Anda di halaman 1dari 10

KURANGNYA SIKAP TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA

(MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MAHLUK SOSIAL)

Oleh :

I Gusti Ayu Rani Yanti Dadung ( 1910511037 )

Kadek Hita Cahyani ( 1910511039 )

I Gusti Ayu Hana Cintya Amyliana( 1910511040 )

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

BADUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya sehingga kami diberikan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktu yang diberikan. Tugas ini ditujukan
untuk memenuhi tugas Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) yang berisikan
tentang Kurangnya Sikap Toleransi Dalam Kehidupan Beragama. Dalam
penyusunan tugas ini kami mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Dalam
pembuatan tugas ini mungkin masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar tulisan ini dapat
menjadi lebih sempurna.

Badung, 27 Oktober 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat merupakan istilah paling penting untuk menyatakan kesatuan
hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun bahasan sehari-hari. Dalam
bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti
kawan.
Manusia sebagai makhluk sosial dalam suatu masyarakat pada dasarnya untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan hidupnya membutuhkan
manusia lain disekelilingnya, atau dengan kata lain bahwa dalam kehidupnya
manusia tidak terlepas dengan manusia lainnya, sehingga hubungan antar manusia
tersebut merupakan kebutuhan yang objektif. Selama manusia hidup tidak akan
lepas dari pengaruh masyarakat, di rumah, di sekolah, dan di lingkungan yang
lebih besar manusia tidak lepas dari pengaruh orang lain.
Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu
berinteraksi dengan individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan
dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna dengannya seperti contoh dalam
perbedaan agama, perbedaan pendapat, dan masih banyak perbedaan lainnya.
Persamaan serta perbedaan yang dimiliki oleh setiap manusia akan menimbulkan
sikap untuk saling menghargai. Untuk mengembangkan sikap saling menghargai
tidak mudah, karena manusia cenderung menonjolkan perbedaan yang dimiliki
setiap individu dengan individu lainnya atas dasar pengamatan sepintas saja.
Perbedaan-perbedaan tersebut sering kali dipergunakan untuk menunjukkan
bahwa dirinya lebih baik, lebih unggul, dan lebih berharga dari orang lain.
Dengan adanya perbedaan-perbedaan yang dimiliki ini akan menimbulkan
kesalahpahaman, maka dalam situasi seperti ini diperlukan kesadaran bertoleransi
yang tinggi untuk saling menghargai guna menciptakan kehidupan yang tentram
dan damai.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan toleransi?
2. Bagaimana pengaruh kurangnya sikap toleransi manusia dalam kehidupan
beragama sebagai mahluk individu dan sosial di masyarakat?
3. Apa hubungan dari kurangnya sikap toleransi dengan kearifan lokal?
4. Apa upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan sikap toleransi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari toleransi
2. Untuk mengetahui pengaruh kurangnya sikap toleransi manusia dalam
kehidupan beragama sebagai mahluk individu dan sosial di masyarakat?
3. Untuk mengetahui keterkaitan kurangnya sikap toleransi dengan kearifan
lokal
4. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mempertahankan
sikap toleransi sesama manusia

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Toleransi

Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, juga dikarenakan pada diri


manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Di dalam
kehidupan bermasyarakat, toleransi sangat diperlukan untuk menciptakan suasana
harmonis. Toleransi adalah sikap tenggang rasa, menghargai, membiarkan, atau
memperbolehkan orang lain untuk berpendapat atau berpendirian yang berbeda
dengan dirinya. Toleransi antar umat beragama dapat dimaknai sebagai suatu
sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain dengan
memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah)
masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun
tidak beribadah dari satu pihak ke pihak lain.

Toleransi adalah suatu sikap saling menghormati dan menghargai


antarkelompok atau antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya.
Sebagai implementasinya dalam praktek kehidupan sosial dapat dimulai dari sikap
bertetangga, karena toleransi yang paling hakiki adalah sikap kebersamaan antara
penganut keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

2.2 Pengaruh Kurangnya Sikap Toleransi Manusia Dalam Kehidupan


Beragama

Toleransi merupakan salah satu sikap yang harus ada di tengah-tengah


kehidupan masyarakat. Toleransi sekaligus menjadi elemen dasar yang diperlukan
untuk menumbuhkembangkan kesadaran sikap saling memahami, serta
menghargai perbedaan. Konflik antar umat beragama tidak akan terjadi apabila
toleransi dijadikan kesadaran kolektif oleh seluruh kelompok masyarakat. Prinsip-
prinsip toleransi harus betul-betul bekerja sebagai pengendali dan mengatur
kehidupan secara efektif.

Saat ini masyarakat mulai menurunkan sikap toleransi terhadap etnis, budaya
terutama masalah Agama, sementara itu dalam Undang-undang 1945 pasal 29
ayat 2 dikatakan bahwa “setiap warga diberi kemerdekaan atau kebebasan untuk
memeluk agama dan kepercayaannya.” Hal ini berarti kita tidak boleh
memaksakan kehendak, terutama dalam hal menganut keyakinan beragama lain
apalagi mengejek ajaran dan cara peribadatan. Seperti yang terjadi saat ini banyak
masalah perizinan pembangunan rumah ibadah antar umat beragama, penistaan
agama, pembakaran tempat peribadatan, konflik antar suku, menjelek-jelekkan
agama lain.

Dengan kurangnya sikap toleransi tersebut dapat menimbulkan konflik antar


sesama umat beragama dan terjadilah permusuhan yang biasanya terjadi adu
mulut karena tidak terima keyakinan yang mereka anut dijelek jelekkan. Agama
awalnya ditujukan untuk menciptakan keserasian antar umat beragama atau
hamba tuhan, tetapi dengan adanya sikap tertutup dan saling curiga antar
beragama sulit untuk menciptakan keserasian antar umat beragama.

Manusia sebagai mahluk sosial sangat perlu menjunjung tinggi sikap


toleransi, sebab seseorang yang memiliki sikap toleransi terutama terkait dengan
agama, akan melihat perbedaan tidak sebagai pertentangan ataupun permusuhan,
tetapi sebagai suatu keniscayaan. Karena orang beragama adalah orang yang
toleran mampu menerima, menghargai, dan memberi kebebasan kelompok lain
bagi yang seagama maupun yang berbeda agama.

2.3 Keterkaitan Kurangnya Sikap Toleransi dengan Kearifan Lokal

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, terdiri dari banyak


suku, agama dan adat budaya yang beraneka ragam. Oleh sebab itu, sikap
toleransi beragama sebagai salah satu wujud karakter bangsa Indonesia sangat
urgen diimplementasikan di dalam masyarakat yang pluralis. Ajaran tentang
toleransi beragama sebagai salah satu karakter bangsa Indonesia bersumber dari
ajaran agamaagama dan banyak termuat dalam kitab-kitab suci. Toleransi dan
kerukunan beragama sebagai pondasi dasar dalam mewujudkan persatuan dan
kesatuan bagi seluruh umat manusia juga ditekankan dalam Hindu.

Di dalam kehidupan bermasyarakat, toleransi sangat diperlukan untuk


menciptakan suasana harmonis. agama Hindu juga mengajarkan sebuah konsep
yang menekankan kepada tiga bentuk keharmonisan yang harus diwujudkan oleh
setiap umat-Nya, yang disebut dengan istilah Tri Hita Karana. Dalam konsep Tri
Hita Karana sikap toleransi ini termasuk dalam Pawongan yaitu manusia dengan
manusia, dimana manusia yang bersifat individu maupun social sehingga
memerlukan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Hal ini
dapat muncul dengan adanya sikap tenggang rasa saling memiliki antara umat
beragama, saling menghargai dan saling tolong- menolong dengan setiap orang.
Jika hal tersebut telah dilaksanakan maka akan terciptalah hubungan yang
harmonis dan selaras antara masyarakat baik itu yang sama agamanya maupun
yang berbeda agama. Dengan saling menjaga hubungan yang baik antar manusia
maka manusia tersebut akan dapat menciptakan suasana kehidupan yang aman,
nyaman damai dan tentram. Sehingga tujuan hidup manusia dapat terpenuhi
dengan baik.

Selain itu sikap toleransi termasuk juga kedalam konsep Tat Twam Asi
dimana yang terkandung dalam ajaran Tat Twam Asi ini “ia adalah kamu, saya
adalah kamu, dan semua makhluk adalah sama” sehingga bila kita menolong
orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri, dan bila kita menghargai
orang lain juga menghargai diri kita sendiri. Dimana prinsip ini juga
diperkokoh oleh ajaran Tri Kaya Parisudha yaitu wacika (berkata yang
baik dan benar), Manacika (berpikir yang suci dan benar), dan Kayika
(berbuat dan berprilaku yang suci dan benar). Dari ketiga unsur Tri Kaya
Parisudha ini saling memiliki keterikatan yaitu dmana jika kita sebagai umat
manusia sudah berfikir yang benar/suci maka terciptalah perkataan yang suci pula
dan bila perkataan sudah benar maka perbuatan kitapun pasti akan benar pula.
Dengan memiliki perilaku yang baik dan sikap saling menghargai antar sesama
umat manusia dan beragama maka akan menimbulkan keharmonisan yang baik
juga.

2.4 Upaya Untuk Mempertahankan Sikap Toleransi

Langkah pertama yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan atau


menumbuhkan sikap toleransi pada diri sendiri adalah kita mengetahui serta
memahami apa itu toleransi. Toleransi secara luas adalah sikap atau perilaku
manusia yang tidak menyimpang dari nilai atau norma-norma agama, hukum,
budaya, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap yang orang lain
lakukan.
Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga
baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu
direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling
tolong-menolong. Mengingat toleransi dapat mewujudkan kehidupan beragama
yang rukun dan damai, maka sikap toleransi antar umat beragama harus lebih
ditingkatkan lagi. Oleh karena itu, pemahaman tentang arti dari toleransi sendiri
sangat diperlukan.

Untuk bersikap toleran, seseorang hanya dituntut kesediaannya untuk


menghargai dan menghormati pilihan orang lain terhadap sesuatu yang
dianggapnya benar, tanpa mereduksi keyakinan dan pilihannya terhadap
agamanya sendiri. Sebagai mahluk sosial kita harus memiliki sikap menghargai,
dimana menghargai itu sendiri memiliki arti memberi, harga, menafsir harganya,
menilai, menghormati, mengindahkan, memandang penting.

Dalam hal ini pemerintah juga mempunyai tugas untuk memberikan


bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dalam melaksanakan ajaran
agamanya dapat berlangsung dengan rukun, lancar dan tertib.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai macam Suku, Budaya


dan Agama. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia harus hidup sebuah
masyarakat yang kompleks akan nilai sosial karena terdiri dari berbagai macam
suku dan agama. Untuk menjaga persatuan dan kesatuan antar umat beragama
maka diperlukan sikap toleransi dan memiliki hati yang lapang terhadap orang-
orang yang berbeda pendapat, kita sebagai mahluk sosial harus menjunjung tinggi
sikap toleransi antar umat beragama dan saling menghormati antar hak dan
kewajiban yang ada diantara kita demi kebutuhan Negara. Ada beberapa manfaat
yang akan kita dapatkan dengan menanamkan sikap toleransi diantaranya hidup
bermasyarakat kita menjadi tentram, persatuan bangsa Indonesia terwujud,
pembangunan negara lebih mudah dan masih banyak lagi.

3.2 Saran

Saran yang dapat kami berikan untuk menumbuhkan sikap saling toleransi
antara sesama umagt manusisa dan beragama, yaitu :

 Kepada masyarakat agar dapat meningkatkan kesadaran terhadap


pentingnya sikap saling menghargai sehingga terciptalah lingkungan yang
aman, tentram dan damai.

 Kepada siswa agar dalam bergaul tetap menjalin hubungan yang baik
dengan cara tidak memilih-milih teman serta tidak membeda-bedakan
status sosial seseorang, pangkat, ras, kekayaan, dan terutama Agama.
Sebagai mahluk sosial kita harus menanamkan pada diri kita sifat toleransi
yang tinggi.

 Kepada para orang tua agar mengajarkan tentang cara menghargai, lalu
dipelihara serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

DAFTAR PUSTAKA
Aliyya, Farah. 2019. Sikap Toleransi Masyarakat Indonesia terhadap Perbedaan
Agama.https://www.kompasiana.com/farahaliyya1592/5d0e1d820d82305
e9a62d2c3/sikap-toleransi-masyarakat-indonesia-terhadap-perbedaan-
agama-di-indonesia. Diakses 27 Oktober 2019.

Intansafitri, Yuyun. 2016. Miskinnya Sikap Toleransi dalam Kehidupan


Beragama.https://www.kompasiana.com/yuyunnurrahman/5858f6c86623
bd691e37ce26/miskinnya-sikap-toleransi-dalam-kehidupan-beragama.
Diakses 27 Oktober 2019.

Pringgandani, Putu Andhika. 2015. Tri hita karana dan tat twam asi.
https://www.academia.edu/19327991/Tri_hita_karana_dan_tat_twam_asi.
Diakses 27 Oktober 2019.

Setiadi, M. Elly, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar . Edisi Ketiga. Jakarta:
Kencana.

Anda mungkin juga menyukai