Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DOSA BESAR DAN BERHALA

ULPAH WIDIAWATI
1211060096

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir Semester
Dosen : Dr. Dadah M. Ag

PROGRAM SARJANA S1
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang MAha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, makalah yang berjudul Dosa Besar dan Berhala dapat terselesaikan dengan
baik.

Makalah ini disusun untuk pemenuhan Ujian Akhir Semester mata kuliah ‘Aqidah
dan Ibadah’ untuk menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.

Informasi yang disajikan dalam bentuk makalah ini diperoleh dari pengamatan
berbagai sumber informasi dan referensi.

Dalam Menyusun makalah ini saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Besar harapan saya makalah ini
dapat membantu pembaca untuk memahami materi kuliah tentang Aqidah dan Ibadah . saya
juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kakurangan. Oleh karena itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini lebih sempurna.

Bandung, 25 Desember 2021

Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................II

DAFTAR ISI.......................................................................................................................III

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1


B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi Dosa Besar.................................................................................................3


B. Macam-macam Dosa Besar.....................................................................................4
C. Definisi Berhala.......................................................................................................7
D. Sejarah Berhala........................................................................................................7
E. Sejarah Berhala Pada Zaman Nabi Muhammad saw...............................................8
F. Hadis Larangan Menyembah Berhala.....................................................................9

BAB III

A. Kesimpulan..............................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................11

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT menciptakan manusia pada fitrahnya sudah bertuhan. Saat bayi yang lahir
ke dunia, dalam janin inilah proses dimana roh manusia mengalami perjanjian dengan Allah
SWT. Namun, tidak sedikit yang mengingkari janji sakral tersebut pada saat di dunia.
Dosa-dosa besar dalam Islam seperti yang disebut dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi
Muhammad. Yaitu antara lain adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua,
berkata dan bersaksi palsu.
Berhala adalah objek bentuk makhluk hidup atau benda yang di dewakan, disembah,
dipuja yang dibuat oleh tangan manusia. Penyembahan berhala adalah istilah merendahkan
untuk pemujaan berhala, benda fisik seperti gambar kultus, sebagai dewa, atau praktik
diyakini hampir pada ibadah, seperti memberikan kehormatan yang tidak semestinya dan
memperhatikan bentuk membuat selain Tuhan.
Dalam sejarah penyembahan terhadap berhala, suatu kaum tak pernah melakukannya
secara langsung, melainkan secara bertahap. Penyembahan berhala ini sudah ada sejak jaman
pra islam, kaum itu mengambil Tuhan lain dan menyembah patung.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Tidak akan luput dari dosa. Besar
kemungkinan masalah-masalah datang sebab tidak kuatnya seseorang dalam menahan hawa
nafsu, terutama nafsu yang mengajak kepada kesesatan. Setiap salah ataupun dosa pasti akan
menjadi tanggungan bagi si pelakunya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Karena setiap
perbuatan dosa pasti akan mendapat balasannya. Sekecil apapun perbuatan dosa pasti akan di
pertanggung jawabkan terlebih lagi perbuatan yang termasuk dalam perbuatan dosa besar.

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu dosa besar?
b. Apa saja yang termasuk dosa besar?
c. Apa itu berhala?
d. Bagaimana sejarah berhala?
e. Bagaimana sejarah berhala pada zaman Nabi Muhammad saw?
f. Apa hadis yang menerangkan larangan menyembah berhala?

IV
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis untuk memenuhi Ujian Akhir Semester mata kuliah Aqidah dan
Ibadah, materi tentang Dosa Besar dan Berhala. Dan memiliki tujuan untuk diajukan kepada
pembaca untuk mengetahui apa saja yang termasuk Dosa Besar, Ap aitu Berhala dan Sejarah
Berhala.

V
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Dosa Besar


Pengertian dosa besar menurut KBBI ialah dosa yang apabila dilakukan tidak akan
mendapat ampunan kecuali dengan tobat nasuhah. Jadi pengertian dosa besar adalah suatu
pelanggaran terhadap perintah dan larangan-Nya yang menimbulkan kerugian dan kerusakan
terhadap orang lain dan bersifat besar.
Kata dosa besar terbagi menjadi dua yaitu dosa dan besar, Dosa adalah Tindakan atau
perilaku yang melanggar aturan atau larangan dari Tuhan atau Agama. Sedangkan Besar
adalah sesuatu yang lebih dari ukuran sedang atau lawan dari kecil, jadi Dosa Besar ialah
suatu perbuatan atau Tindakan yang melanggar perintah dari Tuhan maupun Agama secara
berlebihan yang berakibat besar.
Rasulullah saw bersabda :
‫ارى‬EE‫ور (رواه البخ‬ ِ ‫ ُل النَّ ْف‬E‫ق ْال َوالِ َدي ِْن َوقَ ْت‬
ُّ E‫و ُل ال‬EEَ‫س َوق‬
ِ ‫ز‬E ُ ْ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي ْال َكبَاِئ ِر قَا َل ال ِّشر‬
ُ ‫ك بِاهللِ َو ُعقُو‬ ٍ ‫َع ْن‬
َ ‫س ع َْن النَّبِ ِّي‬
)‫والمسلم‬
Dari Anas, dari Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam ditanya tentang kabair (dosa
besar), beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, durhaka terhadap orang tua, membunuh
jiwa, dan berkata (sumpah) dengan kata-kata palsu” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis Nabi diatas bahwa yang termasuk dosa-dosa besar adalah syirik kepada
Allah, Durhaka kepada kedua orang tua dan Bersaksi Palsu. Memang sudah sepantasnya jika
dosa seperti ini dimasukkan ke golongan dosa besar, karena semuanya bersifat menduakan,
ataupun mengambil hak yang seharusnya tidak boleh diambil. Lantas jika kita menduakan
Allah maka kita sudah merendahkan Allah karena hakikatnya Allah adalah Yang Maha Esa
dan jika kita durhaka kepada orang tua, maka itu juga termasuk dalam menghilangkan suatu
kehormatan orang-orang yang sangat paling berjasa dalam hidup kita, serta bersaksi palsu
yang mengambil hak orang lain, menyalahkan yang benar dan menganiaya yang tak bersalah.
Allah SWT menjamin bagi siapa saja yang menjauhi dosa-dosa besar dan perkara-
perkara yang di haramkan akan diampuni semua dosa-dosa kecil yang di lakukannya.
Allah SWT berfirman :
‫اِ ْن تَجْ تَنِبُوْ ا َكبَ ۤا ِٕى َر َما تُ ْنهَوْ نَ َع ْنهُ نُ َكفِّرْ َع ْن ُك ْم َسي ِّٰاتِ ُك ْم َونُ ْد ِخ ْل ُك ْم ُّم ْد َخاًل َك ِر ْي ًما‬

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang


mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan
kamu ke tempat yang mulia (surga) [An-Nisa:31].

Berdasarkan ayat diatas, Allah SWT telah menjamin surga bagi siapapun yang
menjauhi dosa-dosa besar.

VI
B. Macam-macam Dosa Besar

‫ا ِئ ِر‬Eَ‫ا َ ْكبَ ِر ْال َكب‬Eِ‫ َأالَ ُأنَبُِّئ ُك ْم ب‬:‫لَّ ْم‬E‫ ِه َو َس‬Eْ‫صلَى هللاُ َعلَي‬َ ِ‫ قَا َل َرسُو َل هللا‬:‫ال‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬ ِ ‫ث َر‬ ِ ‫ار‬ ِ ‫ع َْن َأبِ ْي بَ ْك َرةَ نُفَي ٍْع ا ْب ِن ْال َح‬
‫َأ‬
ُّ ‫وْ ُل‬EEَ‫ا َل الَ َوق‬EEَ‫س فَق‬
‫ز ِر‬EE‫ال‬ ْ
َ َ‫انَ ُمتَّ ِكًئا فَ َجل‬EE‫ َو َك‬,‫ َد ْي ِن‬EEِ‫ق ال َوال‬ ُ
ُ ْ‫و‬EE‫ا هللاِ َو ُعق‬EEِ‫ك ب‬ ُ ‫ َرا‬EE‫وْ َل هللاِ ِأل ش‬EE‫ بَلَى يَا َر ُس‬: ‫ا‬EEَ‫ قُ ْلن‬.‫ا‬EEً‫ثَالَ ث‬
ْ ‫َأ‬
ٌ َّ‫ ُمتَف‬. َ‫ فَ َما زَ ا َل يُ َك ِّر ُر َحتَّى قُ ْلنَا لَ ْيتَهُ َسكَت‬.‫الزوْ ر‬
‫ق َعلَ ْي ِه‬ ُّ ُ‫َوال َّشهَا َدة‬
“Hadis dari Abi Bakrah Nufai’ bin Al-Harits r.a.berkata, Rasulallah SAW
bersabda: Perhatikanlah ! Saya akan menerangkan kepadamu sekalian tentang dosa-
dosa besar, beliau mengulanginya tiga kali. Baik lah Ya Rasulallah. Lalu Nabi
bersabda: “Bahwa Syirik ialah menyamakan (menyekutukan Allah), durhaka kepada
kedua orang tua,konon Rasulallah di saat itu sedang duduk bersandar, tiba-tiba beliau
mengambil tempat duduk dan terus bicara lagi: Perhatikan perkataan dan persaksian
palsu” Rasulallah selalu mengulang-ngulangnya hingga kami berkata’: “mudah-
mudahan beliau diam (Mutaffaq ‘alaih)

Dalam hadis diatas diterangkan beberapa macam dosa besar, yakni


menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, berkata dan bersaksi palsu.

a. Syirik (Menyekutukan Allah)

Syirik adalah perbuatan menyekutukan atau menduakan Allah SWT.


Syirik ada dua, pertama menjadikan sesuatu sebagai tandingan bagi Allah dan
beribadah kepada selain-Nya, baik itu berupa pabu, pohon, matahari, bulan,
bintang, binatang, raja dan lainnya. Sedangkan menurut Bahasa, Syirik berarti
persekutuan atau bagian. Sebagian Ulama berpendapat bahwa Syirik adalah
kufur atau jenis kekufuran.

Diriwayatkan oleh Al-Bazar dari Ibnu Abbas. As Suyuti


mengelompokannya kedalam hadis hasannya. Kata Al Iraqi, hadis ini sanadnya
hasan.
Dari Ibnu Abbas, bahwa seorang laki-laki telah bertanya kepada
Rasulullah tentang dosa besar.

ِ‫ْ َرحْ َم ِةهللا‬،‫ َو ْالقُنُوْ طُ ِم‬,ِ‫ح هللا‬ ُ ْ‫اَ ْل َكبَاِئرُال ِّشر‬


ِ ْ‫ َواِإْل يَاسُ ِم ْن َرو‬,ِ‫ك بِاهلل‬
Rasulullah menjelaskan : “diantara dosa besar ialah menserikatkan Allah”
Barangsiapa mempersekutukan Allah lalu mati dalam keadaan seperti itu
sungguh ia termasuk penghuni neraka. Seperti halnya seseorang yang beriman kepada
Allah lalu mati dalam keadaan seperti itu maka ia termasuk penghuni surga, walaupun
mungkin diadzab di neraka terlebih dahulu.

VII
b. Durhaka Kepada Kedua Orang Tua

Yang dimaksud dengan berbuat baik kepada kedua orang tua adalah dengan
berbakti, mengasihi dan lemah lembut kepada keduanya. Yang di maksud dengan
‘membentak mereka’ adalah berbicara kasar di kala keduanya memasuki usia senja.

Allah SWT berfirman :


َ ‫ك اَاَّل تَ ْعبُد ُْٓوا آِاَّل اِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن اِحْ ٰسنً ۗا ِا َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد‬
ْ‫ل‬EEُ‫ا َوق‬EE‫ٓا اُفٍّ َّواَل تَ ْنهَرْ هُ َم‬EE‫لْ لَّهُ َم‬EEُ‫ك ْال ِكبَ َر اَ َح ُدهُ َمٓا اَوْ ِك ٰلهُ َما فَاَل تَق‬ َ ُّ‫ضى َرب‬ ٰ َ‫َوق‬
‫لَّهُ َما قَوْ اًل َك ِر ْي ًما‬

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya
perkataan yang baik. (QS. Al-Israa:23)

Dalam Shahihain (Shahih Bukhari-Muslim) disebutkan bahwa seseorang


menghadap Rasulullah saw bertanya, “wahai Rasulullah, siapakah manusia yang
paling berhak untuk aku pergauli dengan baik?” “ibumu”, jawab Rasul. Orang itu
bertanya lagi “lalu siapa lagi?” “ibumu”, jawab beliau Kembali. Orang itu bertanya
lagi “lalu siapa lagi?” “ibumu”, jawab Rasul. “lalu siapa lagi?” tanya orang itu lagi.
Rasul pun menjawab “ayahmu, lalu kerabatmu yang terdekat, begitu seterusnya”.

Rasulullah saw memerintahkan berbakti kepada ibu sebanyak tiga kali dan
kepada ayah sekali saja. Semua ini karena perintah dan kasih sayang seorang ibu jauh
lebih besar dari pada seorang ayah. Itupun masih ditambah dengan penderitaan selama
hamil, kontraksi, kelahiran, menyusui, dan berjaga sepanjang malam.

c. Kesaksian Palsu

Dalam sebuah hadis disebutkan “tidak akan beralih kaki seseorang yang
memberikan kesaksian palsu besok pada hari kiamat, hingga tersentuh api neraka”.
Mushanif berkata “orang yang memberi kesaksian palsu itu telah mengerjakan
beberapa dosa besar yaitu :

Pertama, berbicara dusta dan tuduhan palsu. Dalam sebuah hadis disebutkan
“setiap mukmin itu diciptakan dengan beragam perangai kecuali khianat dan dusta”.

Kedua, ia menzalimi orang yang menjadi lawannya, sehingga dengan


kesaksiannya orang itu menderita kerugian harta, kehormatan dan mungkin
nyawanya.

Ketiga, ia menzalimi orang yang diberinya kesaksian, dengan mengambil


harta haram sebagai hasil dari kesaksiannya itu.

VIII
َ Eَ‫ ِه ْال َجنَّةَ فَق‬E‫ َّر َم َعلَ ْي‬E‫ب هللاُ لَهُ النَّا َر َو َح‬
‫ال‬E َ ‫ه فَقَ ْد اَوْ َج‬Eِ ِ‫ق ا ْم ِرٍئ ُم ْسلِ ٍم بِيَ ِم ْين‬ َ ‫ع َْن َأبِي ُأ َما َمةَ َأ َّن َرس‬
َّ ‫ُول هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َم ْن ا ْقتَطَ َع َح‬
)‫ك (رواه المسلم وابن ما جه و أحمد‬ ٍ ‫ضيبًا ِم ْن َأ َرا‬ ِ َ‫لَهُ َر ُج ٌل َواِ ْن َكانَ َش ْيًئا يَ ِس ْيرًا يَا َرسُو َل هللاِ قَا َل َوِأ ْن ق‬
Dari Abu Umamah bahwa Rasulallah Saw. besabda: “ Barang siapa
mengambil hak seorang muslim dengan sumpahnya maka Allah mewajibkan neraka
untuknya, dan mengharamkan surga atasnya’. Lalu seorang laki-laki bertanya,
‘Wahai Rasulallah, meskipun itu sesuatu yang sepele?’ Beliau menjawab: ‘Meskipun
itu hanya kayu siwak” (HR.Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad).
d. Tujuh Dosa Besar

ِ ‫ ِإجْ تَنِبُواال َّس ْب َع ْال ُمبِقَا‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ E‫ا َر ُس‬EEَ‫ قَالُوا ي‬,‫ت‬
: ‫ا َل‬EEَ‫اه َُّن؟ ق‬EE‫ول هللاِ َو َم‬ ِ ‫ع َْن َأبِى هُ َر ْي َرةَ َر‬
َ ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ع َِن النَّبِ ِّي‬
‫ت‬
ِ ‫صنَا‬َ ْ‫ف َوقَدْفُ ْال ُمح‬ ِ ْ‫ق َواَ ْك ُل ال ِّربَا َواَ ْك ُل َما َل ْاليَتِ ْي ِم َوالتَّ َولِّى يَوْ َم ال َّزح‬
ِّ ‫س الَّتِي َح َّر َم هللاُ ِإَأل بِ ْال َح‬
ِ ‫ك بِاهللِ َوالسِّحْ ُر َوالقَ ْت ُل النَّ ْف‬
ُ ْ‫أل ِّشر‬
‫ا َمى‬EEَ‫ال اليَت‬ َ E‫وْ نَ َأ ْم‬EEُ‫ْأ ُكل‬Eَ‫ ِإ َّن الَّ ِذ ْينَ ي‬: ‫ال‬EE‫ول هللا تع‬EE‫اب ق‬EE‫ ب‬22: ‫ايا‬EE‫اب الوص‬EE‫كت‬-55 :‫ي في‬
َ ‫و‬E ّ ‫ت (أخرجه البخار‬ ِ ‫ت ْالغَافِاَل‬
ِ ‫ْال ُمْؤ ِمنَا‬
)‫ظُلَ ًما‬

“Abu Hurairah berkata, bahwa Nabi SAW, bersabda: “Tinggalkanlah tujuh


dosa yang dapat membinasakan”, Sahabat bertanya,” Apakah itu ya Rasulullah?
“jawab Nabi “syirik (mempersekutukan) Allah ; Berbuat sihir (tenung) membunuh
jiwa yang di haramkan Allah kecuali yang hak memakan harta riba ; memakan harta
anak yatim ; memeihara diri dari perang jihad pada saat berjuang;dan menuduh
wanita mukminat yang bai-baik (berkeluarga) dengan tuduhan zina.” (Dikeluarkan
oleh Imam Al-Bukhari dalam kitab; “Wasiat” bab tentang firman Allah ta’ala :
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim.)”

Dalam hadis tersebut diejlaskan, bahwasannya Rasulullah pernah bersabda


dalam hadis Abu Hurairoh R.A mengajurkan kita sebagai umatnya agar menjauhi
tujuh dosa yang dapat membinasakan kita. Dengan ketujuh dosa diatas bagian yang
telah dibahas yaitu tentang :

a) Syirik
Artinya menduakan Allah, percaya kepada selain Allah SWT.
b) Sihir
Menggunakan ilmu sihir dengaan salah cara mengamalkannya.
c) Membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah
Menghilangkan nyawa seseorang dari jasadnya dengan sengaja, baik
itu karena dendam,iri hati, fitnah dan lain sebagainya
d) Memakan Riba
Riba adalah sesuatu yang lebih atau proses jual beli pasti terdapat
keuntungan yang melebihi ketentuan.
e) Memakan hak anak yatim
Seseorang yang diamanahkan untuk dititipkan harta anak yatim tetapi
hart aitu malah dipakai untuk keperluan pribadi.
f) Melarikan diri dari jihad
Melarikan diri saat sedang berperang membela agama.
g) Menuduh Wanita berzina
Penuduhan dimana tidak didasarkan pada bukti-bukti atau disebut
dengan fitnah.

IX
C. Definisi Berhala

Berhala adalah patung, gambar dari sesuatu atau simbol yang dijadikan objek
pengabdian yang penuh gairah, entah berwujud atau hanya ada dalam pikiran. Berhala
adalah objek berbentuk makhluk hidup atau benda yang di dewakan, disembah, dipuja
yang dibuat oleh tangan manusia.
Al-Qur’an menggunakan kata yang berbeda untuk menunjukkan kata berhala,
yaitu Al-Authan. Asal kata dari Al-Authan adalah wathanu yang artinya berhala. Dalam
Mu’jam alfad Alquran karya al-Raghib al-Asfahani dijelaskan bahwasannya al-Authan
adalh bentuk jama yang artinya patung-patung berhala, sedangkan bentuk mufradnya,
al-wathanu yang berarti berhala atau batu yang di sembah.
Al-Authan secara Bahasa terbuat dari bahan yang sama dengan al-asnam yakni
dari bahan kayu, batu, emas, perak, tembaga dan semua bahan yang berasal dari bumi.
Kata al-Authan lebih umum dari pada al-Asnam. Al-Authan dapat berupa segala
sesuatu yang berbentuk maupun tidak berbentuk baik kecil atau besar. Kata al-Authan
disebut sebanyak tiga kali yaitu dalam surat al-Hajj ayat 30, surat al-Ankabut ayat 17
dan ayat 25.

Kata berhala dalam Al-Qur’an digunakan untuk mengartikan tiga istilah yang
berbeda, masing-masing kata tersebut dalam Al-Qur’an mempunyai makna yang
berbeda sesuai dengan konteks Ketika kata itu disandarkan. Kaliamt tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Asnam, adalah segala sesuatu yang terbuat dari kayu, batu, emas, perak,
tembaga dan semua jenis yang berasal dari bumi yang memiliki bentuk
menyerupai makhluk hidup seperti manusia, binatang dan tumbuhan serta
memiliki bentuk tubuh yang besar.
2. Aswan, adalah terbuat dari bahan baku pembuatannya sama dengan al-Asnam,
namun kata ini lebih umum. Karena dapat berupa segala sesuatu yang berbentuk
dan tidak berbentuk, baik kecil maupun besar.
3. Asnab, adalah batu yang tidak kmemiliki bentuk tertentu yang digunakan untuk
tempat menyembelih bintang yang akan dipersembahkan untuk berhala. Al-
Asnab juga dipakai untuk jenis batu yang tidak dibentuk yang disembah apabila
tidak mampu membuat al-asnam.

D. Sejarah Berhala

Dari zaman Nabi Nuh a.s. berhala-berhala itu dinamai sesuai nama-nama ulama yang
hidup pada zaman tersebut, dengan alasan untuk mengenang keshalihan dan jasa-jasa, selain
itu juga menambah semangat beribadah mereka. Karna itulah mereka membuat patung-
patung sebagai simbol visualisasi fisik.
berhala-berhala itu dinamai sesuai nama-nama ulama yang hidup pada zaman
tersebut, dengan alasan untuk mengenang keshalihan dan jasa-jasa, selain itu juga menambah
semangat beribadah mereka. Dalam keterangan lain dijelaskan bahwa bangsa Arab pra Islam
beriman kepada satu wujud Tuhan Yang Maha Besar, tetapi pada saat yang sama mereka

X
memiliki gagasan bahwa Allah Yang Maha Kuasa telah menyerahakan kekuasaa Nya kepada
beberapa pribadi dan objek yang suci, baik hidup maupun mati, yang menjadi perantara yang
menghubungkan penyembah dengan Nya dan dengan begitu mereka mendapatkan ridha
Nya. Berawal dari konsep tersebut mereka menyembah patung-patung orang-orang
suci, benda-benda langit dan batu yang kadang-kadang dipandang bukan sebagai dewa tetapi
sebagai inkarnasi wujud Allah. Sejarah Arabia pra Islam menunjukkan fakta bahwa bangsa
Arab selain menyembah berhala, juga menyembah benda-benda langit, pepohonan dan
pahlawan-pahlawan suku mereka yang sudah mati.

Dalam kitab Qaşaş al-Ambiyya dijelaskan bahwa, berhala yang pertama dibuat


Wadd, Suwâ‟, Yaghuts, Ya`uq dan Nasr, kesemuanya adalah para ulama yang hidup pada
masa antara Adam dan Nuh. Dan merupakan orang yang sangat berpengaruh pada saat
itu. Kemunculan para penyembah berhala sejak sebelum islam datang, ketika itu mekkah
masih dalam keadaan tidak ada tumbuh-tumbuhan yang hidup. Saat itu Ibrahim datang
bersama Hajar dan Ismail untuk membangun ka’bah untuk beribadah kepada Allah SWT.

Namun sangat disayangkan seiringnya waktu berjalan ajaran yang diajarkan Ibrahim
a.s. Maka Ibrahim memilih untuk berpindah ke rumah Nabi Nuh a.s. Beberapa waktu
kemudian, Ibrahim memutuskan pergi sebab ia belum mendapat jawaban yang memuasakan
dalam pencariannya, walau demikian, Ibrahim pulang sambil memperoleh berbagai ilmu
maupun risalah berharga dari Nabi Nuh. Tatkala Ibrahim kembali ke rumah Azar, ayah
kandungnya, ia sering mendapati sang ayah sedang membuat patung-patung serta meletakkan
makanan di depan patung-patung itu sehingga menyebabkan Ibrahim bertanya-tanya tentang
perilaku sang ayah.

Mendapati jawaban bahwa sang ayah menyembah patung lantaran tradisi leluhur, Ibrahim
mempertanyakan tradisi ini namun sang ayah membiarkan Ibrahim. Pada zaman
Ibrahim, sebagian besar Orang di Mesopotamia beragama politeisme, yakni sebuah tradisi
penyembahan kepada lebih dari satu sembahan, baik sembahan-sembahan yang dianggap
berada di muka bumi maupun sembahan-sembahan yang dianggap berada di langit, dan
orang-orang tersebut membuat berbagai patung sebagai perlambangan sembahan-sembahan
itu. Nahor menyatakan bahwa di langit ada berbagai sembahan, namun Ibrahim merasa perlu
membuktikan ucapan ini. Ibrahim pun menyadari bahwa Yang Mengendalikan
bulan, bintang, matahari, siang dan malam, juga Yang Menciptakan seluruh makhluk di bumi
adalah Tuhan yang sebenarnya.

Mereka menjadikannya dan mereka adalah orang-orang yang zalim. Dan setelah mereka
sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun
berkata, ‘sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak
mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang orang yang merugi.
E. Sejarah Berhala Pada Zaman Nabi Muhammad saw
Sebelumnya Makkah merupakan sentral agama bangsa Arab. Di sana ada tempat
peribadatan berupa Kakbah dan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang
disucikan. Dakwah Nabi Muhammad saw dimulai dari dakwah secara sembunyi-sembunyi
kurang lebih selama tiga tahun lamanya hingga turunya wahyu yang mengharuskan dakwah

XI
seacara terang-terangan kepada kaumnya, menjelaskan kebatilan mereka dan menyerang
berhala-berhala. Dari perkembangan tersebut sedikit demi sedikit permasalahan
permasalahan yang ada teratasi, penduduk yang mayoritas sebagai perdagang dan petani juga
ikut merasakan. Selain perkembangan ekonomi yang seningkat, sedikit demi sedikit
masyarakat Makkah khususnya memeluk agama Islam, tidak sedikit dari mereka yang juga
meninggalkan kebiasaan-kebiasaan menyembah patung-patung dan semacamnya.
F. Hadis Larangan Menyembah Berhala
َ َ‫ضالَةَ ع َْن َأ ْي َمنَ ْب ِن ُخ َري ٍْم ق‬
‫ال‬ ِ ِ‫اويَةَ َأ ْخبَ َرنَا ُس ْفيَانُ بْنُ ِزيَا ٍد ع َْن فَات‬
َ َ‫ك ب ِْن ف‬ ِ ‫َح َّدثَنَا َمرْ َوانُ بْنُ ُم َع‬
‫ور ِإ ْش َرا ًكا بِاهَّلل ِ َع َّز َو َج َّل ثَاَل ثًا ثُ َّم قَا َل‬ ْ َ‫ال يَا َأيُّهَا النَّاسُ َع َدل‬
ُّ ُ‫ت َشهَا َدة‬
ِ ‫الز‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َخ ِطيبًا فَق‬
َ ِ ‫قَا َم َرسُو ُل هَّللا‬
{ ‫ور‬ ُّ ‫س ِم ْن اَأْلوْ ثَا ِن َواجْ تَنِبُوا قَوْ َل‬
ِ ‫الز‬ َ ْ‫} اجْ تَنِبُوا الرِّج‬
“Telah menceritakan kepada kami Marwan bin Mu'awiyah telah mengabarkan kepada kami
Sufyan bin Ziyad dari Fatik bin Fadlalah dari Aiman bin Khuraim ia berkata; Rasulullah ‫ﷺ‬
berdiri menyampaikan khutbah seraya bersabda, "Wahai sekalian manusia, persaksikan
palsu menyamai dosa perbuatan syirik kepada Allah 'Azza wa Jalla." Beliau
mengucapkannya hingga tiga kali. Kemudian beliau bersabda, "Jauihilah perkara najis dan
kotor dari berhala-berhala, serta jauhilah persaksian palsu." [Ahmad – 18144]
Dari hadis diatas menjelaskan bahwa Rasulullah saw melarang dalam menyembah
selain kepada Allah SWT. Segala hal yang bersifat menduakan atau mempersekutukan Allah
adalah termasuk dosa besar. Bahkan Rasulullah saw menyebut perbuatan ini sebanyak tiga
kali karena perbuatan syirik ini sangat besar dosanya.

XII
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dosa-dosa besar merupakan segala larangan yang berasal dari Allah maupun Rasul-
Nya. Dosa dosa besar diantaranya : Syirik, durhaka terhadap kedua orang tua, membunuh
jiwa yang dilarang Allah, sihir, kesaksian palsu, memakan harta riba, mengambil hak anak
yatim, melarikan diri dari perang dan memfitnah mukmin berzina. Berhala adalah patung,
gambar, atau symbol yang dijadikan objek pengabdian yang penuh gairah, entah berwujud
atau hanya dalam pikiran. Al-Qur’an menganggap perbuatan ini syirik. Berhala sudah ada
dari zaman pra islam dan zaman Nabi Muhammad saw.
B. Saran
Sebagai umat islam yang mempunyai pedoman hidup berupa Al-Qur’aan yang dibawa
oleh Nabi Muhammad saw, sudah seharusnya apa yang dibawa oleh utusan-Nya dijalankan
dengan semaksimal mungkin. Benar-benar memahami apa yang di syariatkan, menjalani apa
yang telah di perintahkan dan menjauhi larangan. Dengan harapan, pembaca dapat
mengambil pelajaran dan hikmah dari makalah yang saya susun ini.

XIII
Daftar Pustaka

Adz-Zahabi, I. (2007). Dosa-dosa Besar. Pustaka Arafah.


Fattah, K. (n.d.). Dosa-dosa Besar. 10.
Kurniawan, B. (2019). Berhala Tradisional dan Barhala Modern. Universitas
Muhammadiyah, 16.
Mubin, F. (n.d.). Dosa Besar dalam Prespektif Hadis. 11.

XIV

Anda mungkin juga menyukai