Anda di halaman 1dari 12

TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

AHMAD ABDUL HAMID


Program studi Ilmu Pendidikan Islam S1, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

ABSTRAK
Indonesia yang dikenal dengan negara yang memiliki keanekaragaman suku, budaya,
ras, dan agama. Setiap agama memiliki perbedaan yang ada dapat menciptakan konflik antar
umat beragama. Sehingga perlunya diterapkan sikap toleransi pada masyarakat. Ajaran
toleransi berkaitan dengan agama Islam. Agama Islampun memberikan kebebasan bagi
siapapun untuk memeluk agama yang diyakini. Islam juga menjadi polopor toleransi dalam
menciptakan kedamaian dan kerukunan dalam kehidupan beragama. Tujuan penelitian ini
untuk mendeskripsikan perspektif Islam dalam toleransi antar umat beragama dalam sudut
aspek teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan. Jenis
penelitian ini yang digunakan berupa penelitian kepustakaan atau google scholar yang
disusun secara otomatis. Adapun hasil penelitian ini adalah toleransi dalam pandangan islam,
prinsip toleransi dalam islam, manfaat toleransi umat beragama, kendala toleransi antar umat
beragama.
Kata Kunci: Toleransi, Antar Umat Beragama, Islam

PENDAHULUAN
Toleransi adalah istilah modern yang menggambarkan saling menghormati dan kerja
sama antara kelompok orang yang berbeda etnis, bahasa, budaya, politik dan agama. Oleh
karena itu, toleransi merupakan konsep yang agung dan mulia yang merupakan bagian yang
sepenuhnya organik dari ajaran agama-agama, termasuk Islam. Masyarakat Indonesia pada
hakekatnya adalah masyarakat yang multikultural karena berasal dari berbagai suku,
ras,budaya dan agama. Ada keragaman agama di dalamnya Masyarakat Indonesia tidak bisa
lepas dari sejarah,Indonesia berada di jalan yang benar perdagangan dunia, menyebabkan
para pedagang goyah berbagai wilayah pesisir Indonesia juga mulai bermukim dan agama
diajarkan di sana budaya bagi orang Indonesia yang saat itu belum mengenalnya agama dan
terus mengikuti kepercayaan animisme dan dinamisme

Indonesia juga merupakan negara mayoritas Muslim. Indonesia bukan negara


Muslim, hanya menerapkan hukum dan peraturan Islam. Agama yang diakui secara resmi
oleh pemerintah adalah Islam, Katolik, Protestan, Budha, Hindu, dan Konghucu.
Keberagaman ini muncul karena adanya unsur-unsur dalam masyarakat yang didukung oleh

1
kebijakan pemerintah. Sebagai makhluk sosial, manusia perlu berinteraksi dengan manusia
lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Interaksi antar manusia disebut interaksi sosial.

Islam adalah agama kerukunan atau toleransi karena Islam di Indonesia tidak ada
melalui kolonialisme tetapi melalui kebaikan dan saling menghormati yang dibawa oleh
pengusaha dan da'i Muslim yang santun dan tulus, sehingga Islam yang sangat populer di
kalangan masyarakat Indonesia mudah diterima. Islam, agama yang dibawa oleh nabi
Muhammad ke Indonesia, sangat toleran. Hal ini sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan
Sunnah Nabi yang diikuti oleh Nabi Muhammad dan para pengikutnya, karena Al-Quran dan
Sunnah Nabi tidak pernah memaksa orang lain untuk mengikuti Islam. , namun dengan
pemahaman yang mendalam, pengertian dan tidak main-main, meskipun bebas memilih
agamanya sesuai dengan keinginan hatinya. Pengakuan terhadap keragaman agama tidak
dapat dipungkiri karena termasuk adat Sunni, penghormatan dan penghargaan terhadap
perbedaan keyakinan agama dan penghormatan terhadap mereka yang percaya pada
agamanya. Maka Islam secara terbuka mengajarkan toleransi atau kerukunan.

Oleh karena itu, setiap orang harus selalu hidup dengan toleransi terhadap sesama
manusia karena kita adalah umat beragama yang hidup di Indonesia dengan berbagai suku,
bangsa, ras, budaya dan agama. Toleransi sangat penting untuk mencapai kehidupan yang
damai, saling menghormati, saling menghormati dan saling membantu, sehingga umat yang
berbeda agama dapat hidup rukun. Hanya karena ada perbedaan bukan berarti perbedaan itu
menimbulkan masalah, tetapi perbedaan bisa menunjukkan bahwa setiap orang memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, selalu diharapkan agar perbedaan
suku, budaya dan agama dapat diterima. Mendukung ajaran dengan keyakinan orang lain
tanpa mengorbankan atau merugikan ajaran keyakinan orang lain.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian perpustakaan Google
Scholar. Penelitian kepustakaan Google Scholar merupakan metode penelitian yang sumber
datanya berasal dari literatur seperti buku, majalah, sumber, artikel dan sumber bacaan lain
yang berkaitan dengan penelitian ini. Sumber terkait penelitian meliputi jurnal, disertasi,
buku, dan informasi terkait penelitian. Teknik gaya dokumenter digunakan dalam penelitian
ini, di mana materi dari penelitian diekstraksi dan dibandingkan serta disusun secara
sistematis.

HASIL PEMBAHASAN

2
A. Toleransi dalam pandangan Islam

Istilah toleransi berasal dari bahasa Inggris dan berarti toleransi. Sebaliknya, dalam
bahasa Arab tasamuh berarti dermawan, atau tasahul berarti berharap. Sementara itu, kata
“harmoni” diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai “hidup bersama dalam masyarakat dengan “sehati” dan “sepakat” agar
tidak menimbulkan pertengkaran dan perkelahian”. damai” dan “baik”. Pada dasarnya hidup
bersama dalam masyarakat dalam “satu hati” dan “persetujuan” sehingga tidak ada
permusuhan, tidak ada perselisihan, dan tidak ada pertengkaran. Jika makna ini biasa
digunakan, maka “harmoni” adalah sesuatu yang sangat diidealkan dan didambakan oleh
seluruh masyarakat.

Dalam Islam, ungkapan toleransi ini disebut tasamuh, meskipun pada dasarnya tidak
sesuai dengan arti kata toleransi, karena tasamuh melibatkan mengarahkan dan menerima
tindakan dalam batas-batas tertentu. Orang yang melakukan Tasamuh menurut konsep Islam
disebut Mutasamihin, yang artinya “menerima, memberi, dermawan dan pemaaf sebagai tuan
rumah”. Pada kenyataannya, orang yang melakukan tindakan kesetaraan ini tidak boleh
begitu saja menerima apa yang berada di luar batas hak dan tanggung jawabnya sendiri.
Dengan kata lain, perbuatan atau perilaku tasamuh dalam kehidupan beragama tidak
dimaksudkan untuk melanggar atau melampaui batas-batas orang lain, terutama yang
berkaitan dengan batas-batas akidah.

Dalam ajaran Islam, toleransi tidak hanya berlaku untuk orang lain, tetapi juga untuk
alam semesta, hewan, dan lingkungan. Dengan pengertian toleransi yang luas tersebut, maka
toleransi antar umat beragama dalam Islam mendapat perhatian penting dan serius karena
toleransi beragama merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan dengan adanya keimanan
masyarakat kepada Allah SWT. Masyarakatnya sangat sensitif dan primitif serta mudah
menyulut konflik yang dapat menarik banyak perhatian dalam Islam.

Islam secara doktrinal menuntut toleransi total. Kata Islam didefinisikan sebagai
"aman", "perdamaian" dan "penyerahan". Pengertian Islam yang demikian sering dirumuskan
dengan ungkapan “Agama Islam Rahmatal lil’ālamîn” (agama yang rahmat bagi seluruh
alam). Hal ini menjelaskan bahwa munculnya Islam bukan berarti menghapuskan agama-
agama yang ada, tetapi Islam menawarkan diskusi, dialog dan toleransi dalam kerangka
saling menghargai. Islam telah memahami dengan jelas bahwa keragaman manusia dalam

3
keyakinan dan agama adalah kehendak Tuhan dan karena itu tidak mungkin untuk
menyamakan atau menggabungkannya.

Syariat Islam menjamin tidak ada paksaan dalam beragama. Itulah sebabnya sikap
toleran dan damai ini menjadi tinta emas sejarah Islam yang ditulis oleh para sejarawan yang
telah menunjukkan kejayaan peradaban Islam di masa lalu. Dengan demikian, kita tidak
boleh lagi memaksakan kehendak kita pada orang lain untuk ingin menjadi sama atau
mengikuti keyakinan kita, dan itu adalah sikap yang ahistoris.

Menurut Islam, toleransi beragama tidak berarti konformitas dengan keyakinan orang
lain. Bahkan tidak untuk pindah agama dengan kelompok agama yang berbeda. Toleransi
dalam pengertian itu adalah mu'amalah (interaksi sosial), jadi ada batasan-batasan bersama
yang bisa dan tidak bisa dilanggar. Inilah inti dari toleransi, dimana masing-masing pihak
mampu mengendalikan diri dan memberi ruang untuk saling menghargai keunikan masing-
masing tanpa merasa dilecehkan atau terancam atas keyakinan atau haknya. 1

B. Toleransi Dalam Praktik Sejarah Islam

Sejarah Islam adalah sejarah toleransi. Pesatnya perkembangan Islam di tempat-


tempat di luar Arab menunjukkan bahwa Islam dapat diterima sebagai rahmatal lil'alamin
(pelindung semua orang dan alam semesta). Ekspansi Islam ke Suriah, Mesir, Spanyol, Iran,
Asia, dan seluruh dunia dilakukan dengan cara damai. Islam tidak memaksakan agama
kepada mereka (subyek) sampai mereka akhirnya menemukan kebenaran Islam bagi diri
mereka sendiri melalui interaksi dan dialog yang intens. Keadaan ini berlanjut hingga, dengan
cara yang sangat singkat dan fantastis, Islam menjangkau wilayah yang sangat luas, hampir
seluruh dunia.

Padahal, perluasan wilayah Islam sering berujung pada perang. Namun perang hanya
bersifat pertahanan agar Islam tidak mengalami kekalahan. Perang terjadi bukan karena
mereka memaksakan keyakinan mereka, tetapi karena ekses politik sebagai konsekuensi logis
dari pendudukan. Dalam Islam dilarang memaksakan agama. Meskipun Islam memerintah,
banyak agama lokal yang masih dibiarkan ada.

Dengan demikian, sikap toleran Islam terhadap agama dan kepercayaan lokal
sepanjang sejarah pemerintahan Islam menunjukkan garis yang berkesinambungan antara
prinsip syariah dan praktiknya. Meski praktek toleransi sering diinterupsi, namun secara

4
doktrinal tidak didukung oleh teks syariat. Artinya, kekerasan atas nama Islam tidak
mencerminkan otentisitas ajaran Islam itu sendiri. Bahkan, bukti sejarah menunjukkan bahwa
pemerintah Muslim mengakui, bekerja sama, dan menempatkan orang Kristen, Yahudi,
Syabi'un, dan musyrik dalam pemerintahan mereka atau sebagai pejabat pemerintah.

Lebih lanjut, kesaksian seorang Yahudi bernama Max I Dimon menyatakan bahwa
“salah satu akibat dari toleransi umat Islam adalah umat Yahudi bebas bergerak dan mendapat
keuntungan dengan didirikan di seluruh pelosok kerajaan Islam yang luas. Alasan lainnya
adalah mereka dapat memperoleh penghidupan yang mereka inginkan, karena tidak ada
profesi yang dilarang bagi mereka dan tidak ada kemampuan khusus yang diberikan kepada
mereka.”

Pengakuan Max I Dimon tentang toleransi Muslim terhadap Yahudi Spanyol adalah
pengakuan yang sangat tepat. Ia bahkan menjelaskan bahwa dalam peradaban Islam, umat
Islam membuka pintu masjid dan asramanya untuk konversi, pendidikan dan asimilasi. Max I
Dimon kemudian berkata bahwa orang Yahudi tidak pernah memiliki sesuatu yang begitu
baik.

Kutipan ini saya soroti karena bisa menjadi kesaksian toleransi muslim terhadap non
muslim. Dan toleransi ini dipraktikkan umat Islam di wilayah lain, termasuk Nusantara, di
kemudian hari dalam sejarah Islam. Melalui pedagang Gujarat dan Arab raja-raja di
kepulauan Indonesia masuk Islam dan ini menjadi cikal bakal pertumbuhan Islam di sini.

Selanjutnya, sepanjang sejarah, penyebaran Islam di seluruh Nusantara adalah melalui


perdagangan dan perkawinan. Hal ini tidak terjadi melalui penjajahan atau pendudukan,
sehingga sikap penerimaan masyarakat nusantara sangat berterima kasih dan mereka
menerima Islam dengan sukarela. Pada saat yang sama, penduduk lokal lainnya yang masih
berpegang teguh pada kepercayaan lama juga tidak bermusuhan. Perlu dicatat di sini bahwa
model akulturasi dan akulturasi budaya juga dilaksanakan dengan alasan toleransi terhadap
budaya lokal, agar tidak timbul konflik. Walisongo Jawa misalnya adalah contoh yang baik
tentang bagaimana penyebaran Islam terjadi dengan model-model toleransi yang
mencengangkan keagungan ajaran Islam.

Pelan dan pasti Islamisasi hampir tuntas di seluruh nusantara, yang terjadi tanpa
protes sedikit pun. Sampai hari ini, semangat agama Islam dengan segala kemegahannya
merupakan tanda keberhasilan toleransi Islam. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan

5
Islam di nusantara tidak akan sebesar sekarang, jika tidak ada toleransi yaitu. menghormati
perbedaan budaya.

C. Prinsip Toleransi Dalam Islam

Toleransi, seperti definisinya, adalah sikap toleransi dan membiarkan orang lain
melakukan apa yang mereka inginkan. Toleransi beragama dalam Islam hanya sebatas
mengizinkan perwakilan agama lain untuk menjalankan ibadah dan ajaran agamanya, asalkan
kegiatan tersebut tidak mengganggu ketertiban dan ketenteraman masyarakat. Tidak ada
toleransi dalam industri ini Aqidah Islamiyah (Iman) karena Aqidah dinyatakan secara
eksplisit dalam Al-Qur'an dan disebut Sunnah.

Jika Islam mengajarkan dan menekankan keniscayaan toleransi moral dalam


hubungan antar umat beragama, maka tidak mungkin Islam merusak toleransi itu sekalipun
atas nama agama. Di sisi lain, Islam juga sangat ketat dalam urusan antar umat beragama
dengan memperhatikan kemurnian akidah Islam dan menjaga syariat dari kontaminasi dari
luar. Menurut Islam, praktik toleransi tidak boleh merusak atau menodai kemurnian akidah
dan syariah Islam.

Membangun toleransi antar umat beragama memang tidak mudah, namun harus selalu
dijaga, dipupuk dan dikembangkan. Oleh karena itu diperlukan toleransi sebagai kesadaran
seluruh masyarakat. Dengan adanya kesadaran toleransi ini maka masyarakat hendaknya
memiliki sikap atau prinsip untuk mencapai kerukunan antar umat beragama, sehingga dapat
saling menghargai, dan memahami perbedaan. Adapun prinssp-prinsip tersebut antara lain
sebagai berikut:

1. Kebebasan Beragama

Munculnya kebebasan beragama berfungsi untuk menciptakan kerukunan antar


pemeluk agama, dan kebebasan beragama merupakan hak setiap orang. Semua orang
memiliki hak untuk menyembah Tuhan menurut keyakinan para pemeluk agama apapun,
tidak hanya agamanya tetapi juga pendapat, keinginan dan bahkan menurut saya kita
memiliki hak seperti itu. Baik kodrat manusia bahwa ia berhak untuk bebas dan memilih
yang membedakannya dengan makhluk ciptaan lainnya.

Kebebasan dan toleransi dalam wilayah beragama seringkali ditentang, karena


kebebasan beragama dipandang sebagai penghambat kerukunan umat beragama dan
dikemukakan bahwa kebebasan dapat diartikan mencakup semua agama. Namun, kebebasan

6
beragama berarti bahwa setiap pemeluk agama harus menghormati dan menerima
kepercayaan yang berbeda. Kebebasan untuk memilih, tanpa paksaan atau halangan, suatu
agama dan kepercayaan yang benar dan aman adalah salah satu bentuk demokrasi. Tiga pilar
revolusi di dunia. Tiga pilar tersebut adalah kesetaraan, persaudaraan, dan kebebasan.

2. Kemanusiaan

Manusia tidak hanya diciptakan dalam bentuk yang sempurna, tetapi juga memiliki
tugas sebagai khalifah di muka bumi ini. Manusia juga merupakan makhluk sosial yang
saling membutuhkan, yang memiliki kebiasaan hidup bersama dan berjauhan, yang disebut
sunnahtullah Allah. Semua nabi diutus kepada umat manusia sebagai penerang atau pencerah.
Demikian pula dalam Islam, Nabi Muhammad diutus sebagai penerang bagi seluruh dunia,
rahmatan li al-alamin atau rahmat bagi seluruh alam. Islam mengajarkan kebaikan dan kasih
sayang kepada sesama dengan cara memupuk persahabatan dengan semua orang di muka
bumi. Rasulullah SAW bersabda:

“Dari Abdullah bin Amru menyampaikan dari Nabi SAW (beliau bersabda):”para
penyanyang akan disayangi oleh Ar-Rahman (ALLAH). Sayangilah penduduk bumi maka
kalian akan disayangi oleh siapa saja yang di langit”. (HR. Abu Dawud).

Pada dasarnya semua agama mengajarkan cinta kasih kepada pemeluknya, sehingga
tidak semua agama membenarkan konflik atas nama agama atau kekerasan karena ajarannya
memuat nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian dan keadilan. Toleransi dalam Islam berarti
penerimaan terhadap agama yang berbeda, saling menghormati dan tidak membeda-bedakan
orang lain, baik yang seiman maupun yang berbeda keyakinan, dalam arti non muslim juga
berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan, pekerjaan, politik, dll. Hak
untuk menyumbangkan tanah.

3. Saling Menghormati Pluralitas Manusia dan Agama

Pada dasarnya, hidup tidak sendirian. Semua ayat-ayat yang diturunkan Allah di dunia
nyata dan apa yang dimaksud dalam kitab suci-Nya yang menunjukkan kehidupan ini saling
eksklusif dan membuat dunia ini penuh dengan perbedaan. ALLAH berfirman dalam Q.S
AL-Hujurat ayat 13:

“Wahai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi

7
Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”

Asbab al-nuzul, ayat ini adalah kisah yang diriwayatkan oleh Abu Daud tentang Abu
Hind yang setiap hari menyajikan secangkir. Nabi meminta Bani Baiyada untuk menikahkan
putrinya dengan Abu Hind tetapi mereka tidak mau memberikan putrinya kepada Abu Hind
karena mantan budaknya, oleh karena itu ayat ini diturunkan sebagai kutukan Allah SWT,
kehormatan bukan pada keturunan, itu adalah derajat ketakwaan manusia.

Penafsir mengomentari ayat ini bahwa dasar manusia adalah keturunan. Tidak ada
perbedaan antara keduanya dan tidak perlu menekankan perbedaan yang ada. Sehubungan
dengan kata yang sama yang diungkapkan dalam tafsir Hasbi, ayat ini merupakan dasar
demokrasi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan berbagai suku bangsa yang berbeda
cara berpikir, seni, agama, pengetahuan, bahasa dan tradisi budaya lokal dengan ciri khas
yang unik. 2

4. Toleransi Islam ini terbatas dan menitikberatkan pada persoalan relasi sosial yang dibangun
atas dasar kasih sayang dan persaudaraan sesama manusia, sepanjang tidak bertentangan atau
menyalahi ajaran-ajaran teologi Islam.

5. Toleransi umat Islam di tempat-tempat keagamaan hanya sebatas memungkinkan dan


memberikan suasana yang kondusif bagi orang lain untuk beribadah dan mengamalkan ajaran
agamanya. Bukan moralitas Islam yang mencegah orang dari agama lain untuk berdoa sesuai
dengan keyakinan dan praktik mereka agamanya, apalagi memaksa orang lain untuk masuk
Islam.

6. Dalam arti toleran, kemurnian iman dan syariah harus dijaga. Oleh karena itu Islam dengan
tegas melarang toleransi yang berlebihan, yaitu perilaku yang mentolerir kompromi dengan
nuansa sinkretis.

Inilah prinsip utama toleransi dalam Islam. Sebagai penganjur teologis toleransi,
Islam tidak pernah mencegah toleransi atas nama agama. Namun, sebagai agama yang sangat
menjunjung tinggi kemurnian tauhidiyah dan syariah akidah, Islam sangat melarang perilaku
pemanjaan yang mengarah pada sinkretisme. Toleransi harus ditegakkan, tapi kemurnian
akidah tauhid dan syariat Islam harus dipertahankan. Mentolerir dan menghormati
keberadaan agama dan tidak boleh mengikuti ajaran teologi atau kultus agama tertentu.

8
Percampuran satu agama dengan agama lain merupakan kompromi sinkretis dan bukan
toleransi antar umat beragama.

D. Manfaat Toleransi Umat Beragama

Toleransi beragama merupakan landasan fundamental dalam segala aspek kehidupan


yang majemuk ini, termasuk kemajuan bangsa dari segi sumber daya manusianya dan
pembangunan dari segi kepentingannya. Dan keharmonisan adalah dambaan dan harapan
setiap orang, agar setiap orang dapat menunaikan hak dan kewajibannya dengan aman dan
bahagia tanpa terkepung.

Menurut Jirhanuddin Adapun manfaat toleransi umat beragama antara lain yaitu:

1. Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan Keberagamaan Masing-masing Agama

Setiap pemeluk suatu agama dengan realitas agama lain memotivasi dirinya untuk
terus hidup, memperdalam ajaran agamanya dan berusaha untuk semakin mengamalkannya.
Jadi percaya dan Keberagaman pemeluk agama secara individu dapat terus meningkat. Ini
adalah jenis kompetisi positif yang harus dikembangkan dan ditanamkan di setiap komunitas
agama.

2. Menciptakan Stabilitas Nasional Yang Mantap

Dengan diakuinya kerukunan masyarakat Bergamo, ketegangan akibat perbedaan


pemahaman berdasarkan keyakinan agama praktis dapat dihindari. Ketertiban dan keamanan
negara terjamin mencapai stabilitas nasional yang kokoh.

3. Menunjang dan Mensukseskan Pembangunana

Tahun demi tahun pemerintah selalu berusaha mensukseskan pembangunan di segala


bidang, namun ketika umat beragama terus menerus bertikai dan saling mencurigai, justru
menghambat pembangunan itu sendiri. sukses selalu baik, berhasil dan berhasil
membutuhkan toleransi antar umat beragama untuk menciptakan masyarakat yang harmonis.

4. Terciptanya Suasana Yang Damai Dalam Masyarakat

Ketika masyarakat dapat hidup rukun dalam kerangka kerukunan tanpa adanya
perbedaan yang saling merugikan atau menindas maka terciptalah suasana damai dalam
masyarakat. Kedamaian juga merupakan tujuan hidup Dalam masyarakat, kekompakan dan

9
toleransi antar umat beragama merupakan kunci perdamaian dalam kehidupan
bermasyarakat.

5. Memelihara Dan Mempererat Rasa Persaudaraan Dan Silahturahmi antar Umat Beragama

Menjaga dan memperkokoh persaudaraan sesama umat manusia dalam bahasa agama
Ukhuwah Insaaniyah sangat penting bagi bangsa yang majemuk atau majemuk dalam
kehidupan beragamanya. Toleransi beragama mendukung Insaaniyah Ukhuwah dan
menyelesaikan sengketa atau perselisihan.

6. Menciptakan Rasa Aman Bagi Agama-agama Minoritas Dalam Melaksanakan Ibadahnya


Masing-masing

Rasa aman umat beragama dalam beribadah dan menjalankan ibadahnya merupakan
harapan sejati para pemeluk semua agama. Dan salah satu manfaat terciptanya toleransi
beragama adalah menjamin segalanya, tidak melihat mayoritas dan minoritas. Toleransi umat
beragama merupakan pengingat bahwa agama tidak mengikat semua golongan.

7. Meminimalisir Konflik Yang Terjadi Yang Mengatas Namakan Agama

Konflik merupakan suatu keniscayaan yang berkaitan dengan kehidupan manusia.


Selama ada kehidupan selalu ada kemungkinan konflik. Konflik memiliki berbagai penyebab,
termasuk masalah agama. Konflik atas nama agama berubah sangat sensitif bahkan sangat
berbahaya bagi masyarakat karena mengandung sisi terdalam manusia. Namun, jika semua
pemeluk masing-masing agama dapat saling menghormati dan bertoleransi, maka terjadinya
konflik yang mengatasnamakan agama dapat diminimalkan.3

E. Kendala Toleransi Antar Umat Beragama

Hambatan toleransi antar umat beragama Secara teoretis dan logis, semua agama
berusaha untuk hidup damai tanpa konflik, bahkan ketika terjadi konflik antar agama yang
berbeda. Tidak ada satupun agama yang mengajarkan konflik dan kekerasan. Namun
nyatanya, toleransi sebagai prasyarat kerukunan dan perdamaian sosial dapat tercipta dengan
mudah dan tanpa kendala. Masih ada beberapa keterbatasan.

1. Fanatisme dan Radikalisme

Siapa pun yang percaya pada suatu agama percaya bahwa kebenaran agamanya tidak
diragukan lagi lengkap. Namun, ada juga orang yang sangat fanatik dan mengklaim bahwa
3

10
agamanya benar dan menuduh agama lain sesat. Intinya, ketika kebenaran diumumkan,
kelompok ingin mengoreksi apa yang mereka yakini salah. Atau menggunakan alasan untuk
menyampaikan misi kebenaran Tuhan, kemudian melewati batas toleransi, mewawancarai
atau bahkan menyerang kelompok agama lain.

Fanatik artinya meyakini bahwa kebenaran agamanya tidak dapat dihindari, karena
apa artinya meyakini suatu agama tanpa meyakini kebenarannya? Namun, mereka secara
fanatik mengklaim bahwa agamanya sendirilah yang benar dan menyalahkan agama lain atau
bahkan menyebutnya sesat. Ini jelas sikap yang mau tidak mau berujung pada kekerasan
sosial. Lebih jauh lagi, ketika fanatisme ini dibarengi dengan aktivisme, hasilnya adalah
tindakan kekerasan yang memaksa agama berpindah atas nama agama. Fanatisme dan
radikalisme agama seperti itu tentu akan menimbulkan hambatan, dan kerukunan serta
toleransi antarumat beragama akan sulit tercapai.

Fanatisme dan radikalisme tidak hanya ditemukan dalam hubungan antar pemeluk
agama, tetapi lebih banyak terjadi di kalangan pemeluk agama yang sama, terutama aliran
sesat. Misalnya, bisa terjadi ketegangan bahkan konflik antar saudara seagama akibat aliran
fanatik, ekstremis, dan radikal. Sangat mudah untuk menyalahkan agama lain bahkan
menghakimi dan menendang saudara-saudara yang percaya atau memiliki pemahaman yang
berbeda tentang kedagingan, bid'ah, bid'ah, dll.

2. Penyebaran Suatu Agama Kepada Umat Agama Lain

Setiap ahli membagi agama menjadi dua jenis, yaitu agama misionaris dan agama non
misionaris. Misi keagamaan percaya dan menghormati tugas untuk mengkomunikasikan
ajaran agamanya kepada seluruh umat manusia. Agama dakwah terbagi menjadi dua agama
utama: Kristen dengan gerakan dakwahnya dan Islam dengan gerakan dakwahnya. Pada saat
yang sama, agama non-misioner berarti menyebarkan agama tidak dianggap wajib, mereka
pasif dan tidak wajib mengajak orang lain untuk bergabung dengan agama mereka, seperti
Yudaisme, Hindu, dan Budha.

Upaya dan langkah penyebaran agama untuk menarik banyak pemeluk agama adalah
kewajiban untuk memenuhi perintah-perintah Allah, yang merupakan wujud dari setiap
keyakinan dakwah agama. Untuk menunaikan perintah Allah, mereka dengan ikhlas dan
maksimal melakukan dakwah atau doa-doa keagamaan. Namun, ketika dibagikan kepada
orang-orang yang sudah beragama justru menjadi penghambat kerukunan dan toleransi.

11
Dimana pihak yang mempromosikan merasa benar karena itu adalah perintah Allah, dan
pihak yang bersandar merasa benar karena membela murtad.

3. Sinkretisme

Sinkretisme adalah ideologi atau aliran pemikiran baru yang menggabungkan


beberapa aliran pemikiran yang berbeda untuk memperjuangkan harmoni, keseimbangan, dll.
Sinkretisme justru berarti harus dicari solusi (keseimbangan, dll.) antara dua arus (agama,
dll.). Dimana sinkretisme ini membenarkan semua keyakinan/agama atau memuat prinsip
bahwa semua agama sama baiknya. Misalnya, toleransi digunakan sebagai dalih untuk
pernikahan beda agama, padahal itu adalah sektarianisme yang dilarang dalam Islam.

Dalam hal demikian, sebagai seorang muslim sejati, seseorang harus memiliki filter
dan membawa makna toleransi pada makna yang sebenarnya agar tidak tertukar antara mana
yang benar dan mana yang salah. Setiap Muslim harus mengetahui perbedaan antara toleransi
yang dibenarkan oleh ketentuan agama Islam (Al-Quran dan Al-Hadits) dan rahasia.
Akhirnya muncul kekhawatiran ketika seorang muslim memahami arti toleransi yang terlalu
jauh atau bertentangan dengan semangat Islam. Penting untuk memahami sikap toleransi
yang benar.

Kesimpulan

12

Anda mungkin juga menyukai