Anda di halaman 1dari 11

Mata Kuliah Komunikasi Antar Budaya dan Agama

“PLURALISME”

KELOMPOK 2
ROYANI 191210126
RIANI 191510123
MUHAMAD SYAHRIYAN 191510135
BABAY KHOLIFAH 191510150
MAULANA IQBAL F 191510119
ZAKIYATUL PUADAH 191510130
NURWINDA YANTI 191510144
AH,AD RIFALDI 191510146
A. Pengertian Pluralisme

Pluralisme berasal dari kata pluralis yang berarti jamak, lebih dari satu,
atau pluralizzing sama dengan jumlah yang menunjukkan lebih dari
satu, atau lebih dari dua yang mempunyai dualis, sedangkan pluralisme
sama dengan keadaan atau paham dalam masyarakat yang majemuk
bersangkutan dengan system social politiknya sebagai budaya yang
berbeda-beda dalam satu masyarakat.
Dalam istilah lain plualisme adalah sama dengan doktrin yang
menyatakan bahwa kekuasaan, pemerintahan di suatu Negara harus
dibagi bagikan antara berbagai gelombang karyawan dan tidak
dibenarkan adanya monopoli suatu golongangolongan
B. BENTUK PLURALISME DI INDONESIA

Pluralisme sering diartikan sebagai suatu paham atau pandangan hidup yang mengakui
dan menerima adanya kemajemukan atau keanekaragaman dalam suatu kelompok
masyarakat.Kemajemukan tersebut dapat dilihat dari segi agama, suku ras adat istiadat
dan lain lain.
Menurut Nasikun (1948 ) berapa faktor penyebab terciptanya pluralitas masyarakat
Indonesia, antara lain yaitu karena kondisi geografis indonesia yang terdiri dari 17.000
pulau yang memciptakan berbagai suku bangsa. Selain itu juga dipengaruhi faktor letak
geografis indonesia di antara samudra indonesia dengan samudra pasifik yang
menyebabkan pluralitas agama atas hal ini pengariuh berbagai kebudayaan asing dengan
mudahnya masuk ke Indonesia melalui para pedagang atau perantau asing.
Pluralitas masyarakat Indonesia adalah suatu kenyataan bahwa bagsa indonesia terdiri dari
kolektivitas kelompok- kelompok masyarakat yang bersifat majemuk. Dari segi etnis
terdapat 656 suka bangsa dan tidak kurang dari 300 enis bahasa- bahasa lokal (daerah),
dipapua saja lebih dari 200 bahasa- bahasa suku bangsa .Indonesia memiliki keragaman
budaya yang berasal dari berbagai suku bangsa dan berbagai macam bahasa menjadi ciri
kemajemukan bangsa indonesia.
B. BENTUK PLURALISME DI INDONESIA

Pluralisme pada perkembangannya menjadi suatu wacana yang cukup ramai dibicarakan,
terutama pasca reformasi. Keramaian itu semakin menguat semenjak MUI memutuskan
fatwanya yang mengharamkan terhadap sekularisme, liberalisme dan pluralisme pada tahun
2005. Kemudian yang paling menarik untuk diperhatikan pasca keluarnya fatwa tersebut
adalah semaraknya respon publik yang diwakili oleh sejumlah LSM Islam yang dengan
antusias menyuarakan tiga isu tersebut, bahkan selama kurun lima tahun sejak pengharaman
tersebut, tiga isu besar tersebut semakin menemukan performanya yang semakin
matang.Selain respon dari sejumlah LSM dua arus besar Islam di Indonesia yaitu
Muhammadiyah dan NU juga ikut meramaikan wacana tersebut. Kelompok muslim lain
seperti Persatuan Islam (PERSIS), Nahdatul Wathan di NTB, Darul Dakwah wa Irsyad
(DDI) di Sulawesi, Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Front Pembela Islam (FPI) serta
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) juga memainkan perannya dalam merespon tiga wacana
tersebut. Ditengah-tengah tempratur terbukanya demokrasi, masing-masing kelompok
tersebut mempunyai hak yang sama dalam mengungkapkan pendapatnya, sebagian ada yang
bersikukuh menolak, sebagian yang lain dengan penuh kemantapan menerima pluralisme
sebagai sebuah keniscayaan.
C. UPAYA MEMPERTAHANKAN PLURALISME

Ada banyak contoh sikap positif yang bisa diterapkan untuk mempertahankan pluralisme di kalangan
masyarakat. Salah satunya adalah toleransi. Selain toleransi, masih ada beberapa contoh dari
penerapan sikap pluralisme lainnya, yaitu :
1. Menghormati setiap individu tanpa melihat latar belakangnya.
2. Sikap saling menghormati sangat penting diterapkan.
3. Jika menumbuhkan dan membiasakan diri untuk bersikap hormat kepada orang lain tanpa melihat
agama, budaya ataupun rasnya, kondisi masyarakat akan tetap tentram dan hidup rukun.
4. Bersikap terbuka terhadap perbedaan yang ada. Hal ini bisa diartikan jika tiap individu hendaknya
bersikap terbuka atau menerima perbedaan yang ada dan tidak menutup diri. Dengan memiliki sikap
terbuka, individu atau masyarakat akan lebih mudah bertoleransi dan menghormati orang lain.
5. Tidak memaksakan kehendak. Artinya individu tidak memaksa orang lain untuk menekuni atau
melakukan suatu hal yang mungkin bertentangan dengan orang tersebut. Contohnya memaksa orang lain
untuk memeluk agama yang kita peluk atau memaksa orang untuk menerima pendapat kita.
6. Saling membantu. Sikap saling membantu tanpa memperhatikan perbedaan yang ada, juga hendaknya
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya membantu orang lain yang merasa kesulitan
membawa barang atau membantu orang lain yang tertimpa bencana alam.
7. Tidak mengejek keyakinan, agama, ras ataupun budaya lain.
D. DEFINISI TOLERANSI

Toleransi merupakan salah satu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formil. Kadang-kadang
toleransi timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan, hal mana disebabkan Karena adanya
watak orang perorangan atau kelompok manusia, untuk sedapat mungkin Menghindarkan diri dari
suatu perselisihan (Soekanto, 1982:71).
Halim (2008) dalam artikel yang berjudul “Menggali Oase Toleransi”,Menyatakan “Toleransi
berasal dari bahasa latin, yaitu tolerantia, berarti kelonggaran, Kelembutan hati, keringanan dan
kesabaran”. Secara umum istilah ini mengacu pada sikap Terbuka, lapang dada, suka rela, dan
kelembutan.
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mengartikan
toleransi sebagai sikap “saling menghormati, Saling menerima, dan saling menghargai ditengah
keragaman budaya, kebebasan berekspresi, Dan karakter manusia”.
Hakikat toleransi adalah hidup berdampingan secara damai dan saling menghargai Diantara
keragaman. Di Indonesia, praktek toleransi mengalami pasang surut. Pasang surut ini Dipicu oleh
pemahaman distingtif yang bertumpu pada relasi “mereka” dan “kita”.
Dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan kata toleransi adalah
samanah atau tasamuh, maka kata ini berkembang dan mempunyai arti sikap lapang dada atau
terbuka dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang mulia.
D. Definisi Toleransi

1. Analisis Terhadap Toleransi Dalam Islam


Toleransi dalam beragama islam bukan berarti boleh atau bebas menganut agamu tertentu atau dengan
bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama tanpa adanya aturan yang mengikat. Akan
tetapi, toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk system dan tata cara peribadatannya dan
memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing. Sikap penerimaan dan
pengakuan terhadap yang lain sebagai ajaran toleransi yang ditawarkan islam, sebagaimana
disebutkan dalam hadits-hadits maupun ayat Al-qur’an cukup rasional dan praktis.
2. Kaitan Toleransi Dengan Sesama Muslim
Berkaitan dengan hubungan toleransi dengan pesaudaraan sesame muslim, dalam hal ini Allah SWT
berfirman : Artinya : orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antar kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah SWT, supaya kamu
mendapat rahmat. Dalam ayat ini, Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang mukmin bersaudara
dan memerintahkan untuk melakukan islah (mendamaikannya untuk perbaikan hubungan) jika
seandainya terjadi kesalahpahaman diantara mereka atau kelompok umat islam. Dalam konteks
pengalaman agama, Al-Quran secara tegas memerintahkan orang-orang mukmin untuk kembali
kepada Allah SWT dan sunnah Rasulullah SAW.
E. BENTUK TOLERANSI
1. Bentuk Toleransi Beragama
a. Tidak memaksakan agama yang dianut ke seseorang yang berbeda keyakinan.
b. Menghargai dan menghormati agama yang dianut orang lain.
c. Tidak menganggu ibadah dan jalannya kegiatan keagamaan orang lain.
d. Tidak merusak tempat ibadah dan mengganggu ketenangan agama lain.
e. Tidak menghina dan merendahkan agama orang lain.
2. Bentuk Toleransi Antar Suku
f. Tidak melakukan tindakan diskriminasi pada seseorang yang berbeda suku.
g. Memperlakukan semua orang sama dan sejajar meski berbeda suku.
h. Menghormati dan menghargai suku lain.
i. Menghargai kebudayaan suku lain.
3. Bentuk Toleransi Sosial Budaya
j. Mengenalkan kebudayaan Indonesia di dunia internasional.
k. Bangga memakai produk budaya buatan anak bangsa.
l. Mempelajari budaya di Indonesia dan mengambil sikap positif dari budaya tersebut.
m. Tidak berbicara buruk terhadap kebudayaan orang lain.
F. PENGERTIAN MASYARAKAT PLURAL
Pluralisme agama dan budaya dapat dijumpai dimana-mana. Didalam masyarakat tertentu, dikantor
tempat kita bekerja, di sekolah tempat kita belajar, bahkan Di pasar tempat kita berbelanja. Tapi
seseorang baru dapat dikatakan menyandang sifat tersebut apabila ia dapat berinteraksi positif
dalam lingkungan kemajemukan tersebut. Dengan kata lain Pluralisme agama adalah bahwa tiap
pemeluk agama dituntut bukan saja. mengakui keberadaan Dan persamaan guna tercapainya
kerukunan dalam kebhinekaan. Intan (2007) menyatakan Pluralisme agama yang berpondasikan
solidaritas individual niscaya membuahkan beberapa Implikasi positif: Pertama, Pemahaman
kemajemukan agama bukan lagi sekedar “kenyataan”, Melainkan menjadi “keharusan” yang tidak
dapat dihilangkan. Pada realitas ini muncul usaha Saling memperhatikan yang lahir dari kesadaran
interpendensi. Pada kondisi ini, agama didorong Memberi kontribusi karena interdependensi agama
mensyaratkan ketidakaktifan satu agama akan Berpengaruh kepada hasil-hasil yang akan dicapai.
Jika kesadaran interdependensi agama terus Bertumbuh, partisipasi agama-agama dapat
dimaksimalkan. Kedua, pluralisme agama berbasis Solidaritas intelektual menjunjung prinsip take
and give. Ketiga, berdasarkan solidaritas intelektual, pluralisme agama Mengharuskan kebebasan
beragama bukan sebatas negatif immunity, bahwa agama harus bebas Dari cengkraman sosial-
politik termasuk negara. Keempat, Pluralisme agama dengan solidaritas Intelektual berpotensi
menghasilkan nilai-nilai yang mengandung common good. Yang Dimaksudkan dengan masyarakat
plural dalam tulisan ini, adalah masyarakat majemuk yang Ditandai adanya beragam suku bangsa,
agama, budaya atau adat istiadat.
G. TOLERANSI SEBAGAI MODAL DALAM MENDUKUNG
MASYARAKAT PLURALISME
Pada era reformasi, kemajuan masyarakat cenderung menjadi Beban dari pada
modal bangsa Indonesia. Hal itu terbukti dengan Munculnya berbagai persoalan
yang sumbernya berbau kemajemukan, terutama dalam bidang agama. Dalam
perspektif keagamaan semua Kelompok agama belum yakin bahwa nilai dasar
setiap agama adalah Toleransi. Akibatnya yang muncul intoleransi dan konflik.
Padahal agama Bisa menjadi energi positif membangun nilai toleransi guna
mewujudkan Negara yang adil dan sejahtera. Seharusnya pada era reformasi ini,
kita Menjunjung tinggi demokrasi dan toleransi. Demokrasi tanpa toleransi
Akan melahirkan tatanan politik yang otoritaristik, sedangkan toleransi Tanpa
demokrasi akan melahirkan pseudo- toleransi, yaitu toleransi yang Rentan
konflik-konflik komunal. Oleh sebab itu toleransi dan demokrasi Harus saling
terkait, baik dalam komunitas masyrakat politik maupun Masyarakat sipil.
Disamping itu nilai dasar setiap agama adalah toleransi, Terutama agama islam
tidak kurang dari 300 ayat menyebutkan Mutiara Toleransi secara eksplisit.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai