Anda di halaman 1dari 7

MENUMBUHKAN SIKAP TOLERANSI BERAGAMA PADA USIA DINI

Muhammad Alba Alfarizi Mulyana


E-mail: Alfarizalba44@gmail.com

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMADYANI

ABSTRAK
Seiring perubahan zaman yang mana sekarang masuk ke dalam zaman modern tidak
sedikit dari kita sering melihat konflik karena perbedaan agama. Pengenalan agam sejak dini itu
sangat penting agar anak-anak saat bertumbuh dewasa mereka mengerti toleransi, orang tua lah
yang harus mempekenalkan perbedaan agama atau keyakinan yang dianut oleh setiap orang
karena di Indonesia ada banyak agama dan kita wajib untuk memilih salah satu nya seperti
tertuang pada Pancasila tepatnya ada di sila ke-1 yang berbunyi “Ketuhanan yang maha Esa”.
Toleransi yang tinggi antar umat beragama bisa terlihat dengan tidak adanya konflik terbuka
antar umat lain, bahkan bisa terjalin kerjasama antar umat agama lain. Karena sudah seharusnya
kita berpandangan bahwa agama atau keyakinan itu pilihan masing-masing dan pilihan pribadi
dari situ kita tahu adanya kesadaran dalam diri sendiri untung saling menghormati dan
menghargai keyakinan orang lain.

Keywords : Toleransi, menumbuhkan sikap toleransi

A. PENDAHULUAN Toleransi menurut Purwadarminta


Toleransi atau Toleran berasal dari adalah sebuah sikap yang dimiliki
Bahasa latin tolerantia, berarti seseorang dalam memperbolehkan
kelonggaran, kelembutan hati, adanya suatu perbedaan dari orang
keringanan dan kesabaran. Secara dengan dirinya, yang meliputi
umum istilah toleransi mengacu pada perbedaan pendapat, pandangan atau
sikap terbuka dan kelembutan. Unesco keyakinan.Jika menurut Micheal Walzer
mengartikan bahwa toleransi yaitu sikap adalah suatu keadaan yang harus ada
saling menghormati, saling menerima, dalam diri perorangan atau masyarakat
saling menghormati, saling untuk memenuhi tujuan yang ada di
menghormati di tengah keragaman dalamnya. Tujuan tersebut menurut
budaya. Michael adalah hidup damai di tengah
Toleransi menurut Djhohsn Effendi, perbedaan yang ada, baik perbedaan
toleransi memberikan makna sangat sejarah, identitas, maupun budaya. Jika
luas yaitu sikap atau prilaku seseorang keadaan tersebut tidak terlaksana maka
yang menghargai berbagai macam tujuan yang diinginkan bagi setiap
perbedaan. Perbedaan yang dimaksud individu hingga masyarakat luas tidak
bisa berupa perilaku, agama maupun akan terlaksana, khususnya dalam
budaya. tatanan masyarakat.
Toleransi beragama adalah toleransi Watch merupakan tanggapan manusia
yang mencakup masalah-maslah beragama terhadap realitas mutlak yang
keyakinan dalam diri manusia yang di wujudkan dalam bentuk jalinan sosial
berhubungan akidah atau kepercayaan antar umat seagama ataupun beda
yang di yakininya. Di negara kita agama, guna membuktikan bahwa bagi
sendiri terdiri dari Islam, Kristen, mereka realitas mutlak merupakan elan
Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu. vital keberagaman manusia dalam
Selain itu tumbuh dan berkembang pula pergaulan sosial, dan ini terdapat dalam
berbagai aliran atau kepercayaan local setiap agama, baik yang masih hidup
yang jumlahnya tak kalah banyak. Di bahkan yang sudah punah.
negara Indonesia banyak pemeluk Sikap adalah segala perbuatan dan
agama islam termasuk mayoritas dalam tindakan yang berdasarkan pada
kategori nasional. pendirian dan keyakinan yang dimiliki.
Toleransi antar umat beragama di Sikap adalah pernyataan evaluative
Indonesia populer dengan istilah terhadap segala sesuatu, bisa berupa
kerukunan antar umat beragaman. objek, orang atau peristiwa. Sikap
Kerukunan antar agama merupakan memliki 3 komponen utama yaitu
salah satu tujuan pembangunan bidang kesadaran, perasaan, dan perilaku.
keagamaan di Indonesia. Toleransi itu Keadaan toleransi yang begitu
sendiri menjadi unsur dasar yang di berkurang seiring berjalannya waktu,
butuhkan dalam rangka menumbuhkan melihat beberapa kejadian di negara lain
sikap saling memahami dan menghargai yang kurangnya toleransi antar agama
perbedaan, dengan harapan dapat seperti adanya pembantaian kaum
mewujudkan kerukunan antar umat minoritas. kita sebagai generasi muda
beragama. harus mengedukasi akan pentingnya
Pendidikan agama diselenggarakan rasa toleransi.
oleh pemerintah dan/atau kelompok Dengan demikian tujuan agar
masyarakat dari pemeluk agama, sesuai kehidupan beragama dapat berjalan
dengan peraturan perundang-undangan harmonis dengan banyaknya perbedaan
ini terkandung dalam pasal 30 Undang- agama. Kehidupan beragama dalam
undang NO. 20 Tahun 2003 tentang masyrakat plural akan terjalin harmonis
sistem pendidikan ke agamaan. jika semua umat berbeda agama
Agama islam mengajarkan kita untuk memliki sikap toleransi satu sama lain.
saling menghargai perbedaan karena Sejarah mencatat banyak pertumpahan
dalam istilah asslamu yang artinya darah yang terjadi dikarenakan
damai, perdamaian. Islam adalah agama kurangnya sikap toleransi pada massa
yang damai dan setiap muslim itu terjadinya kesalah pahaman antar
hendaknya menjaga perdamaian. satu sama lain.
Toleransi beragama merupakan Tulisan ini bertujuan menjadi
realisasi dari ekspresi pengalaman pembelajaran bagi kita semua bahwa
keagamaan dalam bentuk komunitas. pentingnya sikap toleransi akan
Ekspresi pengalaman keagamaan dalam berimbas baik bagi kehidupan bersosial
bentuk kelompok ini, menurut Joachim karena adanya perbedaan di negara kita
tidak hanya agama yang harus saling yang memiliki agama ataupun
toleransi seperti suku, ras, dan budaya pemahaman agama yang berbeda.
pun kita tetap bertoleransi dengan Prinsip hidup dalam kemajemukan
banyak perbedaan negara kita menjadi toleransi ini tetap berguna secaar
indah. Di dalam agam islam pun tidak langsung atau relevan yang tidak hanya
ada larangan untuk bertoleransi nabi karena konteks kemajuan zaman, namun
kita sendiri yaitu nabi Muhammad juga karena kenyataan kemajemukan di
S.A.W di utus oleh Allah untuk Indonesia, bahkan pluralitas etnis, suku,
menebarkan toleransi, dalam ayat Al ras, dan lain-lain. Hal ini didasarkan
Quran pun ada yaitu “untukmu agamu, pada argumentasi sangat logis bahwa
dan untuku agamaku” ini terkandung toleransi serta kerukunan hidup umat
dalam surah Al-Kaffirun 109 : ayat 6, beragama di mana pun dan kapan pun
ini hanya sebagian besar dari banyak merupakan kebutuhan bersama yang
ayat yang mengandung unsur toleransi. didambakan serta di harpakan oleh
semua pemeluk agama.
B. METODE Begitu banyak contoh yang terjadi
Metode yang di ambil dari di Indonesia dan dunia, baik yang
penelitian/ jural ini adalah Studi Pustaka terjadi pada masa lalu maupun yang
atau yang lebih dikenal sebagai terjadi saat ini dan masih terjadi, bahwa
research library yakni penelitian yang tidak rukunnya umat beragama telah
lebih memerlukan olahan filosofis dan membawa bayak kesengsaraan hidup
teoritis daripada uji empiris dilapangan. bagi seluruh umat manusia.
Karena sifatnya yang teoritis dan Kita dapat melihat apa yang terjadi
filosofis , penelitian kepustakaan lebih di beberapa daerah di Indonesia seperti
sering menggunakan pendekatan Ambon, Poso, dan Sambas beberapa
filosofis (philosophical approach) tahun yang lalu, dan juga di beberapa
dibandingkan pendekatan yang lain. negara di belahan dunia seperti di
Metode penelitian kepustakaan Bosnia, Afganistan, Pakistan, Irak,
mencakup sumber data, pengumpulan Palestina-Israel, dan lain-lain.
data, dan analisis data. Saling pengertian, menghargai,
menghormati, rendah hati, menjunjung
C. ANALISIS tinggi nilai-nilai moralitas dan
Dalam kehidupan yang majemuk, kemanusiaan, mendahulukan
mengutip uraian Alwi Shihab, kepentingan bersama di atas
dibutuhkan paling tidak setidaknya kepentingan pribadi dan golongan,
setidaknya memiliki dua prinsip cinta, sensitif dalam memandang nilai,
inklusivitas (keterbukaaan) penting, senantiasa berusaha menyesuaikan diri
yaitu toleransi serta pluralisme sebagai dengan kehendak Tuhan, dan lain-lain
sikap menghargai orang lain yang yang semakna merupakan prinsip-
berbeda atau tidak sama dari diri prinsip hidup dalam kemajemukan yang
sendiri, sedangkan toleransi beragama akan melahirkan model kehidupan yang
ialah sikap saling menghargai orang lain penuh toleransi.
Jika semua prinsip-prinsip itu agama kita sendiri dan bartoleransi
dijalankan oleh setiap pribadi, kasus- terhadap agama lain. Agama merupakan
kasus kekerasan atas nama agama, rsa, pegangan utama dalam melangsungkan
kebudayaan atau apapun, tidak akan kehidupan, karena pegangan utama
pernah terjadi. Oleh karena itu dapat inilah setiap individu memang
dipastikan, jika kasus-kasus konflik seharusnya memegang teguh agama
kekerasan sebelumnya dilakukan oleh tersebut untuk kelangsungan hidupnya
orang yang mengaku beragama, atau dalam istilah lain adalah fanatisme,
menurut psikologi apabila yang tentunya berimbas pada dirinya
keberagamaan orang-orang tersebut sendiri, akan tetapi bukan berarti kita
tidaklah matang. memegang teguh keyakinan yang kita
miliki kemudian mengaggap agama
D. PEMBAHASAN lain adalah salah atau sesat.
1. MAKNA TOLERANSI BERAGAMA Apabila kita mengacu kepada
Secara harfiyah kata ‘Toleran’ konteks fanatisme beragama hal
bermakna sikap menenggang tersebut benar, akan tetapi apabila yang
(menghargai, membiarkan, kita hadapi adalah konteks toleransi
membolehkan) pendirian (pendapat, beragama, tentu hal tersebut tidaklah
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, benar. Jadi dapat di simpulkan
kelakuan, dsb.) seseorang yang sebagaimana yang disampaikan
berbeda atau bertentangan dengan Thodorson dan Theodorson dalam
pendirian sendiri. Adapun kata bukunya sebagaimana dikutip Musdah
‘toleransi’ bermakna sikap atau sifat Mulia (2010), bahwa agama itu, bersifat
toleran. Modal dasar memupuk sikap sungguh-sungguh pribadi dan sungguh-
toleransi antarsesama dalam kehidupan sungguh sosial.Manusia hidup tentu
sosial (Rosyid, 2016, hal.76). membutuhkan orang lain atau dalam
Dari pemaparan diatas, dapat istilah lain Zoon Politicon oleh karena
ditarik sebuah kesimpulan bahwa itu sikap toleransi harus ada pada tiap
toleransi beragama merupakan sikap individu, apalagi soal keyakinan,
saling menghargai antar keyakinan/ dimana setiap orang berhak
agama yang berbeda. Sebagaimana menentukan apa keyakinannya, tidak
yang tercantum pada Surah Al-kafirun perlu bagi kita untuk menyalahkan
ayat 6, yang berbunyi, “Agamamu keyakinan yang dianut orang tersebut.
adalah agamamu, Agamaku adalah apabila kita pahami, faktor pemicu
Agamaku” .Berdasarkan ayat diatas, konflik antar dan intern umat
tentu sedikit banyak kita memahami, beragama, diantaranya adalah ;
bahwa agama yang dianut seseorang a. Berupa pemahaman yang
tidak seharusnya dipaksakan untuk dangkal, fanatic, dan tekstual
diikuti, akan tetapi kebebasan terhadap ajaran agamanya,
berkeyakinan adalah hak setiap berdampak memandang sempit
individu. pemeluk agama lain.
Di dalam ayat diatas terkandung b. Adanya loko penggerak untuk
makna untuk bersikap fanatikterhadap menyelesaikan probem
perbedaan antar agama dengan pada nilai-nilai kesucian yang
konflik. ditentukan dan pada kelompok sosial
c. Konflik sebagai pelampiasan atau bias juga menawarkan kebijakan
atas keterbatasan penuhi dan tehnik yang dapat digunakan
kebutuhan hidup bagi pelaku orang untuk membebaskan dirinya dari
karena factor sumber hidup, kelompok kelompok dan nilai-nilai
kemiskinan, dan disharmoni kontemporer agama dapat memberinya
social. Interaksi social positif kebebasan untuk mencapai nilai-nilai
tercipta bila harmoni social yang mentransendensikan tuntutan dari
dan empati social tercipta juga kehadiran social. Jadi, agama adalah
terantisipasi sikap agresif bersifat sungguh-sungguh social (Mulia,
(Mulia, 2010, hal. 77). 2010, hal. 81-83). Akan tetapi yang
d. Anti RadikalismeGerakan terjadi pada kenyataan, persoalan yang
perlindungan dan pemajuan menyangkut agama bukan lagi sebagai
hak-hak asasi manusia secara peneduh kehidupan sosial akan tetapi
internasional dimulai dengan menjadi pemicu konflik dengan
Deklarasi Universal Hak Asasi mengatasnamakan agama, pada
Manusia (Universal Declaration permasalahan ini yang di persalahkan
of Human Right) disingkat bukanlah Agama, akan tetapi para
DUHAM oleh siding Umum penganutnya yang kurang
Perserikatan Bangsa-Bangsa menginternalisasi keberadaan toleransi
(PBB) pada januari 1948. beragama pada penganut agama lain,
DUHAM menerangkan hak- oleh karena itu timbullah sikap
hak yang seharusnya dimiliki radikalisme.
manusia tanpa membedakan
jenis kelamin, gender, agama, 2. MENUMBUHKAN SIKAP
dan ikatan primodial lainnya. TOLERASNI PADA ANAK USIA
Tujuan pokok deklarasi DINI
tersebut adalah meningkatkan Pendidikan di Indonesia merupakan
martabat dan kesejahteraan umat pendidikan yang berdasarkan pada
manusia. toleransi. Hal itu dijelaskan dalam
Pada persoalan agama yang nyata Undang-Undang Sistem Pendidikan
dalam kebebasan tiap orang dalam Nasional nomor 20 pasal 4 Tahun 2003.
memilih keyakinan. Agama Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa
memberikan perhatian bukan hanya pendidikan itu didasarkan pada sikap
pada perkara mudah bahkan pada hormat terhadap martabat manusia, hati
kondisi yang amat sulit sekalipun nurani dan kayakinan serta keikhlasan
untuk semua orang di sepanjang sesama tanpa melihat agama, suku,
waktu, tanpa memandang usia, jenis golongan, ideologi, atau pandangan
kelamin, atau status di dalam hidup. Dijelaskan juga dalam Undang-
masyarakat. Konsep tentang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1
supranatural atau lorong yang berbunyi “Setiap warga negara
keselamatan tanpa mengikat orang berhak mendapatkan pendidikan”. Jelas
sekali bahwa dalam pendidikan tidak semua pihak yaitu guru, orang tua,
ada perbedaan dalam hal apapun, semua tokoh masyarakat dan pihak-pihak
berhak mendapatkan pendidikan. terkait di lingkungan sekitar. Khususnya
Penanaman sikap toleransi dimulai untuk anak usia dini yang sedang masa
sedini mungkin yaitu sejak jenjang imitasi, contoh secara nyata kehidupan
PAUD. Permendikbud no.137 tahun bersosial yang baik sesuai norma dan
2014 mencantumkan Standar Tingkat etika menjadi bekal mereka
Pencapaian Perkembangan (STPP) mengekspresikan kembali peran mereka
sebagai kriteria tentang kemampuan sebagai mahluk sosial. Untuk itu,
yang dicapai anak pada seluruh aspek strategi yang disusun untuk
perkembangan dan pertumbuhan yaitu mengembangkan toleransi beragama
aspek nilai agama dan moral, aspek pada anak haruslah yang konkrit dan
kognitif, aspek fisik motorik, aspek melibatkan semua pihak sebagai sumber
bahasa, aspek sosial emosi dan seni. belajar dan penunjang pembelajaran.
Bahkan Dian Ibung dalam Nilai Moral Toleransi dalam ajaran agama Islam
Pada Anak menyatakan toleransi termasuk salah satu dari sekian banyak
merupakan komponen penting dalam hal yang tercantum dalam Al-Quran dan
perkembangan moral karena berkaitan Hadist sebagai sistem. Dimana dalam
dengan interaksi sosial (2009:180). sistem tersebut terdapat sub sistem
Berdasarkan pemahaman pendapat di seperti aqidah, syariah dan akhlak
atas dan diperkuat dengan adanya (Adian Husein:2006). Aqidah dapat
Permendikbud no. 137 Tahun 2014 diartikan sebagai keyakinan atau
maka pengembangan toleransi sebagai kepercayaan terhadap Allah dan ajaran
bagian dari kriteria pencapaian agama Islam, Syariah yaitu hubungan
perkembangan perlu menjadi perhatian manusia dangan Tuhannya, dengan
dalam proses pembelajaran anak usia sesama manusia dan alam, sedangkan
dini. akhlak yaitu ajaran tata krama
Selain perkembangan toleransi, perbuatan. Toleransi terkait dengan
dalam aspek moral dan agama anak usia semua sub sistem tersebut, dimana
dini mulai dikenalkan dengan agama toleransi bergama merupakan aplikasi
yang dianut, mengenal Tuhan dan dari keyakinannya terhadap Tuhan dan
ciptaanNya, mencintai sesama, dan agama yang dicerminkan dengan
keberagaman agama yang ada di hubungan saling menghargai dan
Indonesia. Materi pengembangan nilai menghormati dengan penuh tata krama
agama dan moral menyiapkan anak antar sesama.
untuk menjadi individu yang memiliki Tidak hanya di ajaran agam Islam,
toleransi terhadap sesama dalam hal toleransi beragama juga menjadi ajaran
bergama khususnya. Oleh karena itu semua agama. Untuk itu, agar tidak
strategi pengembangan nilai agama dan menjadi sebuah sudut pandang yang
moral akan menyentuh pendidikan dilihat dari satu sisi saja sehingga
karakter khususnya toleransi. menjadi over lap antara ajaran agama
Program pengembangan nilai agama yang satu dengan agama yang lain
dan moral secara sinergitas melibatkan secara individu, lembaga atau
pemerintah maka menurut H. Alamsyah Kehidupan sosial yang beragam
Ratu Perwiranegara dalam Pembinaan cenderung menimbulkan gesekan
Kerukunan Hidup Umat Beragama dari perbedaan di sengaja maupun tidak,
Departemen Agama Republik Indonesia sikap toleransi bisa menjadi dasar
senantiasa memegang teguh empat untung mengurangi terjadinya
prinsip (1982:28-29). Empat prinsip ketersinggungan. Saling menghargai
tersebut yaitu : dengan perbedaan agama ras maupun
a. Tidak mencampuradukan akidah suku itu menjadi salah satu hal penting
antar agama, untuk di terapkan. Pelajaran agama
b. Perkembangan dan keberagaman yang di ajarkan tentang toleransi bisa di
agama tidak membuat benturan terapkan dalam kehidupan sehari-hari,
antar umat beragama, peranan orang tua yang bisa menjadi
c. Menguatkan hubungan antar contoh terhdap anaknya untuk tetap
umat beragama, bukan saling menghargai setiap perbedaan
mengawinkan kepercayaan, yang ada di masyarakat. Jika toleransi
bukan mencampuradukkan ajaran berjalan dengan baik yang akan
agama, menimbulkan kesejahteraan bagi
d. Demi kepentingan bangsa dan masyrakat dan percepatan pembangunan
negara. bagi negeri ini.

E. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
[1] https://penelitianilmiah.com/penelitian-
kepustakaan/
[2] Alwi Shihab, Islam Inklusif: Menuju
Sikap Terbuka dalam Beragama (Bandung:
Mizan, 1993), 41-43
[3] Jurnal Religi, Vol. VIII, No. 1, Januari
2012: 1-12
[4] Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Agama:
Sebuah Pengantar. Bandung: Mizan, 2004.
Stark, Rodney. One True God: Resiko
Sejarah Bertuhan Satu, terj. M. Sadat Ismail.
Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2003.
[5] Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi
Keagamaan Volume 4 Nomor 2, 2016
[6] Jurnal.stkipkusumanegara.ac.id
Pengembangan Tolerasni Anak Usia Dini

Anda mungkin juga menyukai