Anda di halaman 1dari 17

Nama: Tri Indriati

Nim: B021211074

Kelas: Han B

Rangkuman Materi pekan 2 -7

Pekan 2-3 (Ketuhanan dalam Islam)

Sebelum ingin meyakinkan diri kita bahwa allah SWT itu adalah pencipta dari segala
sesuatu yang ada didunia dan di alam-alam lainnya, di perlukan pengetahuan terlebih dahulu,
jangan sampai kita salah mengartikan sang pencipta. Kita tahu betul dimana kita bisa
mengkaji semua itu, tidak lain dan tidak bukan yakni di Al-Quran dan Hadist.

A. Bukti Eksistensi Tuhan

Penggambaran tentang eksistensi Tuhan dapat ditemukan dalam Q.S Al-ankabut 29: 61-63.
Dalam ayat 61-63 dijelaskan bahwa :”bangsa arab yang menyembah berhala tidak menolak
eksistensi pencipta langit dan bumi, jika mereka ditanya siapakah menjadikan langit dan
bumidan menundukkan matahari dan bulan serta siapakah menurunkan air dari langit lalu
menghidupkan dengan air tiu bumi sesudah matinya? Mereka pasti menjawab Allah.” Sudah
jelas bahwa sebenarnya bangsa arab telah memahami dan meyakini eksistensi tuhan sebagai
pencipta langit dan bumi serta pengetur alam semesta. Akan tetapi ada anak adam yang masih
menolak akan eksistensi Tuhan sebagai pencipta yakni dijelaskan dalam QS Al-Jasyiah (45) :
24, menyatakan bahwa”Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan didunia saja, kita mati
dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa. Penolakan yang
dilakukan oleh segelintir anak ada ini didasarkan atas dugaan semata tanpa adanya
pengetahuan yang benar.
Oleh karenanya dibutuhkan sekali yang namanya pengetahuan mengenai sang pencipta,
yakni dengan mengkaji betul-betul isi dari pada Al Quran dan hadist agar kita tidak tersesat
dengan dugaan –dugaan yang salah.

Hal ini juga ditegaskan dalam QS al-A’raf (7): 172, bahwa setiap anak cucu Adam
telah diambil kesaksian mereka, yakni ketika Tuhan berfirman,” bukankah aku Rabbmu
(Tuhanmu) ? mereka menjawab, “ betul, Engkau Rabb kami, kami menyaksikan.” Setelah
pembuktian eksistensi tuhan lewat dalil fitrah diatas, dapat diuraikan bahwa Eksistensi tuhan
lewat dalil sebab akibat, adalah tidak ada akibat tanpa sebab, menurut akal manusia setiap
kejadian atau wujud harus berhubungandan bersumber dari sebab.

Dalil sebab akibat pun dalam membuktikan eksistensi tuhan dapat dipahami dari QS
Fushshilat (41): 53, artinya “ Kami akan memperlihatkan kepaa mereka tanda-tanda
kekuasaan kami dari segala wikayah dibumi dan pada diri mereka sendiri, jika jelas bagi
mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya tuhanmu
menjadi saksi atas segala sesuatu?

Kandungan ni mengemukakan dua metode pembuktian eksistensi Tuhan diantaranya,


Pertama metode pembuktian tuhan melalui perenungan terhadap alam raya dan diri manusia
sendiri. Artinya, penelitian ,pemikiran, dan perenungan terhadap eksistensi alam raya dan diri
manusia akan mengantar seseorang mengantar seseorang memahami tuhan sebagai sebab
akibat pertama. Pun sangat relevan dengan kandungan diatas. Sdangkan metode kedua adalah
menjadikan eksistensi Tuhan sebagai bukti eksistensi –eksistensi lainnya bukan sebaliknya
yakni segala sesuatu yang ada dialam semesta dan di diri manusia sebagai bukti eksistensi
tuhan, metode ini disebut burhan shiddiqin. Metode ini sangat relevan denga ayat 53 surah
Fushshilat sebagai mana yang diatas. Kedua metode ini merupakan metode terbaik dalam
membuktikan eksistensi tuhan, dibandingkan metode yang pertama. Bahkan banyak tempat
dalam al quran ditemukan ayat-ayat yang menantang mereka untuk membuktikan dugaan
mereka tentang Tuhan, Seperti dibawah ini:

1. Dalil Inayah, mengarahkan manusi untuk mengamati alam semester sebagai ciptaan Allah
yang mempunyai tujuan/manfaat bagi manusia. (QS Luqman 31: 20, QS AN-NAba 78: 6-16
dan QS Ali Imran 3: 190-191).
2. Dalil iktira’, mengarahkan menusia untuk mengamati makhluk yang beraneka ragam yang
penuh keserasian atau keharmonisan khususnya alam hayat. (QS Al –Ghasyiah 88: 17-22, QS
Al Hajj 22: 73).

Kemudian beberapa bukti tentang adanya Allah berdasarkan teori kefilsafatan antara lain
sebagai berikut:

a. Dalil Cosmological, berhubungan dengan ide tentang sebab (causality), plato dalam
bukunya “Timeaus” mengatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi mesti ada yang
menjadikan.

b. Dalil Moral, duhubungkan dengan nama Immanuel kant,menusia mempunyai perasaan


moral yang tertanam dalam sanubarinya. Orang merasa bahwa dia mempunyai kewajiban
utnuk menjauhi perbuatan buruk dan melaksanakan perbuatan yang baik.

B. Tauhid dalam Konsep Dasar Ketuhanan Islam

Tauhid berarti keyakinan akan realitas tunggal (keesaan Allah), tanpa ada sekutu baginya
dalam zat, sifat, dan perbuatannya serta tidak ada yang menyamainya sebagaimana dalam QS
al-Nahl (16): 23, “ Tuhanmu adalah satu”. Sama halnya QS Al- Ikhlas (112):1, “
Katakanlah,Allah itu satau”. Dalam QS Al- Syuara (42): 11 ditegaskan bahwa:” Tidak ada
sesuatu apapun yang menyerupainya”. Tauhid sendiri merupakan ajaran agama samawi
(agama langit). Artinya semua nabi dan rasul yang di utus oleh Allah SWT kepada umat
mereka masing – masing untuk membawa ajaran tauhid. Misalnya seruan nabi Nuh, Hud,
shaleh, dan Syuaib yng digambarkan dalam QS Al – A’arf (7) 59, 65,73, dan 85.

Sedangkan pengajaran tauhid pada masa kerasulan Muhammad SAW di dasarkan pada
pembagian tauhid secara teoritis dan praktis.

1. Tauhid Teoritis

a. Tauhid zat

Mengetahui bahwa Allah SWT adalah Esa dalam zat-Nya. Dia adalah wujud yang maha kaya
dan tidak membutuhkan dan tidak bergantung kepada apapun dan siapa pun. Dalam AlQuran
disebut dengan Al Ghani.

b. Tauhid sifat
Mengetahui bahwa zat-Nya adalah sifat-sifatnya itu sendiri. Dengan kata lain, bahwa zat-Nya
dan sifat-sifatnya identic. Artinya berbagai sifat-Nya tidak terpisah satu sama lain.

c. Tauhid Perbuatan

Meyakini bahwa alam raya dan segala sistemnya merupakan perbuatan dan karya-Nya,
timbul dari kehendaknya, Oleh karena itu, segala yang ada di alam semesta ini pada
hakikatnya tidak mandiri dan semuanya tergantung pada-Nya sebagai sebab pertama.

2. Tauhid Praktis

Merupakan pembenaran atas penyempurnaan tauhid teoritis. Adalah beribadah hanya kepada
Allah, Hanya Allah yang berhak disembah.

Uraian mengeni Tauhid teoritis dengan praktis tampakny bisa dipahami dari Al
Quran, seperti dapat ditegaskan dalam ayat yang pertama turun yakni QS al-Alaq (96):1-5.

Pekan 4 (Manusia menurut Islam)

Manusia merupakan makhluk Allah SWT dalam sebaik-baik bentuk. Di samping itu manusia
dibekali dengan ilmu dan akal serta kemauan, dengan demikian dia punya kapasitas sebagai
khalifah Allah di muka bumi. Maka dari itu semua ciptaan Allah di langit dan bumi adalah
untuk manusia. Setelah Allah menciptakan manusia pertama dari tanah selanjutnya Dia
menciptakan manusia setelah Adam dari saripati tanah, lalu berubah menjadi air mani yang
disimpan di rahim, lalu air mani berubah menjadi segumpal daging, terus menjadi tulang-
belulang, lalu tulang belulang itu dibungkus dengan daging, akhirnya Allah menjadikannya
sebagai makhluk.

Dalam ayat 37-39 surat al-Qiyamah Allah menegaskan bahwa Dia menciptakan manusia dari
tanah dan dari air mani yang hina, kemudian meniupkan roh ke dalam tubuh manusia, lantas
menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati.

Tujuan penciptaan manusia tentu bukan sebuah kesia-siaan. Sebagai makhluk yang
diciptakan paling sempurna dibanding makhluk lain, sudah semestinya manusia mengetahui
tujuan penciptaan manusia yang diharapkan membuat manusia jadi jauh lebih bisa bersyukur.
Tujuan manusia diciptakan menurut Islam yang pertama adalah sebagai pengurus bumi dan
seisinya. Khalifah adalah hamba Allah yang ditugaskan untuk menjaga ke- maslahatan dan
kesejahteraan dunia. Hal ini tertuang dalam ayat Al Qur'an yang berbunyi: ” Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguh- nya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan men- sucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."Ayat 30 dari surat
al-Baqarah adalah informasi bagi para malaikat bahwa Allah menciptakan khalifah (Adam
dan keturunannya) di muka bumi. Manusia diberi derajat tinggi untuk mengatur, mengelola
dan mengolah semua potensi yang ada dimuka bumi.

Tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah juga tertuang dalam QS. al-An’am ayat 165
yang berbunyi: ”Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat
siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Tujuan manusia diciptakan menurut Islam berikutnya adalah agar manusia senantiasa
mengetahui maha kuasanya Allah SWT. Ini meliputi pemahaman bahwa seluruh alam
semesta, termasuk bumi, tata surya dan seisisnya terbentuk atas kuasa Allah SWT. Hal
tersebut telah dijelaskan dalam QS at-Thalaq: 12 yang berbunyi: “Allah-lah yang
menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar
kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha-Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya
Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu." Tujuan manusia diciptakan menurut
Islam juga untuk mengemban amanah. Tujuan ini berupa kesanggupan manusia memikul
beban taklif yang diberikan oleh Allah SWT. Tujuan penciptaan manusia ini mendidik orang-
orang beriman supaya selalu memelihara amanah dan mematuhi perintah tersebut.

Hal ini sesuai dengan QS al-Ahzab ayat 72 yang berbunyi: ”Sesungguhnya kami Telah
menge- mukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan
untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanat
itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” Amanah yang
sudah ditetapkan tersebut agar tidak dikhianati, baik amanah dari Allah SWT dan RasulNya
maupun amanah antara sesama manusia. Tujuan manusia diciptakan menurut Islam yang
paling utama adalah untuk beribadah dan bertakwa pada Allah. Manusia pada umumnya
diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan ayat QS.Adz Dzariyat:
56 yang berbunyi: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat: 56)

Telah dijelaskan dalam QS.Adz Dzariyat: 56, Allah berfirman Dia menciptakan manusia dan
jin semata-mata agar mereka beribadah kepada-Nya. Allah menciptakan manusia bukan
hanya untuk sekedar tidur, bekerja, makan maupun minum melainkan untuk melengkapi
bumi ini dan beribadah kepada-Nya. Menurut tafsir Ibnu Qoyyim Al Jauziyah: "bahwa tujuan
Allah menciptakan kita manusia serta jin dan makhluk lainnya di bumi ini adalah untuk
beribadah kepada-Nya. Allah tidak mungkin menciptakan makhluk begitu saja tanpa
pelarangan atau perintah" . Tujuan ini mendidik manusia untuk senantiasa meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah.

Pekan 5 (Kerangka Dasar Agama Islam)

Bicara mengenai agama tidak pernah lepas dari masalah kehidupan manusia itu sendiri, Maka
dari itu agam menjadi suatu yang Fundamental atau suatu kebutuhan hidup yang diperlukan
oleh semua manusia. Dan kita harus sadar bahwa agama yang akan menjadikan mengarahkan
kita kepada jalan yang tepat yakni ihdinasyiratal mustaqim, Fungsi lain dari agama itu sendiri
menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:

 Mensucikan jiwa dan membersihkan hati.


 Membentuk sikap patuh dan taat serta menimbulkan sikap dan perasaan
mengagungkan tuhan.
 Memberi pedoman bagi manusia dalam menciptakan kebaikan hidup di dunia secara
mantap dengan cara mempererat hubungan dengan tuhan sebagai pencipta.
 Sebagai pemenuhan kebutuhan rohaniSebagai motivasi dalam mencapai kemajuan
 Sebagai pembentuk keseimbangan jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrawri
 Mensucikan jiwa dan membebaskan akal dari kepercayaan sinkritisme terhadap
kekuatan ghaib yang dimiliki makhluk dalam menguasai alam agar makhluk atau
selainnya tunduk dan patuh kepadanya (Allah SWT).

Dimana kerangka dasar ini menyankut mengenai keyakinan, hal ini terkait dengan keimanan
kepada allah dan semua yang difirmankan-Nya. Aturan, menyangkut mengenai norma atau
aturan yang disebut Syari’ah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, sesama
manusia dan alam semesta, pun menyangkut apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan apa-
apa yang dilarang Olehnya. Dan terakhir ada Ahklak, sikap atau perilaku yang baik yang
Nampak maupun tidak dari pelaksanaan aqidah dan syariah.

A. Pengertian Kerangka Dasar Agama Islam

Kerangka dasar dapat diartikan sebagai garis besar suatu pembicaraan atau rute perjalanan
yang akan di tempuh atau bagian-bagian pokok yang menyangga suatu bengunan.

Agama islam salah satu agama dari kelompok agama yang diterima oleh seorang nabi
yang mengajarkan monoteismetanpa kompromi, iman terhadap wahyu, iman terhadap akhir
zaman, dan tanggung jawab.

Dengan demikian, pengertian dari kerangka dasar agama islam adalah gambaran asli,
garis besar, rute perjalanan, atau bagian pokok dari suatu agama yang diterima oleh seorang
nabi yang mengajarkan pada keimanan terhadap wahyu allah, akhir zaman, tanggung jawab
dan lain-lain baik itu berupa perintah dan larangan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad
saw kepada manusia terkhususnya umat muslim.

Mengenai Keyakinan dalam agama islam, Islam yang merupakan salah satu agama
terbesar di seluruh dunia saat ini. Agama yang satu-satunya yang diridhoi oleh Allah SWT,
keyakinan yang di tunjukkan oleh manusia ketika dia merasa percaya dan menyimpulkan
bahwa ada yang menciptakan dia yakni Allah swt, mempercayai keberadaan Allah sebagai
tuhan yang menciptakan segalanya tanpa terkecuali.

Aturan dalam agama islam terdiri dari perintah maupun larangan Allah swt, sebagai
manusia kita hendak mengubah tingkah laku kita yang rendah menjadi luhur, maka tidak ada
jalan lain kecuali harus megubah mafhum-nya terlebih dahulu. Segala perintah Allah SWT
merupakan kewajiban yang harus kita laksanakan sebagai manusia, seperti sholat 5 waktu,
zakat, puasa, naik haji bagi orang yang mampu, dan lain- lain, pun beberapa larangan yang
telah Allah sampaikan dalam firmannya seperti; berjudi, minum minuman haram, mabuk dan
lain-lain.

Akhlak yang sesuai dengan ajaran didalam agama islam, terdiri dari sikap atau
perilaku yang harus atau tidak harus dilakukan sebagai umat islam. Dimana akhlak
merupakan sebuah sistem yang mengatur tindakan dan pola sikap manusia dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran agama islam, sistem nilai tesebut merupakan sumber
ijtihad sebagai salah satu metode berfikir secara islami. Al quran menetapkan bahwa akhlak
itu tidak terlepas dari aqidah dan syariah, ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.

B. Pengembangan dari Kerangka Dasar Agama Islam

Dimana pengembangannya terdiri dari tiga bagian:

1. Teologi Islam

Merupakan disiplin ilmu yang lahir dari adanya penafsiran-penafsiran dalam aqidah islam.
Teologi islam sendiri atau dapat kita sebut dengan ilmu kalam, secara etimologis istilah
teologi berasal dari bahasa yunani, yaitu theologia. Ilmu yang membicarakan tentang
wujudnya Tuhan (allah ), sifat-sifat yang mesti ada pada allah dan lain sebagainya.

2. Syariat Islami

Merupakan keilmuan islam yang lahir dari adanya penafsiran syariat islam. Selain itu berisi
hukum atau aturan islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat manusia, baik muslim
maupun non muslim. Syariat islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini.
Sedangkan ibnu taimiyah dalam kitab majmu’ fatawa mendefenisikan syariat islam sebagai
menaati allah,menaati rasul, dan para pemimpin dari kalangan orang yang beriman. Syariat
dalam arti umum mengcakup seluruh hukum yang menjadi ketetapan Allah dan di wajibkan
kepada hamba- hambanya. Secara khusus mengcakup sebagian dari hukum-hukum syariah
karena adanya sebab dan kebutuhan tertentu.

3. Akhlak Islami

Lahir dari abad kedua hijriah. Dari adanya penafsiran terhadap akhlak islami, Dapat pula
diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang bersifat islami

Pekan 6 -7 (Konsep Hukum Dan Ham)

A. Pengartian Hukum Islam , Ruang Lingkup dan Tujuannya

Hukum Islam sendiri merupakan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah SWT yang terdapat
dalam Al-Quran maupun dalam kitab-kitab hadist. Di masyarakat Indonesia dikenal beberapa
istilah seperti syariaat islam, fikih islam dan hukum islam. Syariaat islam merupakan
landasan fikih, dan fikih merupakan pemahaman seseorang dalam memahami betul syariat
islam dengan baik dan benar sanggupmembedakan antara syariat islam dan fikih islam.
Beberapa perbedaan antara syariaat islam dan fikih islam diantaranya sebagai berikut:

 Syari’at yang ada dalam al quran dan hadist, berbicara tentang wahyu Allah SWT dan
sunnah Rasulullah saw, sedangkan fikih dalam kitab fikih bicara mengenai
pemahaman manusia yang memenuhi syarat tentang syari’at dan hasil pemahaman
itu.
 Syari’at bersifat fundamental, dalam hal ini syari’at lebih luas dari pada fikih, berlaku
abadi dan menunjukkankesatuan dalam islam. Sedangkan fikih bersifat instrumental,
lebih terbatas mengenai hukum yang mengatur perbatan manusia, yang biasa disebut
sebagai perbuatan hukum.
 Syari’at merupakan ketetapan Allah dan Rasulnya olehkarenanya bersifat abadi,
sedangkan fikih adalah karya manusia berdasarkan pandangannya yang tidak berlaku
abadi, dapat berubah mengkuti perkembangan jaman.
 Syari’at hanya satu, sedangkan fikih mungkin lebih dari satu. Contohnya saja ada
beberapa aliran/mahzab yang kita kenal sekarang, seperti Syafii, hambali, malaiki,
dan hanafi.

Hukum islam tidak membedakan hukum perdata maupun hukum public seperti halnya hukum
barat. Dalam hukum islam dibutuhkan bagian-bagiannya saja. Salah satunya menurut salah
satu ahli bagian hukum islam adalah H.M, Rasyidi, diantaranya sebagai berikut:

a. Munaakahat

b. Wirasah

c. Muamalat

d. Jinayat

e. Al Ahkam as sultaniyyah

f. SyiayarMukhassamat.

Kemudian yang termasuk hukum perdata islam diantaranya:

a. Munaakahat, mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian,


dan lain-lain.
b. Wirasah, mengatur segala maslah yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris, harta
peninggalan, serta pembagian warisan.

c. Muamalat, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan jual beli,
sewa menyewa, pinjam meminjam, perserikatan dan sebagainya.

Adapun yang termasukkedalm hukum publik islam:

a. Jinayat, aturan mengenai perbuatan yang diancam dengan hukuman baik dari jarimah
hudud yang telah ditentukan batasannya dan bentuknya dalam al quran dan sunnah
nabi. Maupun jarimah ta’sir, yang bentuk dan hukumannya ditentukan oleh penguasa.

b. Al ahkam as sultaniyyah, mengatur soal-soal hubungan dengan kepala Negara,


pemerintahan, baik pusat maupun daerah, tentara, pajak dan sebagainya.

c. Siyar, mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk agama dan
Negara lain.

d. Mukhahassamat, mengatur peradilan, kehakiman dan hukum acara.

Dalam hal ini jelas bahwa hukum islam itu luas, bahkan masih bisa dikembangkan lagi sesuai
dengan asspek-aspek yang berkembang dimasyarakat.

Sebagai hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, hukum islam telah menjadi
bagian bagi kehidupan bangsa Indonesia kerena mayoritas beraga islam. Dimana di Indonesia
sendiri sekolah-sekolah dibawah naungan depertemen pendidikan dan kebudayaan,
mewajibkan belajar pendidikan agama islam khusus yang beragama islam.

Kontirbusi umat islam dalam perumusan dan penegakan hukum pada akhir-akhir ini semakin
Nampak jelas dengan diundangkannya beberapa peraturan perundang-undangan berkaitan
hukum islam, diantaranya:

 UU Republik Indonesia No 1 tahun 1974 tentang perkawinan.


 Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik.
 UU Republik Indonesia No 7 tahun 1989 tentang peradilan agama.
 Instruksi presiden Indonesia No 1 tahun 1991 tentang kompilasi hukum islam
 UU Republik Indonesia No 38 tahun 1999 tentang penyelenggaraan zakat.

Tujuan dari hukum islam sendiri adalah:


a. Memelihara Agama

b. Memelihara jiwa

c. Memelihara akal

d. Memelihara keturunan

e. Memelihara harta dll.

B. Sumber Hukum Islam

1. Al-Quran

Berupa wahyu Allah yang disampaikan kepada nabi Muhammad saw. Diturunkan dalam
bahasa arab dan tehimpun kedalam mushap Al-Quran. Al-Quran sendiri berarti bacaan atau
dibaca. Merupakan kitab suci yang menjadi sumber akidah, norma dan nilai. Dan juga
mengandung pokok-pokok ajaran sebagai berikut:

a. Keyakinan atau Iman kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab,rasul, dan hari kiama.

b. Peraturan hukum, aturan tentang hubungan dengan pencipta, manusia dengan hubungan
manusia dengan alam yang melahirkan syariaat, dan fikih islam.

c. Aturan tentang tingkah laku maupun nilai-nilai dalam etika tingkah laku.

d. Petunjuk dasar mengenai kebesaran Allah swt sebagai pencipta

e. Kisah kisah para nabi dan umat terdahulu

f. Informasi tentang alam gaib, seperti adanya jin, kiamat, surge dan neraka.

2. As-Sunnah

Digunakan sebagai dalil hukum, maksudnya sebagai dasar ketetapan hukum tersebut ialah
keterangan dari nabi Muhammad saw berupa ucapan, perbuatan, dan keizinannya. Ditetapkan
sendiri oleh Al quran (QS. An-Nisa/4:59, QS. Al-Hasyr/59:7). Sunnah terbagi menjadi dua,
yaitu sunnah Tasyri’ dan ghairu tasyri’. Semua ucapan, perbuatan, maupun ketetapannya
dikelompokkan mnjadi beberapa bagian:
 Bersifat al-hajah al-basyariyah (kebutuhan yang bersifat kemanusiaan)
 Mencerminkan tradisi pribadi masyarakat, seperti urusan pertanian dan pengobatan.
 Pengaturan urusan sepert bertempur dan berperan.
 Bersyifat Tasyri’, membentuk hukum.

Kedudukan As-sunnah terhadap Al-Quran pada garis besar terbagi menjadi tiga:

 As sunnah sebagai penguat Al quran


 As sunnah sebagai penjelasan Al quran
 As sunnah sebagai pembuat hukum
3. Ijtihad

Aktivitas penelitian ilmiah karena itu bersifat relative. Menjadikannya sebagai sumber nilai
yang bersifat dinamis. Dasar ijtihad adalah Al Quran, dimana manusia diperintahkan
menggunakan akal, pikiran dan panca indera.

Metode Ijtihad dinilai valid antara lain:

a. Qiyas, menerapkan hukum perbuatan lain yang memiliki kesamaan. Misalnya Al Quran
melarang jual beli ketik jumat.

b. Masalihul Mursalah, menetapkan hukum berdasrakan tinjauan kegunaan sesuai dengan


tujuan syariat.

C. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat

a. Fungsi ibadah, beribadah kepada Allah swt.

b. Fungsi amar ma’ruf nahi muangkar

c. Fungsi zawajir

d. Fungsi tanimwa islah al ummah

D. Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan Hukum

Beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum islam diantaranya


sebagai mana dituliskan diatas.

E. Hak Asasi Manusia Menurut Islam


Dalam hal hidup dan kebebasan inilah setiap orang seharusnya dapat memperoleh HAM
yang layak, sehingga hal ini akan membawa implikasi pengembangan integritas setiap orang
untuk hidup lebih baik dan bermartabat. Gagasan ini membawa kepada sebuah tuntutan moral
tentang bagaimana seharusnya manusia memperlakukan sesama manusia sesuai dengan
martabatnya sebagai manusia. Tuntutan moral ini sesuai dengan ajaran Agama bahkan lebih
dari itu dapat dikatakan sebagai inti ajaran dari semua agama.

Tuntutan moral tersebut diperlukan untuk melindungi seseorang atau sekelompok orang
yang lemah (al-mustad’afin) dari tindakan dzalim dan semena-mena yang biasanya datang
dari penguasa dan mereka yang memiliki kekuasaan, sehingga dalam konteks ini HAM
adalah penghormatan terhadap kemanusiaan yang tidak terbatas pada orang tertentu atau
pengecualiaan tertentu dan tanpa diskriminasi berdasarkan apapun dan alasan apapun
termasuk alasan kekuasaan sekalipun, serta pengakuan terhadap martabat manusia sebagai
mahluk di dunia yang memiliki kemuliaan. Islam mengajarkan pentingnya penghormatan dan
penghargaan terhadap sesama manusia, karena Islam sebagai agama yang membebaskan dan
memanusiakan manusia, hal ini tercermin dalam Al-qur’an surah ke 49: 13.Artinya : Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal. Kesadaran akan pentingnya penghormatan dan penghargaan terhadap
sesama manusia dan kesadaran akan pentingnya HAM muncul bersamaan dengan kesadaran
akan pentingnya menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan (human centred
development). Konsep HAM berakar dari penghargaan terhadap martabat manusia sehingga
menempatkan manusia sebagai mahluk yang sangat berharga dan menempatkan manusia
sebagai subjek bukan objek, yang memandang manusia sebagai makluk yang dihargai dan
dihormati tanpa membedakan jenis kelamin, ras, ideologi, suku bangsa, bahasa dan agama.
HAM mengajarkan prinsip-prinsip universal persamaan dan kebebasan manusia sehingga
tidak boleh ada diskriminasi, eksploitasi, kekerasan terhadap sesama manusia, serta
pembatasan dan pengekangan terhadap kebebasan dasar manusia.

Dari sinilah pentingnya mengelaborasi nilai-nilai Universal HAM dalam perspektif


Islam.Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan dikaji disini
adalah: Bagaimana Konsep HAM dalam Islam dalam rangka mengungkap korelasi antara
Islam dan HAM? Prinsip Dasar Hak Asasi Manusia Pada prinsipnya Ide tentang hak asasi
manusia yang berlaku saat ini merupakan senyawa yang dimasak di kancah Perang Dunia II.
Selama perang tersebut, dipandang dari segi apa pun akan terlihat bahwa satu aspek
berbahaya dari pemerintahan Hitler adalah tiadanya perhatian terhadap kehidupan dan
kebebasan manusia.

Karenanya, perang melawan kekuatan Poros dibela dengan mudah dari segi perlindungan
hak asasi manusia dan kebebasan yang mendasar. Negara Sekutu menyatakan di dalam
"Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa" (Declaration by United Nations) yang terbit pada 1
Januari 1942, bahwa kemenangan adalah "penting untuk menjaga kehidupan, kebebasan,
independensi dan kebebasan beragama, serta untuk mempertahankan hak asasi manusia dan
keadilan." Dalam pesan berikutnya yang ditujukan kepada Kongres, Presiden Franklin D.
Roosevelt mengidentifikasikan empat kebebasan yang diupayakan untuk dipertahankan di
dalam perang tersebut: kebebasan berbicara dan berekspresi, kebebasan beragama, kebebasan
dari hidup berkekurangan, dan kebebasan dari ketakutan akan perang.

Dampak dari Pembunuhan dan kerusakan dahsyat terhadap sendi-sendi kehidupan yang
ditimbulkan Perang Dunia II menggugah suatu kebulatan tekad dunia untuk melakukan
sesuatu guna mencegah perang, untuk membangun sebuah organisasi internasional yang
sanggup meredakan krisis internasional serta menyediakan suatu forum untuk diskusi dan
mediasi. Organisasi ini adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang telah memainkan
peran utama dalam pengembangan pandangan kontemporer tentang hak asasi manusia.

Para pendiri PBB yakin bahwa pengurangan kemungkinan terjadinya perang


mensyaratkan adanya pencegahan atas pelanggaran besar-besaran terhadap hak-hak asasi
manusia. Lantaran keyakinan ini, konsepsi-konsepsi PBByang paling awal pun bahkan sudah
memasukkan peranan pengembangan hak asasi manusia dan kebebasan. Naskah awal Piagam
PBB (1942 dan 1943) memuat ketentuan tentang hak asasi manusia yang harus dianut oleh
negara manapun yang bergabung di dalam organisasi tersebut, namun sejumlah kesulitan
muncul berkenaan dengan pemberlakuan ketentuan semacam itu. Lantaran mencemaskan
prospek kedaulatan mereka, banyak negara bersedia untuk "mengembangkan" hak asasi
manusia namun tidak bersedia "melindungi" hak itu.4 Akhirnya diputuskan untuk
memasukkan sedikit saja acuan tentang hak asasi manusia di dalam Piagam PBB (UN
Charter), di samping menugaskan Komisi Hak Asasi Manusia (Commission on Human
Rights).
Untuk menulis sebuah pernyataan internasional tentang hak asasi manusia. Piagam itu sendiri
menegaskan kembali "keyakinan akan hak asasi manusia yang mendasar, akan martabat dan
harkat manusia, akan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan serta antara negara besar
dan negara kecil." Para penandatangannya mengikrarkan diri untuk "melakukan aksi bersama
dan terpisah dalam kerja sama dengan Organisasi ini "untuk memperjuangkan" penghargaan
universal bagi, dan kepatuhan terhadap, hak asasi manusia serta kebebasan-kebebasan
mendasar untuk seluruh manusia, tanpa sedikit pun.

Daftar Kutipan dan Pustaka

Mahmud Syaltut, Mintaujihat al-Islam, h. 22-23


Al-uhayli, al-tadaahmun al-islam, 1980, h. 50

Al-Maraghi, jld I,h.118

Theologi Islam, hal. 10, 12

IbrahimHosen, 1996: 90

Altaf Gauhar, 1983: 198

Mohammad Daud Ali, 1995: 304

Syaukat Husai, 1996: 54

H.m.Rasjidi, 1958: 403: Asaf A.A. Fyee, 1955: 17

Mohammad Daud Ali/1999:49

H.M. Rasyidi/1980: 25-26

Mohammad Daud Ali/199: 51-52

Juhaya S. Praja/1988:196

Anwar Haryono/1968:140

H.M.Rasyidi/ 1980:456

Tim Dosen PAI, Pendidikan Agama Islam, 2020

Anda mungkin juga menyukai