Anda di halaman 1dari 9

Pembuktian Wujud Tuhan dan Keesaannya

DI SUSUN OLEH: ABDUL AZIS HALEK


NIM:141101146




INSTUTIT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
Ji. Kalisahak 28 komplek balapan, Tromol pos 45 yogyakarta
Yogyakarta, 8 oktober 2014



WUJUD ALLAH SWT DAN KEESAAN-NYA

A. Dalil Al-Quran
Al-Quran mengetuk hati nurani manusia untuk merasakan benar-benar bahwa keyakinan
tentang eksistensi Allah adalah pembawaan asli atau fitrahnya. Akan tetapi pembawaan fitrah
itu sering dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga perlu dibangkitkan kembali dengan
suatu keadaan yang tidak disenangi. Dalam hubungan ini Surat Yunus (10):12 menyatakan:
Surat Yunus (10):12


Artinya: Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan
berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami Hilangkan bahaya itu darinya, dia
kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk
(menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi
orang-orang yang melampau batas apa yang mereka kerjakan.
Contoh: apabila seseorang dalam perjalanan dan kendaraan yang dikendarainya mengalami
gangguan, pasti ia akan berdoa dan senantiasa ingat kepada Allah. Akan tetapi setelah Allah
menyelamatkan dari bahaya tersebut, ia berlaku seolah-olah tidak mendapatkan pertolongan
dari Allah.
Al-Quran juga menempuh cara lain yang lebih singkat, yaitu dengan menggugah akal
pikiran manusia agar memikirkan kejadian dirinya dan alam sekitarnya yang menjadi bukti
nyata tentang eksistensi Tuhan. Sebagai contoh, dalam surat Al-Muminun (40):67
dikemukakan proses kejadian manusia.
Surat Al-Muminun (40):67


Artinya: Dia-lah yang Menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari
segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebai seoramh anak, kemudian dibiarkan kamu
sampai dewasa, lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu.
(Kami perbuat demikian) agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan, agar
kamu mengerti.
Perintah memikirkan segenap ciptaan Allah yang berbagai ragam itu diharapkan agar
manusia dapat mengenal Penciptanya yang memiliki sifat kesempurnaan. Sebaliknya manusia
dilarang memikirkan hakikat dzat Allah, karena Dia tidak membekali fasilitas untuk
mengetahui hakekat dzat-Nya.







A. Allah swt Memperkenalkan Diri-Nya (Wahyu-Hikmah-Fitrah)
Tuhan memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia memang ada dengan cara yang pantas
sesuai dengan kesucian-Nya. Hamzah Yakub dalam Filsafat Ketuhanan (1984:126)
menjelaskan bahwa cara Tuhan memperkenalkan diri-Nya ditempuh melalui:
a. Wahyu: Tuhan mengirim utusan (rasul) yang membawa pesan dari-Nya untuk
disampaikan kepada seluruh umat manusia. Pesan tersebut ditulis dalam Al-Kitab.
b. Hikmah: Tuhan menganugerahkan kebijaksanaan dan kecerdasan berpikir kepada
manusia untuk mengenal adanya Tuhan dengan memperhatikan perbuatan Tuhan Yang
Maha Kuasa serba teratur, cermat, dan berhati-hati sebagai bukti.
c. Fitrah: Sejak lahir, manusia telah membawa tabiat perasaan tentang adanya yang Maha
Kuasa karena terbatasnya kekuatan, kemampuan, dan umurnya. Kesadaran akan
kelemahan ini menginformasikan adanya sesuatu yang membatasinya itu, yaitu Tuhan.

B. Dalil Cosmologi
Bukti-bukti adanya Tuhan dapat diketahui dengan menggunakan dasar-dasar cosmologi,
sebagaimana diisyaratkan Al-Quran Surat Al-Baqarah (2):164.
Surat Al-Baqarah (2):164


Artinya: Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang,
kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang
Diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu Dihidupkan-Nya buni setelah mati
(kering), dan Dia Tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin
dan awan yang Dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.
Tuhan menyuruh manusia mempelajari cosmos dan kekuatannya yang merupakan
kumpulan hukum alam semesta yang menggambarkan adanya kesatuan di balik penampilan
yang beragam sehinga dapat dipergunakan sebaik-baiknya dalam menyimpulkan adanya
Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur. Untuk memudahkan manusia menarik
kesimpulan, maka Al-Quran mengungkapkan dengan cara yang komunikatif dan dialogis
dalam surat Asy-Syura(26):23-24.
Surat Asy-Syura (26):23-24



Artinya: Firaun berkata:Siapa Tuhan semesta alam itu?(23)
Musa menjawab:Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
(itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian mempercayaiNya.

C. Dalil Astronomi
Tuhan memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia ada dengan cara menunjuk planet-planet
yang terdiri atas bintang, bulan, dan matahari yang masing-masing beredar tetap pada garis
orbitnya. Tidak mungkin yang satu akan melampaui yang lainnya dan tidak akan keluar pula
dari garis ukuran yang telah ditentukan untuknya. Semua itu sebagai bukti adanya
perhitungan yang sangat rapi.
Ustadz Taufiq al-Hakim, seorang intelektual terkemuka menemukan fenomena di alam
raya yang sangat luas ini dengan teori al-Taadduliyah (keserasian). Ia mengatakan bahwa
Bumi merupakan bola (globe) yang hidup dengan seimbang dan tawazun dengan bola
terbesar di alam ini, yaitu matahari (Yusuf al-Qardhawi, 1995:143). Fenomena tersebut
sebagai hasil dan kecermatan ciptaan-Nya. Dalam surat Ath-Thoriq (86):1-3 dan surat Asy-
Syams (91):1-2 Allah menegaskan:





Surat Ath-Thoriq (86):1-3


Artinya: Demi langit dan yang datang pada malam hari (1)
Dan tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (2)
(Yaitu) bintang yang bersinar tajam, (3)

Surat Asy-Syams (91):1-2

Artinya: Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, (1)
demi bulan apabila mengiringinya, (2)
Semua penegasan tersebut mendapat jawaban yang jelas dan selaras dengan teori-teori
ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip kebenaran yang berdasarkan pada logika yaitu bahwa
alam yang luas dan indah ini pasti ada pengaturnya yang memiliki kepandaian agung, dan
penjaganya mestilah Maha Kuat dan Maha Kuasa yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan.

D. Dalil Antropologi
Manusia adalah makhluk Allah. Namun, dia mempunyai kehendak khusus dan berperan
dalam kehidupan ini. Yang memberi peran dan kedudukan itu adalah Penciptanya, yaitu
Allah SWT. Keistimewaan manusia terletak pada akal, ilmu pengetahuan, dan rohnya,
sehingga diberi kedudukan sebagai khalifah di muka bumi. Bukti antropologi diisyaratkan
dalam Al-Quran Surat Ath-Thoriq (86):5-7 dan Surat Ar-Ruum (30):20.
Surat Ath-Thoriq (86):5-7



Artinya: Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan. (5)
Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar, (6)
yang keluar dari antara tulang punggung (sulbi) dan tulang dada. (7)

Surat Ar-Ruum (30):20


Artinya: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan kamu dari
tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.

Manusia itu makhluk berkemauan karena Allah menghendakinya. Inilah realisasi dari
makna laa haula wa laa quwwata illabillah. Atau, manusia itu mempunyai daya dan
kekuatan untuk mengambil manfaat dan menolak bahaya. Namun daya dan kekuatannya itu
bukan dari diri dan dengan dirinya sendiri, melainkan dengan dan dari Allah (Yusuf al-
Qardhawi, 1995:63).

E. Dalil Psikologi
Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia memiliki dua macam keistimewaan.
Pertama, bentuk tubuh yang indah, sempurna dan praktis untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kedua, jiwa yang memiliki perasaan dan kepandaian untuk menyelesaikan
persolan yang dihadapkan kepadanya dengan berpikir an memelihara ketahanan mental
(sabar). Penegasan dalil ini terdapat dalam surat Ar-Ruum (30):21.
Surat Ar-Ruum (30):21


Artinya: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan pasangan-
pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, Dia Menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.




KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Allah SWT benar-benar ada dan kita
sebagai umat islam wajib beriman atas keberadaan Allah SWT. Adapun eksistensi atau wujud
Allah SWT diperlihatkan melalui:
1. Dalil Al-Quran
Allah swt menggunakan Al-Quran untuk mengetuk pintu hati manusia untuk merasakan
benar-benar tentang keberadaan Allah SWT dan membangkikan kembali dengan suatu
kejadian yang tidak disenangi.
2. Allah memperkenalkan diri-Nya melalui wahyu, hikmah, dan fitrah.
3. Dalil cosmologi
Tuhan menunjukkan diri-Nya dengan bukti penciptaanNya yaitu asal-usul alam semesta.
4. Dalil astronomi
Allah SWT menujukkan keberadaan-Nya dengan cara menunjukkan benda-benda angkasa
yang tersusun rapi dan perhitungan yang sangat rapi.
5. Dalil antropologi
Allah SWT menunjukkan diri-Nya atas hakekat manusia terutama hubungan jiwa dan raga.
6. Dalil psikologi
Allah SWT menunjukkan diri-Nya dengan penciptaannya yang berupa bentuk tubuh manusia
dan perasaan manusia.


Daftar pustaka

DPPAI UII.Akidah Islam.Yogyakarta: UII Press yogyakarta.
http://srihaningsih.blogspot.com/2010/11/akidah-pendidikan-agama-i.html
http://quran.com/30
http:///www.agama/Tafsir%20Al%20Quran%20Al%20Karim%20%20Tafsir%20Al%
20Baqarah%20Ayat%20163-167.htm
http://asdyaniarya.blogspot.com/2014/01/wujud-allah-swt-dan-keesaan-nya.html

Anda mungkin juga menyukai