, Konflik, dan Perdamaian (2002) oleh Elga Sarapung, beberapa upaya
yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat Indonesia dalam memerangi sikap intoleransi yang
makin marak di era milenial sekarang bisa dimulai dengan cara:
1. Tidak memaksakan kehendak diri sendiri kepada orang lain.
2. Peduli terhadap lingkungan sekitar.
3. Tidak mementingkan suku bangsa sendiri atau sikap yang menganggap suku bangsanya
lebih baik.
4. Tidak menonjolkan suku, agama, ras, golongan, maupun budaya tertentu.
5. Tidak menempuh tindakan yang melanggar norma untuk mencapai tujuan.
6. Tidak mencari keuntungan diri sendiri daripada kesejahteraan orang lain.
7. Melibatkan media yang berperan penting dalam menampilkan kisah keharmonisan
keberagaman Indonesia sehingga kita tidak lagi disuguhkan dengan perpecahan antar
bangsa setiap saat.
Dapat disimpulkan dengan adanya sikap toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
akan meminimalisir konflik dan perpecahan antarindividu maupun kelompok sehingga
kehidupan akan menjadi tentram dan harmonis.
Hal itulah yang penting untuk diperhatikan mengingat bangsa Indonesia mempunyai latar
belakang perbedaan yang beragam. Sikap toleransi patut dipelihara demi menjaga keutuhan
persaudaraan tanpa memandang perbedaan.

B. Penyebab Terjadinya Intoleransi


1. Status Ekonomi
Ketimpangan kondisi finansial dan ekonomi serta kemiskinan menjadi faktor yang berhubungan
dan memengaruhi terjadinya sikap intoleransi. Terkadang ada sekelompok orang yang merasa
bahwa kelompok masyarakat yang berada di bawahnya secara status ekonomi bukan menjadi
bagian dari levelnya.
2. Status Sosial
Status sosial yang berbeda melahirkan intoleransi akibat perbedaan jabatan, pekerjaan dan latar
belakang. Seolah ada batas penghalang yang dibuat oleh jabatan dan latar belakang yang
membuat seseorang diperlakukan secara lebih istimewa ketika memiliki jabatan yang lebih
tinggi, pekerjaan yang jauh lebih baik, dan latar belakang dari keturunan orang terhormat
3. Kualitas Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat menyebabkan intoleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Pemegang
jabatan tertentu dalam masyarakat mayoritas diduduki oleh orang dengan tingkat pendidikan
tinggi. Dan kualitas pendidikan ini juga berpengaruh pada sikap masyarakat yang akan lebih
mudah menjadi intoleran ketika suatu kelompok tidak merasakan bangku pendidikan tinggi yang
memengaruhi pola pikirnya, penerimaan terhadap situasi dan kondisi, dan lain sebagainya.
4. Informasi Keagamaan dan Fanatisme
Informasi keagamaan yang keliru memengaruhi terjadinya sikap intoleransi. Ini biasanya
dilakukan oleh oknum tertentu yang memakai nama agama untuk menyuarakan kebencian
kepada pengikutnya dari pola pikir dan tafsir agama yang salah. Hal tersebut membuat suatu
kelompok menjadi fanatik.
5. Politisasi Agama
Agama yang dicampurkan dalam urusan politik seringkali menimbulkan permasalahan karena
melihat dari salah satu sudut pandang agama saja. Padahal politik dan agama merupakan dua hal
yang berbeda dan tidak bisa disatukan.

C. Contoh Perilaku Intoleransi


Melarang aktivitas keagamaan, merusak rumah ibadah, diskriminasi atas dasar keyakinan atau
agama, intimidasi, dan pemaksaan keyakinan. Sebanyak 26 kasus intoleransi seperti ini sudah
terjadi di Indonesia sepanjang 2022.
BAB III
PENUTUP

A. Pendapat Ahli
Pendapat ahli tentang maraknya intoleransi bervariasi, tetapi umumnya mereka
mengidentifikasi beberapa faktor penyebab dan dampak negatifnya. Beberapa pendapat umum
termasuk:
A. Globalisasi: Beberapa ahli berpendapat bahwa globalisasi telah menciptakan ketegangan
antara berbagai kelompok budaya dan agama, yang dapat memicu intoleransi.

B. Politik dan Retorika: Faktor politik dan retorika yang memanfaatkan isu-isu identitas, ras,
atau agama dapat memicu intoleransi dan konflik antar kelompok.

C. Ketidaksetaraan: Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dapat menciptakan ketegangan


yang memicu intoleransi, terutama jika kelompok-kelompok tertentu merasa tidak diakui
atau diabaikan.

D. Media Sosial: Peran media sosial dalam menyebarkan pandangan ekstrem dan
memperkuat polarisasi telah menjadi perhatian utama. Ahli meyakini bahwa media sosial
dapat memperkuat kelompok-kelompok intoleran.

B. Kesimpulan
Kesimpulan dari maraknya intoleransi adalah bahwa ini adalah masalah global yang
kompleks dan merugikan. Intoleransi terhadap perbedaan budaya, agama, ras, dan identitas
lainnya dapat menghasilkan ketegangan sosial, konflik, dan bahkan tindakan kekerasan.
Dampaknya termasuk perpecahan sosial, pelanggaran hak asasi manusia, dan kerusakan dalam
masyarakat.
Untuk mengatasi maraknya intoleransi, perlu adanya upaya bersama melalui pendidikan,
dialog antar kelompok, penerapan kebijakan yang inklusif, dan penggunaan media sosial yang
bertanggung jawab. Penting untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan intoleransi dan
bekerja menuju masyarakat yang lebih toleran, inklusif, dan saling menghormati.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.kompasiana.com/rahmalians4252/62b1c9c3bb44861fbe22c072/
memerangi-sikap-intoleransi-yang-semakin-marak-di-indonesia-pada-era-milenial
2. https://kumparan.com/ragam-info/5-faktor-penyebab-intoleransi-dalam-kehidupan-
masyarakat-210vBkBtfni
3. https://kumparan.com/berita-terkini/pengertian-dan-contoh-tindakan-intoleransi-
di-indonesia-20AbXsumNiv#:~:text=Contoh%20sikap%20itu%20antara
%20lain,terjadi%20di%20Indonesia%20sepanjang%202022.

Anda mungkin juga menyukai