Anda di halaman 1dari 13

AKHLAK KEPADA ALLAH

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok 3

Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Disusun Oleh:

AFUZA DALILA NIM 0308192034

HAFIZAH HERDINI NIM 0308193139

SAFRIYANI CANIAGO NIM 0308192071

Dosen Pengampu:

AZHAR, S. Hi, M.A

Program Studi:

PIAUD 1 / SEMESTER II

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya pemakalah mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ahklak Tasawuf.

Dalam penyusunan tugas atau materi, tidak sedikit hambatan yang pemakalah hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan dosen pembimbing, sehingga kendala-kendala yang
pemakalah hadapi teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami dimasa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan juga saran
dari para pembaca.

Medan 27 Maret 2020

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II AKHLAK KEPADA ALLAH................................................................ 3

A. Pengertian Akhlak Kepada Allah SWT................................................... 3


B. Akhlak dan Kewajiban Manusia Terhadap Allah SWT.......................... 4
C. Alasan Seorang Muslim harus Berakhlak Kepada Allah SWT............... 6

BAB III PENUTUP................................................................................................ 9

A. Kesimpulan.................................................................................................9
B. Saran .......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting,


sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat
tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir
batinnya, apabila rusak, maka rusaklah lahir batinnya.

Akhlak merujuk kepada amalan, dan tingkah laku tulus yang tidak dibuat-buat yang
menjadi kebiasaan. Manakala menurut istilah Islam, akhlak ialah sikap keperibadian manusia
terhadap Allah, manusia, diri sendiri dan makhluk lain, sesuai dengan suruhan dan larangan
serta petunjuk Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Ini bererti akhlak merujuk kepada
seluruh perlakuan manusia sama ada berbentuk lahiriah mahupun batiniah yang merangkumi
aspek amal ibadat, percakapan, perbuatan, pergaulan, komunikasi, kasih sayang dan
sebagainya.

Dalam makalah ini yang di bahas adalah akhlak seorang muslim kepada Allah SWT.
Yaitu tentang bagaimana seharusnya perilaku seorang muslim tehadap Allah SWT. Sehingga
nantinya seorang muslim akan menjadi seorang yang berakhlak mulia khususnya akhlak
Kepada Allah SWT.

Dan adapun akhlak kepada Allah yaitu menjalankan segala perintahnya dan menjauhi
segala larangannya. Jadi seorang muslim itu hendaknya taat terhadap apa yang diperintahkan
oleh Tuhannya. Sehingga akhlak orang muslim kepada Allah yaitu beriman dan taqwa
kepada Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akhlak terhadap Allah SWT?
2. Mengapa seorang muslim harus berakhlak kepada Allah SWT?
3. Bagaimana seharusnya akhlaq seseorang muslim kepada Allah SWT?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Ahklak terhadap Allah SWT.
2. Mengetahui mengapa seorang muslim berakhlak kepada Allah SWT.
3. Mengetahui ahklak seorang muslim kepada Allah SWT.

2
BAB II

AKHLAK KEPADA ALLAH

A. Pengertian Akhlak Kepada Allah SWT


Akhlak menurut bahasa yaitu berasal dari bahasa arab (‫ )اخالق‬jamak dari kata ‫ خلق‬yang
berarti tingkah laku, perangai atau tabiat. Sedangkan menurut istilah; akhlak adalah daya
kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan
direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada hakikatnya adalah sikap yang melekat pada diri
mausia, sehingga manusia dapat melakuakannnya tanpa berfikir (spontan). Di samping itu
akhlak juga dikenal dengan istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa Latin mores
yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima
umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam
menentukan baik dan buruknya.
Menurut Kahar Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai
khalik. Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan Segala sikap atau perbuatan manusia
yang dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri
manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT. (sebagai Kholiq).1

B. Akhlak dan Kewajiban Manusia Terhadap Allah SWT


Alam ini mempunyai Pencipta dan Pemelihara yang diyakini ada-Nya, yakni Allah
swt. Dia lah yang memberikan rahmat dan menurunkan adzab kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dia lah yang wajib di ibadahi dan dita’ati oleh segenap manusia. Kepada-
Nya manusia berhutang budi yang besar, karena berkat Rahman dan Rahim-Nya Dia telah
menganugerahkan nikmat yang dihajatkan oleh manusia dengan tak terhitung jumlahnya.
Maka wajiblah manusia mencintai-Nya dan mematuhi-Nya serta berterima kasih atas segala
pemberian-Nya itu. Sebagai kewajiban dan ahklak manusia kepada Allah ialah:

1. Beriman: Meyakini bahwa Dia sungguh-sungguh ada. Dia memiliki segala sifat
kesempurnaan dan sunyi dari segala sifat kelemahan. Juga yakin bahwa Ia sendiri
1
Rahmat, Hidayat, dkk. Akhlak Tasawuf, ( Medan: Perdana Publishing, 2018), h. 50-51.

3
perintahkan untuk diimani, yakni: Malaikat-Nya, Kitab yang diturunkan-Nya, Rasul dan
Nabinya, hari kemudian dan Qodla’ yang telah ditetapkan-Nya.
2. Tha’at: Melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya,
sebagaimana difirmankan dalam Q.S. 3 Ali Imran: 132:

َ ‫َوأَ ِطيعُوا] هَّللا َ َوال َّرس‬


َ‫ُول لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬
Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.

Tha’at ini juga dimaksudkan sebagai taqwa, yakni memelihara diri agar selalu berada
pada jalan-Nya yang lurus.

3. Ikhlas: yakni kewajiban manusia beribadah hanya kepada Allah swt, dengan ikhlas dan
pasrah, tidak boleh beribadah kepada apa dan siapa pun melain kepada-Nya. Dalam
beribadah kepada Allah, caranya wajiblah mengikuti ketentuan-Nya sebagaimana yang
diajarkan dan dicontohkan oleh Rasul-Nya.2
4. Tadlarru’ dan Khusyu’: dalam berbadah kepada Allah hendaklah bersifat sungguh-
sungguh, merendahkan diri serta khusyu’ kepada-Nya:

َ‫ قَ ْد أَ ْفلَ َح ْٱل ُم ْؤ ِمنُون‬. َ‫صاَل تِ ِه ْم ٰ َخ ِشعُون‬


َ ‫ٱلَّ ِذينَ هُ ْم فِى‬
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
khusyu' dalam sembahyangnya. (Q.S. 23 al-Mu’minun: 1-2)

َ‫ضرُّ عًا َو ُخ ْفيَةً ۚ إِنَّ ۥهُ اَل ي ُِحبُّ ْٱل ُم ْعتَ ِدين‬ ۟ ‫ٱ ْدع‬
َ َ‫ُوا َربَّ ُك ْم ت‬
Bermohonlah kepada Tuhan kalian dengan rendah hati (Tadlarru’) dan dengan
rahasia (suara hati) sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melanggar batas. (Q.S. 7 al-A’raf: 55)

5. Ar-Raja’ dan Ad-Du’a: manusia harus mempunyai pengharapan (ar-Raja’ = optimisme)


bahwa Allah akan memberi rahmat kepadanya:

۞ ‫وب َج ِميعًا ۚ إِنَّ ۥهُ هُ َو‬


َ ُ‫ٱلذن‬ ۟ ُ‫وا َعلَ ٰ ٓى أَنفُ ِس ِه ْم اَل تَ ْقنَط‬
ُّ ‫وا ِمن رَّحْ َم ِة ٱهَّلل ِ ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ يَ ْغفِ ُر‬ ۟ ُ‫ى ٱلَّ ِذينَ أَس َْرف‬
َ ‫قُلْ ٰيَ ِعبَا ِد‬
‫َّحي ُم‬ِ ‫ْٱل َغفُو ُر ٱلر‬

Hamzah Ya’qub, Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar). ( Bandung:


2

CV. Diponogoro, 1993), h. 140-142.

4
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (Q.S. 39 az-Zumar: 53)

Dengan sikap ar-Raja’ ini maka manusia memanjatkan doa pengharapan atas rahmat
dan istighfar, permohonan diampuni segalah kesalahannya.3

6. Husnud-dhan: yakni sikap manusia berbaik kepada Allah. Janganlah hendaknya kita
mempunyai prasangka yang buruk kepada Allah, misalnya Dia akan mengadzab kita
secara sewenang-wenang atau membiarkan kita mati kelaparan penuh penderitaan.
Hendaklah kita mempunyai prasangka yang baik, yakni bahwa Allah akan memberikan
rahmat, mengampuni dosa kita dan tidak akan membiarkan kesengsaraan dan
penderitaan yang kekal. Sikap ini hampir sama dengan ar-Raja’ (optimisme). Rasulullah
saw, tiga hari sebelum meninggalnya berpesan:

‫الَ يَ ُموت ََّن أَ َح ُد ُك ْم إِالَّ َوهُ َو يُحْ ِسنُ بِاهَّلل ِ الظَّ َّن‬
“Janganlah salah satu di antara kalian meninggal dunia kecuali dia berprasangka baik
kepada Allah.” (HR. Muslim)

7. Tawakkal: mempercayai diri kepada-Nya dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan yang


telah direncanakan dengan mantap.

َ‫فَإِ َذا َعزَ ْمتَ فَت ََو َّكلْ َعلَى ٱهَّلل ِ ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ ي ُِحبُّ ْٱل ُمت ََو ِّكلِين‬
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. 3 Ali
Imran: 159)4

8. Tasyakkur dan Qana’ah: Beeterima kasih atas pemberian Allah dan merasakan
kecukupan atas pemberian-Nya itu.

‫َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َشكَرْ تُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْ]م ۖ َولَئِ ْن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد‬

3
Ibid., h, 142.
4
Ibid., h, 143-145.

5
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S. 14 Ibrahim: 7)

9. Malu: Sikap malu lebih patut ditunjukan kepada Allah, yang dengan sikap tersebut
seorang Mu’min malu mengerjakan kejahatan dan malu ketinggalan dalam kebaikan.
Seorang Mu’min yakin betul bahwa segala tingkah lakunya dilihat oleh Allah swt, baik
yang terbuka maupun yang tersembunyi. Rasa malu kepada Allah mencegah seseorang
berbuat maksiat. Menurut suatu hadis Nabi, malu adalah cabang iman.
10. Taubat dan Istighfar: Manusia tidak lepas dari dosa dan noda. Dalam keadaan seorang
terjerumus ke dalam salah satu dosa, hendaklah manusia segera ingat kepada Allah,
menyesali perbuatannya yang salah, memohon ampun (istighfar) kepada-Nya serta
kembali (taubat) dengan sebenar-benarnya:5

‫ت تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِهَا اأْل َ ْنهَا ُر يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا تُوبُوا إِلَى هَّللا ِ تَوْ بَةً نَصُوحًا َع َس ٰى َربُّ ُك ْم‬
ٍ ‫َسيِّئَاتِ ُك ْم َويُ ْد ِخلَ ُك ْ]م َجنَّا‬
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa
(taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-
kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai. (Q.S. 66 at-Tahrim: 8)

C. Alasan Seorang Muslim Harus Berakhlak Kepada Allah


Seorang muslim yang baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik kepada Allah
SWT. Karena kita sebagai manusia itu diciptakan atas kehendak-Nya, sehingga alangkah
baiknya kita bersikap santun (berakhlak) kepada sang Kholliq sebagai rasa syukrur kita.
Menurut Kahar Mashyur , Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu
beakhlak kepada Allah. Yaitu:
1. Pertama, karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia
dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagai
mana di firmankan oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7. sebagai berikut :
َ ِ‫فَ ْليَنظُ ِر ٱإْل ِ ن ٰ َسنُ ِم َّم ُخل‬
‫ق‬

‫ق‬ َ ِ‫ُخل‬
ٍ ِ‫ق ِمن َّمٓا ٍء دَاف‬
5
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, h. 24.

6
ِ ‫يَ ْخ ُر ُج ِم ْن بَ ْي ِن الصُّ ْل‬
ِ ِ‫ب َوالتَّ َرائ‬
‫ب‬
"Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?. Dia tercipta
dari air yang terpancar,. yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada. (at-Tariq:5-
7).

2. Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang
kokoh dan sempurna kepada manusia.
3. Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya.
4. Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan,
daratan dan lautan.6

BAB III

6
Kahar mashyur, membina moral dan akhlak (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h. 5.

7
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut Kahar Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan
sebagai khalik. Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan Segala sikap atau
perbuatan manusia yang dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang
seharusnya ada pada diri manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT. (sebagai
Kholiq).
2. Seorang muslim harus berakhlak kepada allah karena Allah-lah yang mencipatakan
manusia. karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan
yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Dan karena Allah-lah yang telah
menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup
manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang ternak dan lainnya.
3. Akhlak seorang muslim kepada Allah ialah:
a. Beriman
b. Taat
c. Ikhlash
d. tadlarru’ dan khusyu’
e. ar-Raja’ dan ad-Du’a
f. Husdud-dhan
g. Tawakkal
h. Tasyakkur dan Qana’ah
i. Malu
j. Taubat dan Istighfar

B. Saran

8
Pemakalah berharap pembaca dapat membaca seluruh isi makalah kami dan
memahaminya dengan baik kemudian mengambil manfaat dari makalah kami dan mengambil
kesimpulan dari makalah kami.

9
DAFTAR PUSTAKA

AR, Zahruddin, dan Hasanuddin Sinaga. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2004.

Djatmiko, Rahmad. Sistem Etika Islami. Surabaya: Pustaka Islam. 1985.

Hidayat, Rahmat, dkk. Akhlak Tasawuf, Medan: Perdana Publishing, 2018.

Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam (LPPI).

Ya’qub, Hamzah. Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar). Bandung: CV.
Diponogoro, 1993.

Masyhur, Kahar. Membina Moral dan Akhlak. Jakarta: Kalam Mulia, 1994.

10

Anda mungkin juga menyukai