Anda di halaman 1dari 7

Implementasi Toleransi terhadap Umat beragama di negara Indonesia

Artikel

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Moderasi Beragama

Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Saekan Muchith, S. Ag, M.Pd.

Disusun Oleh:
Najwa Nisrina Hanum (2203016039)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2022
Implementasi Toleransi terhadap Umat beragama di negara Indonesia
Hari toleransi Internasional yang diperingati pada tanggal 16 November di seluruh
dunia. Tanggal tersebut ditetapkan ole UNESCO sebagai hari Toleransi atau peringatan atas
Declaration of Principles on Tolerance pada tahun 1995, dan baru dirayakan setahun
setelahnya, 1996. Hari Toleransi Internasional ditetapkan pertama kali pada 1996 oleh
Majelis Umum PBB berdasarkan resolusi 51/95. Putusan 16 November sebagai Hari
Toleransi Internasional disetujui oleh negara-negara anggota PBB di konvensi tersebut.
Pertemuan menetapkan Hari Toleransi Internasional merupakan tindak lanjut dari peringatan
Tahun Toleransi PBB yang dirayakan pada 1995. Perjanjian menjaga toleransi ini
diproklamasikan dalam Majelis Umum PBB pada 1993 berdasarkan inisiatif UNESCO. Hari
Toleransi Internasional merupakan momen untuk melakukan refleksi dan mengampanyekan
kesadaran saling menghargai dan menghormati satu sama lain, baik antar individu atau
kelompok.
Urgensi toleransi kian penting di era sekarang, yang mana ekstremisme, konflik, dan
pengrusakan lingkungan kian masif. Di ruang media sosial pun nampaknya masih riuh
dengan urusan melemahkan, menghina, merasa benar, hoaks, ujaran kebencian, dll.
Sementara di luar tak sedikit anak muda yang berperilaku bar-bar, seperti tawuran,
keroyokan, terlibat narkoba maupun kriminal lainnya dalam ekonomi underground.
menumbuhkan sikap saling toleransi sudah menjadi kebutuhan dan kewajiban kita semua dan
itu bagian dari upaya mengatasi radikalisme yang mengarah pada tindakan-tindakan
terorisme dan intoleransi lainnya. Saling menghormati dan menghargai antar umat beragama
di negeri ini telah sangat membudaya.
Indonesia adalah negara dengan pemeluk Islam mayoritas. Tapi di negara ini juga
bebas dibangun tempat-tempat ibadah agama lain. Kasus penolakan pembangunan tempat
ibadah tertentu di Sukoharjo menjadi alarm soal toleransi di negeri ini. Di negara ini pula hari
raya agama selain Islam dijadikan hari libur. Bila masih ada pihak-pihak yang masih
mempermasalahkan perbedaan yang ada, sangat ketinggalan zaman. Justru perbedaan dan
keberagaman adalah kekayaan yang Tuhan anugerahkan kepada Indonesia. Berdasar pada
semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia jadi tempat bertumpunya berbagai agama. Enam
agama besar di Indonesia adalah Islam, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, Kristen Katolik, dan
Kristen Protestan bahkan ada aliran penghayat kepercayaan. Masyarakat, hidup
berdampingan dengan segala perbedaan yang ada. Kehidupan multireligi berjalan harmonis,
hidup rukun dan damai dalam gelora guyub rukun. Masyarakat terbiasa dengan adanya
toleransi, terbukti dari banyaknya tempat peribadatan yang harmonis satu sama lain. Kita
punya keberagaman agama dan budaya. Beberapa tempat dan bangunan terbukti jadi saksi
sejarahnya
Tanggal 16 November adalah hari ketika umat manusia di seluruh dunia
memperingati Hari Toleransi. Pada hari ini kita mengajak seluruh warga untuk kembali
merenungkan, mengingat, menjalani bahwa toleransi adalah sikap aktif untuk mewujudkan
kesetaraan dalam perbedaan. Toleransi bukan semata-mata membiarkan dan mengabaikan
perbedaan begitu saja. Kesetaraan dalam perbedaan baik suku, agama, bahasa, maupun
etnisitas itu hanya bisa terwujud jika hukum ditegakkan secara benar
A. Pengertian Toleransi
Istilah toleransi berasar dari bahasa inggris yiatu, tolerance. Sedangkan dalam
bahasa arab disebut dengan istilah tasamuh yang berati bermurah hati, atau tasahul
yang bermakna bermudah-mudahan. Sementara, kata "kerukunan" dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, diartikan sebagai “hidup bersama dalam masyarakat melalui "kesatuan
hati" dan "bersepakat" untuk tak menciptakan perselisihan dan pertengkaran".
Kerukunan ialah suatu kata yang memiliki muatan makna “damai” dan "baik". Dalam
kaitannya dengan Islam, maka istilah toleransi ini disebut dengan tasamuh, walaupun
pada dasarnya tidak semata-mata selaras dengan makna dari kata toleransi tersebut,
karena tasamuh berisi tindakan tuntunan dan penerimaan dalam batas-batas tertentu.
Orang yang melakukan tasamuh dalam pandangan Islam disebut sebagai
mutasamihin, yang bermakna “penerima, menawarkan, pemurah dan pemaaf sebagai
tuan rumah kepada tamunya”. Secara realitas, mereka yang melakukan tindakan
tasamuh ini tidaklah sepatutnya menerima saja yang akan menekan batasan hak serta
kewajibannya sendiri. Dengan kata lain, tindakan atau perilaku tasamuh dalam
kehidupan beragama memiliki makna untuk tidak saling melanggar atau melampaui
batasan, terutama yang berhubungan dengan batasan keimanan (aqidah) masyarakat.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa toleransi adalah
sikap saling menghargai dan menghormati satu sama lain tanpa membeda-bedakan
ras, suku, juga bahasa. Toleransi sudah seharusnya menjadi sikap yang harus
dilakukan untuk mengormati satu sama lain dan menghargai segala perbedaan yang
setiap orang miliki. Meski kelihatannya sederhana, tetapi toleransi mempunyai
pengaruh yang besar dalam kehidupan bermasyarakat. Jika toleransi tidak kita
terapkan dan jalankan dalam kehidupan sehari-hari, mungkin yang akan terjadi adalah
masyarakat Indonesia akan terpecah belah dan menjadi bangsa yang hancur.
B. Pentingnya toleransi bagi bangsa Indonesia
Pentingnya Toleransi bagi bangsa Indonesia, antara lain
1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan masing-masing agama. Masing-masing
agama dengan adanya kenyataan agama lain, akan semakin mendorong untuk
menghayati dan sekaligus memperdalam ajaran-ajaran agamanya serta semakin
berusaha untuk mengamalkan ajaran-ajaran agamanya.
2. Mewujudkan stabilitas nasional yang mantap. Dengan adanya tolerasi umat
beragama secara praktis ketegangan-ketegangan yang ditimbulkan akibat
perbedaan paham yang pangkal pada keyakinan keagamaan dapat dihindari.
Apabila kehidupan beragama rukun, dan saling menghormati, maka stabilitas
nasional akan terjaga.
3. Menjunjung dan menyukseskan pembangunan. Usaha pembangunan akan sukses
apabila di dukung dan ditopang oleh segenap lapisan masyarakat. Sedangkan jika
umat beragama selalu bertikai dan saling menodai,tentu tidak dapat mengarakan
kegiatan untuk mendukung serta membantuu pembangunan, bahkan dapat
berakibat sebaliknya.
4. Memelihara dan mempercepat rasa persaudaraan. Rasa kebersamaan dan keadilan,
perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta menghindari semua
keburukan.
C. Cara-cara untuk memperkuat toleransi
Upaya atau cara-cara untuk mewujudkan dan memperkuat toleransi tidak
terlepas dari faktor penghambat dan penunjang. Faktor penghambat kerukunan hidup
beragama selain warisan politik penjajah juga fanatisme yang masih sangat dangkal,
sikap yang kurang bersahabat, cara- cara yang agrisif dalam dakwah agama yang
ditujukan kepada orang yang telah beragama, pendirian tempat ibadah yang tidak
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang telah berlaku, dan penguburan
nilai-nilai ajaran agama antara suatu agama dengan agama yang lain, juga karena
munculnya macam-macam sekte dan faham keagamaan, kurangnya memahami ajaran
agama dan peraturan Pemerintah dalam hal kehidupan beragama. Upaya untuk
memperkuat toleransi anata lain
1. Adanya nilai-nilai luhur budaya yang telah berakar dalam masyarakat, seperti
gotong royong. Gotong royong adalah suatu kegiatan yang tumbu secara alamai
dengan sendirinya di dalam masyarakat, yang akirnya membentuk rasa toleransi
antar masyarakat.
2. Tidak memaksakan keyakinan teradap orang lain.
3. Tidak mendiskriminasikan atau membeda-bedakan orang lain berdasarkan suku,
agama, ras, dan lainnya.
4. Saling mengormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.
5. Kerja sama dikalangan intern umat beragama, antar umatberagama, dan antara
umat beragama dengan pemerintah
D. Ciri-ciri orang yang memilki toleransi
Seseorang yang memilki sikap toleransi memiliki 5 karakter utama, antara lain
1. Memiliki rasa empati agama, yaitu ketersediaan untuk beradaptasi, peka terhadap
perasaan dan norma agama maupun sosial
2. Stabilitas emosional, Yaitu memiliki perilaku untuk menekan emosi dan
kemampuan tetap tenang saat mengadapi kesulitan dalam beradaptasi dengan
keanekaragaman beragama. Orang tersebut tidak akan memaksakan keendaknya
terhadap agama lain.
3. Fleksibilitas, yaitu mampu berperilaku fleksibel serta menafsirkan situasi atau
suatu kondisi dalam beragama.
4. Keterbukaan, Yaitu keterbukaan pikiran dan perilaku maupun perasaan yang
ditunjukkan dengan bersikap dan berperilaku bebas terhadap perbedaan agama
yang dapat membantu mengatasi ketegangan anatar agama.
5. Inisiatif sosial, memiliki pendekatan yang aktif dan menunjukkan inisiatif dalam
berinteraksi. Orang tersebut mengormati apapun perbedaan yang ada pada agama
lain.
E. Ayat atau ahdia tentang toleransi
1. Al-Qur’an
a. Bersikap toleran terhadap agama lain (Qs. Al-Kafirun ayat 1-6)

(4) ُ ‫عابِد ُونَ َما أ َ ْعبُد‬


َ ‫) ْنت ُ ْم‬3( ‫عبَدْت ُ ْم‬ َ ‫( َو ََل أ َ َو ََل أَنَا‬2) ُ ‫( َما ت َ ْعبُد ُونَ ََل أ َ ْعبُد‬1) َ‫قُ ْل يَا أَيُّ َها ْالكَاف ُِرون‬
َ ‫عابِد ٌ َما‬
)6( َ ‫عابِد ُونَ َما أ َ ْعبُد ُ َو ََل أ‬ َ ‫لَكُ ْم ِد ْينُكُ ْم َول‬
َ ‫) ْنت ُ ْم‬5( ‫ِي ِدي ِْن‬

Artinya: Katakanlah: "Hai orang-orang kafir (1), Aku tidak akan menyembah apa
yang kamu sembah (2), Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah (3),
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah (4), Dan kamu
bukan penyembah Tuhan yang aku sembah (5), Untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku (6) (QS. Al-Kafirun: 1-6)
Melalui surat Al Kafirun, Allah SWT menekankan perihal toleransi antar umat
beragama. Hal ini dilakukan melalui pengerjaan ibadah sesuai dengan ketentuan
agama masing-masing tanpa mencampur adukkan urusan keduanya.
2. Hadist

ُ‫ح ة‬ َ ْ‫انُ أ َ َح بُ إِ ل َى َللاَُِّ ق َ ا َلُ ال‬


َ ‫ح ن ِي فِ ي َّةُ ال سَّ ْم‬ ِ َ ‫َللاُ عَ ل َيْ ِهُ َو سَ ل َّ َمُ أ َيُ ا ْأل َ ْد ي‬
َّ ‫ص ل َّى‬
َ َُِّ‫ا بْ ِنُ عَ ب َّاسُ ق َ ا َلُ ق ِي َلُ لِ َر س و ِلُ َللا‬
ُ‫عَ ِن‬

Artinya: Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah SAW:


“’Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah? Maka beliau bersabda: ‘Al-
Hanifiyyah As-Samhah )yang lurus lagi toleran(’.” )HR Bukhari(.
3. Perundang-udangan Kerukunan dan Toleransi antar Umat beragama di
Indonesia
Dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia ada pada
konstitusi kita, yaitu Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945
)“UUD 1945”(: “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.”
Perundang-undangan Kerukunan dan Toleransi antar Umat Beragama:
1. Pancasila
Dasar kerukunan hidup antar umat beragama dapat dilihat dalam pedoman
penghayatan dan pengalaman pancasila sebagai tertuang dalam Tap MPR
No.II/MPR/1978 (MUI, 1988: 33). Selanjutnya dapat dilihat pula dalam butir-
butir pengalaman sila pertama Pancasila.
2. Undang-Undang Dasar 1945 Kerukunan dan Toleransi antar umat beragama
terdapat dalam pasal 29 ayat 1 dan 2, UUD 1945.
3. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBNH)
Kerukunan dan toleransi antar umat beragama dalam GBNH disebutkan dalam
Tap MPR No.II/MPR/1988, Bab IV huruf D, angka 1 ayat b dan ayat f.
4. Undang-Undang dan Peraturan lain.
Perundang-undangan yang berkaitan dengan kerukunan antar umat beragama
adalah: UU No.1/PNPS/1965 tanggal 15 Januari 1965, tentang pencegahan
Penyalahgunaan atau penodaan Agama.
F. Kata Mutiara tentang toleransi/kata motivasi tentang pentingnya toleransi
"Dari kebudayaan bisa saja kita berbeda. Dari agama dan warna kulit bisa juga
berbeda. Seharusnya perbedaan ini tak membuat jadi berbeda. Kenyataan sudah
membuktikan soal kita sama." - Iwan Fals

"Al Quran sudah menetapkan agama yang benar disisi Allah adalah Islam. Namun
tidak berarti negara tidak boleh memberikan perlakuan yang sama kepada semua
agama." - Gus Dur

"Di tanah kita agama dan tradisi saling memberi arti, membuka peluang untuk saling
menghargai." - Najwa Shihab

"Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa
apapun. Dan melupakan perang dan kebencian." - Soe Hok Gie

"Jika Tuhan memberiku cinta dengan dibungkus agama, maka akan aku jaga agamaku
tanpa menyakiti agama orang lain, dan jika Tuhan memberiku rasa yang dibalut
dengan toleransi, maka akan ku hargai pendapat orang lain, jika masih ada yang
mempermasalahkan dua hal itu, dia manusia amatir". – Sukrad

"Toleransi dan kerukunan harus dikedepankan. Jika saudara kita yang berbeda suku
dan agama diterpa masalah, kita harus menolongnya, ketika mereka terjatuh kita harus
siap membangunkannya". - Sumurung Sinambela

Anda mungkin juga menyukai