Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

HAL-HAL YANG MENGOTORI AQIDAH

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada


Mata kuliah Tauhid

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:


NAMA : 1. SAMI
2. MARSEL SOFIA
3. DARA PRASISKA
SEMESTER :I
PRODI : MPI
JURUSAN : TARBIYAH

DOSEN PENGAMPU:
SALMAN, M.A

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


YAYASAN PERGURUAN TINGGI PASAMAN
STAI-YAPTIP PASAMAN BARAT
TAHUN AKADEMIK 1444H/2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan berkahnya
kami diberikan kemudahan serta kelancaran dalam menyelesaikan tugas makalah yang
di berikan oleh Dosen pengampu Bapak Salman, M.A. mata kuliah Tauhid, shalawat
teriring salam tidak lupa juga kami ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang modern yang diridhai
Allah SWT .
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak yang telah memberikan
arahan dalam menyusun makalah ini, makalah disusun dari beberapa referensi buku dan
dari internet yang kemudian kami jadikan sebagai pembahasan.
Kritik dan saran sangat kami harapkan dari Bapak Dosen serta para pembaca
makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan referensi maupun kajian
akademik. Mohon maaf apabila dalam penyampaian masih terdapat banyak kekurangan
semoga makalah kami dapat lebih baik lagi dilain hari.

Pasaman Barat, 10 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1

C. Tujuan Masalah .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2

A. Pengertian Aqidah .............................................................................................. 2

B. Hal-hal yang dapat mengotori Aqidah ................................................................ 3

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 18

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 18

B. Saran ................................................................................................................ 18

DAFTAR KEPUSTAKAAN .................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang sempurna, agama mengatur dengan jelas tata
cara menjalani kehidupan dengan baik dan benar. Kehidupan seseorang berbeda
dengan kehidupan orang lain. Masalah silih berganti, cobaan
semakin merapuhkan badan, rintangan semakin di depan dan setiap orang
mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyelesaikan setiap masalahnya.
Ada yang sesuai dengan akidah seperti tetap berusaha, sabar, tawakal, dan
berdo’a. Begitu pun sebaliknya ada yang menyelesaikan masalahnya dengan
cara-cara yang merusak dan mengotori akidah diantaranya: syirik, kufur, murtad,
iri hati, sombong dan sebagainya.
Di zaman sekarang ini banyak orang-orang yang memilih cara-cara yang
bertentangan dengan akidah islam. Yang mereka inginkan adalah bagaimana
masalah tersebut dapat selesai dengan cepat tanpa memikirkan bertentangan
tidaknya degan akida hislam. Misalkan mereka dating keseorang dukun,
menggunakan jimat dan sebagainya. Mereka seakan lupa dengan hakikat dirinya
sebagai hamba Allah yang harus menyembah dan meminta pertolongan hanya
kepada Nya.
Allah swt melarang dengan keras perbuatan-perbuatan yang dapat
merusak dan mngotori akidah islamiyah diantaranya melakukan perbuatan
syirik, kufur, Bid’ah, takhayul, khurafat, dan nifak karena perbuatan tersebut
akan menjerumuskan manusia dalam neraka.

B. Rumusan Masalah

1. Hal-hal apa saja yang mengkotori aqidah?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui hal apa saja yang mengotori aqidah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah

H. Masan menjelaskan dalam buku Pendidikan Agama Islam: Akidah


Akhlak, akidah berasal dari bahasa Arab aqada-ya'qudu-aqidatan yang artinya
mengikat atau mengadakan perjanjian. Para ulama mendefinisikan akidah
sebagai sesuatu yang terikat dari hati nurani.
Adapun menurut istilah, akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan
yang harus dipegang oleh orang yang mempercayainya. Sehingga, pengertian
akidah Islam adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini
kebenarannya oleh setiap muslim dengan bersandar pada dalil-dalil naqli dan
aqli.
Menurut Taofik Yusmansyah dalam buku Aqidah Akhlaq, landasan
akidah Islam adalah rukun iman, yakni beriman kepada Allah SWT, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan kepada qada
dan qadar-Nya.
Aqidah ialah perkara yang dibenarkan oleh hati,dan jiwa menjadi tenang
karenanya,sehingga menjadi keyakinan yang kokoh yang tidak tercemar oleh
kesangsian. Aqidah memiliki arti perkara-perkara yang dibenarkan oleh hati,
jiwa tentram karenanya, memberikan rasa yakin dalam diri tanpa tercampuri
oleh keraguan atau kebimbangan. Aqidah merupakan kepercayaan tertinggi,
karena bersumber dari wahyu Allah yang menjanjikan hamba-hambaNya yang
benar-benar beriman dengan kebahagiaan dunia dan akhirat. Suatu aqidah
dikatakan sempurna dan seseorang akan dikatakan mempunyai aqidah apabila
perbuatan, gerak-gerik dan tindakanya semata-mata bersumber dari aqidah itu.
Aqidah agama menghendaki manusia agar takut kepada Allah, baik secara nyata
maupun dalam hatinya, dan dalam setiap yang dikerjakan. Terbuktilah bahwa
seseorang melakukan perbuatan baik tidak mengharapkan balasan dari orang
lain. Serta tidak berbuat jahat walaupun tidak diketahui polisi atau jaksa, dan hal
itu hanyalah karena mengetahui bahwa ia diperhatikan oleh Allah.

2
3

Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang


wujud Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuiNya,baik dalam
Dzat, sifat-sifat maupun perbuatanNya. Untuk menyampaikan petunjuk-
petunjuk jalan kebaikan kepada umat manusia,Allah telah mengutus para
RasulNya dengan dibekali kitab-kitab. Kelak dalam kehidupan akhirat, Allah
akan meminta pertanggung jawaban kepada semua orang atas segala perbuatan
yang telah dilakukan dalam hidupnya di dunia. Perbuatan-perbuatan yang baik
diberi balasan nikmat Syurga, dan perbuatan-perbuatan yang buruk diberi
balasan siksa neraka. Oleh karena itu Aqidah menurut Ibnu Taimiyah
mewajibkan beriman (percaya) kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab,dan
Rasul-rasulnya, serta kebangkitan/hidup kembali setelah mati dan beriman
kepada Qada dan Qadar.

B. Hal-hal yang dapat mengotori Aqidah

1. Syirik
Syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah swt dalam hal-hal
yang menjadi kekhususan-Nya, misalnya berdo’a kepada Allah dengan
memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah swt, seperti;
menyembelih, bernadzar, berdo’a dan lainnya. 1
Barang siapa menyembah kepada selain Allah berarti ia telah meletakkan
ibadah bukan pada tempatnya serta memberikan kepada yang tidak berhak
mendapatkannya, dan itu adalah kezhaliman yang paling besar. Allah
berfirman :
١٣ٞ‫ظ ۡل ٌم َعظِ يم‬
ُ َ‫ِإنَّٱلش ِۡر َكل‬
”Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezhaliman yang besar”. (QS. Al-Lukman 31: 13).
Allah swt tidak mengampuni pelaku syirik yang meninggal dalam
kesyirikannya, firman Allah swt :
٤٨‫عظِ ي ًما‬ َ َ‫ۦويَ ۡغف ُِر َماد ُونَ َٰذَ ِل َك ِل َمني‬
َ ‫و َمني ُۡش ِر ۡكبِٱللَّ ِهفَقَد ِۡٱفت ََر َٰ ٓىإ ِ ۡث ًما‬َٞ ‫شا ٓ ُۚ ُء‬ َ ‫إِنَّٱللَّ َه ََليَ ۡغف ُِرأَني ُۡش َر َكبِ ِه‬

1
Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Kitab Tauhid, (Solo: Pustaka Arafah, 2015), hlm.
15.
4

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia


mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh
ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An-Nisa 4: 48).
Surga di haramkan bagi orang musyrik. Firman Allah swt :
َ ‫ه َر ِب‬َٞ ‫لَقَ ۡد َكف ََرٱلَّذِينَقَالُ ٓواْ ِإ َّنٱللَّ َه ُه َو ۡٱل َمسِي ُح ۡٱبنُ َم ۡر َي َۖ َم َوقَاَل َۡل َمسِي ُح َٰ َي َب ِن ٓيإ ِ ۡس َٰ َٓرءِ يَل َۡعبُد ُواْٱل َّل‬
‫يو َربَّكُمَۡۖ إِنَّ ۥهُ َمني ُۡش ِر ۡك ِبٱللَّ ِهفَقَ ۡد َح َّر َمٱ‬
٧٢ٞ‫صار‬ َ ‫أ َن‬ٞ‫َمِن‬ ۡ ‫ظلِمِين‬ َّ َٰ ‫ار َو َمالِل‬
ُ َۖ َّ‫للَّ ُهعَلَ ۡي ِه ۡٱل َجنَّةَ َو َم ۡأ َو َٰى ُهٱلن‬
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam", padahal Al-Masih
(sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu".
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun”.(QS. Al-
Maidah 5:72).
Dosa syirik akan menghapuskan semua amal, Allah swt berfirman:
َ ‫ َح ِب‬َٞ‫َولَ ۡوأ َ ۡش َركُواْل‬
٨٨َٞ‫ط َع ۡن ُهم َّماكَانُواْيَعۡ َملُون‬
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari
mereka amalan yang telah mereka kerjakan”.(QS. al-An’am 6: 88).
Syirik adalah dosa yang paling besar. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Maukah
kalian aku beritahu tentang dosa yang paling besar?” Kami menjawab: ”ya,
Rasulullah!” Beliau bersabda: ”Berbuat syirik kepada Allah swt dan durhaka
kepada kedua orang tua”. (HR.Bukhari dan Muslim).
Sesungguhnya syirik adalah sebuah kekurangan dan aib di mana Allah
swt menyucikan diri-Nya dari hal tersebut. Barangsiapa menyekutukan Allah
swt berarti dia telah menyematkan kepada Allah sesuatu yang Dia
menyucikan diri daripadanya. Dan ini adalah puncak dari pembangkangan,
kesombongan dan permusuhan terhadap Allah swt.
Jenis-Jenis Syirik
a) Syirik Besar (syirik Akbar)
Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam,
dan menjadikannya kekal di neraka jika meninggal dalam keadaan belum
5

bertaubat darinya. Syirik besar yaitu, memalingkan sesuatu bentuk


ibadah kepada selain Allah swt, seperti; berdo’a kepada selain Allah swt,
mendekatkan diri kepada selain Allah dengan menyembelih kurban,
bernadzar untuk dipersembahkan kepada kuburan, jin dan setan.
Termasuk syirik besar pula, takut kepada orang yang telah meninggal, jin
dan setan kalau-kalau mereka memberikan mudharat atau membuatnya
sakit. Begitu pula, berharap kepada selain Allah swt atas sesuatu yang
tidak mampu dilakukan kecuali hanya Allah swt berupa harapan untuk
memenuhi kebutuhan ataupun menghilangkan kesusahan, yang mana hal
ini sekarang dilakukan di sekeliling kubah-kubah yang dibangun di atas
kuburan para wali dan orang-orang shalih di sebagian wilayah negeri –
negeri kaum muslimin. Allah swt berfirman :
َُِّٞۚ َ‫عَٓ ُؤنَاعِند‬َٰٞ َ‫َُلءِ شُف‬
‫ٱلل‬ ٓ َ ‫ويَقُولُونَ َٰ َٓهؤ‬َٞ ‫ َويَعۡ بُد ُونَمِند ُونِٱللَّ ِه َم َاَليَض ُُّرهُمۡ َو ََليَنفَعُ ُه ۡم‬.... ١٨
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak
dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula)
kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa´at
kepada kami di sisi Allah,....”.(QS. Yunus 10:18).
Syirik Besar ada empat macam :
1) Syirik dalam berdo’a
Yaitu, seseorang menyertakan selain-Nya bersamaan dalam
berdo’a kepada Allah swt. Allah berfirman :
٦٥َٞ‫ِصينَلَ ُهٱلدِينَ َفلَ َّما َنج ََّٰى ُهمۡ إِلَىٱ ۡل َب ِر ِإذَاهُمۡ ي ُۡش ِركُون‬ َ َ‫ِيٱلفُ ۡل ِكد‬
ِ ‫ع ُواْٱللَّ َه ُم ۡخل‬ ۡ ‫ار ِكبُواْف‬
َ َ‫فَإِذ‬
”Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah)’’. (QA. Al-Ankabut 29:65).
Sebelumnya harus diketahui, doa terbagi menjadi dua, yaitu :
Pertama: Do’a Ibadah, seperti: sholat, puasa, zakat, haji dan ibadah-
ibadah lainnya. Ibadah-ibadah ini teranggap sebagai do’a, yaitu agar
dimasukkan surga dan dijauhkan dari Neraka dengan sebab
mengerjakan amalan tersebut. Dan do’a ibadah ini tidak boleh
6

ditujukan kecuali hanya kepada Allah semata, apabila ditujukan


kepada selainnya maka pelakunya telah terjatuh dalam perbuatan
syirik akbar atau syirik besar. Seperti perbuatan seseorang yang
bersujud kepada selain Allah atau berpuasa dengan tidak mengharap
pahala Allah tapi dengan niat memperoleh ilmu kekebalan dsb.
Kedua: Do’a Masalah, seperti meminta rezeki, meminta keturunan
atau meminta dilepaskan dari suatu kesulitan. Perbuatan syirik dalam
doa masalah ini sebagaian orang yang berdoa kepada selain Allah
dengan memohon perkara-perkara yang kemampuan tersebut tidak
dimiliki kecuali oleh Allah, seperti berdoa kepada jin, batu, atau
dukun untuk diberi keturunan atau rezeki atau dipanjangkan umur.
Sebagian lagi berdoa dan memohon kepada jin-jin penunggu laut dan
gunung meminta agar hasil tangkapan laut atau hasil pertaniannya
melimpah. Maka semua perbuatan ini dan jenisnya adalah tergolong
perbuatan syirik akbar atau syirik besar.
Allah swt berfirman :
ٞ‫س ۡسكَٱللَّ ُه ِبضُرفَ ََلكَا ِشفَلَ ٓۥهُ ِإ ََّله َۖ َُو‬ َّ َٰ ‫امنَٱل‬
َ ‫ َو ِإن َي ۡم‬١٠٦َٞ‫ظ ِلمِين‬ ِ ‫َو ََلت َۡدعُمِند ُونِٱللَّ ِه َم َاَل َينفَعُك ََو ََل َيض ُُّر َۖ َكفَإِنفَ َع ۡلتَفَإِنَّ َكإ ِ ٗذ‬
١٠٧‫م‬ُٞ ‫ٱلر ِحي‬ ُ ُ‫شا ٓ ُءم ِۡن ِع َبا ِدۦُۚ ِه َوه َُو ۡٱلغَف‬
َّ ‫ور‬ َ ‫ُصيبُ ِبِۦه َمن َي‬ِ ‫َض ِل ُِۚۦهي‬
ۡ ‫َو ِإني ُِر ۡد َك ِبخ َۡير َف ََل َرآدَّ ِلف‬
“Dan janganlah kamu memohon/berdo’a kepada selain Allah
yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat
kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu,
maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang
zalim, jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka
tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah
menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak
kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS. Yunus : 107).
2) Syirik Niat, Keinginan, dan Tujuan
Yaitu, seseorang menunjukkan suatu bentuk ibadah niat awal,
keinginan, dan tujuan kita kepada selain Allah swt, Allah berfirman:
7

ٓ
َ ‫أ ُ ْو َٰلَئِكَٱلَّذِينَلَ ۡي‬١٥َٞ‫اوه ُۡمفِي َه َاَلي ُۡب َخسُون‬
ۡ ‫سلَ ُه ۡمف‬
ٞ‫ِيٱۡلٓخِ َر‬ َ ‫َمنكَانَي ُِريد ُۡٱل َحيَ َٰوة َٱلد ُّۡن َي‬
َ ‫او ِزينَت َ َهانُ َوفِإ ِ َل ۡي ِه ۡمأ َ ۡع َٰ َملَ ُهمۡ فِي َه‬
١٦َٞ‫او َٰبَطِ ل َّماكَانُواْيَعۡ َملُون‬ َ ‫صنَعُواْفِي َه‬ َ ‫ط َما‬ َ ِٞ‫ار َو َحب‬ُ َۖ ‫ةِإِ ََّلٱل َّن‬
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan
pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia
itu tidak akan dirugikan itulah orang-orang yang tidak memperoleh
di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang
telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah
mereka kerjakan”.(QS. Hud 11:15-16).
3) Syirik Dalam ketaatan
Yaitu, seseorang menaati selain Allah swt dalam hal bermaksiat
kepada Nya. Allah swt berfirman:
‫ُو‬َٞ ُۚ ‫َل ِإ َٰلَ َهإ ِ ََّله‬
ٓ َّ ‫د َۖا‬ٞٗ ِ‫اوح‬ َٰ ُ ُ ‫ارهُمۡ َو ُر ۡه َٰبَنَ ُهمۡ أ َ ۡربَابٗ امِند ُونِٱللَّ ِه َو ۡٱل َمسِي َح ۡٱبنَ َم ۡريَ َم َو َمآأ‬
َ َٰ ‫مِر ٓواْإِ ََّل ِل َيعۡ بُد ُٓواْإِلَ ٗه‬ َ َٞ‫ٱت َّ َخذ ُ ٓواْأَ ۡحب‬
٣١َٞ‫ع َّماي ُۡش ِر ُكون‬ َ ُ‫سُ ۡب َٰ َحنَ ۥه‬
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib
mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka
mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya
disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan”. (QS. At-Taubah 9 : 31).
Dan tafsir ayat ini yang maknanya sudah jelas yaitu ketaatan
kepada ulama dan ahli dalam perkara maksiat, dan bukanlah yang
dimaksud mereka berdoa (beribadah) kepada mereka. Sebagaimana
Nabi ‫ ﷺ‬menafsirkan ayat ini kepada Adibin Hatim Radhiyallahuanhu
ketika beliau bertanya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬ , beliau
Radhiyallahuanhu berkata : ”Tidaklah kami beribadah kepada
mereka” maka Rasullulah‫ ﷺ‬mengatakan kepadanya :”yang dimaksud
dengan beribadah kepada mereka yaitu menaati mereka dalam
kemaksiatan”.(Hadits dari Adi bin Hatim Radhiyallahuanhu.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (3/378) Tirmidzi (2954) Ibnu
8

Hibban (7206). Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shohih


Sunan Tirmidzi (31/56).
Dan pada kenyataannya hal ini sering kita temui di sekitar kita,
suatu perkara yang sudah jelas dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah
tentang keharaman atau kehalalannya dengan enteng bisa dibantah
seseorang dengan kalimat “tapi kata kyai saya gak haram kok” atau
dengan kata – kata yang lebih halus “maknanya bukan seperti itu,
kata ustadz saya....” Dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dikalahkan
dengan ucapan ustadz, kyai,guru atau syaikhnya.
4) Syirik Dalam Kecintaan (Mahabbah)
Yaitu, seseorang menyamakan kecintaannya kepada selain Allah
swt dengan Nya. Allah swt berfirman :
َۖ َّ ‫ت َّخِ ذُمِند ُونِٱللَّ ِهأَندَادٗاي ُِحبُّونَ ُهمۡ َك ُح ِب‬َٞ‫ َو ِمنَٱلنَّا ِس َمني‬....١٦٥
ِٞ‫ٱلل‬
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah”.(QS. Al-Baqarah 2 : 165).
b) Syirik Kecil (Syirik Asghor)
Syirik kecil tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari agama
Islam, akan tetapi dapat mengurangi kesempurnaan tauhid. Dan ia bisa
menjadi perantara menuju syirik besar.
Syirik kecil ada dua macam :
1) Syirik Zahir (Nampak)
Yaitu, syirik yang nampak dengan ucapan misalnya, bersumpah
dengan nama selain Allah swt. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda : “Barangsiapa
bersumpah dengan selain Allah swt, maka dia telah berbuat kufur
atau syirik. (HR. At-Tirmidzi dan beliau menghukuminya Hasan dan
di shahihkan oleh Al-Hakim).
Dan termasuk didalamnya ucapan seseorang: ”Atas kehendak
Allah swt dan kehendak mu”. Berdasarkan sabda Rasullulah‫ ﷺ‬ketika
ada seorang laki – laki yang berkata kepada beliau, ”Atas kehendak
Allah swt dan kehendakmu”. Lantas beliau bersabda :”Apakah kamu
9

hendak menjadikanku tandingan bagi Allah swt? Ucapkan atas


kehendak Allah saja”.(HR.An-Nasa’i).
Adapun yang berbentuk perbuatan, seperti: memakai kalung dan
tali untuk tujuan mengusir atau menangkal mara bahaya. Termasuk
syirik pula, menggantungkan jimat karena takut terkena ‘ain’ atau
yang lainnya. Jika dia meyakini bahwa perbuatannya itu menjadi
sebab (perantara) diangkatnya mara bahaya atau bisa
menangkalnya,maka hal itu termasuk syirik kecil. Karena Allah tidak
menjadikan perbuatan-perbuatan di atas menjadi sebab (hilangnya
bala’ dan mara bahaya). Adapun jika ia meyakini bahwa benda-benda
itu dengan sendirinya dapat mengusir dan menangkal mara
bahaya,maka ini adalah syirik besar, sebab dia telah menggantungkan
diri kepada selain Allah swt.
2) Syirik Khafi (Tersembunyi)
Yaitu, syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti: riya’,
misalnya melakukan suatu amalan tertentu untuk mendekatkan diri
kepada Allah swt akan tetapi dia mengharapkan darinya pujian orang
seperti membagus-baguskan shalat, bersedekah supaya mendapat
pujian dan sanjungan, selalu melafazhkandzikir dan memperindah
bacaan qur’annya supaya di dengar orang sehingga mereka mamuji
dan menyanjungnya. Riya’ itu jika mencampuri suatu amalan pasti
akan menjadikannya batal dan rusak, maka ikhlas dalam beramal
adalah sebuah keharusan.2 Allah swt berfirman :
١١٠‫ ِ ٓۦهأَ َح َۢدَا‬ِٞ‫او ََلي ُۡش ِر ۡكبِ ِع َبادَةِ َرب‬ َ َٰ ‫فَ َمنكَانَيَ ۡر ُجواْ ِل َقا ٓ َء َربِِۦهفَ ۡليَعۡ َم ۡلعَ َم َٗل‬
َ ٗ‫صلِح‬
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukanseorangpun dalam beribadat kepada
Rabbnya".(QS. Al-Kahfi 18:110).

2
Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Kitab Tauhid, (Solo: Pustaka Arafah, 2015), hlm.
21.
10

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :”Yang paling aku takutkan atas kalian


adalah syirik kecil”, para sahabat bertanya, ”wahai Rasulullah!
Apakah syirik kecil itu?” Beliau menjawab,” yaitu Riya”. (HR.Ath-
Thabrani dan Al-Baghawi dalam Syarh As-Sunnah).
Salah satu contoh syirik dilarang keras memakai gelang, benang
dan sejenisnya untuk maksud-maksud tertentu. 3
Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda :”Barangsiapa menggantungkan tamimah (sesuatu yang
dikalungkan di leher anak – anak sebagai penangkal/pengusir
penyakit,pengaruh jahat yang disebabkan dengki seseorang,dll.
Semoga Allah tidak mengabulkan keinginannya dan barangsiapa
menggantungkan mada’ah (suatu yang diambil dari laut menyerupai
rumah kerang; menurut anggapan orang – orang jahiliyah dapat
digunakan sebagai penangkal penyakit. Semoga Allah tidak memberi
ketenangan pada dirinya ,dan maka dia telah berbuat
syirik.(HR.Ahmad).
2. Kufur
Kufur secara bahasa artinya adalah ‘menutupi’. Adapun secara istilah,
kufur adalah tidak beriman kepada Allah swt dan Rasul Nya baik disertai
dengan mendustakannya ataupun tidak.
Kufur menurut syariat adalah menolak kebenaran setelah mengetahuinya.
Ini berarti bahwa dia telah melakukan sesuatu yang tidak bertentangan ajaran
islam dan tidak membatalkan iman, maka orang yang demikian tidak
dianggap kufur, kecuali bila telah sampai kepadanya keterangan yang hak,
tetapi ia masih tetap menolak nya, sebagaimana telah diterangkan dalam
definisi iman, tuntutan, dan hal hal yang membatalkannya.
Demikian juga tidak di anggap kufur orang yang mengucapkan dua
kalimat syahadat, kemudian dia melakukan hal hal yang membatalkan iman
karena bodoh. Tetapi jika dia mengetahui bahwa hal hal yang dilakukan nya
itu mengeluarkan dia dari landasan iman, namun dia masih ingkar, berarti

3
Syaikh Muhammad A-Tammi, Kitab Tauhid, (Riyadh: Ar-Ri’asah Al-Ammah Li Idarat Al-
Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta Wa-Da’wah Wal-Irsyad, 1404 H), hlm. 55.
11

dia telah kufur. Dalam hal ini, kita memohon perlindungan Allah dari hal hal
yang demikian.
Sebagian sahabat telah melakukan perkara yang membatalkan iman itu,
karena mereka sebelum nya tidak mengetahui hukumnya. Rasullulah saw
murka terhadap mereka, tetapi beliau tidak menganggap mereka telah keluar
dari landasan iman. 4
Jenis-Jenis Kufur:
a. Kufur Besar
Kufur besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam.
Kufur besar ada lima macam, yaitu :
1) Kufur karena mendustakan. Dalilnya adalah firman Allah swt :
٦٨َٞ‫سفِي َج َهنَّ َم َم ۡث ٗوىل ِۡل َٰ َكف ِِرين‬ َ ‫َو َم ۡنأ َ ۡظلَ ُم ِم َّمن ِۡٱفت ََر َٰى َع َلىٱللَّ ِه َك ِذبًاأ َ ۡو َكذَّ َب ِب ۡٱل َح ِقلَ َّم‬
َ ‫ ۡي‬َٞ‫اجا ٓ َء ُۚ ٓۥهُأَل‬
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang
mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang
hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka
Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir”.(QS. Al-
Ankabut 29:68).
2) Kufur karena Enggan dan Sombong meskipun membenarkannya.
Dalilnya adalah firman Allah swt :
٣٤َٞ‫ َر َوكَانَمِ ن َۡٱل َٰ َكف ِِرين‬َٞ‫ٱست َۡكب‬
ۡ ‫سأ َ َب َٰى َو‬ ۡ ‫َوإِ ۡذقُ ۡلنَال ِۡل َم َٰلَٓئِ َكة‬
َ َ‫ِٱس ُجد ُواْ ِۡلٓدَ َمف‬
ٓ َّ ِ‫س َجد ُٓواْإ‬
َ ‫َل ِإ ۡبلِي‬
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
"Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis;
ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-
orang yang kafir”.(QS. Al-Baqarah 2:34).
3) Kufur karena ragu – ragu, yaitu prasangka. Dalilnya adalah firman
Allah swt :
ِٞ‫يَل َ ِجدَنَّخ َۡي ٗرام‬ ُّ ‫عةَقَآئِ َم ٗة َولَئ‬
َ ِ‫ِنردِدتُّإِلَ َٰى َرب‬ َ ‫ظنُّٱلسَّا‬ ُ َ ‫ َو َمآأ‬٣٥‫ظالِم ِلن َۡف ِسِۦهقَالَ َمآأَظُ ُّنأَنت َ ِبيدَ َٰ َه ِذ ِٓۦهأَبَدٗا‬
َ ‫َودَ َخلَ َجنَّتَهُ َۥوه َُو‬
‫ر‬َٞ ‫ َٰلَّ ِك َّن ۠اه َُوٱللَّ ُه‬٣٧‫َل‬ َ ‫ت ُ َرابث ُ َّممِننُّ ۡطفَةث ُ َّم‬ٞ‫صاحِ بُهُ َۥوه َُويُ َحا ِو ُر ٓۥهُأ َ َكف َۡرت َ ِبٱلَّذِي َخلَقَ َكمِن‬
ٞ ٗ ‫س َّو َٰىك ََر ُج‬ ‫ َق َ َۥ‬٣٦‫ۡن َها ُمنقَلَبٗ ا‬
َ ُ‫الل‬
٣٨‫َلأ ُ ۡش ِركُ ِب َر ِب ٓيأ َ َح ٗدا‬
ٓ َ ‫يو‬
َ ‫ِب‬
4
Abdul Rahman & Abdul Khalid, Garis Pemisah antara Kufur dan Iman, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1996), hlm. 76.
12

“Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya


sendiri; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-
lamanya. Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan
jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan
mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun
itu". Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya -- sedang dia
bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan)
yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani,
lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna. Tetapi
aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak
mempersekutukanseorangpun dengan Tuhanku”. (QS. Al-Kahfi
18:35-38).
4) Kufur karena Berpaling. Dalilnya firman Allah swt :
٣َٞ‫ع َّمآأُنذ ُِرواْ ُمعۡ ِرضُون‬
َ ْ‫َوٱلَّذِينَ َكف َُروا‬
“Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang
diperingatkan kepada mereka”.(QS. Al-Ahqaf 46:3).
5) Kufur karena Nifaq. Dalilnya firman Allah swt :
٣َٞ‫َٰذَ ِل َك ِبأَنَّ ُهمۡ َءا َمنُواْث ُ َّم َكف َُرواْفَطُ ِب َع َعلَ َٰىقُلُو ِب ِهمۡ فَ ُه ۡم ََل َي ۡفقَ ُهون‬

“Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka


telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka
dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti”. (QS. Al-
Munafiqun 63:3).
b. Kufur kecil
Kufur kecil, yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar
dari agama islam. Disebut juga dengan kufur amali, yaitu seluruh dosa
yang disebutkan dalam Al-Kitab dan As-Sunnah dengan nama kufur
namun tidak sampai pada tingkatan kufur besar, misalnya adalah kufur
nikmat5 yang sebutkan dalam firman Allah swt :

5
Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Kitab Tauhid, (Solo: Pustaka Arafah, 2015), hlm.
23-25.
13

٨٣َٞ‫اوأ َ ۡكث َ ُرهُ ُم ۡٱل َٰ َكف ُِرون‬


َ ‫َيعۡ ِرفُونَ ِنعۡ َمت َٱللَّ ِهث ُ َّميُنك ُِرونَ َه‬
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka
mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
kafir”. (QS. An-Nahl 16:83).
3. Nifaq (Munafik)
a. Definisi Nifak
Nifaq secara bahasa berasal dari kata nafiqa’, yakni sebuah
lubang tempat keluarnya yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari sarangnya, di
mana jika dikejar dari salah satu lubang maka ia akan lari keluar dari
arah lubang yang lainnya. Ada juga yang mengatakan bahwa nifaq
berasal dari kata nafaq yang berarti lubang tempet bersembunyi.
Adapun secara istilah, nifaq yaitu menampakkan keislaman dan
kebaikan akan tetapi menyembunyikan kekufuran dan keburukan.
Jenis-Jenis Nifaq:
1) NifaqI’tiqadi (Keyakinan)
NifaqI’tiqad (keyakinan) adalah nifaq besar, yaitu seseorang
menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran. Jenis
nifaq ini menyebabkan keluar dari agama islam dan pelakunya akan
berada di tempat paling dasar di neraka. Allah swt telah menyifati
mereka dengan sifat-sifat yang buruk seperti: kufur, tidak beriman,
mengolok-olok agama islam dan pemeluknya, menghina orang
beriman, condong kepada musuh dan ikut bergabung bersama
mereka dalam menerangi agama islam. Orang munafik dengan sifat-
sifat seperti itu akan senantiasa ada setiap zaman. Terlebih ketika
kejayaan islam mulai nampak dan mereka tidak mampu melawannya
secara terang-terangan. Pada keadaan seperti ini mereka akan
berpura-pura masuk islam dengan tujuan membuat tipu daya kepada
kaum muslimin dengan sembunyi-sembunyi. Juga supaya mereka
bisa hidup tenang bersama kaum muslimin dan terlindungi nyawa
dan hartanya. Oleh karena itu, mereka menampakkan keimanan
kepada Allah swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
14

rasul-Nya dan hari kiamat, namun pada hakikatnya mereka berlepas


dari dari semua itu dan mendustakannya.
NifaqI’tiqad ada empat macam :
a) Mendustakan Rasulullsh‫ﷺ‬l atau mendustakan sebagian dari
ajaran yang beliau bawa.
b) Membenci Rasulullah ‫ ﷺ‬atau membenci sebagian atau dari ajaran
yang beliau bawa.
c) Bergembira dengan kemunduran agama Rasulullah ‫ﷺ‬.
d) Tidak senang dengan kemenangan yang di peroleh agama
Rasulullah ‫ﷺ‬.
b. Nifaq Amali (Perbuatan)
Nifaq Amali yaitu melakukan perbuatan yang menjadi ciri khas
orang-orang munafik, dengan masih adanya keimanan pada hatinya.
Nifaq jenis ini tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama islam akan
tetapi hal itu dapat menjadi perantara menuju ke sana. Pelaku nifaq amali
ini berada di antara iman dan nifaq, jika unsur nifaqnya semakin banyak
dan dominan maka bisa menjadikannya jatuh dalam nifaq yang sejati,[9]
berdasarkan sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬: “Empat perkara yang jika ada pada diri
seseorang maka ia menjadi seorang munafik sejati, dan jika hanya
terdapat salah satu darinya maka berarti pada dirinya terdapat bagian dari
sifat munafik, sampai dia meninggalkannya sama sekali: jika diberi
amanah dia berkhianat, jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia
mengingkari,jika berseteru dia curang. (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Bid’ah
Bid’ah berasal dari bahasa arab a-bad’u, yakni membuat perkara baru
yang tidak ada contoh sebelumnya. Bid’ah yang dimaksudkan disini adalah
dalam bidang akidah, ialah segala keperayaan yang diada-adakan oeh
manusia terhadap sesuatu yang gaib. 6 Seperti firman Allah swt :
١١٧‫ن‬ ‫ض َٰ ٓىأ َ ۡم ٗرا َفإِنَّ َما َيقُ ُ َۥ‬
ُٞ ‫وللُكُنفَ َيكُو‬ َۖ ِ ‫س َٰ َم َٰ َوت َِو ۡٱۡل َ ۡر‬
َ ‫ض َو ِإذَا َق‬ َّ ‫َبدِيعُٱل‬
6
Hamzah Ya’qub, Pemurnian Akidah dan Syari’at Islam, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya,
1988), hlm. 57.
15

“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk
menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya:
"Jadilah!" Lalu jadilah ia. (QS. A-Baqarah:117).
Maksudnya, Allahlah yang menciptakan langit dan bumi tanpa ada
contoh sebelumnya. Firman Allah surah al-ahqaf ayat 9 berikut:
٩ٞ‫َّو َمآأَن َ۠ا ِإ ََّلنَذِير ُّم ِبين‬َٞ ‫َل َمايُو َح َٰ ٓىإ ِ َلي‬
ٞ َّ ِ ‫يو ََل ِبكُمَۡۖ إِ ۡنأَت َّ ِب ُعإ‬
َ ‫سل َِو َمآأ َ ۡد ِري َماي ُۡف َعلُ ِب‬
ُ ‫َٱلر‬ ِ ٗ‫قُ ۡل َماكُنت ُ ِب ۡدع‬
ُّ ‫امن‬
Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul
dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak
(pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan
kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang
menjelaskan. (QS.al-Ahqaf: 9)
Maksudnya aku bukanlah orang yang pertama kali membawa risalah dari
Allah swt kepada para hamba, akan tetapi sudah banyak para rasul yang
mendahuluiku.
Bid’ah ada dua jenis, yaitu bid’ah dalam perkara agama dan bid’ahdaam
perkara dunia. 7
Pertama, Bid’ah dalam perkara dunia, seperti penemuan – penemuan
teknologi modern. Hal ini hukumnya boleh, karena hukum asal dalam urusan
dunia adalah boleh.
Kedua, Bid’ah dalam perkara Agama, ini hukumnya haram,sebab hukum
asal suatu ibadah adalah tauqifi(ada landasan dalil). Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
”barangsiapaa yang mengada – ngada suatu hal yang baru dalam urusan
kami ini (agama) yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak”.(HR.
Bukhari dan Muslim).
Macam-macam Bid’ah dalam Agama:
Pertama, Bid’ah dalam ucapan dan keyakinan.
Kedua, Bid’ah dalam beribadah. Seperti beribadah kepada Allah swt dengan
bentuk ibadah yang tidak dicontohkan. Bid’ah ini banyak jenisnya :

7
Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Kitab Tauhid, (Solo: Pustaka Arafah, 2015), hlm.
139.
16

a. Bid’ah yang terjadi pada asal – usul atau sumber ibadah. Misalnya
membuat suatu bentuk ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syar’iat.
Seperti shalat yang tidak di syar’iat kan dan membuat puasa yang tidak
ada landasan syar’iatnya.
b. Bid’ah berupa penambahan terhadap ibadah yang dasarnya di
syar’iatkan. Seperti mernambahi rakaat shalatzhuhur atau ashar menjadi
5 rakaat.
c. Bid’ah yang terjadi pada tata cara pelaksanaan ibadah, misalnya
melakukan zdikirberjama’ah dengan suara dan nada yang sama.
d. Bid’ah berupa pengususan waktu tertentu waktu
ibadah,sepertimengususkan siang dan malam nisfusya’ban (pertengahan
bulan sya’ban). Untuk melakukan puasa dan tahajud.
Bahaya bid’ah bagi agama, pribadi dan masyarakat Islam antara lain adalah:
a. Bid’ah merusak kemurnian agama,
b. Bid’ah adalah sumber perpecahan
c. Bid’an menyuburkan kejahilan,
d. Bid’ahadaah sesat dan menyesatkan pelaku bid’ah. 8
5. Takhayul
Takhayul adalah segala keperayaan dan pandangan terhadap perkara
gaib yang bersumber kepada khayalan, persangkaan-persangkaan atau
perkiraan-perkiraan yang sama sekali tidak ada keterangannya dari A-Qur’an
dan Hadits yang shaheh.
Contoh takhayul: wanita hamil harus selalu membawa gunting
sebagai penolak bala, jangan pernah memberikan hadiah saputangan kepada
tunangan karena ini akan menyebabkan putusnya hubungan, dan jika wanita
hamil ngidam makanan tertentu tidak dipenuhi kelak anak yang ahir akan
suka ngences.
6. Khurafat

8
Hamzah Ya’qub, Pemurnian Akidah dan Syari’at Islam, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya,
1988), hlm. 88.
17

Khurafat ini banyak ditemukan dalam masalah “kewalian” yang


sementara berkembang dimasyarakat kita. Banyak cerita yang
menggambarkan keramatnya para wali, seperti meramalkan nasib, bisa
terbang keangkasa, berangkat ke Mekah dengan sekejab, dll.
Contoh lainnya adalah kokok ayam di tengah malam bermakna isyarat
wanita hamil diluarnikah,selamatan tujuh bulan dalam kandungan, dan
musibah karena mendahului kakaknya menikah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Aqidah berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang


wujud Allah,Tuhan yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutui Nya,baik dalam
dzat,sifat-sifat maupun perbuatan Ny. Suatu Aqidah akan sempurna,dan
seseorang akan mempunyai aqidah hanya bila perbuatan,gerak-gerik,dan seluruh
tindakannya semata-mata bersumber dari aqidah itu. Sebaliknya penyimpangan
aqidah akan terjadi apabila antara ucapan dan perbuatan berbeda. Untuk
mencapai kesempurnaan Aqidah,seseorang harus menghindarkan diri dari hal-
hal yang mengotori Aqidah,diantaranya: syirik,kufur,nifaq,bid’ah,takhayul,dan
khurafat.

B. Saran

Demikianlah makalah ini penulis buat sebaik mungkin, semoga


bermanfaat bagi pembaca, apabila ada kesalahan penulis dalam pembuatan
makalah ini, penulis meminta kritik dan sarannya yang membangun untuk
perbaikan makalah ini kedepannya

18
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan bin Abdullah. 2015. Kitab Tauhid. (Solo: Pustaka
Arafah).
Al-Tammi, Syaikh Muhammad. 1404 H. Kitab Tauhid. (Riyadh: Ar-Ri’asah Al-Ammah
Li Idarat Al-Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta Wa-Da’wah Wal-Irsyad).
Al-Wajibat, dkk, http://assamarindy.com.
Rahman, Abdul & Abdul Khalid. 1996. Garis Pemisah antara Kufur dan Iman.
(Jakarta: Bumi Aksara).
Ya’qub, Hamzah. 1988. Pemurnian Akidah dan Syari’at Islam. (Jakarta: CV Pedoman
Ilmu Jaya).

19

Anda mungkin juga menyukai