Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL ILMIAH

TOLERANSI BERAGAMA

ULPAH WIDIAWATI
1211060096

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir Semester

PROGRAM SARJANA S1
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TOLERANSI BERAGAMA

Ulpah Widiawati
Jurusan Ilmu Hadits, Fakultas Ushuluddin
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Abstrak
Agama berasal dari Bahasa arab Din yang bermakna penyerahan diri. Hal ini
menunjukkan bahwa pemeluk agama islam merupakan seseorang yang menyerahkan jiwa
dan raganya dengan ikhlas hanya kepada Allah SWT. Agama berpengaruh bagi manusia
sebagai motivasi yang mendorong individu dalam melakukan aktivitas yang positif karena
agama memiliki unsur kesucian dan ketaatan. Allah SWT menjadikan manusia makhluk yang
paling sempurna dengan memberikan akal sehingga manusia dapat memilah mana yang baik
dan mana yang buruk. Pada umumnya, ada dua hal yang dicari oleh manusia, yaitu
kebahagiaan dan kebaikan. Jika kedua hal ini seimbang, maka kehidupan manusia akan
damai dan sejahtera. agama juga berfungsi sebagai suatu sistem yang memuat norma-norma.
Dimana norma-norma ini menjadi acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan
dengan agama yang dianutnya. Toleransi secara Bahasa adalah sikap menghargai pendirian
orang lain. Dan menghargai bukan berarti membenarkan apalagi mengikuti.
Kata Kunci
Agama, Toleransi, Norma-norma, penyerahan diri.
Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang penduduknya mayoritas beragama islam. Agama adalah
fitrah yang dibawa sejak lahir. Agama sendiri berasal dari Bahasa arab disebut Din yang
salah satu maknanya adalah penyerahan diri. Maksudnya, hal ini menunjukkan bahwa
seorang pemeluk agama islam merupakan seseorang yang ikhlas menyerahkan jiwa dan
raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap
apa yang Allah perintahkan serta menjauhi larangannya.
Menurut istilah Toleransi yaitu bersikap menghargai, membiarkan, membolehkan
pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan yang berbeda atau yang bertentangan dengan
pendiriannya. Jadi, sikap toleransi beragama adalah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak
mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut agama
yang lain.
Agama adalah solusi untuk menjawab permasalahan hidup manusia. Agama
berpengaruh sebagai motivasi yang mendorong individu dalam melakukan aktivitas yang
positif karena agama memiliki unsur kesucian dan ketaatan. Selain itu agama memberi
kepuasan batin, rasa Bahagia, rasa damai, dan rasa terlindungi. Allah SWT menciptakan
manusia bukan tanpa sebab, melainkan menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Agama dalam kehidupan individu juga memiliki fungsi sebagai suatu sistem yang
memuat norma-norma. dimana norma-norma ini menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan
bertingkah laku agar sejalan dengan agama yang dianutnya. Salah satunya islam. Islam
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia sebagai petunjuk meraih
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Penelitian ini dari sebuah buku
yang berjudul Toleransi Beragama karya Dwi Ananta Devi. Kemudian buku ini mengkaji
tentang pengertian toleransi dalam beragama, sikap-sikap dalam toleransi, konsep toleransi
dan pasal mengenai beragama. Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan cara analisis data dan mencari data yang berkaitan dengan hal-hal yang termasuk
dalam struktur pengertian, sikap-sikap toleransi, konsep toleransi dan pasal mengenai
beragama. Teknik pengumpulan data adalah Teknik dokumentasi sesuai dengan metode
penelitian.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Toleransi
Dalam kamus besar Bahasa indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran” yang
berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.
Sedangkan secara Etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional dan
kelapangan dada. Konsep dari toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui
adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, Bahasa, adat-
istiadat, budaya, serta agama.
Untuk mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai terlebih dahulu
dengan bagaimana kemampuan kita dalam menyikapi perbedaan yang mungkin terjadi pada
keluarga kita. Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan dan menyadari
adanya perbedaan serta menyadari bahwa kita semua adalah bersaudara. Maka akan timbul
rasa kasih sayang dan pengertian. Ada tiga macam sikap toleransi yaitu :
1. Negatif
Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai, dan hanya dibiarkan saja karena dalam
keadaan terpaksa. Contoh : PKI atau orang-orang yang beraliran komunis di indonesia
pada zaman indonesia baru merdeka.

2. Positif
Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai. Contoh : seseorang yang
beragama islam wajib hukumnya menolak ajaran agama lain, tetapi penganut agama
lain tetap dihargai.

3. Ekumenis
Isi ajaran serta penganutnya dihargai karena dalam ajaran mereka terdapat unsur-
unsur kebenaran yang berguna dalam memperdalam pendirian dan kepercayaan
sendiri. Contoh : orang yang sama-sama beragama islam tetapi berbeda aliran atau
paham.

Agama dalam kehidupan individu juga memiliki fungsi sebagai suatu sistem yang
memuat norma-norma. dimana norma-norma ini menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan
bertingkah laku agar sejalan dengan agama yang dianutnya. Salah satunya Islam.
Dalam surat Al-An’am ayat 162, Allah berfirman :
‫ُقْل ِاَّن َص اَل ِتْي َو ُنُس ِكْي َو َم ْح َياَي َو َمَم اِتْي ِهّٰلِل َر ِّب اْلٰع َلِم ْيَۙن‬

Artinya : “Katakanlah wahai Muhammad! Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan


matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” [Al-An’am : 162].
Dari arti ayat diatas dapat dipahami bahwa makna islam adalah menundukkan diri kepada
Allah SWT dan taan kepada-Nya dengan mentauhidkan-Nya, mentaati serta menjauhi
larangan-Nya.
Toleransi menjadi jalan terciptanya kebebasan beragam. Agama-agama akan semakin
moderat jika mampu mempersandingkan kebebasan dan toleransi. Kebebasan merupakan hak
setiap individu dan kelompok yang harus dijaga dan dihormati. Sedangkan toleransi adalah
kewajiban agama-agama dalam hidup bersama. Islam adalah agama yang memiliki toleransi
tinggi terhadap penganut agama yang lain. Islam mengajarkan kita untuk saling menghargai
dan menghormati sesame manusia.
Kata toleransi dalam Bahasa arab disebut tasamuh yang artinya kemurahan hati,
saling mengizinkan dan saling memudahkan. Jadi toleransi beragama adalah sikap sabar dan
menahan diri untuk tidak melecehkan atau mengganggu penganut-penganut agama yang lain.
Kebebasan dalam beragama bukan berarti kita bebas memilih agama islam hari ini lalu besok
berganti menjadi agama lain. Melainkan meyakini satu agama dan menghargai agama yang
lain.
Tleransi menurut para ahli
a) Pandangan Prof. Bustanudin Agus
Dalam menyingkapi toleansi beragama di tinjau dari sudut antropologi
keagamaan dalam karyanya Agama dalam kehidupan manusia (2005:208)
Bastanudin sangat meyakini Teori Durkheim yang mengatakan “bahwah
Agama memperkuat ikatan solidaritas dan toleransi beragama dalam
tatanan sosial. dengan pandangan yang sedemikian Bustanudin berusaha
mematahkan klaim dan anggapan komunitas-komunitas sekular “bahwah Agama
adalah sebagai pemicu konflik dan perpecahan kehidupan manusi. Pada bahasan
dan karya yang sama, bustanudin menyuguhkan konsep Nasionalisme yang
Intoleran dimana hal tersebut terjadi pada beberapa negara terhadap komunitas
keagamaan, dimana kaum Nasionalisme mengklaim sebagai sumber solusi
toleransi yang berkeadilan dan lebih unggul dari peran Agama, lebih jelas
Bustanudin memaparkan:Dalam konsep Nasionalisme memandang sama semua
warga negara, namun kenyataannya penganut Agama yang konsisten
dengan ajaran Agamanya sebagai fhilosofy And Way Of Life juga mengalami
tekanan dan tindak kekerasan dalam negara Sekular. Kasus pelarangan jilbab di
sekolah-sekolah Negeri di prancis pada bulan maret 2004 adalah bukti bahwah
dalam lingkup pakaian-Pun yang mereka sendiri sebagai wilayah privat, Islam
tidak di izinkan untuk di amalkan.Dengan memaparkan berbagai kasus dan
permasalahan konsep sosial tersebut, Bustanudin dengan tegas mengatakan.
Sekularisme juga kesamaan kepentingan untuk membangun Nasionalisme. Dengan
demikian di akui atau tidak, secara subtansial ideologi-ideologi sekular tersebut
dapat dikatakan Agama pula. Pada pembahasan ahir nampaknya Bustanudin
mengklarifikasi terhadap sikap keraguan kelompok-kelompok tertentu terhadap
konsep keagamaan dalam menerapkan nilai-nilai toleransi secara Universal. Dengan
tegas Bustanudin mengatakan :Konsep Negara pada permulaan Islam sampai awal
abad ke-20 adalah Khilafah. Khilafah Islamiyah mengayomi Rakyat yang
multi Agama, ras dan budaya. Istilah Ummah, tidak hanya umat satu Agama
tertentu, tetapi semua penganut Agama lain yang berada dalam pemerintahan
Islam yang di istilahkan Ahlih Zimmiy. Dengan pemaparan tersebut, maka jelas
Prof. Bustanudin telah memposisikan dirinya pada kelompok Agamis yang
sangat meyakini bahwah subtansi semua Agama memiliki dasar-dasar yang
kuat dalam menamkan benih-benih sikap toleransi terhadap penganut Agama
masing-masing. Dan sangat berseberangan dengan berbagai pemikiran kelompok
yang meragukan Eksistensi Agama dalam menamkan sikap toleransi secara
Universal, seperti apa yang di yakini sebagian kelompok-kelompok sekular.

b) Pandangan Moeslim Abdurrahman, P.hd


Jika sebelumnya Bustanudin memiliki pemikiran dan kecenderungan dalam
mengungkap konsep toleransi dengan menampilkan berbagai fakta Empiris
dan modern, Maka Moeslim peraih gelar P.hd dari Universitas Of Ilionis at
Ubana Champaign (2003:111) lebih cenderung kepada konteks sejarah Islam itu
sendiri pada masa-masa awal dalam membangun spritual dan sosial secara
universal. Bagi Moeslim Abdurrahman kedatangan Nabi Muhammad SAW,
selain tujuannya untuk penyeruan dalam pemurnian Tauhid juga pada intinya
untuk memperbaiki sikap dan moralitas manusia yang terpecah bela, tidak
memiliki solidaritas, Intoleran dan saling bermusuhan. Lebih jelas Mueslim
mengatakan : Sementara itu, Risalah yang turun kepada Muhammad SAW pada
intinya berkaitan dengan penyeruan Tauhid, baik dalam pengertian membebaskan
Umat manusia dari penghambaan kepada Tuhan penciptanya juga penghambaan
dalam arti hancurnya toleransi sosial, dimana saaat itu semangat Individualisme
muncul sangat kuat akibat serakahnya manusia menumpuk harta untuk
mengukuhkan status. Oleh karenanya, Moeslim meyakini jika sebelumnya potret
dan gambaran sosial masyarakat Mekkah yang diperbaiki Muhammad SAW,
maka dengan hijrahnya Rosulullah SAW kemadinah adalah gambaran mengenai
bagaiman kepemimpinan Rosulullah yang penuh solidaritas dan toleransi sebagai
pemimpin di tengah-tengah masyarakat yang Plural. Secara Eksplisit Moeslim
mengatakan : Selain itu, Nabi juga membuat perjanjian hidup bersosial dengan
orang-orang yahudi yang pada umumnya menguasai kehidupan di kota dan
pasar Madinah, disamping menjalin hidup bersama dengan ahlih Kitab dalam
menjalankan misi sosial di Madinah, selain menghadapi permasalahan-
permasalahan yang muncul dari penghianatan Yahudi, dan ancaman sewaktu-
waktu yang mungkin datang dari kaum Musyrikin Mekkah, Nabi juga di
persulit dengan persoalan yang di timbulkan oleh golongan Munafikun. Dengan
pemaparan kedua konteks masa-masa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
tersebut, jelaslah bahwah pada dasarnya Moeslim Abdurrahman telah
menggambarkan bagaimana konteks sejarah Islam mula-mula dalam
berinteraksi dan Islam telah tumbuh sebagai agama yang penuh toleransi
terlebih pada masa-masa awal kenabian Nabi Muhammad SAW, baik periode
mekkah maupun potret kepemimpinan beliau pada periode madinah.

c) Pandangan DR. Anwar Harjono


Lain halnya dengan pemikiran kedua tokoh sebelumnya, nampaknya
Anwar Harjono (87:7) sangat meyakini bahwah Setiap Individu maupun
kelompok manapun pada dasarnya menginginkan kondisi yang penuh
kerukunan dengan sikap yang penuh toleransi antar pemeluk beragama. Hanya saja
bagi Anwar kerukunan yang bagaimana yang ingin di capai oleh komunitas
pemeluk beragama, kerukunan yang kokoh atau kerukunan yang semu.
Jika ingin mencapai kerukunan yang kokoh tentunya memiliki landasan yang
kokoh yang tentunnya mesti dipegang oleh komunitas umat beragama. Dalam
hal ini bukan tanpa alasan jika Anwar di dalam bukunya dakwah dan masalah
sosial kemasyarakatan mengungungkapkan mengungkapkan berbagai fonomena
hubungan antar umat beragama yang cukup di sesalkan sebagai bentuk toleransi
yang semu, dalam hal inilah Anwar mengatakan Perkembangan kehidupan
umat beragama di tanah air kita pada waktu ini masih mencatat hal-hal yang
memperihatinkan. Antara lain karena masih saja terjadi usaha-usaha secara
sadar, sengaja dan bahkan berencana, hendak mengalihkan orang yang sudah
beragama kepada Agama lain dengan cara-cara yang tidak terpuji. Dalam
mengahiri pandangannya mengenai pentingnya toleransi dalam menciptakan
kedamaian, Anwar Harjono menekankan setidaknya setiap komunitas Agama dapat
benar-benar dalam mendalami permasalahannya hingga ke akar-akarnya bukan
hanya menilai pada permasalahan yang nampak di permukaannya saja. Lebih jelas
anwar meyakini bahwah Agama adalah sumber kedamaian Dan untuk usaha ini,
ajaran agama khususnya menyangkut hubungan dengan perdamaian, adalah
sumber yang sangat kaya, yang tak akan kering keringnya. Baik berupa
petunjuk langsung maupun yang berupa Inspiasi. Mari kita bersama-sama kita
mendalaminya dan kemudian mengamalkannya.

Toleransi dapat menjadi jalan keluar yang di cetuskan islam untuk menyikapi
Pluralisme. Apa itu Pluralisme? Pluralisme adalah bentuk dari keberagaman akan paham-
paham yang dimana pada ambiguitas sehingga menciptakan berbagai macam keyakinan.
Pluralitas merupakan sebuah fakta sosial bersejarah yang melekat di Indonesia. Masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang multikultural. Menjadi masyarakat Indonesia artinya
mampu menjadi masyarakat yang sanggup hidup dalam perbedaan dan bersikap toleran.
Adanya toleransi inilah yang menjadikan agama islam dan agama yang lain tetap rukun dan
saling menghargai satu sama lain.
Dalam sebuah hadits :

‫ َع ْن َأِبي ُهَر ْي َر َة‬، ‫ َع ْن َيِز يَد ْبِن اَأْلَص ِّم‬، ‫ َح َّد َثَنا َج ْع َفِر ْبِن ُبْر َقاَن‬، ‫ َح َّد َثَنا َك ِثير ْبُن ِهَش اٍم‬،‫ َح َّد َثَنا َع ْم ٌرو الَّناِقُد‬:‫ َر ِح َم ُه ُهَّللا‬، ‫َقاَل ُم ْس ِلٌم‬
‫ َو َلِكْن َيْنُظُر ِإَلى ُقُلوِبُك ْم َو َأْع َم اِلُك ْم‬، ‫ "ِإَّن َهَّللا اَل َيْنُظُر ِإَلى ُص َو ِرُك ْم َو َأْم َو اِلُك ْم‬: ‫ َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َقاَل‬
Artinya : “Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr An-
Naqid, telah menceritakan kepada kami Kasir ibnu Hisyam, telah menceritakan kepada kami
Jafar ibnu Barqan, dari Yazid ibnul Asam, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian
dan harta kalian, tetapi Dia memandang kepada hati dan amal perbuatan kalian”. Ibnu Majah
meriwayatkan hadis ini dari Ahmad ibnu Sinan, dari Kasir ibnu Hisyam dengan sanad yang
sama.
Hadits diatas menjelaskan bahwa Allah SWT tidak melihat manusia dari fisik,
melainkan dari hati dan amal perbuatan manusia. Allah SWT maha tau apa yang ada dalam
hati kita bahkan sebelum kita menyadarinya. Maka dari itu, mari kita perkuat sikap toleransi
kita kepada sesama manusia. Bersikap toleran artinya kita menerima dengan lapang dada
sebuah perbedaan dan menghormati hak pribadi dan sosial. Menjadi umat muslim artinya
berpasrah diri, menyerahkan diri dengan ikhlas kepada Allah SWT. Mentaati perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya serta bersikap toleransi terhadap agama minoritas. Kita harus
berusaha untuk hidup dalam keseimbangan untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.
Hidup ini indah, jika kita melihat dari sudut pandang yang tepat.
Negara kita sendiri, Indonesia memberikan jaminan kemerdekaan beragama, hal ini
tertuang dalam UUD dan UU, yakni sebagai berikut :
1. UUD 1945 Pasal 28E, ayat (1) setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah
menurut agamanya, ayat (2) setiap orang berhak atas kebebasan meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati nuraninya.
2. UUD Pasal 29 ayat (2) negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya.
3. UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 22 ayat (1) setiap orang
bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya
dan kepercayaannya itu. Pasal 22 ayat (2) negara menjamin kemerdekaan setiap orang
memeluk agamanya sesuai kepercayaannya masing-masing dan untuk beribadah
sesuai kepercayaannya masing-masing.
Kesimpulan
sikap toleransi beragama adalah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak
mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut agama
yang lain. Agama berpengaruh bagi manusia sebagai motivasi yang mendorong individu
dalam melakukan aktivitas yang positif karena agama memiliki unsur kesucian dan ketaatan.
Allah SWT menjadikan manusia makhluk yang paling sempurna dengan memberikan akal
sehingga manusia dapat memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Bersikap toleran
artinya kita menerima dengan lapang dada sebuah perbedaan dan menghormati hak pribadi
dan sosial.

Daftar Pustaka

Devi, D. A. (n.d.). Toleransi Beragama. BukuKita.com, 34.


Mukmin, T. (2018). TOLERANSI BERAGAMA MENURUT PERSPEKTIF ALWI
SHIHAB. El-Ghiroh : Jurnal Studi Keislaman, 13(2), 23-44.

Anda mungkin juga menyukai