PLURALISME BERAGAMA
Disusun oleh:
YOGYAKARTA
2012
ABSTRAK
Makalah ini membahas tentang pentingnya sikap toleransi dalam kehidupan sehari - hari,
khususnya dalam menghadapi keadaan lingkungan yang majemuk/plural seperti di Indonesia.
Dengan adanya latar belakang agama yang berbeda – beda yang dipeluk oleh masyarakat, adanya
sikap toleransi antar sesama ini sangat penting. Diperlukan adanya kesadaran dalam diri manusia
untuk dapat menghormati individu yang lain . Agar dapat tercipta suatu kerukunan dalam suatu
negara maka seluruh masyarakat diharapkan dapat saling menghargai antara satu individu
dengan individu yang lainnya.
A. Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman agama, karena itu
diperlukan adanya sikap menghargai. Toleransi merupakan sikap dapat saling
menghargai antara individu yang satu dengan yang lain tanpa memperhatikan latar
belakang agama setiap individu. Indonesia yang memiliki beragam ajaran agama yang
bebas untuk dianut setiap masyarakatnya , membuat sikap toleransi ini sangat diperlukan
dalam menjalani kehidupan dalam masyarakat.
Asas Bhineka Tunggal Ika merupakan asas yang mengandung makna “berbeda –
beda tetapi tetap satu jua” dimana asas ini menyatakan bahwa meskipun manusia itu
berbeda latar belakangnya, namun tetap satu jiwa dalam Indonesia. Adanya sikap
toleransi dalam diri setiap manusia harus mulai ditumbuhkan sejak individu tersebut
mulai mengenal lingkungan sekitarnya. Peran keluarga menjadi sangat penting dalam
pengembangan sikap toleransi tersebut dalam diri anak.
Pluralisme atau yang biasa disebut sebagai kemajemukan adalah suatu konsep
yang menyatakan adanya perbedaan latar belakang agama tersebut yang menyebabkan
suatu bangsa memiliki keanekaragaman kebiasaan dalam masyarakatnya. Pluralisme
beragama mengandung arti adanya keberagaman dari agama. Adanya pluralisme
beragama ini merupakan suatu kekayaan bangsa karena setiap latar belakang agama
pasti memiliki cara tersendiri dalam hidup bermasyarakat. Negara yang berhasil adalah
negara yang dapat menyatukan segala perbedaan dari masing – masing latar belakang
agama tersebut menjadi sebuah fondasi yang kuat untuk memajukan bangsa.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
hubungan antara sikap toleransi dalam menghadapi pluralisme.
5. Apa saja faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kesadaran dalam toleransi?
D. Landasan Teori
Toleransi awalnya berasal dari bahasa Latin, “tolerare” yang berarti menahan
diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan memiliki hati yang lapang
bagi orang lain yang memiliki pendapat berbeda. Kata toleransi sendiri juga dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai “tolerance” (Wibowo, 2009).
Toleransi memiliki definisi yaitu sikap mental sebagai perwujudan dari kesiapan
untuk menerima perbedaan dari orang lain, bahkan dipadukan dengan kesiapan untuk
memahami diri mereka dalam keberbedaan mereka. Adanya sikap toleransi dapat
memberikan kesadaran bagi seseorang untuk memberikan kebebasan kepada seseorang
atau sekelompok orang untuk bisa mengatur kehidupan mereka sendiri (termasuk
beribadah) asalkan tidak bertentangan dengan stabilitas di masyarakat (Schumann, 2006).
Pluralisme awalnya berasal dari bahasa Latin yaitu “ plures” yang memiliki arti
beberapa dengan implikasi perbedaan. Dalam bahasa Inggris dikenal “pluralism” .
Dengan demikian pluralisme beragama dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang
memandang keberagaman secara positif dan dapat menerimanya sebagai kenyataan dan
berusaha untuk berbuat sebaik mungkin terhadap kenyataan itu. Dari asal – usul kata ini
diketahui bahwa pluralism beragama tidak menghendaki keseragaman bentuk agama.
Sebab jika keragaman sudah terjadi , maka tidak akan ada lagi pluralitas agama . Agama
– agama jelas berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap agama memiliki konsep
partikularitasnya sendiri sehingga sangat tidak mungkin jika semua agama menjadi sama
persis. Yang dikehendaki dari gagasan pluralisme adalah pengakuan secara aktif terhadap
agama lain (Moqsith, 2009).
BAB II
A. Pengertian Toleransi
Toleransi adalah suatu sifat yang dimiliki dalam diri seseorang untuk dapat saling
menghormati dalam kehidupan bermasyarakat. Toleransi berhubungan dengan sikap dan
perbuatan yang melarang adanya diskriminasi antara kelompok – kelompok yang berbeda atau
tidak dapat diterima oleh mayoritas suatu masyarakat.
Pluralisme merupakan suatu kondisi dimana suatu wilayah yang masyarakatnya memiliki
keanekaragaman latar belakang. Perbedaan latar belakang tersebut dapat berupa perbedaan suku,
agama, ras. Sedangkan pluralisme beragama sendiri adalah suatu kondisi dimana suatu negara
memiliki lebih dari satu ajaran agama dan masing – masing masyarakat berhak untuk memeluk
salah satu ajaran agama tersebut dengan merdeka.
Adanya sikap toleransi sangat diperlukan dalam menyikapi perbedaan tersebut dimana
manusia akan dapat saling menghormati segala ajaran yang ada, tanpa harus menyamakan sudut
pandang menurut ajaran agamanya masing – masing dalam menyelesaikan setiap masalah yang
ada. Setiap agama mempunyai sudut pandang tersendiri dalam menghadapi suatu masalah.
Adanya berbagai sudut pandang tersebut seharusnya dapat dikomunikasikan antara satu dengan
yang lainnya supaya tidak menimbulkan perselisihan dalam lingkungan masyarakat. Pada
akhirnya jika setiap individu mau untuk bertoleransi antar sesamanya maka akan terbentuk
kerukunan di dalam masyarakatnya.
Secara kenyataannya, terlampau sering kita menyaksikan di televisi atau media elektronik
lainnya, masih terjadi peristiwa perselisihan yang diakibatkan dari kurangnya rasa toleransi
dalam kehidupan beragama di Indonesia.
Salah satu contoh kurangnya rasa toleransi antara umat beragama adalah peristiwa
perusakan Gereja HKBP Pondok Indah, Jakarta yang dirusak FPI ( Front Pembela Islam ) pada
tanggal 8 Agustus 2010 pukul 09.00 WIB. Kejadian perusakan ini diawali saat kegiatan ibadah
baru akan dimulai, tiba-tiba massa FPI datang menerobos ke ruang ibadah. Karena ketakutan,
seluruh jemaat gereja pun berusaha melarikan diri. Perusakan gereja ini disinyalir karena banyak
warga sekitar yang protes (merasa terganggu) atas kegiatan ibadah umat kristiani tersebut
sehingga tanpa piker panjang lagi, akhirnya FPI melakukan kerusuhan di gereja tersebut, dimana
banyak warga yang terluka akibat insiden kerusuhan ini.
Sebagai umat yang beragama, seharusnya peristiwa seperti ini dapat dihindarkan karena
agama apapun tidak ada yang mengajarkan untuk menyelesaikan masalah dengan main hakim
sendiri. Kurangnya sikap toleransi sangat terlihat dalam kasus ini. Seharusnya masalah ini dapat
diselesaikan dengan cara kekeluargaan, dibicarakan baik – baik bersama supaya jelas apa yang
menjadi pokok permasalahannya dan pada akhirnya akan menemui titik terang untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Jika sudah terjadi perusakan seperti ini, ajaran agama yang
telah mereka jadikan pedoman hidup akan menjadi sia – sia.
E. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi sikap toleransi dalam individu
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesadaran dalam menumbuhkan sikap toleransi.
Faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu faktor internal ( yang
terdapat dalam diri seseorang ) dan faktor eksternal ( faktor yang berasal dari lingkungan sekitar
/ dari luar diri kita ).
Adanya sikap tidak peduli pada perbedaan yang ada, dan hanya ingin cara pandang
pandangnya sendiri yang diterima oleh masyarakat luas.
Kurangnya pemahaman yang mendalam mengenai maksud Tuhan menciptakan berbagai
macam ajaran agama adalah untuk saling melengkapi antara satu dengan yang lain dalam
suatu pemikiran , bukan untuk saling menghakimi.
Adanya sikap fanatik dalam seseorang. Fanatik merupakan sifat yang tidak dapat
menerima sama sekali terhadap perbedaan ajaran agama yang ada. Orang yang memiliki
karakteristik seperti ini tidak segan – segan menghakimi setiap orang yang memiliki
sudut pandang yang berlainan dengan sudut pandanag yang ia miliki berdasarkan ajaran
agama yang dipeluknya.
Lingkungan yang terdekat misalnya keluarga atau teman kurang dapat menanamkan rasa
toleransi antara sesama. Pada akhirnya , seseorang tersebut akan terpengaruh dari sikap
itu dan menjadi radikal terhadap perbedaan yang ada.
Sikap toleransi dalam diri sebenarnya dapat ditumbuhkan dengan cara lebih memahami
perbedaan yang ada tersebut murni adanya berasal dari Sang Pencipta , yang dibuat dimaksudkan
agar manusia dapat saling memperkaya suatu pengalaman rohani dimana ternyata setiap ajaran
agama terebut memiliki keunikan masing – masing dalam cara berpikir, cara beribadah. Selain
itu adanya peran keluarga dalam menumbuhkan sikap toleransi ini juga sangat penting. Keluarga
menjadi tempat kehidupan awal yang dapat mengajarkan suatu individu untuk bersikap
menghargai dimana pun mereka berbeda, karena sampai kapanpun perbedaan itu akan ada di
setiap keberaaan manusia. Selain itu juga diperlukan peran dari lembaga pendidikan formal
untuk mulai memupuk sikap toleransi dalam diri setiap siswanya agar ke depannya bisa
mejadikan semua perbedaan latar belakang agama tersebut sebagai suatu anugrah dalam
kehidupan.
Pemerintah merupakan suatu kelompok individu yang memiliki kekuasaan untuk menjadi
wadah aspirasi bagi masyarakat dalam menyampaikan keinginannya. Peran pemerintah dalam
memacu perkembangan sikap toleransi ini sangat penting. Banyak kegiatan yang dapat diadakan
oleh pemerintah untuk memfasilitasi masyarakatnya untuk lebih memahami perbedaan yang ada.
Kegiatan tersebut antara lain bisa berupa dialog antar agama. Dialog antar agama tersebut dapat
menjadi fasilitator komunikasi umat beragama untuk saling berbagi pengalaman rohani. Dari
kegiatan itu , diharapkan rasa saling peka dapat tumbuh perlahan – lahan di hati masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
Indonesia memiliki bermacam – macam ajaran agama yang memiliki cara tersendiri untuk dapat
berkembang dalam kehidupan. Untuk itu asas “Bhinneka Tunggal Ika” dapat dijadikan pedoman untuk
membina persatuan dan kesatuan yang ditimbulkan oleh rasa toleransi. Meskipun setiap ajaran agama
memiliki sudut pandang masing – masing , namun setiap agama pasti mengajarkan setiap umat
pemeluknya untuk memiliki rasa toleransi untuk menuju kerukunan bangsa. Adanya sikap saling terbuka
dan saling membantu antar umat agama yang satu dengan yang lainnya juga dapat mengawali
pertumbuhan sifat toleransi dalam hati manusia.
SARAN
Adanya kesadaran untuk dapat memiliki rasa toleransi antara umat beragama dapat mulai
ditumbuhkan sejak manusia itu bertumbuh dalam lingkungannya. Keluarga adalah pemula dari
pengembangan sikap toleransi dalam diri anak. Seorang anak akan memiliki sifat toleransi
apabila ia telah dibiasakan dalam kehidupan di keluarganya untuk dapat saling mengerti dan
menghormati cara dari masing – masing ajaran agama untuk dapat menjalankan. Jika kesadaran
tersebut telah muncul dalam diri individu, maka rasanya tidak sulit lagi untuk menghormai
sesamanya.
Moqsith, A., 2009, Merayakan Kebebasan Beragama , ICRP, Jakarta, pp. 387-388.
Schumann, O., 2006, Menghadapi Tantangan, Memperjuangkan Kerukunan, PT BPK
Gunung Mulia, Jakarta, pp.59.
Wibowo, S., 2009, Manusia, Teka Teki Yang Mencari Solusi, Kanisius, Yogyakarta,
pp.138.